Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi
seseoranng individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
diri (Sukarman, dkk, 2020).
2. Domain Perilaku
Domain perilaku dapat dibagi kedalam tiga domain, pembagian ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan Pendidikan yaitu mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku, yang terdiri dari ranah kognitif, ranah
afektif, ranah psikomotor (Wellina, dkk, 2018), ketiga domain ini dapat diukur
dari :
Merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan
dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada enam tingkatan domain pengetahuan
yaitu: 9
1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat kembali terhadap suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension) suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek keadaan komponen-
komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evalusi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. b. Sikap (Attitude)

Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu, Kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak (ten to behave). Sikap terdiri dari
berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving), diartikan bahwa subjek mau memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya dan mengerjakan tugas yang
diberikan.
10
3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mendiskusikan masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko. c. Praktik atau Tindakan (practice)

Suatu sikap belum bisa otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan
sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai
beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
2) Respon terpimpin (guide response), dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh.
3) Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu yang benar secara otomatis atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4) Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau Tindakan yang sudah berkembang dengan baik,
artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu sebelumnya (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan
secara langsung dengan mengobservasikan tindakan atau kegiatan responden. Sebelum orang
mengadopsi suatu perilaku baru maka terjadi serangkaian proses yang berurutan yakni : 11
a) Kesadaran (awareness), dimana orang tersebut belajar menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Tertarik (interest), dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
c) Evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d) Mencoba (trial), dimana seseorang telah mulai mencoba perilaku baru.
e) Menerima (Adoption), dimana subjek sudah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. a. Faktor Internal

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku


Perilaku seseorang dapat berubah – ubah sesuai dengan hal hal yang memungkinkan perubahan itu
terjadi dalam perkembangannya di kehidupan. Perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
intern dan ekstern yang memungkinkan suatu perilaku mengalami perubahan diantaranya yaitu
(Irwan, 2018).
Faktor – faktor internal yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik,
kepribadian, bakat, dan intelegensia.
1) Jenis Ras/Keturunan

Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda
pada setiap ras, karena memiliki ciri tersendiri
2) Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakian, melakukan perkerjaan
sehari – hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan 12
ini bisa dimungkinkan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas.
Wanita seringkali berprilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki – laki cenderung berprilaku
atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3) Sifat Fisik

Perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah
berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah
dan banyak teman.
4) Kepribadian

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan
untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya
maupun lingkungannya. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh
terhadap perilaku sehari – hari.
5) Intelegensia

Intelegensia merupakan keseluruhan kamampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah dan efektif. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di
mana seseorang dapat bertidak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.
6) Bakat b. Faktor Eksternal

Bakat merupakan suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus
mencapai suatu kecakapan, pengetaahuan dan ketrampilan khusus, misalnya berupa kemampuan
memainkan musik ,melukis,dan olahraga. 13
1) Pendidikan

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar
adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian Pendidikan sangat besar pengaruhnya
terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan
orang yang berpendidikan rendah.
2) Agama a. Kategori baik : jika jawaban 76 – 100% b. Kategori cukup : jika jawaban 56 –
75 % c. Kategori kurang : jika jawaban < 56%

Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh
agama yang diyakininya.
4. Cara menentukan Alat Ukur Pengetahuan Mengenai 5M Pencegahan Covid-19
Cara untuk menentukan penilaian alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data tingat
pengetahuan mengenai 5M yaitu dengan pemberian skor pada jawaban yang sudah terkumpul pada
format pengumpulan data sehingga memudahkan pengolahan data. Responden menjawab pertanyaan
dengan benar maka diberi nilai 1 sedangkan responden yang menjawab pertanyaan dengan salah
maka diberi nilai 0 (Zulmiyetri, 2019). Berikut kriteria penilaian tingkat pengetahuan menurut
Zulmiyetri (2019). Yaitu :
Adapun cara perhitungan skor yang didapat menggunakan rumus berikut :
5. Cara menentukan Alat Ukur Sikap Mengenai 5M Pencegahan Covid-19 14
a. Tingkat Tindakan dikatakan baik jika responden mampu menjawab pernyataan pada
kuesioner dengan benar sebesar 76 – 100% dari seluruh pernyataan dalamm kuesioner.
b. Tingkat Tindakan dikatakan cukup jika responden mampu menjawab pernyataan pada
kuesioner dengan benar sebesar 56 – 75% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

Cara untuk menentukan penilaian alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data sikap mengenai
5M yaitu dengan pemberian skor pada jawaban, sangat setuju dengan skor 5, setuju dengan skor 4,
ragu-ragu dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2, sangat tidak setuju dengan skor 1 yang sudah
terkumpul pada format pengumpulan data sehingga memudahkan pengolahan data (Zulmiyetri,
2019). Berikut kriteria penilaian tingkat pengetahuan menurut Zulmiyetri (2019). Yaitu : Kategori
sikap baik : jika jawaban 76 – 100%
Kategori sikap cukup : jika jawaban 56 – 75 % Kategori sikap kurang : jika jawaban < 56%
Adapun cara perhitungan skor yang didapat menggunakan rumus berikut :
6. Cara menentukan Alat Ukur Tindakan Mengenai 5M Pencegahan Covid- 19
Pengukuran aspek tindakan dapat menggunakan skala Likert, apabila responden melakukan Tindakan
“Ya” maka diberi skor 1 dan jika responden tidak melakukan Tindakan “Tidak” diberi skor 0
(Zulmiyetri, 2019). Pengukuran tingkat Tindakan seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut : 15
c. Tingkat Tindakan dikatakan kurang jika responden mampu menjawab pernyataan pada
kuesioner dengan benar sebesar <56% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.
a. Masker Bedah

Adapun cara perhitungan skor yang didapat menggunakan rumus berikut :


B. Konsep Dasar Perilaku 5M Pencegahan Covid-19
Perilaku Penerapan 5M merupakan Langkah pelengkap dari 3M yang sebelumnya sudah merupakan
bagian dari upaya penghentian penularan Covid-19 (Kemenkes RI, 2021). Kampanye 5M yaitu
memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi mobilisasi,
merupakan satu paket protokol Kesehatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat unntuk mencegah
penularan Covid-19 (Marzuki dkk., 2021).
1. Memakai Masker
Penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian langkah pencegahan dan pengendalian yang
dapat membatasi penyebaran penyakit – penyakit virus saluran pernapasan tertentu, termasuk Covid-
19. Masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang sehat (dipakai untuk melindungi diri
sendiri saat kontak dengan orang yang terinfeksi) atau untuk mengendalikan sumber (dipakai oleh
orang yang terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut) (ebook). Ada beberapa jenis masker
yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran Covid- 19 yang disarankan untuk masyarakat
(Trees, dkk, 2020) antara lain : 16
b. Masker N95

c. Masker KN95
Masker bedah atau surgical mask merupakan jenis masker sekali pakai yang mudah dijumpai dan
sering digunakan tenaga medis saat bertugas. Kebanyakan masker bedah terdiri dari tiga lapisan yang
memiliki fungsi berbeda yaitu, lapisan luar yang anti air, lapisan tengah yang berfungsi sebagai filter
kuman, lapisan dalam yang berguna untuk menyerap cairan yang keluar dari mulut.
Masker N95 juga efektif untuk mencegah penularan virus corona. Masker ini diutamakan untuk
digunakan petugas medis yang memang kontak secara langsung dengan penderita Covid-19.
Masker KN95 digunakan oleh tenaga medis karena bermutu cukup baik karena memiliki tingkat
efisiensi filter mencapai 95%. Biasanya masker KN95 dipakai lebih kencang diwajah, masker
pelindung ini memiliki breathing valve yang telah lolos tes dengan standar GB2626-KN95 dan
mampu menyaring partikel hingga 2,5 PM.
Menurut WHO, (2020) manfaat penggunaan masker oleh orang sehat di masyarakat umum meliputi :
1) Penurunan kemungkinan risiko tertular dari orang yang terinfeksi sebelum mengalami gejala
2) Penurunan kemungkinan stigmatisasi orang-orang yang mengenakan masker untuk mencegah
infeksi kepada orang lain (pengendalian sumber) atau orang yang merawat pasien Covid-19 di tempat
nonklinis.
3) Membuat orang merasa dapat mengambil peran dalam membantu menghentikan penyebaran virus.
17
4) Kemungkinan manfaat sosial dan ekonomi. Di tengah kekurangan global masker bedah,
mendorong masyarakat untuk membuat masker kain sendiri dapat mendorong usaha pribadi dan
kesatuan masyarakat. a) Sebelum memasang masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
(minimal 20 detik) atau bila tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan (minimal alcohol 60%)
b) Menutup mulut dan dagu. Pastikan bagian masker yang berwarna berada di sebelah depan
c) Tekan bagian atas masker supaya mengikuti bentuk hidung dan Tarik kebelakang ke
bagian bawah dagu
d) Lepas masker yang telah digunakan dengan hanya memegang tali dan langsung buang ke
tempat sampah tertutup
e) Cuci tangan pakai sabun setelah membuang masker yang telah digunakan ke dalam tempat
sampah
f) Supaya bersih, ganti masker secara rutin apabila kotor atau basah

Menurut Kemenkes RI, (2020), perilaku cara penggunaan masker yang benar untuk masyarakat yaitu
:
2. Mencuci Tangan
Penularan Covid-19 terjadi melalui benda disekitar kita yang tercemar virus covid-19 yang kita
sentuh dan kemudian menyentuh mulut, hidung, dan mata. Cara yang paling efektif untuk mencegah
penularan virus tersebut adalah dengan cara mencuci tangan menggunakan air dan sabun (Marzuki
dkk., 2021).
Menurut Marzuki dkk., 2021 panduan mencuci tangan untuk mencegah penyebaran Covid-19 : 18
a. Basahi tangan dengan air mengalir, gunakan sabun b. Gosok semua permukaan tangan,
termasuk telapak tangan dan punggung tangan, sela-sela jari dan kuku, selama minimal 20 detik.
c. Bilas tangan sampai bersih dengan air mengalir. Keringkan tangan dengan kain bersih atau
tissue pengering tangan yang harus dibuang ke tempat sampah segera setelah digunakan.
d. Sering cuci tangan pakai sabun, terutama sebelum makan, seusai batuk atau bersin,
sebelum menyiapkan makanan, dan setelah ke kamar mandi.
e. Biasakan mencuci tangan pakai sabun setelah dari luar rumah atau sebelum masuk sekolah
dan tempat lain. Bila sabun dan air mengalir tidak ada, gunakan cairan pembersih tangan berbahan
alkohol (minimal 60%) a. Selalu menjaga jarak fisik 1 meter dengan orang lain. Tetap berada
dirumah sesuai panduan pemerintah, kecuali ada keperluan mendesak.
b. Bekerja, belajar dan beribadah dirumah. Keluar hanya untuk belanja hal penting atau
perabot, itupun seminimal mungkin.
c. Sebisa mungkin hindari penggunaan kendaraan umum. d. Tunda atau batalkan acara
berkumpul bersama keluarga besar atau teman.
e. Komunikasi tatap muka bisa dilakukan via telpun, internet, media social dan aplikasi.

3. Menjaga Jarak
Menjaga jarak kini menjadi strategi yang digunakan untuk memperlambat laju penyebaran virus
covid-19. Menurut Marzuki dkk., 2021 panduandalam menjaga jarak untuk mencegah penyebaran
covid-19 yaitu : 19
f. Tunda atau batalkan acara pertemuan, konser musik, pertandingan olahraga, kegiatan
keagamaan, dan kegiatan lain yang mengandung orang banyak.
g. Gunakan telepun atau layanan online untuk menghubungi dokter dan fasilitas lainnnya.
Kalau mengalami demam, merasa Lelah dan batuk kering, lakukan isolasi diri.

4. Menghindari Kerumunan
Langah yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 adalah dengan meghindari
kerumunan, karena dalam kerumunan tersebut tidak diketahui siapa yang tertular Covid-19 apalagi
dengan tanpa gejala. (kemenkes) dengan menghindari kerumunan sama dengan melindungi orang
renta seperti lansia dan orang dengan penyakit kronis. Sebab jika orang rentan tersebut tertular virus
corona akan berakibat fatal (Kemenkes RI, 2021).
5. Membatasi Mobilisasi
Perkembangan ini juga terkait dengan berbagai kasus mobilisasi orang, artinya mobilisasi menjadi
media penyebaran. Usaha yang paling baik dengan demikian adalah membatasi mobilisasi dan
mencegah terjadinya interaksi yang massif, meskipun pilihan ini melahirkan dampak turunan bagi
kegiatan ekonomi masyarakat dan budaya berkumpul dan berjamaah (ritual agama). Masyarakat pada
kenyataannya tidak bisa dibatasi secara ketat dalam jangka waktu yang lama karena psikologis
masyarakat bertumbuh untuk melangsungkan kehidupan. Mereka bisa diajak berdisiplin pada kasus
tertentu seperti karantina local atau karantina mandiri bagi orang atau keluarga dengan positif Covid-
19 (Priatmoko & Ghaybiyyah, 2020). 20
C. Konsep Dasar Coronavirus Desease 2019 (Covid -19) 1. Definisi Coronavirus Desease
2019
2. Penyebab Coronavirus Desease 2019
3. Penularan Coronavirus Desease 2019

Penyakit Coronavirus (Covid-19) adalah suatu penyakit yang baru ditemukan pada tahun 2019 dan
dapat menular. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Pneumonia Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Sindrom gejala klinis yang muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok
septik (berat) (Erlina, dkk, 2020).
Covid – 19 disebabkan oleh Virus SARS-Cov-2 yang merupakan Coronavirus,
jenis baru yang menyebakan epidemi ini(Erlina, dkk, 2020).
Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat, lingkungan atau benda
yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan partikel airborne. Droplet merupakan partikel
berisi air. Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan mukosa
yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau mengendap di udara
dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran napas diantaranya batuk, bersin atau berbicara
serta tindakan invasif prosedur respirasi seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba trakea.
Partikel airborne merupakan partikel dengan diameter yang kurang dari 5um yang dapat menyebar
dalam jarak jauh dan masih infeksius. Patogen airborne dapat menyebar melalui kontak. Kontak
langsung merupakan transmisi patogen secara langsung dengan 21
4. Pencegahan Coronavirus Desease 2019 a. Cuci tangan anda dengan sabun dan air
sedikitnya selama 20 detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alkohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
c. Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
d. Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau segera
ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
e. Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
f. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.
Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran napas,
termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk
melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.

kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang masuk ke tubuh melalui
membrane mukosa atau kulit yang rusak (Erlina, dkk, 2020).
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan
tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya
pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat (Erlina, dkk, 2020).
tissue pada tempat yang telah ditentukan. 22
g. Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena selain dapat
menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah dapat mengurangi
keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain
yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan perilaku hidup sehat.
a. Patrilineal
b. Matrilineal
c. Matrilokal
d. Patrilokal

D. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah konteks social pertama sebagai tempat promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
(Enie, dkk, 2019).
2. Struktur Keluarga
Menurut Harnilawati, (2013) struktur keluarga menggambarkan sejauhmana keluarga melaksanakan
fungsi, keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya :
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, di mana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, di mana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. 23
e. Keluarga kawin
a. Pencegahan primer (primary prevetion)
b. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
c. Pencegahan tersier (tertiary prevention)

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau sendiri.
3. Level Pencegahan Perawatan Keluarga
Menurut Henny Achjar (2010), Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi
yaitu :
Merupakan tahap pencegahan yang dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa
pencegahan spesifik (specific protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti
pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi lingkungan yang bersih, olah
raga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat keluarga harus membantu keluarga untuk memikul
tanggungjawab kesehatan mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu
anggota keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Yaitu tahap pencegahan kedua yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah
berlangsung, dengan melakukan deteksi dini (early diagnosis) dan melakukan tindakan
penyembuhan (promp treatment) seperti screeningkesehatan, deteksi dini adanya gangguan
kesehatan. 24

Merupakan pencegahan yang dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selain
mencegah komplikasi juga meminimalkan keterbatasan (disability limitation) dan
memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan rujukan
kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi yang bermasalah, memfasilitasi
ketidakmampuan dan mencegah ke matian Rehabilitasi meliputi upaya pemulihan terhadap
penyakit luka hingga pada tingkat fungsi yang optimal secara fisik, mental, sosial dan emosional.

Anda mungkin juga menyukai