Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PARTISIPASI TUTORIAL KE-II

PDGK4201/ PEMBELAJARAN PKN DI SD


PROGRAM STUDI SI PGSD

NAMA : NIA PANAMI


NIM : 856457878
KELAS / SEMESTER : IA / I
MATA KULIAH : PEKANBARU
TUTOR : REZI SETIAWAN

2020
MODUL 2
KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

PETA KONSEP

KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI


PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

KEGIATAN BELAJAR 1 KEGIATAN BELAJAR 2 KEGIATAN BELAJAR 3


Pendekatan PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral Hubungan Interaktif Pengembangan
Pendidikan Nilai dan Moral di dalam Standar Isi PKn di SD Nilai dan Moral dalam PKn di SD
SD

Berpijak Pada Nilai-Nilai : Membentuk Warga Negara yang Program dan poses pendidikan
Melaksanakan Hak dan yang mengembangkan pikiran,
Nilai Keagamaan Kewajiban untuk Menjadi WNI
nilai dan sikap.
yang Cerdas, Terampil dan
Nilai Demokrasi yang ber Berkarakter sesuai Amanat
ketuhanan Yang Maha Esa Pnancasila dan UUD 1945

Teori Piaget
Nilai Sosial Kultural yang
Teori Kohlberg
Berbhineka Tunggal Ika Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Norma Hukum dan Peraturan
HAM
Kebutuhan Warga
Negara
Konstitusi Negara
Kekuasaan dan Politik
Pancasila
Globalisasi
RESUME

KEGIATAN BELAJAR 1
Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD

Herman ( 1972 ) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar , yakni


bahwa”...value is neither taugh nor cought, it learned”, yang artinya bahwa substansi nilai,
tidak semata – mata ditangkap , diinternalisasi , dan dibakukan sebagai bagian melekat
dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar. Proses pendidikan pada dasarnya
merupakan proses pembudayaan atau enkulturasi untuk menghasilkan manusia yang
berkeadaban, termasuk didalamnya yang berbudaya.

Dalam latar belakang kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah


barlangsung dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Contohnya tradisi
dongen dan sejenisnya yang dulu dilakukan oleh orang tua terhadap anak dan cucunya
semakin lama semakin tergeser oleh film kartun atau sinetron dalam media massa tersebut.
Disitulah pendidikan nilai menghadapi tantangan konseptual, instrumen, dan operasional.
Dalam Konteks Pendidikan Nasional Indonesia telah ditegaskan dalam Pasal 3 UU
Sidikan 20/2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak ulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi, serta
bertanggungjawab. Oleh karena itu maka proses pendidikan seyogyanya bukan hanya
sebagai proses pendidikan berfikir tetapi pendidikan berwatak seperti nilai dan perilaku.
Di lingkungan masyarakat barat sendiri yang secara ekonomi termasuk masyarakat modern
terdapat berbagai persoalan moral yang dirasa perlu mendapat perhatian pendidikan nilai.
Melihat keadaan seperti itu dirasakan perlunya upaya pendidikan nilai moral yang
dilakukan secara menyeluruh dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokulturai yang jelas dan


mendesak bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban.
2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana
sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.
3. Peranan sekolah sebaagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogik yang
berfungsi sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana
hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan
peranan lembaga keagamaan semakin kecil.
4. Dalam setiap masyarakat sebagai terdapat landasan etika umum, yang bersifat
universal melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistik
yang mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai.
5. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil
pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat.
6. Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah
pertanyaan moral.
7. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai sekolah.
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik
dan membina guru-guru yang berkeadaban dan profesional.
9. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu
keniscayaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta
bermasyarakat global.

Dilihat dari substansi dan prosesnya , menurut Lickona ( 1992 : 53-63 ) yang perlu
dikembangkan dalam rangka pendidikan nilai tersebut adalah nilai karakter yang baik
( good character ) yang di dalamnya mengandung tiga dimensi nilai moral yaitu dimensi
wawasan moral, dimensi wawasan nilai moral, dimensi perasaan moral dan dimensi
perilaku moral.

Pendidikan nilai moral secara formal – kurikuler terdapat dalam mata pelajaran
PPKn (Kurikulum 1994) atau PKn (UU RI No.20 Thn.2003) dan Pendidikan Agama dan
Bahasa. Pkn mengandung unsur pokok sebagai pendidikan nilai moral-sosial/etis,
Pend.Agama mengandung nilai religius, dan Bahasa mengandung nilai estetis dan etis.

Dari kajian dan bahasan terhadap konsep , isi dan strategi pendidikan nilai di dunia
Barat yang lebih cenderung bersifat bersifat sekuler dan berpijak serta bermuara pada
pengembangan moral kognitif , kiranya terdapat beberapa hal yang dapat bisa diaptasikan
bagi kepentingan pendidikan nilai di Indonesia dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :

Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Theistis atau


demokrasi yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pendidikan nilai bagi
Indonesia seyogyanya berpijak pada nilai – nilai keagamaan , nilai – nilai demokrasi yang
ber Bhinneka Tunggal Ika . Dalam konteks itu maka teori perkembangan moral dari Piaget
dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan adalah terhadap nilai moral sosial- kultural selain
nilai yang berkenaan atau boleh dirasionalkan.

Konsep pendidikan nilai moral Piaget yang menitikberatkan pada pengembangan


kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan
dapat diadaptasikan dalam pendidikan nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi
konstitusional Indonesia dan konteks sosial- kultural masyarakat Indonesia yang ber
Bhinneka Tunggal Ika termasuk dalam keyakinan agama.

Konsepsi pendidikan nilai moral Kholberg yang menitikberatkan pada penalaran


moral melalui pendekatan klarifikasi nilai yang memberikan kebebasan kepada individu
peserta didik untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks pembahasan
nilai selain aqidah sesuai dengan keyakinan masing-masing . Sedangkan teori tingkatan
dan tahapan perkembangan moral Kohlberg secara konseptual dapat digunakan sebagai
salah satu landasan bagi pengembangan paradigma penelitian perkembangan moral bagi
orang Indonesia.

Kerangka konseptual komponen Good Character dari Lickona yang membagi


karakter menjadi wawasan moral, perasaan moral , dan perilaku moral dapat dipakai untuk
mengklasifikasikan nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia dengan menambahkan
ke dalam masing-masing dimensi itu aspek
nilai yang berkenaan dengan konteks keagamaan seperti wawasan Ketuhanan Yang Maha
Esa dalam dimensi Wawasan Moral , perasaan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam dimensi Perasaan Moral, dan perilaku moral kekhalifahan dalam dimensi Perilaku
Moral.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi PKn di SD

Muatan isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada


pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamankan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Secara umum PKn diSD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan:


1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri
berdasarkan karakter- karakter masyarakat Indoensia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Struktur kurikulum di SD meliputi susbtansi pembelajaran yang ditempuh dalam


satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas 1 sampai dengan Kelas VI.
Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar
kompetensi mata pelajaran.

Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah, menurut


Permendiknas No.22 Tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang
didalamnya mengandung nilai dan moral sebagai beriku :
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi; Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
Lingkungan, kebanggaan, sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara, Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan
keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi; Tata tertib dalam kehidupan keluarga, Tata
tertib disekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, Peraturan-peraturan daerah,
norma-norma dalam dalam kehidupan berbangsa, sistem hukum dan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional Ham, Pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi; hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama, prestasi kedudukan warga negara,.
5. Konstitusi Negara meliputi; Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
konstitusi- konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan agar negara
dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik meliputi; Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan
daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya
politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan pers
dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi; kedudukan Pancasila sebagai dasaar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari- hari Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi; globalisasi di lingkungannya, poloitik luar negeri Indonesia di
era globalisasi dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globaalisasi.

KEGIATAN BELAJAR 3
Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKn di SD

Konsep “values eduation, moral education, education for vitues” sebagai program
dan proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, juga
mengembangkan nilai dan sikap.

Lickona (1992:6-7) “pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi


pekembangan dan berhasilnya kehidupan demokrasi” Yakni: Menghormati hak orang lain
Mematuhi hukum yang belaku, Partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan Peduli
terhadap perlunya kebaikan bagi umat

Secara teoritik nilai dan moral berkembang secara psikologis dalam diri individu
mengikuti perkembangan usia dan konteks social. Piaget merumuskan perkembangan
kesadaran dan pelaksanaan aturan yang dibagi menjadi dua domain yaitu sebagai berikut :

1. Tahapan Domain Kesadaran Mengenai Aturan


Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dirasakan sebagai susatu hal yang bersifa tidak
memaksa, usia 2-8 tahun, aturan disikapi dengan hal yang bersifat sacral dan
diterima tanpa pemikiran, usia 8-12 tahun aturan diterima sebagai hasil
kesepakatan.

2. Tahapan Domain Pelaksanaan Aturan


Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dilakukan sebagai susatu hal yang bersifa
monorik saja, usia 2-6 tahun, aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih
berorientasi diri sendiri, usia 6-10 tahun diterima sebagai hasil kesepakatan.
Piaget menyimpulkan bahwa pendidikan sekolah seyogyanya menitik beratkan
pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan (decision making skills) dan
memecahkan masalah (problem solving) dan membina pengembangan moral yang
dilakukan dengan cara menutut peserta didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan
keadilan (fairness). Sedangkan Koherlberg merumuskan adanya tiga tingkat / level yang
terdiri atas enam tahap/stage yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat I : Prakonvensional (Preconventional)
a. Tahap 1, Orientasi hukuman dan kepatuhan.
b. Tahap 2, Orientasi instrumental nisbi.
2. Tingkat II : Konvensioanal (Conventional)
a. Tahap 3, Orientasi kesepakatan timbal balik.
b. Tahap 4, Orientasi hokum dan ketertiban.
3. Tingkat III : Poskonvensional (Postconventional)
a. Tahap 5, Orientasi kontrak social lagalistik
b. Tahap 6, Orientasi prinsip etika universal
Dengan kata lain pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan Kohlberg sama
dengan yang ditawarkan Piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi
oleh penalaran moral, namun berbeda dalam hal titik berat pembelaarannya dimana Piaget
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan
masalah, sedangkan Kohlberg menitikberatkan pada pemilihan nilai yang dipegang terkait
dengan alternative pemecahan terhadap suatu dilemma moral melalui proses klarifikasi
bernalar.
MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 1
Gambaran Umum dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan serta Mata
Pelajaran IPS dan Mata Pelajaran Lainnya di SD

A. Gambaran Umum, Hakikat dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

Sejak diberlakukannya kurikulum sekolah tahun 1975, Pendidikan menjadi mata kuliah
yang berdiri sendiri yang tujuaan umumnya adalah membentuk warga negara yang baik.
Kemudian dalam perkembangannya. Kemudian dalam perkembangannya menjadi PMP
(Pendidikan Moral Pancasila) yang sekarang dikenal dengan Pendidikan Kewarganegaraan.
Kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) didasarkan
UU RI no 2 tahun 1989.
PKn merupakan mata pelajaran yang sangat cepat perubahannya dikarenakan PKn
rentan terhadap perubahan politik. Namun secara umum isi (hafalan), pendekatan (politis dan
kekuasaan), dan penyampaiannya (satu arah/verbal) tidak banyak berubah.
1. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Di antara tujuan PKn adalah untuk mengembangkan
kemampuan- kemampuan sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif terhadap isu kewarganegaraan
b. Aktif, bertanggungjawab, dan cerdas dalam tindakan bermasyarkat, berbangsa, dan
bernegara
c. Berkembang secara positif dan demokratis.
d. Berinteraksi dengan negara lain dengan memanfaatkan IPTEK

B. Hakikat dan Karakteristik Bidang Studi Pendidikan

1. Hakikat Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan


Hakikat Pendidikan kewarganegaraan adalah merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang dilandasai Pancasila UUD 1945.
2. Oleh karena itu Bidang studi Pendidikan kewargenegaraan diajarkan kepada mahasiswa agar
kelak nanti ketika menjadi guru dan mengajarkannya ke siswa SD, diharapkan agar siswa
tersebut bukan hanya mengetahui dan menghayati tentang nilai-nilai moral Pancasila, namun
dapat mengamalkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tersebut sesuai dengan tingkat
kematangan siswa SD. Karakterististik Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menuntut lahirnya warga negara dan
warga masyarakat yang Pancasila, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang mengetahui hak dan kewajibannya, menyadari pentingnya melaksanakan kewajiban-
kewajibannya yang didasari oleh ksadaran dan tanggungjawabnya sebagai warga negara,
tidak mencemari air dan tidak merusak lingkungan. Hal tersebut berhubungan dengan
landasan konsep yang mendasari Pendidikan Kewarganegaraan yaitu manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan dan insan sosial politik yang terorganisasi dengan tujuan agar
manusia Indonesia memiliki kemauan dan kemampuan untuk:
a. Sadar dan patuh terhadap hukum (melek hukum)
b. Sadar dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (melek politik)
c. Memahami dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional
d. Cinta bangsa dan tanah air.
Karakteristik Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu sebagai suatu bidang
kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan dapat diterima sebagai wahana utama
serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui
a. Civic intelligence atau kecerdasan dan daya nalar warga.
b. Civic responsibility atau kesadaran hak dan kewajiban sebagai warga negara
c. Civic participation atau kemampuan berpatisipasi baik indiividu, maupun sosial,
Ada 3 kompetensi yang hendak diwujudkan melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
a. Kompetensi untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan Tentang pemerintahan,
konstitusi, dan hubungan luar negeri
b. Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan Tentang sikap dan pemecahan
masalah
c. Kompetensi untuk menguasai karakter kewarganegaraan
Tentang penerapan nilai budi pekerti, demokrasi, ham, dan nasionalisme dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

C. Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum S1 PGSD

1. Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran SD


Landasan konsep yang mendasari pendidikan Kewarganegaran yaitu manusia adalah
mahkluk ciptaan Tuhan dan sebagai insan sosial dan politik yang terorganisasi melahirkan
fungsi dan peran serta tujuan pendidikan Kewarganegaraan.
Berdasarkan landasan konsep PKn tersebut, maka fungsi serta tujuan PKn secara umum
adalah:
a. Sebagai Pendidikan nilai dan moral Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945
Dalam hal ini siswa diajarkan tentang nilai moral yang diperlukan seorang warga negara
dalam kehidupan sebagai warga negara dan warga masyarakat.
b. Sebagai Pendidikan Politik
Siswa diajarkan bagaimana seharusnya mereka berpartisipasi dan berpikir positif terhadap
pembangunan nasional. Selain itu siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir kreatif,
dan inovatif terhadap berbagai
permasalahan sosial, politik, ekonomi, dan budaya serta memeiliki rasa tanggung jawab,
menghormati, dan menghargai aparat pemerintah.
c. Sebagai Pendidikan Kewarganegaraan
Siswa diharapkan bisa mengerti dan memahami hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, dan bernegara,
d. Sebagai Pendidikan Hukum dan Kemasyarakatan
Siswa diharapkan melek terhadap hukum, yaitu sadar bahwa setiap tindakannya ada hukum
dan peraturan yang mengaturnya.

KEGIATAN BELAJAR 2
Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS

A. Keterkaitan Antara Pendidikan Kewarganegaraan dan IPS serta Bagaimana


Keterkaitan itu Terjadi
PKn dan IPS secara historis memiliki keterkaitan yang kuat. Bidang studi PKn menurut
Kurikulum tahun 1994 diberi nama bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan
adalah bagian dari bidang studi IPS.
Bidang studi PKn pengajarannya erat kaitannya dengan Pancasila dan UUD 1945 dan
hal-hal yang menyangkut warga negara serta pemerintahan. Adapun disiplin Geografi,
Ekonomi, dan Sejarah menjadi bidang studi IPS.

B. Konsep Pembelajaran Terpadu


Konsep pembelajaran terpadu dikenal dalam bentuk sederhana pada kurikulum 1968
disebut dengan pendekatan korelasi. Pendekatan korelasi yaitu menghubungkan dua atau
lebih mata pelajaran saat menjelaskan suatu mata pelajaran. Misalnya saat menjelaskan
konsep geografi, maka pada saat itu pula penjelasan konsep geografi tersebut
dihubungkan.dengan konsep mata pelajaran lainnya, misalnya dihubungkan dengan wilayah
kekuasaan dan lokasi ketika perang Diponegoro.
Tujuan dari pendekatan ini tidak lain adalah agar pengajaran yang disampaikan dapat
lebih menarik bagi siswa menumbuhkan kreativitas mengajar guru, bahkan dapat
menumbuhkan kerjasama antar siswa, juga antara guru dengan siswa, agar kegiatan lebih
utuh dan terasa lebih nyata dan konkret.
Ada beberapa karakteristik dari pembelajaran terpadu:
1. Berpusat pada anak
2. Memberikan pengalaman langsung kepada anak
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu pembelajaran
5. Bersifat luwes
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan anak Ada beberapa
kelebihan dari pembelajaran terpadu:
 Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak
 Kegiatan yang dipilih lebih bermakna buat anak
 Menumbuhkembangkan keterampilan anak
 Meningkatkan keterampilan sosial anak.
 Membahas permasalahan kekinian yang sering ditemui anak.
Oleh karena itu, guru diharapkan lebih professional yakni mampu dalam memadukan
konsep dari berbagai mata pelajaran dalam sebuah pembelajaran, juga lebih kreatif dalam
menampilkan konsep yang akan diajarkan.

C. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pendidikan Terpadu


Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya sudah menerapkan
pembelajaran terpadu, karena dilihat dari historisnya yang memiliki hubungan dengan bidang
studi IPS. Ada beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan pembelajaran Terpadu:
1. Karakterististik anak sd
2. Konsep disiplin ilmu
3. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
4. Lingkungan Belajar Anak

KEGIATAN BELAJAR 3

Hubungan Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan dengan Mata Pelajaran


lainnya.

Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan selain dapat dihubungkan dengan mata


pelajaran IPS, dapat juga dihubungan dengan bidang studi lainnya seperti Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, dan Kesenian. Agar dapat terhubung, maka guru dapat menerapkan dengan
menggunakan berbagai model pembelajaran seperti model connected, web, dan integrated.
Untuk model connected biasanya digunakan hanya yang berkaitan dengan mata
pelajaran itu sendiri (hubunganintra). Sedangkan web dan integrated dapat digunakan untuk
menghubungkan berbagai beberapa mata pelajaran dalam 1 kegiatan pembelajaran.

Webbed Model
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba sebagai
berikut :
1. Guru menyiapkan tema utama dan sub-tema yang telah dipilih dari beberapa standar
kompetensi lintas mata pelajaran/ bidang Studi.
2. Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui
tema dan sub-tema.
3. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas.
4. Guru memilih konsep, kegiatan atau informasi yang bisa mendorong belajar siswa
MODUL 4
PETA KONSEP

KEBERAGAMAN BANGSA
INDONESIA SEBAGAI
PRIBADI NASIONAL,
KONSEP DAN PRINSIP KEBERAGAMAN, BHINEKA
KEPRIBADIAN NASIONAL TUNGGAL IKA DAN
KONSEP SERTA PRINSIP LANDASAN HUKUM
KEPRIBADIAN NASIONAL,
SEMANGAT
KEBANGSAAN, CINTA
TANAH AIR, DAN BELA UNSUR TERBENTUKNYA
NEGARA BANGSA, SEMANGAT
BANGSA, PATRIOTISME
KONSEP DAN PRINSIP SEBAGAI WUJUD SIKAP
SEMANGAT KEBANGSAAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN
( PERSATUAN,KESATUAN
DAN KEBANGSAAN )

KONSEP SERTA PRINSIP PRINSIP CINTA TANAH AIR,


CINTA TANAH AIR DAN BELA NEGARA, NILAI-NILAI
NEGARA BUDI PEKERTI
KEGIATAN BELAJAR 1

KERAGAMAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DAN


KEBANGGAAN SEBAGAI BANGSA INDONESIA

Keanekaragaman Bangsa Indonesia seabagai Kepribadian Nasional


Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang tertuang dalam buku
Sutasoma karangan Mpu Tantular. Tahun 1908 telah dirintis perjuangan yang bersifat
nasional yaitu “Boedi Utomo” yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Dan pada
tanggal 28 Oktober 1928 dicetuskan ikrar Sumpah Pemuda dan untuk pertama
kalinya dinyanyikan lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman.
Kebhinnekaan yang ada di Indonesia selain merupakan potensi juga merupakan
tantangan yang harus diupayakan penyelesaiannya. Tantangan tersebut semakin terasa dalam
menghadapi krisis multidimensional yang telah menjelma menjadi krisis ekonomi
yang berkepanjangan. Kondisi demikian dirasakan sebagai tantangan, karena akan mudah
menyulut terjadinya berbagai tindakan kekerasan, kecemburuan sosial dan tidak sedikit
terjadinya upaya pengrusakan-pengrusakan terhadap fasilitas umum. Kesemuanya itu dapat
menimbulkan terjadinya disintegrasi bangsa, oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya
untuk mencari kesamaan isi dan misi dalam membangun masyarakat Indonesia yang aman,
sejahtera.
Awan Mutaqin (1992:49-50) menyatakan bahwa konstruksi keragaman kebudayaan
bangsa Indonesia dapat dirumuskan berdasarkan nilai adaptasi ekologis, sistem
kemasyarakatan dan berbagaia pengaruh unsur-unsur dari luar, dengan rincian:
1. Budaya berkebun sederhana
2. Budaya berladang dan bersawah
3. Budaya bersawah
4. Budaya masyarakat kota
5. Budaya metropolitan
Kontjaraningrat (1993:384) ada 4 aspek yang harus diperhatikan dalam mengalisis
hubungan antar suku bangsa dan golongan, yaitu:
1. Sumber-sumber konflik
2. Potensi untuk toleransi
3. Sikap dan pandangan dari suku bangsa atau golongan terhadap sesuatu suku bangsa atau
golongan
4. Kondisi masyarakat dimana hubungan dan pergaulan antar suku bangsa atau golongan
tersebut berlangsung
Kontjaraningrat juga mengatakan sumber-sumber konflik di Negara berkembang
termasuk Indonesia ada 5 yaitu:
1. Konflik terjadi apabila warga dari dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam
mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama
2. Warga dari satu suku bangsa memaksakan unsur dari kebudayaan kepada suku bangsa yang
lain
3. Konflik yang fanatik apabila suku bangsa memaksakan konsep agamanya terhadap suku
bangsa yang lain
4. Suku bangsa berusaha mendominasi suku bangsa lain secara politis
5. Potensi konflik terpendam dalam hubungan antara suku suatu bangsa bermusuhan secara adat
Namun demikian terdapat 2 potensi suku bangsa untuk bersatu yaitu:
1. Warga dari kedua suku bangsa dapat saling bekerja sama secara sosial ekonomi
2. Warga dari kedua suku bangsa dapat hidup berdampingan dapat menetralisasi hubungan
apabila akan terjadi konflik

 
KEGIATAN BELAJAR 2

KONSEP DAN PRINSIP SEMANGAT KEBANGSAAN

Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu pulau, baik pulau besar
atau pun pulau kecil yang jumlahnya mencapai 17.508 buah, sehingga mendapat julukan
Nusantara. Indonesia adalah negara yang terletak di posisi silang dan di antara dua buah
Samudra dan duabuah Benua yang menyebabkan Indonesia berada dalam posisi yang
strategis.
Sekali pun wilayah Indonesia tersebar di antara pulau-pulau, tidak menjadikan
penduduknya bercerai. Hal ini karena bangsa Indonesia telah mempunyai ikatan sejarah
maupun juridis formal yang dapat dibanggakan.
Menurut Ernest Renan, bangsa Indonesia terbentuk dari orang-orang yang mempunyai
persamaan latar belakang sejarah, pengalaman serta perjuangan yang sama dalam mencapai
hasrat untuk bersatu.
Terbentuknya bangsa dapat disimpulkan atas beberapa kesamaan seperti :
1. Latar belakang sejarah
2. Pengalaman
3. Perjuanagan dalam mencapai kemerdekaan
4. Keturunan
5. Adat istiadat
6. Bahasa
Ikatan Yuridis bangsa Indonesia terdaoat di berbagai rumusan yang tertuang dalam
berbagai bentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia, seperti Pembukaan UUD 1945,
batang tubuh UUD 1945, Ketetapan MPR, dan berbagai peraturan perundang-undangan
lainnya.
Bangsa Indonesia mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan dengan bangsa lain,
diantaranya sebagai berikut:
1. Jumlah dan potensi penduduk yang besar
2. Keanekeragaman sosial budaya
3. Keindahan alam dan fauna
4. Konsep wawasan nusantara dalam pengembangan wilayahnya
5. Semangat sumpah pemuda
6. Memiliki tata krama dan kesopanan yang tidak dimiliki bangsa lain
7. Letak wilayahnya yang sangat strategis dan salah satu keajaiban dunia ada di
Indonesia
8. Dipercaya menjadi tuan rumah dari berbagai konferensi Internasional (KAA, KTT
Non Blok, dsb)

KEGIATAN BELAJAR 3

PEMBELAJARAN KERAGAMAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA


DAN KEBANGGAAN SEBAGAI BANGSA INDONESIA

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam kurikulum sangat penting dan strategis


karena tugas dan peran Pkn adalah menggariskan komitmen untuk melaksanakan proses
pembangunan karakter bangsa (national and character building).
Secara khusus tujuan PKn adalah dapat mengembangkan berbagai kompetensi
diantaranya adalah:
1. Kemampuan berpikir rasional, kritis dan kreatif sehingga memahami wacana
kewarganegaraan
2. Keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokrasi dan bertanggung
jawab
3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik sesuai norma yang berlaku
Ruang lingkup PKn juga merupakan bidang kajian multidisipliner yang mencakup
berbagai aspek, yaitu:
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
2. Norma, hukum dan peraturan
3. Haka Asasi Manusia
4. Kebutuhan warga negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan politik
7. Pancasila
8. Globalisasi
Model-model pembelajaran yang ada kini mampu mengembangkan ketiga potensi
siswa adalah model-model pembelajaran yang interaktif, dalam arti mampu mengaktifkan
berbagai potensi yang ada dan dimiliki siswa.
Pembelajaran materi keanekaragaman sosial budaya dan kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia ada sejumlah slternatif model pembelajaran yang ada dapat dikembangkan di kelas.
Dalam kegiatan belajar 2 dicontohkan 2 model yaitu Model Bermain Peran (Role Playing)
dan Analisis Kasus.
I.G.A.K. Wardani (1997) keterampilan dasar yang harus dimiliki guru untuk
melaksanakan kegiatan bermain peran adalah keterampilan menjelaskan, keterampilan
bertanya dan keterampilan mengelola kelompok kecil.
Rambu-rambu pelaksanaan bermain peran juga diungkapkan oleh I.G.A.K. Wardani
(1997) diantaranya:
1. Tiap siswa memerankan peran yang berbeda sehingga penghayatan lebih mantap
2. Jika pemahaman siswa lambat, guru meminta siswa membuat skenario sehingga permainan
lebih mudah
3. Guru dapat memodelkan permainan peran, terutama peran yang sukar dihayati
4. Peran yang dimainkan harus sesuai dengan tingkat berpikir dan usia serta pengalaman siswa
5. Penghayatan yang berbeda terhadap peran yang dimainkan, menghasilkan pemecahan
masalah yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai