123
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:wahyunida662@yahoo.co.id, wayanarini@yahoo.co.id,
chem_currie@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan peningkatan interaksi belajar
dalam mata pelajaran IPS pada saat penerapan pembelajaran model connected pada
siswa kelas III SD No I Kampung Bugis tahun pelajaran 2014/2015, (2) mendeskripsikan
peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS pada saat penerapan pembelajaran
model connected pada siswa kelas III SD No I Kampung Bugis. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, serta melakukan
refleksi pada akhir siklus. Penelian ini dapat dimanfaatkan siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar yang lebih bermakna untuk memberikan kesempatan kepada siswa
belajar berinteraksi dengan teman, guru di sekolah, serta seluruh warga di sekolah
dalam pembelajaran IPS.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD No I Kampung
Bugis tahun ajaran 2014/2015. Objek penelitian ini adalah interaksi dan hasil belajar
IPS. Data mengenai interaksi belajar yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
metode deskritif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
interaksi belajar siswa pada siklus I 51,2 % menjadi 74,2% pada siklus II dan hasil
belajar IPS siswa siklus I sebesar 54,6% menjadi 80,67% pada siklus II.Berdasarkan
hasil presentasi itu dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model connected
dapat meningkatkan interaksi dan hasil belajar IPS pada siswa Kelas III SD No I
Kampung Bugis.
Kata-kata kunci: model connected, interaksi belajar IPS, hasil belajar IPS.
ABSTRACT
This research aimed at: (1) describing the improvement of study interaction for social
science subjec when connected model learning was implemented to the third grade
students of elementary school No. I Kampung Bugis in academic year 2014/2015, (2)
describing the improvement of students achievement in social science subject when was
implemented of connected model learning in the third grade students of elementary
school No.I Kampung Bugis.The reserch was classroom action based research which
was conducted on two cycles. Each cycle consists of planning action, action,
observation/evaluation and reflection at the end of cycle. This research can give benefits
for the students to obtain more meaningful study experience and give chance to interact
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
with friends, teaches at school and all the school participants for social science subject.
The subjects of this research were the third grade students of elementary school No. I
Kampung Bugis in academic year of 2014/2015. Mean while the objects of this research
were interaction and study result of social science subject. Moreover, the data of study
result collected was analyzed by using descriptive qualitative method. The result of the
research showed the improvement of students study interaction from sufficient to be
active and the social science study resultfrom 54,6% becomes 80,67%. Based on
percentage above, it can be the concluded that the implementation of connected model
learning can improve interaction and social science result of the third grade students
elementary school No. I Kampung Bugis.
Keywords : connected model, social science study interaction, social study result .
yang diperoleh siswa melalui kegiatan yaitu 70. Dalam proses pembelajaran, siswa
belajar dengan ciri-ciri perubahan kurang mampu memahami konsep yang
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, diberikan dan cenderung kurang aktif di
analisis, sintetis dan evaluasi; (2) Sikap kelas. Selain itu, dalam pembelajaran guru
(afektif). Hasil belajar afektif adalah masih menggunakan sistem mengajar
perubahan sikap yang dialami oleh siswa konvensional. Menurut Djamarah (2002)
yang berupa penerimaan atau perhatian, metode pembelajaran konvensional adalah
adanya tanggapan dan respon serta metode pembelajaran tradisional atau
penghargaan; (3) Keterampilan disebut juga dengan metode ceramah.
(psikomotor). Hasil belajar psikomotor Sejak dulu metode ini telah dipergunakan
merupakan perubahan tingkah laku yang sebagai alat komunikasi lisan antara guru
berupa keterampilan siswa, keberanian, dengan anak didik dalam proses belajar dan
minat, kreativitas dan partisipasi di dalam pembelajaran. Dengan penggunaan metode
kegiatan sebagai usaha tanpa tekanan dari tersebut, siswa terlihat kurang aktif dalam
guru atau orang lain. Pendapat tersebut mengikuti pelajaran dan aktivitas belajar
didukung oleh Muhaimin, dkk (1999:45) siswa sangat rendah. Gaya belajar guru
menyatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar yang seperti itu membuat aktivitas belajar
adalah “(1) Menghasilkan perubahan pada siswa kurang sehingga kekurangaktifan
diri individu yang belajar, baik aktual siswa dalam mengikuti pelajaran dapat
maupun potensial, (2) Perubahan itu menyebabkan siswa menjadi malas dan
pokoknya adalah didapatkannya tidak mau memperhatikan pelajaran dengan
kemampuan baru yang berlaku dalam baik sehingga situasi kelas menjadi ribut
waktu relatif lama, dan (3) Perubahan itu dan pelaksanaan pembelajaran menjadi
terjadi karena usaha”. Slameto (2003) kurang kondusif. Aktivitas belajar siswa
menyatakan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan karena aktivitas belajar
mempengaruhi dapat digolongkan menjadi siswa mendukung hasil belajar siswa. Jika
dua yakni faktor intern dan faktor ekstern. aktivitas belajar siswa tinggi, maka hasil
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam belajar siswa pun tinggi.
diri individu yang sedang belajar. Faktor Hal ini merupakan suatu kenyataan
ekstern adalah faktor yang ada di luar yang menjadi tantangan bagi para guru
individu. sekolah dasar untuk dapat menciptakan
Sebagian besar siswa jarang suasana belajar yang kondusif bagi anak
melakukan tukar menukar informasi dengan seusia sekolah dasar. Guru sekolah dasar
teman-teman di kelasnya dan tidak mau harus mengetahui dan mengerti
saling membantu dalam belajar. Ini terbukti karakteristik pertumbuhan dan
saat siswa mengerjakan tugas atau soal perkembangan anak sekolah dasar itu
yang diberikan oleh guru. Siswa cenderung sendiri, kemudian mengerti dan mengetahui
mengerjakan tugas secara mandiri. Siswa strategi pembelajaran yang tepat bagi anak
yang pintar cenderung tidak mau seusia itu. Untuk mewujudkan hal, tersebut
membimbing dan membantu temannya maka dibutuhkan suatu model
yang kurang kemampuan akademiknya. pembelajaran yang mengintegrasikan satu
Sebaliknya, siswa yang merasa kurang konsep, keterampilan yang dipadukan
mampu dalam pembelajaran enggan dengan pembelajaran lain dalam satu
bertanya kepada siswa yang lebih mampu bidang studi. Mengingat permasalahan di
dengan alasan malu. Dilihat dari data hasil atas, diupayakan dicarikan solusi melalui
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa penelitian tindakan kelas. Penelitian
kelas III, rata-rata hasil belajar Ilmu tersebut diarahkan untuk meningkatkan
Pengetahuan Sosial siswa adalah 64, masih interaksi dan hasil belajar IPS melalui
di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) Penerapan Pembelajaran Model Connected
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
untuk Meningkatkan Interaksi dan Hasil aspek tertentu mereka pelajari lebih
Belajar IPS pada Siswa Kelas III SD No 1 mendalam. (5) Konsep- konsep kunci
Kampung Bugis Tahun Pelajaran dikembangkan dengan waktu yang cukup
2014/2015. Pengorganisasian kurikulum sehingga lebih dapat dicerna oleh siswa. (6)
merupakan perpaduan antara dua Tidak mengganggu kurikulum yang sedang
kurikulum atau lebih sedemikian sehingga berlaku.Kelemahan pembelajaran model
menjadi suatu kesatuan yang utuh, dan connected antara lain: (1) Tidak mendorong
dalam aplikasi pada kegiatan belajar guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi
mengajar diharapkan dapat mengarahkan pelajaran tetap terfokus tanpa
proses pembelajaran serta pembelajaran merentangkan konsep- konsep serta ide
menjadi lebih bermakna karena senantiasa antar satu bidang studi. (2) Dalam
mengaitkan dengan kegiatan praktis sehari- memadukan ide-ide, pada suatu konsep
hari sehingga tujuan pembelajaran dapat maka usaha untuk mengembangkan
tercapai . keterhubungan antar konsep dalam satu
Menurut Hadisubroto (dalan Trianto, bidang studi menjadi terabaikan.
2007:40) model connected merupakan Pada dasarnya langkah-langkah
model pembelajaran yang dilakukan dengan (sintak) pembelajaran mengikuti tahap-
mengaitkan satu pokok bahasan dengan tahap yang dilalui dalam setiap model
pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu
ketrampilan dengan ketrampilan lain dan tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan
dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu tahap evaluasi (Trianto :2007). Berkaitan
dengan hari berikutnya dalam satu bidang dengan itu maka sintak model pembelajaran
studi. Jadi, model connected adalah connected diperoleh dari berbagai model
pembelajaran yang dilakukan dengan pembelajaran langsung (direct instuctions),
mengaitkan satu konsep yang satu dengan model pembelajaran kooperatif (cooperatif
konsep lain, mengaitkan satu ketrampilan learning), maupun model pembelajaran
dengan ketrampilan lain dan dapat juga berdasarkan masalah (problem based
mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari instructions). Dengan demikian sintak
berikutnya dalam satu bidang studi. pembelajaran model connected dapat
Model connected juga memiliki bersifat luwes dan fleksibel. Artinya, bahwa
keunggulan dan kelemahan. Beberapa sintak dalam pembelajaran model
keunggulan pembelajaran model connected connected diakomodasi dari berbagai model
antara lain sebagai berikut: (1) Dengan pembelajaran yang dikenal dengan istilah
pengintegrasian konsep- konsep dalam satu setting atau merekonstruksi. Sedangkan
bidang studi, maka siswa mempunyai menurut Hadisubroto (dalam Trianto 2007),
gambaran yang luas sebagaimana suatu dalam merancang pembelajaran terpadu
bidang studi yang terfokus pada suatu setidaknya ada empat hal yang perlu
aspek tertentu. (2) Siswa dapat diperhatikan yaitu: (1) menentukan tujuan
mengembangkan konsep-konsep kunci (2) menentukan materi/ media, (3)
secara terus menerus, sehingga terjalin menyusun skenario KBM. (4) menentukan
proses internalisasi. (3) Mengintegrasikan Evaluasi.
ide-ide dalam konsep-konsep Apabila model pembelajaran
memungkinkan siswa mengkaji, connected dilaksanakan dengan baik dan
mengkonseptualisasi, memperbaiki serta benar, akan bisa meningkatkan interaksi
mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan belajar yang diikuti dengan meningkatnya
masalah. (4) Dengan adanya hubungan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.
atau kaitan antara gagasan dalam satu Berdasarkan latar belakang tersebut,
bidang studi siswa mempunyai gambaran dilaksanakan penelitian yang berjudul
yang lebih kompherensif dari beberapa “Penerapan Pembelajaran Model
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama
pembelajaran berlangsung. Adapun
Siklus Berikutnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini antara lain: (1) Mengamati
Gambar 2 Rancangan Penelitian Tindakan
interaksi belajar siswa selama proses
Kelas
pembelajaran berlangsung. (2) Mencatat
Keterangan gambar :
setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi
: Alur siklus
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Jumlah skor siswa keseluruhan (x)= 328 Pada siklus II diterapkan tindakan
Rata-rata skor siswa yang dihitung adalah yang telah disusun pada tahap
rata-rata skor siswa secara klasikal. Hal ini perencanaan. Pada siklus ini dilakukan 3
digunakan untuk melihat ketuntasan belajar kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan
siswa secara klasikal. pada pelaksanaan pemberian tindakan
M=
X
M=
328 dalam pembelajaran dan satu kali
pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir
n 20 ( 5) siklus.
= 16,4 Pertemuan pertama dilaksanakan
Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya pada hari Senin, 3 Nopember 2014,
ditentukan tingkat keberhasilan belajar IPS pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari
dengan menghitung persentase hasil Rabu, 5 Nopember 2014, dan pertemuan
belajar siswa . ke tiga dilaksanakan pada hari Kamis, 6
Nopember 2014. Pada pelaksanaan
Diketahui : M=16,4 pembelajaran berikutnya atau pada siklus
kedua ini model pembelajaran yang
SMI=30 digunakan adalah sama yaitu pembelajaran
model connected tetapi telah diadakan
Ditanya : M (%) =……………..?
beberapa pengubahan sesuai dengan hasil
refleksi siklus I.
M
Jawab :M (%)= x100% (6) Pada saat pembelajaran hal pertama
SMI yang dilakukan guru adalah mengecek
16,4 sarana belajar yang disiapkan siswa,
M (%)= x100%
30
kemudian memberikan materi yang akan
dibahas. Materi yang diberikan adalah
M (%)= 54,6% materi tentang lingkungan alam dan buatan
di sekitar rumah dan sekolah . Guru kembali
Jadi hasil belajar siswa pada siklus I adalah mengajak siswa untuk melihat lingkungan di
54,6% berada pada kategori sangat kurang sekitar sekolah.dengan bimbingan guru
baik. siswa membentuk kelompok kemudian
berdiskusi tentang hal yang diamati.
Hasil tersebut belum mencerminkan Dengan kegiatan seperti ini seluruh siswa
harapan yang ingin dicapai oleh peneliti dapat ikut terlibat aktif dalam kegiatan
maka dilanjutkan ke siklus II dengan pembelajaran. Interaksi dan hasil belajar
berpedoman pada hasil refleksi siklus I. yang diperoleh siswa pada siklus II adalah
sebagai berikut.
Tabel 4 Data Interaksi Belajar Siswa
No Kode Siswa Skor No Kode Siswa Skor
1 A01 20 11 A11 24
2 A02 20 12 A12 20
3 A03 23 13 A13 23
4 A04 21 14 A14 21
5 A05 23 15 A15 20
6 A06 23 16 A16 20
7 A07 21 17 A17 21
8 A08 27 18 A18 20
9 A09 25 19 A19 22
10 A10 27 20 A20 24
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
belajar IPS siswa dalam penerapan model Namun dengan pemberian motivasi dan
pembelajaran connected yaitu, (1) pengertian kepada siswa, pada tahap
penerapan pembelajaran model connected konfirmasi pertemuan I siklus I siswa mulai
dapat meningkatkan pengalaman belajar menunjukkan antusias mereka dan mulai
yang lebih bermakna sehingga memberikan terbiasa dengan kelompoknya.
kesempatan kepada siswa untuk belajar Kekompakan dan tanggung jawab
berinteraksi, (2) rasa percaya diri dapat kelompok masih rendah, namun diskusi
meningkatkan keberanian siswa dalam kelompok terlihat cukup baik dan kompak.
menjawab pertanyaan dan menyampaikan Pada pertemuan kedua siklus I dari awal
ide-idenya. pembelajaran hingga akhir pembelajaran
Model pembelajaran connected ini keadaan kelas cukup baik. Namun tetap
dipilih karena melihat karakteristik siswa saja ada beberapa siswa yang tidak
kelas III yang pada umumnya tergolong konsentrasi dan kurang serius dalam
siswa kurang aktif. Model connected dapat mengikuti pelajaran. Namun dengan
dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif teguran dan menunjuk mereka untuk
pelaksanaan pembelajaran agar mewakili kelompok pada saat
berkembang secara optimal. Model ini menyampaikan hasil diskusi, dapat
merupakan salah satu bagian dari model mengatasi kendala yang ada.
pembelajaran terpadu yang mengaitkan Pada pertemuan pertama siklus II ,
konsep yang satu dengan konsep yang lain dilaksanakan dengan tambahan variasi
dalam satu bidang studi. Dengan pembelajaran. Variasi tersebut dalam
penerapan model connected siswa belajar kegiatan diskusi belajar siswa dengan
mengaitkan beberapa konsep dalam bidang memberirikan permasalahan yang berkaitan
studi. Fogarty (dalam Trianto, 2007), erat dengan aktivitas siswa, selain itu
mengemukakan bahwa model terhubung pemberian motivasi pada siswa juga telah
(connected) merupakan model integrasi dilakukan. Dengan adanya motivasi dari
dalam satu bidang studi. Model ini guru kepada siswa, maka dalam kegiatan
mengintegrasikan satu konsep, pembelajaran akan muncul interaksi antara
keterampilan dalam satu bidang studi. guru dan siswa, antara siswa dan siswa,
Dengan demikian pembelajaran menjadi sehingga terjadi interaksi yang multiarah.
lebih efektif dan bermakna. Dengan adanya interaksi belajar dalam
Hasil penelitian ini sesuai dengan kelas, semuanya ikut terlibat dan berperan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh aktif, sehingga tercipta komunikasi timbal
Kilmas (tahun 2004) juga menunjukkan balik antara siswa. Interaksi yang terjadi di
bahwa penerapan model connected mampu kelas adalah interakasi multiarah, yakni
meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus adanya hubungan timbal balik antara siswa
I sampai siklus II. Ini berarti bahwa model dan siswa, antara siswa dan guru. Demikian
connected adalah salah satu model pula sebaliknya terjadi antara guru dan
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk siswa. Dari tindakan tersebut, diperoleh
meningkatkan interaksi dan hasil belajar respon posistif dari siswa. Dengan respon
siswa. Untuk itu dipilih model pembelajaran positif ini, pembelajaran seperti pada
connected. pertemuan I diterapkan kembali pada
Penggunaan pembelajaran dengan pertemuan II siklus II ini. Pemberian tes
model ini tidak begitu saja dapat diterima akhir siklus II pun disambut dengan
oleh siswa, khususnya pada saat antusias oleh siswa dan menujukkan hasil
pembentukan kelompok. Pada awal yang memuaskan.
pelaksanaan siklus I sebagian besar siswa
masih terlihat pasif, mereka masih terlihat
kuang antuasias dalam mengikuti pelajaran.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015