Anda di halaman 1dari 12

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL CONNECTED UNTUK


MENINGKATKAN INTERAKSI DAN HASIL BELAJAR IPS
PADA SISWA KELAS III SD NO I KAMPUNG BUGIS
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Wahyuni 1 , Ni Wayan Arini 2 , Putu Nancy Riastini 3

123
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail:wahyunida662@yahoo.co.id, wayanarini@yahoo.co.id,
chem_currie@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan peningkatan interaksi belajar
dalam mata pelajaran IPS pada saat penerapan pembelajaran model connected pada
siswa kelas III SD No I Kampung Bugis tahun pelajaran 2014/2015, (2) mendeskripsikan
peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS pada saat penerapan pembelajaran
model connected pada siswa kelas III SD No I Kampung Bugis. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, serta melakukan
refleksi pada akhir siklus. Penelian ini dapat dimanfaatkan siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar yang lebih bermakna untuk memberikan kesempatan kepada siswa
belajar berinteraksi dengan teman, guru di sekolah, serta seluruh warga di sekolah
dalam pembelajaran IPS.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD No I Kampung
Bugis tahun ajaran 2014/2015. Objek penelitian ini adalah interaksi dan hasil belajar
IPS. Data mengenai interaksi belajar yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
metode deskritif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
interaksi belajar siswa pada siklus I 51,2 % menjadi 74,2% pada siklus II dan hasil
belajar IPS siswa siklus I sebesar 54,6% menjadi 80,67% pada siklus II.Berdasarkan
hasil presentasi itu dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model connected
dapat meningkatkan interaksi dan hasil belajar IPS pada siswa Kelas III SD No I
Kampung Bugis.

Kata-kata kunci: model connected, interaksi belajar IPS, hasil belajar IPS.

ABSTRACT
This research aimed at: (1) describing the improvement of study interaction for social
science subjec when connected model learning was implemented to the third grade
students of elementary school No. I Kampung Bugis in academic year 2014/2015, (2)
describing the improvement of students achievement in social science subject when was
implemented of connected model learning in the third grade students of elementary
school No.I Kampung Bugis.The reserch was classroom action based research which
was conducted on two cycles. Each cycle consists of planning action, action,
observation/evaluation and reflection at the end of cycle. This research can give benefits
for the students to obtain more meaningful study experience and give chance to interact
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

with friends, teaches at school and all the school participants for social science subject.
The subjects of this research were the third grade students of elementary school No. I
Kampung Bugis in academic year of 2014/2015. Mean while the objects of this research
were interaction and study result of social science subject. Moreover, the data of study
result collected was analyzed by using descriptive qualitative method. The result of the
research showed the improvement of students study interaction from sufficient to be
active and the social science study resultfrom 54,6% becomes 80,67%. Based on
percentage above, it can be the concluded that the implementation of connected model
learning can improve interaction and social science result of the third grade students
elementary school No. I Kampung Bugis.
Keywords : connected model, social science study interaction, social study result .

PENDAHULUAN Dalam pembelajaran, siswa diarahkan oleh


Salah satu upaya untuk guru agar lebih aktif dalam pembelajaran
meningkatkan kualitas pembelajaran di sehingga siswa mampu menggali
kelas atau di sekolah adalah melalui pengetahuannya dan guru hanya sebagai
perbaikan proses pembelajaran. pembimbing siswa. Agar dalam
Pembelajaran merupakan suatu sistem pembelajaran siswa lebih aktif, maka
yang terdiri atas beberapa komponen yang diperlukan kemampuan guru dalam
saling mendukung. Adapun komponen- menentukan model pembelajaran yang
komponen pendukung pembelajaran tepat untuk digunakan dalam pembelajaran.
meliputi guru, siswa, metode mengajar, Di sekolah dasar terdapat beberapa
model pembelajaran, media, sarana dan mata pelajaran yang diajarkan, salah
prasarana, kurikulum, evaluasi dan tujuan. satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial
Salah satu komponen yang sangat (IPS). IPS merupakan salah satu mata
berperan dalam pembelajaran adalah guru. pelajaran yang terdapat dalam kurikulum
Tugas utama guru di sekolah adalah sekolah. Menurut Sujono (Hamzah, 2001:8)
memberikan pendidikan dan pengajaran. IPS perlu diajarkan di sekolah karena IPS
Peranan guru dalam pembelajaran adalah menyiapkan siswa menjadi pemikir. IPS
sebagai organitator yaitu mengarahkan agar menyiapkan siswa menjadi warga negara
pembelajaran efektif dan efisien, sebagai yang hemat, cermat dan efisien dan IPS
fasilitator anak didik dalam penitisan nilai- membantu siswa mengembangkan
nilai atau pengetahuan khususnya yang karakternya. Berdasarkan beberapa
berkaitan dengan lingkungan dan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
kehidupan sekitarnya. Keberhasilan pembelajaran IPS di sekolah merupakan hal
pendidikan dan pengajaran bukan hanya yang penting untuk meningkatkan
ditentukan oleh guru tetapi juga oleh kecerdasan siswa.
siswanya. Siswa memainkan peran penting Hasil pengamatan menunjukan
untuk mempersiapkan dirinya menjadi aktor bahwa masih kurangnya interaksi belajar
yang mampu menampilkan keunggulan dan hasil belajar siswa kelas III pada mata
dirinya sebagai sosok yang tangguh, kreatif, pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
mandiri, dan profesional pada bidangnya Sekolah Dasar No 1 Kampung Bugis.
masing-masing. Interaksi dan kerjasama siswa dalam
Suatu informasi akan diserap menyelesaikan suatu permasalahan
dengan baik oleh siswa apabila guru umumnya masih kurang. Artinya sikap
memiliki kemampuan menerapkan model individual siswa sangat menonjol jika
pembelajaran dengan baik. Penggunaan dibandingkan dengan interaksi dan kerja
model pembelajaran dengan tepat dapat sama siswa. Menurut Winataputra (2007)
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. interaksi belajar erat hubungannya dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

teori psikologi kognitif. Aspek kognitif menerima pesan dari sumber


mempersoalkan masalah bagaimana orang (komunikator).
memperoleh pemahaman mengenai diri Pola interaksi multiarah yang terjadi
sendiri dan lingkungannya, dan bagaimana hendaklah mengutamakan hubungan
mereka berhubungan dengan lingkungan horizontal antara siswa yang satu dengan
mreka dengan menggunakan siswa yang lainnya dan antara siswa
kesadarannya, sedangkan aspek psikologi dengan guru. Pola hubungan horizontal
menekankan pada hubungan antara orang mengandung pengertian bahwa setiap
dengan lingkungan psikologi menekankan individu yang terlibat dalam interaksi
pada hubungan antara orang dengan tersebut mempunyai peran ganda yaitu
lingkungan psikologinya secara bersamaan sebagai pemberi dan penerima. Dengan
dan saling berhubungan secara timbal balik. demikian guru bersama siswa harus dapat
Dalam menciptakan interaksi belajar mengusahakan atau menciptakan suatu
siswa, guru sebagai pengajar hendaknya situasi dan kondisi yang memungkinkan
tidak mendominasi kegiatan, tetapi bagi mereka untuk saling belajar dan
membantu menciptakan kondisi yang mengajar. Pola interaksi multiarah dapat
kondusif serta memberikan motivasi dan digambarkan melalui bagan berikut ini:
bimbingan agar siswa dapat
mengembangkan potensi dan kreativitasnya
melalui kegiatan belajar. Mengajar bukanlah
sekedar menuangkan seperangkat
pengetahuan kepada benda mati. Siswa
bukanlah sekedar kaleng yang kosong
melainkan sesuatu yang dinamis serta
penuh emosi. Siswa bereaksi terhadap
lingkungannya tidak hanya secara Gambar 1 Pola interaksi multiarah
intelektual, tetapi juga secara fisik,
emosional dan sosial. Dalam pergaulan Dimyanti dan Moedjiono (2006: 94)
antar individu di dalam kelas akan tercipta bahwa hasil belajar merupakan hasil
saling aksi dan mereaksi. menyatakan bahwa belajar ditandai oleh
Interaksi belajar dalam kelas ciri- ciri: (1) Disengaja dan bertujuan (2)
diharapkan semuanya ikut terlibat dan tahan lama (3) bukan karena kebetulan (4)
berperan aktif sehingga tercipta komunikasi bukan karena kematangan dan
timbal balik antara siswa.Interaksi yang petumbuhan. Hasil belajar IPS yaitu hasil
diharapkan dalam pembelajaran di kelas belajar yang dicapai oleh seseorang setelah
adalah interakasi multiarah, dimana adanya mengalami proses interaksi pembelajaran
hubungan timbal balik antara siswa dan mata pelajaran IPS.
siswa, antara siswa dan guru begitu pula Belajar adalah suatu proses yang
sebaliknya antara guru dan siswa. Untuk ditandai dengan adanya perubahan pada
mencapai tujuan tersebut haruslah dalam diri seseorang sebagai hasil dari
berinteraksi menggunakan komunikasi yang pengalaman dan latihan. Perubahan
efektif agar tercipta hubungan yang tumbuh sebagai hasil belajar ditimbulkan dalam
dan berkembang antara individu yang satu berbagai bentuk seperti perubahan
(sebagai komunikator) dengan individu yang pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah
lain (sebagai komunikan), yang satu laku dan kecakapan serta kemampuan. Ciri-
(komunikator) dengan gayanya sendiri ciri hasil belajar yang dikemukakan oleh
menyampaikan pesan kepada yang lain Dimyati dan Moedjiono (2006 : 101) bahwa,
(komunikan), sedangkan yang satu (1) Pengetahuan (kognitif). Hasil belajar
(komunikan) dengan gayanya sendiri kognitif merupakan kemajuan intelektual
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

yang diperoleh siswa melalui kegiatan yaitu 70. Dalam proses pembelajaran, siswa
belajar dengan ciri-ciri perubahan kurang mampu memahami konsep yang
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, diberikan dan cenderung kurang aktif di
analisis, sintetis dan evaluasi; (2) Sikap kelas. Selain itu, dalam pembelajaran guru
(afektif). Hasil belajar afektif adalah masih menggunakan sistem mengajar
perubahan sikap yang dialami oleh siswa konvensional. Menurut Djamarah (2002)
yang berupa penerimaan atau perhatian, metode pembelajaran konvensional adalah
adanya tanggapan dan respon serta metode pembelajaran tradisional atau
penghargaan; (3) Keterampilan disebut juga dengan metode ceramah.
(psikomotor). Hasil belajar psikomotor Sejak dulu metode ini telah dipergunakan
merupakan perubahan tingkah laku yang sebagai alat komunikasi lisan antara guru
berupa keterampilan siswa, keberanian, dengan anak didik dalam proses belajar dan
minat, kreativitas dan partisipasi di dalam pembelajaran. Dengan penggunaan metode
kegiatan sebagai usaha tanpa tekanan dari tersebut, siswa terlihat kurang aktif dalam
guru atau orang lain. Pendapat tersebut mengikuti pelajaran dan aktivitas belajar
didukung oleh Muhaimin, dkk (1999:45) siswa sangat rendah. Gaya belajar guru
menyatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar yang seperti itu membuat aktivitas belajar
adalah “(1) Menghasilkan perubahan pada siswa kurang sehingga kekurangaktifan
diri individu yang belajar, baik aktual siswa dalam mengikuti pelajaran dapat
maupun potensial, (2) Perubahan itu menyebabkan siswa menjadi malas dan
pokoknya adalah didapatkannya tidak mau memperhatikan pelajaran dengan
kemampuan baru yang berlaku dalam baik sehingga situasi kelas menjadi ribut
waktu relatif lama, dan (3) Perubahan itu dan pelaksanaan pembelajaran menjadi
terjadi karena usaha”. Slameto (2003) kurang kondusif. Aktivitas belajar siswa
menyatakan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan karena aktivitas belajar
mempengaruhi dapat digolongkan menjadi siswa mendukung hasil belajar siswa. Jika
dua yakni faktor intern dan faktor ekstern. aktivitas belajar siswa tinggi, maka hasil
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam belajar siswa pun tinggi.
diri individu yang sedang belajar. Faktor Hal ini merupakan suatu kenyataan
ekstern adalah faktor yang ada di luar yang menjadi tantangan bagi para guru
individu. sekolah dasar untuk dapat menciptakan
Sebagian besar siswa jarang suasana belajar yang kondusif bagi anak
melakukan tukar menukar informasi dengan seusia sekolah dasar. Guru sekolah dasar
teman-teman di kelasnya dan tidak mau harus mengetahui dan mengerti
saling membantu dalam belajar. Ini terbukti karakteristik pertumbuhan dan
saat siswa mengerjakan tugas atau soal perkembangan anak sekolah dasar itu
yang diberikan oleh guru. Siswa cenderung sendiri, kemudian mengerti dan mengetahui
mengerjakan tugas secara mandiri. Siswa strategi pembelajaran yang tepat bagi anak
yang pintar cenderung tidak mau seusia itu. Untuk mewujudkan hal, tersebut
membimbing dan membantu temannya maka dibutuhkan suatu model
yang kurang kemampuan akademiknya. pembelajaran yang mengintegrasikan satu
Sebaliknya, siswa yang merasa kurang konsep, keterampilan yang dipadukan
mampu dalam pembelajaran enggan dengan pembelajaran lain dalam satu
bertanya kepada siswa yang lebih mampu bidang studi. Mengingat permasalahan di
dengan alasan malu. Dilihat dari data hasil atas, diupayakan dicarikan solusi melalui
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa penelitian tindakan kelas. Penelitian
kelas III, rata-rata hasil belajar Ilmu tersebut diarahkan untuk meningkatkan
Pengetahuan Sosial siswa adalah 64, masih interaksi dan hasil belajar IPS melalui
di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) Penerapan Pembelajaran Model Connected
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

untuk Meningkatkan Interaksi dan Hasil aspek tertentu mereka pelajari lebih
Belajar IPS pada Siswa Kelas III SD No 1 mendalam. (5) Konsep- konsep kunci
Kampung Bugis Tahun Pelajaran dikembangkan dengan waktu yang cukup
2014/2015. Pengorganisasian kurikulum sehingga lebih dapat dicerna oleh siswa. (6)
merupakan perpaduan antara dua Tidak mengganggu kurikulum yang sedang
kurikulum atau lebih sedemikian sehingga berlaku.Kelemahan pembelajaran model
menjadi suatu kesatuan yang utuh, dan connected antara lain: (1) Tidak mendorong
dalam aplikasi pada kegiatan belajar guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi
mengajar diharapkan dapat mengarahkan pelajaran tetap terfokus tanpa
proses pembelajaran serta pembelajaran merentangkan konsep- konsep serta ide
menjadi lebih bermakna karena senantiasa antar satu bidang studi. (2) Dalam
mengaitkan dengan kegiatan praktis sehari- memadukan ide-ide, pada suatu konsep
hari sehingga tujuan pembelajaran dapat maka usaha untuk mengembangkan
tercapai . keterhubungan antar konsep dalam satu
Menurut Hadisubroto (dalan Trianto, bidang studi menjadi terabaikan.
2007:40) model connected merupakan Pada dasarnya langkah-langkah
model pembelajaran yang dilakukan dengan (sintak) pembelajaran mengikuti tahap-
mengaitkan satu pokok bahasan dengan tahap yang dilalui dalam setiap model
pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu
ketrampilan dengan ketrampilan lain dan tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan
dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu tahap evaluasi (Trianto :2007). Berkaitan
dengan hari berikutnya dalam satu bidang dengan itu maka sintak model pembelajaran
studi. Jadi, model connected adalah connected diperoleh dari berbagai model
pembelajaran yang dilakukan dengan pembelajaran langsung (direct instuctions),
mengaitkan satu konsep yang satu dengan model pembelajaran kooperatif (cooperatif
konsep lain, mengaitkan satu ketrampilan learning), maupun model pembelajaran
dengan ketrampilan lain dan dapat juga berdasarkan masalah (problem based
mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari instructions). Dengan demikian sintak
berikutnya dalam satu bidang studi. pembelajaran model connected dapat
Model connected juga memiliki bersifat luwes dan fleksibel. Artinya, bahwa
keunggulan dan kelemahan. Beberapa sintak dalam pembelajaran model
keunggulan pembelajaran model connected connected diakomodasi dari berbagai model
antara lain sebagai berikut: (1) Dengan pembelajaran yang dikenal dengan istilah
pengintegrasian konsep- konsep dalam satu setting atau merekonstruksi. Sedangkan
bidang studi, maka siswa mempunyai menurut Hadisubroto (dalam Trianto 2007),
gambaran yang luas sebagaimana suatu dalam merancang pembelajaran terpadu
bidang studi yang terfokus pada suatu setidaknya ada empat hal yang perlu
aspek tertentu. (2) Siswa dapat diperhatikan yaitu: (1) menentukan tujuan
mengembangkan konsep-konsep kunci (2) menentukan materi/ media, (3)
secara terus menerus, sehingga terjalin menyusun skenario KBM. (4) menentukan
proses internalisasi. (3) Mengintegrasikan Evaluasi.
ide-ide dalam konsep-konsep Apabila model pembelajaran
memungkinkan siswa mengkaji, connected dilaksanakan dengan baik dan
mengkonseptualisasi, memperbaiki serta benar, akan bisa meningkatkan interaksi
mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan belajar yang diikuti dengan meningkatnya
masalah. (4) Dengan adanya hubungan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.
atau kaitan antara gagasan dalam satu Berdasarkan latar belakang tersebut,
bidang studi siswa mempunyai gambaran dilaksanakan penelitian yang berjudul
yang lebih kompherensif dari beberapa “Penerapan Pembelajaran Model
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

Connected Untuk Meningkatkan Interaksi


Dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III Pada tahap perencanaan hal-hal yang
SD No.1 Kampung Bugis. dilakukan yaitu:(1) Menyampaikan semua
tujuan yang ingin dicapai melalui
METODE pembelajaran dengan menggunakan
Penelitian yang dilaksanakan ini, pembelajaran model connected di SD NO. 1
menggunakan penelitian tindakan kelas Kampung Bugis pada siswa kelas III. (2)
(PTK). Menurut Agung (2012:24) “PTK Memberikan informasi kepada siswa
merupakan penelitian yang bersifat aplikasi, mengenai kegiatan yang terkait dengan
terbatas, segera, dan hasilnya untuk penerapan pembelajaran model connected
memperbaiki dan menyempurnakan di SD NO 1 Kampung Bugis pada siswa
program pembelajaran yang sedang kelas III. (3) Menentukan materi yang akan
berjalan.” Subjek penelitian ini adalah siswa disajikan. Materi yang akan dibelajarkan
kelas III SD NO 1 Kampung Bugis tahun dibuat mengacu pada Standar Kompetensi
ajaran 2014/2015 yang berjumlah 20 orang dan Kompetensi Dasar yang dalam
dengan 12 orang siswa laki-laki dan 8 orang Kurikulum Pembelajaran IPS. (4)
siswa perempuan. Siswa di kelas ini dipilih Menyiapkan instrumen yaitu Menyusun
sebagai subjek penelitian karena pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
kelas ini ditemukan permasalahan- pada siklus I, Mempersiapkan Lembar Kerja
permasalahan seperti yang diungkapkan Siswa (LKS) untuk siklus I, Mempersiapkan
pada latar belakang. Objek penelitian tes dalam bentuk uraian untuk mengukur
tindakan kelas ini adalah interaksi belajar hasil belajar IPS, Menyusun lembar
dan hasil belajar IPS. Tempat penelitian ini observasi untuk mengamati kinerja siswa.
adalah SD No 1 Kampung Bugis, Pada tahap pelaksanaan tindakan ini,
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. guru melaksanakan pembelajaran sesuai
Penelitian ini dilaksanakan secara dengan perencanaan yang telah disusun
berulang dalam 2 bentuk siklus. Setiap dengan menggunakan model pembelajaran
siklus terdiri dari empat tahap yaitu: connected.
perencanaan tindakan, pelaksanaan Pada tahap observasi/evaluasi,
tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi observasi merupakan kegiatan penting
yang dikembangkan oleh Kanca (2008), dalam penelitian tindakan yang
yang desainnya seperti gambar berikut. dilaksanakan. Observasi berlangsung
dalam satu siklus. Selama pelaksanaan
Perencanaan
Tindakan pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu
oleh guru teman sejawat. Hal-hal yang
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
diobservasi mengenai peserta didik adalah
Observasi/
keseriusan siswa dalam memperhatikan
evaluasi
materi pelajaran yang disampaikan guru,
Perencanaan Tindakan motivasi siswa untuk mengerjakan tugas
secara mandiri, inisiatif siswa dalam
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
membantu teman, dan keikutsertaan siswa
dalam menyimpulkan materi.
Observasi/

evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama
pembelajaran berlangsung. Adapun
Siklus Berikutnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini antara lain: (1) Mengamati
Gambar 2 Rancangan Penelitian Tindakan
interaksi belajar siswa selama proses
Kelas
pembelajaran berlangsung. (2) Mencatat
Keterangan gambar :
setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi
: Alur siklus
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

saat penerapan pembelajaran model


connected. (3) Mengadakan evaluasi
dengan memberikan tes esai pada akhir Untuk menghitung nilai rata-rata seluruh
pelajaran. siswa, maka digunakan rumus sebagai
Pada tahap refleksi dilakukan untuk berikut.
merenungkan dan mengkaji hasil tindakan
pada siklus I mengenai hasil belajar mata M
X  (2)
pelajaran IPS. Hasil renungan ini akan n
menjadi dasar untuk merancang tindakan Keterangan.
pada siklus II. M = rata-rata nilai
Tabel 1 Konversi PAP Skala Lima

Persentase Kriteria Interaksi Belajar


Kriteria Hasil Belajar
penguasaan
90-100 Sangat baik Sangat aktif
80-89 Baik Aktif
65-79 Cukup Cukup
55-64 Kurang Kurang
0-54 Sangat Kurang Sangat Kurang
Sumber : Nurkancana dan Sunartana (1990)

Untuk pengumpulan data dalam


penelitian ini digunakan metode tes. Data
X = Jumlah seluruh nilai

mengenai hasil belajar IPS dikumpulkan siswa.


dengan tes esai menyangkut konsep- n = Jumlah siswa
konsep yang sudah dipelajari dan instrumen
pengumpulan data untuk hasil belajar IPS Sebagai kriteria keberhasilan dikatakan
menggunakan tes hasil belajar IPS tuntas, apabila interaksi dan hasil belajar
sedangkan instrumen interaksi belajar IPS siswa mampu mencapai persentase
dikumpulkan menggunakan lembar 70%. Jika hal tersebut sudah terpenuhi
observasi. maka penelitian tindakan kelas ini
Penelitian ini menggunakan metode dihentikan.
analisis deskritif kuantitatif yang digunakan
untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya HASIL DAN PEMBAHASAN
interaksi dan hasil belajar IPS siswa Hasil penelitian ini terdiri dari: (1)
digunakan rumus sebagai berikut: hasil tindakan siklus I, (2) hasil tindakan
siklus II. Perbaikan pembelajaran pada
 M  siklus I ini, diterapkan pembelajaran model
M (%) =  x 100% (1)
 SMI  connected untuk meningkatkan interaksi
Keterangan : dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
M (%) = Rata- rata persen IPS dengan materi pokok lingkungan alam
M = Rata- rata skor dan buatan di sekitar. Adapun interaksi dan
SMI = Skor Maksimal Ideal hasil belajar yang diperoleh setiap siswa
Hasil tersebut kemudian dikonversikan ke setelah diadakan tindakan siklus I
dalam penilaian acuan patokan (PAP) skala dipaparkan sebagai berikut.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

Tabel 2 Data Interaksi Belajar Siswa


No Kode Siswa Skor No Kode Siswa Skor
1 A01 5 11 A11 20
2 A02 8 12 A12 12
3 A03 16 13 A13 5
4 A04 18 14 A14 10
5 A05 21 15 A15 19
6 A06 15 16 A16 12
7 A07 18 17 A17 4
8 A08 25 18 A18 16
9 A09 24 19 A19 4
10 A10 30 20 A20 27

Jumlah skor siswa keseluruhan (x)= 309 Ditanya : M (%) =……………..?


Rata-rata skor siswa yang dihitung adalah
rata-rata skor siswa secara klasikal. Hal ini  M 
Jawab :M (%)=  x100% (4)
digunakan untuk melihat ketuntasan belajar  SMI 
siswa secara klasikal.
15,5 
M=
X M=
309 M (%)= 
 30 
x100%
n 20 ( 3)
= 15,5 M (%)= 51,2%
Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya
ditentukan tingkat keberhasilan belajar IPS Jadi interaksi belajar siswa pada siklus I
dengan menghitung persentase hasil adalah 51,2% berada pada kategori sangat
belajar siswa . kurang baik. Sedangkan data hasil belajar
dapat digambarkan pada table berikut ini.
Diketahui : M=15,5 SMI=30

Tabel 3 Data Hasil Belajar Siswa


No Kode Siswa Skor No Kode Siswa Skor
1 A01 12 11 A11 16
2 A02 12 12 A12 18
3 A03 13 13 A13 16
4 A04 17 14 A14 13
5 A05 18 15 A15 12
6 A06 15 16 A16 12
7 A07 20 17 A17 16
8 A08 25 18 A18 17
9 A09 16 19 A19 18
10 A10 21 20 A20 21
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

Jumlah skor siswa keseluruhan (x)= 328 Pada siklus II diterapkan tindakan
Rata-rata skor siswa yang dihitung adalah yang telah disusun pada tahap
rata-rata skor siswa secara klasikal. Hal ini perencanaan. Pada siklus ini dilakukan 3
digunakan untuk melihat ketuntasan belajar kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan
siswa secara klasikal. pada pelaksanaan pemberian tindakan

M=
 X
M=
328 dalam pembelajaran dan satu kali
pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir
n 20 ( 5) siklus.
= 16,4 Pertemuan pertama dilaksanakan
Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya pada hari Senin, 3 Nopember 2014,
ditentukan tingkat keberhasilan belajar IPS pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari
dengan menghitung persentase hasil Rabu, 5 Nopember 2014, dan pertemuan
belajar siswa . ke tiga dilaksanakan pada hari Kamis, 6
Nopember 2014. Pada pelaksanaan
Diketahui : M=16,4 pembelajaran berikutnya atau pada siklus
kedua ini model pembelajaran yang
SMI=30 digunakan adalah sama yaitu pembelajaran
model connected tetapi telah diadakan
Ditanya : M (%) =……………..?
beberapa pengubahan sesuai dengan hasil
refleksi siklus I.
 M 
Jawab :M (%)=  x100% (6) Pada saat pembelajaran hal pertama
 SMI  yang dilakukan guru adalah mengecek
16,4  sarana belajar yang disiapkan siswa,
M (%)=  x100%
 30 
kemudian memberikan materi yang akan
dibahas. Materi yang diberikan adalah
M (%)= 54,6% materi tentang lingkungan alam dan buatan
di sekitar rumah dan sekolah . Guru kembali
Jadi hasil belajar siswa pada siklus I adalah mengajak siswa untuk melihat lingkungan di
54,6% berada pada kategori sangat kurang sekitar sekolah.dengan bimbingan guru
baik. siswa membentuk kelompok kemudian
berdiskusi tentang hal yang diamati.
Hasil tersebut belum mencerminkan Dengan kegiatan seperti ini seluruh siswa
harapan yang ingin dicapai oleh peneliti dapat ikut terlibat aktif dalam kegiatan
maka dilanjutkan ke siklus II dengan pembelajaran. Interaksi dan hasil belajar
berpedoman pada hasil refleksi siklus I. yang diperoleh siswa pada siklus II adalah
sebagai berikut.
Tabel 4 Data Interaksi Belajar Siswa
No Kode Siswa Skor No Kode Siswa Skor
1 A01 20 11 A11 24
2 A02 20 12 A12 20
3 A03 23 13 A13 23
4 A04 21 14 A14 21
5 A05 23 15 A15 20
6 A06 23 16 A16 20
7 A07 21 17 A17 21
8 A08 27 18 A18 20
9 A09 25 19 A19 22
10 A10 27 20 A20 24
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

Jumlah skor siswa keseluruhan (x)= 445 SMI=30

Rata-rata skor siswa yang dihitung adalah Ditanya : M (%) =……………..?


rata-rata skor siswa secara klasikal. Hal ini
digunakan untuk melihat ketuntasan belajar  M 
Jawab :M (%)=  x100% (8)
siswa secara klasikal.  SMI 
M=
X M=
445  22,25 
M (%)=  x100%
n 20 ( 7)  30 
= 22,25
Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya M (%)= 74,2%
ditentukan tingkat keberhasilan belajar IPS
Jadi interaksi belajar siswa pada siklus II
dengan menghitung persentase hasil
adalah 74,2% berada pada kategori cukup
belajar siswa .
baik.
Diketahui : M=22,25
Tabel 5 Data Hasil Belajar Siswa

No Kode Siswa Skor No Kode Siswa Skor


1 A01 20 11 A11 21
2 A02 20 12 A12 22
3 A03 21 13 A13 21
4 A04 23 14 A14 24
5 A05 25 15 A15 25
6 A06 25 16 A16 20
7 A07 24 17 A17 23
8 A08 26 18 A18 21
9 A09 24 19 A19 21
10 A10 26 20 A20 25

Jumlah skor siswa keseluruhan (x)= 484 Ditanya : M (%) =……………..?


Rata-rata skor siswa yang dihitung adalah
rata-rata skor siswa secara klasikal. Hal ini  M 
Jawab :M (%)=  x100% (10)
digunakan untuk melihat ketuntasan belajar  SMI 
siswa secara klasikal.
 24,20 
M=
X M=
484 M (%)= 
 30 
x100%
n 20 ( 9)
= 24,20 M (%)= 80,67%
Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya
ditentukan tingkat keberhasilan belajar IPS Jadi hasil belajar siswa pada siklus I
dengan menghitung persentase hasil adalah 80,67% berada pada kategori baik.
belajar siswa . Hasil tersebut sudah mencerminkan
harapan yang ingin dicapai oleh peneliti
Diketahui : M=24,20 maka penelitian dihentikan setelah siklus II.
Pembahasan hasil penelitian ini
SMI=30 difokuskan pada temuan penting yang
dapat meningkatkan interaksi dan hasil
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

belajar IPS siswa dalam penerapan model Namun dengan pemberian motivasi dan
pembelajaran connected yaitu, (1) pengertian kepada siswa, pada tahap
penerapan pembelajaran model connected konfirmasi pertemuan I siklus I siswa mulai
dapat meningkatkan pengalaman belajar menunjukkan antusias mereka dan mulai
yang lebih bermakna sehingga memberikan terbiasa dengan kelompoknya.
kesempatan kepada siswa untuk belajar Kekompakan dan tanggung jawab
berinteraksi, (2) rasa percaya diri dapat kelompok masih rendah, namun diskusi
meningkatkan keberanian siswa dalam kelompok terlihat cukup baik dan kompak.
menjawab pertanyaan dan menyampaikan Pada pertemuan kedua siklus I dari awal
ide-idenya. pembelajaran hingga akhir pembelajaran
Model pembelajaran connected ini keadaan kelas cukup baik. Namun tetap
dipilih karena melihat karakteristik siswa saja ada beberapa siswa yang tidak
kelas III yang pada umumnya tergolong konsentrasi dan kurang serius dalam
siswa kurang aktif. Model connected dapat mengikuti pelajaran. Namun dengan
dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif teguran dan menunjuk mereka untuk
pelaksanaan pembelajaran agar mewakili kelompok pada saat
berkembang secara optimal. Model ini menyampaikan hasil diskusi, dapat
merupakan salah satu bagian dari model mengatasi kendala yang ada.
pembelajaran terpadu yang mengaitkan Pada pertemuan pertama siklus II ,
konsep yang satu dengan konsep yang lain dilaksanakan dengan tambahan variasi
dalam satu bidang studi. Dengan pembelajaran. Variasi tersebut dalam
penerapan model connected siswa belajar kegiatan diskusi belajar siswa dengan
mengaitkan beberapa konsep dalam bidang memberirikan permasalahan yang berkaitan
studi. Fogarty (dalam Trianto, 2007), erat dengan aktivitas siswa, selain itu
mengemukakan bahwa model terhubung pemberian motivasi pada siswa juga telah
(connected) merupakan model integrasi dilakukan. Dengan adanya motivasi dari
dalam satu bidang studi. Model ini guru kepada siswa, maka dalam kegiatan
mengintegrasikan satu konsep, pembelajaran akan muncul interaksi antara
keterampilan dalam satu bidang studi. guru dan siswa, antara siswa dan siswa,
Dengan demikian pembelajaran menjadi sehingga terjadi interaksi yang multiarah.
lebih efektif dan bermakna. Dengan adanya interaksi belajar dalam
Hasil penelitian ini sesuai dengan kelas, semuanya ikut terlibat dan berperan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh aktif, sehingga tercipta komunikasi timbal
Kilmas (tahun 2004) juga menunjukkan balik antara siswa. Interaksi yang terjadi di
bahwa penerapan model connected mampu kelas adalah interakasi multiarah, yakni
meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus adanya hubungan timbal balik antara siswa
I sampai siklus II. Ini berarti bahwa model dan siswa, antara siswa dan guru. Demikian
connected adalah salah satu model pula sebaliknya terjadi antara guru dan
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk siswa. Dari tindakan tersebut, diperoleh
meningkatkan interaksi dan hasil belajar respon posistif dari siswa. Dengan respon
siswa. Untuk itu dipilih model pembelajaran positif ini, pembelajaran seperti pada
connected. pertemuan I diterapkan kembali pada
Penggunaan pembelajaran dengan pertemuan II siklus II ini. Pemberian tes
model ini tidak begitu saja dapat diterima akhir siklus II pun disambut dengan
oleh siswa, khususnya pada saat antusias oleh siswa dan menujukkan hasil
pembentukan kelompok. Pada awal yang memuaskan.
pelaksanaan siklus I sebagian besar siswa
masih terlihat pasif, mereka masih terlihat
kuang antuasias dalam mengikuti pelajaran.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

SIMPULAN DAN SARAN dalam penyempurnaan skripsi ini. (3) I


Dari pembahasan yang dilakukan, Dewa Ketut Sukarya, S.Pd.SD, selaku
disimpulkan bahwa, penerapan Kepala Sekolah Dasar Negeri I Kampung
pembelajaran model connected ternyata Bugis , atas ijin yang diberikan untuk
dapat meningkatkan interaksi dan hasil mengadakan penelitian. (4) Semua pihak
belajar IPS siswa kelas III SD N0 I yang telah membantu yang tidak dapat
Kampung Bugis pada semester I tahun disebutkan satu persatu.
pelajaran 2014/2015.
Peningkatan tersebut dilihat dari DAFTAR RUJUKAN
ketuntasan interaksi belajar yang diperoleh Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi
siswa pada siklus I mencapai 51,2%dengan Penelitian Pendidikan. Singaraja:
kategori kurang dan ketuntasan hasil belajar Universitas Pendidikan Ganesha.
yang diperoleh siswa pada siklus I
mencapai 54,6% dengan kategori cukup. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan
Sedangkan ketuntasan interaksi belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka
pada siklus II mencapai 74,2% dengan Cipta.
kategori baik dan ketuntasan hasil belajar
pada siklus II adalah 80,67% dengan Djmarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2002.
kategori baik. Dengan demikian hasil Strategi Belajar Mengajar.
belajar yang diraih siswa mengalami Banjarmasin: Rineka Cipta.
peningkatan setelah diadakan tindakan.
Berdasarkan hasil tersebut maka Hamzah. 2001. Pengajaran IPS. Jakarta:
diajukan saran sebagai berikut. (1) Siswa Departemen Pendidikan Nasional
hendaknya berusaha untuk meningkatkan
kualitas dengan menerapkan model
pembelajaran seperti model connected Muhaimin, dkk. 1999. Strategi Belajar
sehingga dapat meningkatkan interaksi dan Mengajar. Surabaya : CV. Citra
hasil belajar, (2) Guru-guru, hendaknya Media Karya Anak Bangsa.
mampu mengaitkan berbagai aspek
pelajaran agar bias dipadukan dan Nurkancana dan Sunarnata. 1990. Evaluasi
diterapkan dalam pembelajaran, (3) Kepala Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
sekolah hendaknya menggunakan hasil Nasional.
penelitian ini sebagai rujukan dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
No I Kampung Bugis. yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, disampaikan Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
ucapan terimakasih kepada: (1) Ibu Dra. Ni dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Wayan Arini, M. Pd selaku pembimbing I Prestasi Pustaka.
yang telah memberikan bimbingan yang
sangat berharga. (2) Ibu Putu Nancy Winataputra, S. Udin. 2007. Teori Belajar
Riastini,S.Pd. M. Pd selaku pembimbing II dan Pembelajaran.Jakarta:
yang telah memberi petunjuk-petunjuk dan Universitas Terbuka.
sumbangan pikiran yang sangat berharga

Anda mungkin juga menyukai