Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di
Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter yang
bekerja pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka
panjang yang di timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.(Suyono, 2001, h 453)
       Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%,
yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya
tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA (multinational monitoring
kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi
di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.(Weblog, ririns)
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang penting. Bila terdapat gejala maka biasanya
bersifat non-spesifik. Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak
diketahui dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal
mekanis.(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri
sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban aktif
ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya
peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.(Mansjoer, 2001 : h 441)
        Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40 tahun.
Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap awal,
tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika
mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-
kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas
kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas
normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis
bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit
mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi
250-140.(Hans p. wolf. 2006 : h 63)
            Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih  tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan
sebagai “normal” pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur
kedua lengan iga dalam jangka beberapa minggu.(weblog, Wikipedia-indonesia/)

1.2              Ruang lingkup
Dalam penulisan kasus ini penulis akan mengambil kasus yaitu “Asuhan Keperawatan
pada Tn.S dengan Hypertensi di Kelurahan Citangtu.
1.3              Tujuan Penulisan
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Tn.M dengan
Gangguan Sistem .
1.3.2        Tujuan Khusus
a.       Mampu melaksanakan pengkajian pada Tn.M dengan hypertensi
b.      Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan hypertensi
c.       Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan hypertensi
d.      Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada Tn.M dengan hypertensi
e.       Mampu melaksanakan evaluasi pada Tn.M dengan hypertensi

1.4       Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah metode
kognitif yang metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan
metode deskriptif yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan cara :
a.       Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca  dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan
pembahasan yang dibahas pada hipertensi
b.      Study kasus
Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan asuhan keperawatan
langsung pada pasien melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.
-          Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada kelurga pasien dan juga
perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan yang jelas, baik subjektif
maupun objektif.
-          Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical record.
BAB    II
TINJAUAN TEORITIS
2.1       Hipertensi
2.1.1    Definisi
            Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu
meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang
bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau
pola yang khas. (Wolff.2006 : h 62)
            Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi
“ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit
kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)
            Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada
pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang
menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan
memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)
            Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
(weblog, wikipedia indonesia)
2.1.2    Anatomi Fisiologi
            Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran
melalui saluran tubuh.
            Arteri membawa darah dari jantung
            Vena membawa dara ke jantung
            Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan
lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan
ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan
kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem
peredaran.
            Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal
atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan
sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama
dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70
kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit :

Pada bayi yang baru lahir 140


Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
 (Pearce. 2009 : h 151)
Tekanan Darah
            Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya
dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga
darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang
menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh
vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan
cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah
dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar
120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami
distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta
cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut
dengan tekanan diastole.
Kecepatan Tekanan
            Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler,
dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu
aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena,
gerakkan yang dihasilkan pernafasan  dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai
pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah
dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi
pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan
penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang
bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
            Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat
dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang
konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang
mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer.
Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang
mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
2.1.3    Etiologi
            Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan
yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti umur,
obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1.      Hipertensi  esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan
Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.
2.      Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi vascular renal dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001 : h 518)
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar
adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin)
kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam
makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang
diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu.
Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog, Wikipedia
indonesia)
2.1.4    Patofisiologi
            Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik).
Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran
darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat
peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal
ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)
penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke
otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai
dengAn penyakit dalam jantung koroner.
            Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner
juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik
sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1.      Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh
badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya compliance
pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2.      Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung
bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik
ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel
kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)
2.1.5    Tanda dan Gejala
            Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk
bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada kultasi
Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan
tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
            Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan
peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium, selanjutnya
mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
            Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan
peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila
berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian
gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran
darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif.
(Mansjor, 2001 : h 442)
2.1.6    Komplikasi
           
            Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa
pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung,
pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7    Penatalaksanaan
            Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan
jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap penyakit
kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal
mungkin.
            Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu :
menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas
susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan
obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
2.1.8    Pencegahan
1.      Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2.      Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi
ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang
berlebihan.
3.      Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)
4.      Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit
7 kali dalam seminggu.
5.      Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6.      Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang memiliki
riwayat penderita hipertensi.
7.      Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress.
(Bambang Sadewo, 2004)
2.1.9    Pengobatan
            Jenis-jenis pengobatan
1.      Arti hipertensi non Farmokologis
     Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution
treatmori of high blood preasure
a.       Tumpukan berat badan obesitas
b.      Konsumsi garam dapur
c.       Kurangi alkohol
d.      Menghentikan merokok
e.       Olaraga teratur
f.       Diet rendah lemak penuh
g.      Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2.      Obat anti hipertensi
a.       Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b.      Penyakit beta (B.Blocker)
c.       Antoganis kalsium
d.      Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e.       Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f.       Obat penyekar ben
g.      Vasodilatov
(Arif Mansjoer, 2001, 522)
3.      Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi
dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
·         Mengkurangi konsumsi garam
·         Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
·         Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
·         Menghentikan kebiasaan merokok
·         Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.
2.1.10  Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi,
biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein
urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
(Mansjoer Arif,2000 : 49)
2.2       Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)
2.2.1    Pengkajian
            Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai
permasalahan yang ada.
(Aziz Alimul. 2009 : h 85)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah
1.      Aktivitas istirahat
Gejala    :  Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda    :  -  Frekuensi jantung meningkat
               - Perubahan trauma jantung (takipnea)
2.      Sirkulasi
Gejala    :  Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda    : 
 -   Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis
                 -    Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)
                 -    Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
                 -    Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat
                 -    Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
                 -    Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi
vertical kiri).
3.      Integritas ego
Gejala   :  Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda    :  Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang meledak,
gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat,
pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4.      Eliminasi
Gejala   :  Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5.      Makanan/Cairan
       Gejala   :  Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna
diuretik.
Tanda    :  -  Berat badan normal atau obesitas
           -  Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
           -  Kongestiva
           -  Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6.      Neurosensori
Gejala    :  -  Keluhan pening/pusing
-    Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam)
           -  Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
           -  Gangguan penglihatan
           -  Episode epistaksis
Tanda    :  -  Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau
memori.
7.      Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala    :  -    Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
                 -    Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
                 -    Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
                  -   Nyeri abdomen / massa
8.      Pernapasan
Gejala    :  -    Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
                 -    Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda    :  -    Distres respirasi
                 -    Bunyi nafas tambahan
                 -  Sianosis
9.      Keamanan
Gejala    :  -    Gangguan koordinas / cara berjalan
                 -    Hipotesia pastural
Tanda    :  -    Frekuensi jantung meningkat
                 -    Perubahan trauma jantung (takipnea)
10.  Pembelajaran/Penyebab
Gejala   :     Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
2.2.2    Diagnosa Keperawatan
            Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)
            Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang
respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial.
Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data.
Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi karakteristik tersebut
dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan
oleh klien.
   Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan
pada pasien dengan hipertensi adalah :
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda
dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan
hilang secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d
kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
2.2.3    Perencanaan
            Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.
(Aziz Alimul. 2009 : h 106)
            Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000)
adalah :
Diagnosa keperawatan I
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,
vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda
dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
·         Pantau TD
·         Catat keberadaan
·         Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
·         Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
·         Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasionalisasi
·         Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah kaskuler
·         Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)
·         Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
·         Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan
dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah jantung
·         Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
·         Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi
·         Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit
hipertensi
·         Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak
menurunkan TD
·         Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah
penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan
hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
·         Kaji  respon pasien terhadap aktivitas
·         Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
·         Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi
Rasionalisasi :
·         Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
·         Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba
Diagnosa keperawatan III
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.
Intervensi :
·         Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan
gula sesuai indikasi
·         Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
·         Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasionalisasi :
·         Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi
·         Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat / memblok
respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komlikasinya
·         Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya peningkatan
tekanan vaskuler serebral
·         Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala
·         Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis
·         Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.
Diagnosa IV
            Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh.
Intervensi :
·         Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
·         Saraf laporan gangguan tidur
·         Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk
mengatasinya
·         Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.
Rasionalisasi :
·         Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh
·         Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang
merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya
·         Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil
·         Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu untuk
penyesuaian / penyuluhan
·         Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan BB 0,5 kg/hari
·         Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol
perubahan
·         Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis
·         Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
Diagnosa V
            Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan hidup
beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.
Intervensi :
·         Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
·         Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
·         Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular
·         Bahan pentingnya menghentikan merokok
Rasionalisasi :
·         Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi klanik
menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
·         Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
·         Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien
tentang apa yang diinginkan
·         Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang tidak
menentu dan tidak berdaya.
Diagnosa keperawatan IV
            Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d
pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima informasi
Intervensi :
·         Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut
·         Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
·         Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
Rasionalisasi :
·         Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
·         Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan
pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
·         Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular
·         Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan frekwensi
jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja
miokardium.
(Doengoes et al, 2001 : 41-49)
2.2.4    Implementasi
            Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h 11)
            Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan
dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.
Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :
Diagnosa keperawatan I :
·         Memantau TD
·         Mencatat keberadaan
·         Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
·         Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan
·         Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa keperawatan II :
·         Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas
·         Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas
·         Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy
Diagnosa keperawatan III :
·         Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam
dan gula sesuai indikasi
·         Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
·         Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet
Diagnosa keperawatan IV
·         Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
·         Mencatat laporan gangguan tidur
·         Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
·         Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh
Diagnosa keperawatan V
·         Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
·         Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal
·         Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler
·         Membahas pentingnya menghentikan merokok
Diagnosa keperawatan VI :
·         Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut
·         Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional
·         Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring
2.2.5    Evaluasi
            Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
            Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan:
1.      Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2.      Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :
            Diagnosa I
·         Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung
·         Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima
·         Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Diagnosa II
·         Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
·         Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
·         Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi
Diagnosa III
·         Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol
·         Mengungkan metode yang memberikan pengurangan
·         Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan
Diagnosa IV
Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
 

         Menunjukkan perubahan pola makan


         Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual
Diagnosa V
         Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya
         Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif
Diagnosa VI
         Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
         Mempertahankan Td dalam perimeter normal
BAB    III
TINJAUAN KASUS

3.1       Pengkajian
3.1.1    Identitas Pasien
a.       Identitas Pengkajian
Nama                                 :  Tn.M
Jenis Kelamin                    :  Laki-laki
Umur                                 :  60 Tahun
Status Perkawinan              :  Kawin
Agama                               :  Islam
Pendidikan                         :  SMA
Pekerjaan                           :  Pensiun
Alamat                              :  Dsn Jatinunggal Desa Karangtawang
Golongan Darah                :  O
Tanggal Pengkajian           :  17 April 2020
Diagnosa Keperawatan      :  Hipertensi

b.      Penanggung Jawab
Nama                                 :  Tn.D
Hubungan dengan Pasien  :  anak
Pekerjaan                           :  PNS
Umur                                 :  25 Tahun
Alamat                              :  Dsn Jatinunggal Desa Karangtawang
3.1.2    Keluhan Utama
            Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit
kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.

3.1.3    Riwayat Kesehatan Sekarang


            Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien
mengatakan sulit beraktivitas.
3.1.4    Riwayat Masa Lalu
            Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 2019 dengan kasus yang
sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
3.1.5    Riwayat Kesehatan Keluarga
            Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga
pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
3.1.6    Riwayat Keadaan Psikososial
            Pasien mempergunakan bahasa sunda, presepsi terhadap penyakitnya, pasien sangat
optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada Allah SWT, pasien
memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.
Genogram
Keterangan  :

            :  Laki-laki

            :  Perempuan
            :  Laki-laki exit (meninggal)

             :  Perempuan exit (meninggal)


            :  Tinggal satu rumah
            :  Hubungan / pertalian keluarga

            :  Penderita / pasien
            Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang
tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien
meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10
jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai
beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan
tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki
adalah pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum
Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal
karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-
laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini
meninggal karena menderita penyakit stroke.
            Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah
menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal dalam satu
rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri
pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal
dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum
ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
3.1.7    Pemeriksaan Fisik
TD       :  170/100 mmHg
Pols     :  90 x/i
RR       :  22 x/i
Temp   :  350c
Keadaan umum           :  Lemah
Penampilan                  :  Pasien kurang rapi dan bersih
aran                   :  Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan prevalensi 15) sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya
TB                               :  178 cm
BB                               :  94 Kg
Ciri Tubuh                   :  Gemuk
3.1.8    Pengkajian Pola Fungsional
a.       Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b.      Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai
c.       Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d.      Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan
dan pendarahan
e.       Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan
f.       Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g.      Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya
dijumpai nyeri pada dada
h.      Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i.        Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
4.      Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam
kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah
sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5.      Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala
bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6.      Therapy

Amlodepine : 2 x 5 mg
B1 : 2 x 10 mg
B6 : 2 x 10 mg
3.1.10  Analisa Data

N DATA PENYEBAB MASALAH


O
DS:    Pasien
1 mengatakan kepala pusing, Peningkatan Gangguan rasa nyaman
dan  leher terasa tegang. tekanan darah nyeri
DO: : Px tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
    TD    : 170/100 mmHg
    Pols  :  90 x/i
    RR    : 22 x/i
    Temp : 370C
D
2 S:  Pasien mengatakan tidak selera Perubahan jenis Gangguan  pola  nutrisi
makan diet
DO pasien tampak lemah
3 DS:  Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
tidur malam + 2 jam  pasien susah
tidur siang
4   : pasien mengatakan kedua kakinya kelemahan fisik Gangguan pola
susah digerakkan aktivitas
Do  
N DATA DIAGNOSA TUJUAN PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWAT INTERVEN RASIONALISA
AN SI SI
DS:    Pasien
1 Gangguan rasa Nyeri dan·     Berikan ·    Dengan ·     Memberikan istirahat yang cukup S:  Pasien mengatakan
mengatakan nyaman nyeri
pusing istirahat yang memberikan ·      Menganjurkan pasien untuk kepala masih
kepala pusing, b/d peningkatanhilang cukup istirahat yang menghindari makanan yang pusing
dan  leher tekanan darah ·    Anjurkan cukup diharapkan mengandung garam O:TD:160/100  mmHg
terasa tegang. d/d pasien pasien untuk rasa nyeri pasien       Berkolaborasi dengan dokter dalam A: Masalah belum
DO: : Px tampak tampak meringis menghindari berkurang pemberian obat : teratasi
meringis kesakitan, makanan ·    Dengan P:  R/T dilanjutkan
kesakitan, kondisi badan yang menghindari Amlodepine = 2 x 10 mg
kondisi badan lemah. mengandung makanan yang B1 = 2 x 10 mg
lemah     TD : 170/100 garam mengndung B6 = 2 x 10 mg
    TD    : 170/100 mmHg ·    Kolaborasi garam diharapkan
mmHg     Pols  :  90 x/i dengan dapat
    Pols  :  90 x/i     RR    : 22 x/i dokter dalam menghindari
    RR    : 22 x/i     Temp : 370C pemberian peningkatan
    Temp : 370C   obat tekanan darah
·    Dengan
berkolaborasi
dengan dokter
diharapkan pasien
mendapat
penanganan lebih
lanjut.
DS:  Pasien
2 Gangguan pola Kebutuhan ·      Beri makan·      Dengan ·    Memberikan makan pasien sedikit tapiS:  Pasien mengatakan
mengatakan nutrisi b/d nutrisi pasien sedikit memberikan sering selera makan
tidak selera perubahan jenis terpenuhi tapi sering makan makan·    Memberikan makanan yang hangat pasien ada
makan diet ·      Beri pasien sedikit tapi·    Memberikan makanan yang berpariasi O:  Pasien masih
DO: pasien tampak makanan sering ·    Memberi penjelasan tentang manfaat tampak lemah
lemah, dalam diharapkan  pasie makanan A:  Masalah sebagian
M keadaan n mudah teratasi
hangat mencerna P:  R/T dilanjutkan
·      Beri makanan yang
makanan dimakannya
yang ·      Dengan
berpariasi memberikan
·      Beri makanan dalam
penjelasan keadaan hangat
tentang diharapkan dapat
manfaat menambah nafsu
makanan makan pasien
·      Dengan
memberikan
makanan yang
berpariasi
diharapkan pasien
tidak bosan
dengan makanan
yang disediakan
·      Dengan
memberikan
penjelasan
makanan pada
pasien, agar
pasien
mengetahui
manfaat makanan
3 DS:  Pasien Gangguan Istirahat ·    Beri pasien·    Dengan ·    Memberikan pasien ruangan yangS:  Pasien mengataka
mengatakan istirahat tidur tidur pasien ruangan yang memberikan nyaman bisa tidur siang
susah tidur b/d efek terpenuhi nyaman pasien ruangan·    Membatasi jamberkunjung O:  Pasien tampak
DO: pasien hospitalisasi d/d ·    Batasi jam yang nyaman·    Batasi jumlah pengunjung lemas
tampak pucat, pasien tampak berkunjung diharapkan pasien·    Menghindari keributan A:  Masalah sebagian
mata cekung, pucat, mata pasien ; pagi merasa nyaman ·    Merapikan tempat tidur pasien setiap teratasi
tidur cekung, tidur jam 10-12 ·    Dengan hari P:  R/T dilanjutkan
malam + 2 malam + 2 Sore 16-17 membatasi jam
jam  pasien jam susah tidur Malam 19-21 berkunjung
susah tidur siang ·    Batasi jumlah diharapkan pasien
siang pengunjung dapat beristirahat
·    Hindari ·    Dengan
keributan membatasi jumlah
·    Rapikan pengunjung agar
tempat tidur pasien merasa
pasien tenang
·    Dengan
menghindari
keributan
diharapkan pasien
dapat beristirahat
dengan nyaman
·    Dengan
merapikan tempat
tidur pasien setiap
hari diharapkan
dapat
meningkatkan
kenyamanan
pasien setiap hari
4  : pasien Gangguan pola aktivitas ·    Bantu -       Dengan  membantu aktivitas pasien S  :  Pasien
mengatakan aktivitas b/d pasien aktivitas membantu pasien -         mengatakan kedua
kedua kakinya kelemahan fisik terpenuhi pasien untuk berativitas -       Memberi posisi yang nyaman semi kakinya sudah bias
susah ·    Beri posisi Agar kedua kaki fowler
d/d pasien di gerakan
digerakkan yang nyaman pasien  tidak -       Mendekatkan barang-barang yang
Do  : aktivitas tampak susah semi fowler terasa kaku dibutuhkan pasien O :  Pasien susah
paiens di bantu melakukan        Dekatkan -      Dengan ·      untuk beraktivitas
oleh keluarga aktivitas, semua barang- memberikan A :  Masalah
dan perawat aktivitas dibantu barang posisi semifowler sebagian teratasi
oleh keluarga dibutuhkan di harapkan dapat P  :  R/T dilanjutkan
dan perawat pasien mengurangi rasa
nyeri pada pasien
       Pasien dapat
menjangkau
barang-barang
yang diperlukan
pasien

Anda mungkin juga menyukai