Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6

Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PEMBENTUKAN HABITS OF MIND SISWA MELALUI PEMBELAJARAN
BERBASIS KARAKTER PADA MATERI ASAM BASA

Ratih Permana Sari1, Molani Paulina Hasibuan2, Sri Setiawaty3


1,2
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Samudra, Langsa
3
Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Email: ratihps@unsam.ac.id

Abstrak. Habits of mind merupakan kemampuan siswa untuk mengontrol perilaku positif
agar memiliki rasa percaya diri dan berkepribadian mantap. Dalam pembelajaran kimia
habits of mind sangat penting untuk membentuk karakter belajar siswa yang positif.
Penelitian ini bertujuan membentuk kemampuan habits of mind melalui penerapan
pendidikan karakter pada materi asam basa. Metode penelitian menggunakan eksperimen
kuasi dengan desain “Nonequivalent Control Group Pretest-posttest Design” melibatkan 2
kelas yang berasal dari kelas XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 11 sebagai
kelas kontrol. Instrumen penelitian menggunakan tes awal dan akhir, lembar observasi,
rubrik praktikum dan kinerja kelompok, laporan presentasi siswa dan rubrik penelusuruan
kebiasaan berpikir produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habits of mind siswa
1). Self Regulated Thingking adalah cukup baik, yaitu kemampuan siswa untuk
“Menyadari jalan pikirannya sendiri” mencapai 100 %, “Membuat rencana yang efektif”
mencapai 100 % dan “Kemampuan mencari informasi” mencapai 87,50%. 2) Sedangkan
Critical Thinking yaitu“Mengupayakan keakuratan” mencapai 90,63%, “Berpandangan
terbuka” mencapai 43,75%, dan “Menghindari perilaku tanpa difikirkan” mencapai
93,75%. 3) Kemampuan Creative Thingking adalah “Mengupayakan menye-lesaikan
tugas” mencapai 93,75%, “Mendorong sesuatu yang diyakini tidak dapat
mengerjakannya” mencapai 81,25%, dan “Menemukan solusi sendiri terhadap masalah”
mencapai 84,38%.
Kata kunci: habits of mind, pendidikan karakter

PENDAHULUAN

Tujuan yang paling penting dari pendidikan sebenarnya adalah mengembangkan


kebiasaan mental yang memungkinkan individu untuk belajar mengenai segala hal yang
mereka inginkan atau mereka butuhkan untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan
dengan hidupnya. Setiap individu dalam hidupnya akan berhadapan dengan berbagai
masalah, baik masalah akademik maupun pribadi. Kadang-kadang masalah itu sederhana
dan mudah diatasi, akan tetapi sering juga masalah tersebut sulit diatasi (Arina, 2013).
Dalam situasi ketika seorang individu tidak mengetahui bagaimana merespon
masalah tersebut, diperlukan perilaku cerdas untuk mengatasinya, dalam arti tidak hanya
mengetahui bentuk permasalahan tetapi juga mengetahui bagaimana harus bertindak
dan berpikir dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Kemampuan berperilaku
cerdas tersebut disebut sebagai berpikir produktif atau habits of mind (Costa dan Kallick,
2000).
Habits of mind atau kebiasaan pikiran didefinisikan oleh Costa dan Kallick (2000)
sebagai karakteristik dari apa yang dilakukan oleh orang cerdas ketika mereka
dihadapkan dengan permasalahan yang solusinya tidak dapat diketahui dengan mudah.
Kemudian menurut Susanti (2015) kebiasaan pikiran diartikan sebagai pola perilaku
cerdas yang memungkinkan tindakan produktif. Menurut Amal (Marita, 2014) habits of
mind adalah sekelompok keterampilan, sikap, dan nilai yang memungkinkan orang untuk
memunculkan kinerja atau kecerdasan tingkah laku berdasarkan stimulus yang diberikan
untuk membimbing siswa menghadapi atau menyelesaikan isu-isu yang ada.

222
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selanjutnya menurut Susanti (2015) juga mengartikan habits of mind sebagai
perilaku yang mensinergikan otak ketika melakukan sesuatu, baik otak kanan maupun
otak kiri yaitu mensinergikan antara intelektual dan emosional.Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa habits of mindmerupakan kecenderungan perilaku
cerdas seseorang untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak diketahui segera
diketahui solusinya. Kebiasaan pikiran tersebut akan membantu keberhasilan seseorang
dalam memecahkan masalahnya dengan tindakan atau cara-cara yang produktif. Habits
of mind menurut Sriyati (2011) merupakan pengalaman siswa dalam proses belajar,
kebiasaan kebiasaannya akan tampak berubah, kebiasaan belajar timbul karena proses
penyusutan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.
Oleh karena itu siswa yang belajar di sekolah akan memiliki kebiasan tertentu sebagai
hasil dari proses pembelajarannya disekolah.
Sikap peserta didik untuk mencapai kemampuan berperilaku cerdas dapat
ditempuh dengan sikap ilmiah dan kebiasaan berfikir aktif dalam pembelajaran.
Kebiasaan berfikir positif dalam kegiatan belajar mengajar ini dapat membentuk habits of
mind siswa untuk mencapai keberhasilan belajarnya (Sumarmo, 2011) . Pembelajaran
kimia di kelas memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap habits of mind dalam
proses pembelajaran dan menciptakan produk sains secara ilmiah. Perilaku peserta didik
belajar kimia sebagai habits of mind dapat digambarkan dalam kebiasaan berfikir aktif,
berfikir kreatif, dan berfikir kritis.
Selama ini, guru yang melaksanakan pembelajaran di kelas menemui beberapa
peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual baik namun kurang kemampuan
bersikap. Terdapat beberapa peserta didik cerdas dalam penjabaran konsep, cerdas
dalam hitungan matematiknya. Namun kurang mampu berkomunikasi dan bekerjasama
dengan temannya, tidak memiliki rasa empati, dan jika menemui kesulitan, mudah
berputus asa (Yahya, 2013).
Hasil observasi yang dilakukan penulis terdapat permasalahan yang perlu segera
dilakukan perbaikan, yaitu: 1) 30% siswa yang tidak siap kalah saat dilakukan ujian
disekolah sehingga menimbulkan rasa berputus asa yang mengakibatkan rendahnya
minat dan motivasi siswa, 2) 50% dalam kegiatan belajar dikelas sering berlaku curang
suka mencontek sehingga timbul perilaku yang kurang bertanggungjawab, 3) dilakukan
pembelajaran dengan metode kerja kelompok, terdapat 50% siswa saja yang kurang
bersosialisasinya dengan temannya di kelas, 4) 30% siswa yang hanya menerima
pembelajaran dari guru apa adanya, 5) Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
di kelas RPP yang disusun guru juga hanya mencapai tujuan aspek kognitif saja.
Permasalahan tersebut apabila dibiarkan dapat menimbulkan permasalahan siswa dalam
kehidupan sehari-hari, dan tidak seimbangnya kemampuan intelektual dan cara bersikap
dengan karakter yang baik.
Dari uraian masalah di atas, perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran
dengan menerapkan pendidikan karakter. Menurut tim Pengembangan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa dalam Sumadi (2011) pengertian pendidikan budaya dan karakter
bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa pada diri peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan karakter diharapkan
menjadi suatu proses pendidikan yang dapat mengembangkan watak, tabiat, ahlak atau
kepribadian sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap dan bertindak.
Hasil refleksi yang dilakukan kurang maksimalnya pendidikan karakter karena: 1)
Tidak dirancangnya pendidikan karakter disetiap mata pelajaran. 2) Dalam merancang
kurikulum tidak mengembangkannilai-nilai karakter siswa. 3) Sekolah dalam
melaksanakan pendidikan karakter hanya dimasukkan dalam kegiatan ekstrakurikuler
saja. Hasil penelitian yang berkaitan tentang habits of mind melalui studi-studi kebiasaan
berpikir tentang kemampuan dasar bekerja ilmiah telah dilakukan oleh Rustaman,dkk.
(2013) yang menyatakan bahwa sejumlah kecerdasan emosional tidak secara otomatis

223
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
terkembangkan melalui pembelajaran sains yang menekankan pada kebiasaan berpikir,
melainkan perlu dirancang secara khusus.
Berdasarkan latar belakang masalah ini, rumusan masalahnya adalah bagaimana
pelak-sanaan penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran salingtemas dapat
membentuk kemampuan habits of mind siswa pada materi asam basa? Tujuannya adalah
membentuk kemampuan habits of mind siswa pada materi asam basa melalui penerapan
pendidikan karakter.

METODE

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Langsa kelas XI IPA 6 berjumlah 38 orang.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu sample dipilih atas
pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan beberapa kriteria tertentu yaitu
jumlah siswa, kondisi kelas, saran guru dan pihak sekolah. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah instrumen non-tes yang terdiri dari Kuesioner (angket),
lembar observasi (KBM dan Tugas/LKS), dan angket untuk melihat pembentukan
karakter siswa. Evaluasi hasil belajar pencapaiannya dilaksanakan pada dua siklus
berdasarkan nilai budaya dan karakter yang didasarkan pada indikator materi asam basa.
Tahap evalusi ditentukan instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan habits of
mind siswa: (a) Aspek self regulation, (b) Aspek critical thingking, (c) Aspek creative
thingking. Hasil penelitian dideskripsikan untuk mengungkap pembentukan habits of mind
siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan temuan bahwa pada siklus
I hasil observasi kelas, observasi jawaban siswa dan hasil angket siswa menunjukan
persentase yang berbeda pada tiap kategori habits of mind yang diteliti. Hal tersebut
ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Hasil Angket Habits of Mind Siswa


No Kategori Habits of Mind Persentase Persentase Persentase
Angket observasi kelas observasi angket

1 Self Regulated 50% 70% 65%


2 Critical Thingking 65% 75% 65%
3 Creative Thingking 60% 75% 70%

Hasil Siklus 1
Aspek self regulated yaitu kemampuan kinerja siswa pada siklus 1 mencapai rata-
rata persentase berada pada kategori kurang yaitu pada rentangan 50%. Aspek ini juga
yang masih sulit dicapai siswa pada saat observasi kelas yaitu 70,00%. Selanjutnya
aspek berpikir kreatif dalam merancang alat, menyusun hipotesis, menyimpulkan hasil,
mengkomunikasikan hasil percobaan mencapai perolehan yang paling tinggi diantara
lainnya baik berdasarkan observasi kelas maupun observasi angket. Meskipun begitu
jumlah persentasenya masih dikategorikan cukup yaitu 60, 75 dan 70 %. Pada aspek
berpikir kritis dimana siswa menetapkan alat/bahan,menentukan langkah kerja, ketelitian
mengukur dan menuliskan data percobaan berada juga berada pada kategori cukup yaitu
berada di 68,3%. Kemampuan habits of mind siswa dalam pembelajaran kimia pada
materi asam basa hanya dapat dicapai oleh kelompok 2 yaitu pencapaian hasil 63,89%
berada dalam kategori cukup. Sedangkan ketiga kelompok lain pencapaiannya hanya
kurang dari 60%. Adapun hasil persentase pembentukan habits of mind dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.

224
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 1. Grafik Presentase Pembentukan Habits of mind Pada Siklus 1

Hasil Siklus 2
Aspek self regulated yaitu kemampuan kinerja siswa pada siklus 1 mencapai rata-
rata persentase berada pada kategori baik yaitu pada rentangan 83,3%. Selanjutnya
aspek berpikir kreatif dalam merancang alat, menyusun hipotesis, menyimpulkan hasil,
mengkomunikasikan hasil percobaan mencapai perolehan yang paling tinggi diantara
lainnya baik berdasarkan observasi kelas maupun observasi angket yaitu 90%. Pada
aspek berpikir kritis dimana siswa menetapkan alat/bahan,menentukan langkah kerja,
ketelitian mengukur dan menuliskan data percobaan berada juga mengalami peningkatan
yaitu berada pada kategori baik 90%. Kemampuan habits of mind siswa dalam
pembelajaran kimia pada materi asam basa untuk siklus 2 mengalami peningkatan
jikalau dilihat dari rata-rata presentase. Adapun hasil persentase pembentukan habits of
mind dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 2. Grafik Presentase Pembentukan Habits of mind Pada Siklus 2

Deskripsi sikap perilaku berfikir siswa dapat digambarkan dalam angket yang
disebarkan guru. Hasil angket menunjukkan bahwa kebiasaan berfikir siswa tentang: Self
Regulated Thingking adalah 1) Kemampuan Siswa untuk menyadari jalan pikirannya
sendiri dapat di ketahui dengan memberikan pertayaan angket kesiswa jika kamu tidak
dapat mengerjakan tugas dengan baik, apakah kamu memi-kirkannya kembali agar dapat
menolong kamu menemukan kesalahan dalam menyelesaikan tugas. Keseluruhan siswa
(100%) menjawab “Ya”. Selanjutnya habits of mindsiswa untuk menggali informasi
“Menyadari dan mencari sumber-sumber” diketahui dengan memberi pertanyaan “Apakah
kamu mencari sumber informasi pada setiap mengerjakan tugas yang memerlukan
sumber informasi?” sebagian siswa menjawab “Ya” sebanyak 87,50% dan menjawab
“Tidak” adalah 12,50%. Critikal Thinking siswa dapat ditunjukkan dengan 3 angket
tentang: 1)“Akurat dan mengupayakan keakuratan”, pertanyaan yang di buat kedalam
angket adalah “Ketika melakukan perhitungan atau mencatat data hasil observasi,

225
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
apakah kamu melakukan-nya dengan teliti? Jawaban siswa yang menjawab “Ya” adalah
90,63%.
Kemampuan siswa untuk berpandangan terbuka dapat digambarkan dalam
pertanyaan angket “Apakah kamu akan berlapang dada ketika ide-ide kamu ditolak?
Jawaban siswa Ya adalah 43,75%, ini menunjukkan bahwa siswa memiliki keegoisan yang
tinggi, dan kurang menyadari kelemahan dan ketidak mampuan siswa dalam melakukan
suatu pekerjaan. Kemampuan siswa untuk point 3)Menghindari perilaku tanpa difikirkan,
dapat diketahui dengan memberikan pertanyaan “Apakah kamu menjawab pertanyaan
langsung tanpa difikirkan terlebih dahulu atau kamu benar-benar mengetahui dasar
ilmunya atau hanya asala-asalan? Sebagian siswa menjawab “Tidak” adalah 93,75%.
Kemampuan Creative Thingking yaitu aspek 1) Mengupayakan terus menerus
menyelesaikan tugas meskipun jawabannya belum bisa diduga sudah baik dimiliki oleh
siswa. Pertanyaan angket siswa yang mengusahakan secara terus menerus
mengupayakan menyelesaikan tugas selalu dilakukan baik oleh siswa, beberapa siswa
menjawab “Ya” adalah 90%. Selanjutnya aspek kedua. 2) Mendorong diri sendiri untuk
mendorong sesuatu yang diyaki-ninya tidak dapat mengerjakannya” juga memiliki respon
yang baik dari siswa dengan memberikan pendapat 81,25% jawaban “Ya”. Kemudian dari
pertanyaan angket “Apakah kamu dapat menemukan solusi sendiri terhadap masalah
yang sulit atau kamu dihadapkan pada pilihan yang sulit?” hal inisangat sulit dilakukan,
dominan jawaban siswa yang menjawab “tidak” yaitu 84,38%.

KESIMPULAN

Kemampuan habits of mind yang dapat dicapai siswa adalah siswa (1) Self Regulated
Thingking cukup baik, yaitu kemampuan siswa untuk menyadari jalan pikirannya sendiri
mencapai 83,3% (2) Sedangkan Critical Thinking yaitu mengupayakan keakuratan
mencapai 86,6% (3) Kemampuan creative thingking berada pada kategori tertinggi
dengan indikatornya adalah mengupayakan menyelesaikan tugas mencapai 90%,
mendorong sesuatu yang diyakini tidak dapat mengerjakannya mencapai 81,25%, dan
menemukan solusi sendiri terhadap masalah sulit mencapai 84,38%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih saya berikan kepada pejabat dan tim LPPM, koordinator prodi
Pendidikan Kimia, Kepala SMAN 1 Langsa, Kepala Laboratorium serta Bapak dan Ibu
dosen Pendidikan Kimia FKIP Unsam yang telah memberikan kontribusi dan bimbingan
dalam penyelesaian penelitian. Semoga penelitian ini mampu memberi kontribusi yang
berguna baik kepada Ilmu Pengetahuan maupun kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Arina, S., Johar, S. & Marwan. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematis dan Habits of
Mind Mahasiswa pada Materi Lintasan Terpendek Menggunakan Aligoritma Flyod
Warshall. Jurnal Peluang, 1(2): 71-80.
Costa, A.L. & Kallick, B. (2000). Describing 16 Habits of Mind. Habits of Mind: A
Development Series. Alexandria, VA. (Online). Tersedia di:
http://www/ccsnh.edu/documents/CCSNHMLC.Habitsofmindcostakallick.
Marita, RAS., (2014) Profile Habits Of Mind XI High School Students in Biology Teaching
Method Using Practice and Discussion. Proceedings of Mathematics and Science
Forum. Tersedia pada: http://prosiding.upgrismg.ac.id.
Rustaman, N.Y., Saptono, S. dan Widodo, A. (2013). Model Integrasi Atribut Asesmen
Formatif (IAAF) Dalam Pembelaajran Biologi Sel Untuk Mengembangkan

226
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA IV ISBN 978-602-50939-0-6
Banda Aceh, 30 Oktober 2018 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kemampuan Penalaran dan Berfikir Analitik Mahasiswa Calon Guru. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia. 2(1). 31-40.
Sumadi. (2011). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Sriyati, S. (2011). Peran Assesmnet Formatif Dalam Membentuk Habits of Mind
Mahasiswa Biologi. Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Susanti, E., (2015) Problem of High Order Thinking Skills to Train Mathematical Thinking
Habits. Tersedia pada:http://eprints.unsri.ac.id/
Yahya, A. K. E., & Nasser, E. (2013). Assesing Secondary School Teachers Performance in
Developing Habits of Mind For the Students. International Interdiciplinary Journal of
Education, 2(2), 168-180.

227

Anda mungkin juga menyukai