Pendahuluan:
Menurut ketentuan Pasal 1 Angka 5 UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Hak Desain
Industri adalah hak ekskusif yang diberikan Negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas
hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Hak eksklusif yang dimiliki
Pemegang Hak Desain Industri tersebut berupa hak untuk melaksanakan Hak Desain Industri
yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain tanpa persetujuannya membuat, memakai,
menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang telat diberi Hak Desain
Industri.
Hak Desain Industri itu sendiri lahir karena adanya permohonan pendaftaran desain industri yang
dimohonkan oleh Pendesain/Pemegang Hak Desain Industri, artinya tanpa adanya permohonan
maka suatu Hak Desain Industri tidak akan lahir, hal ini berbeda dengan hak cipta yang
perlindungannya lahir secara otomatis ketika ciptaan tersebut telah diwujudkan dalam bentuk
yang nyata sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hak Desain Industri harus diajukan
melalui permohonan, mengingat desain industri itu sendiri termasuk ke dalam industrial property
(hak milik industri). Namun demikian, desain industri tersebut baru akan dapat dikabulkan
pendaftarannya apabila memenuhi syarat kebaruan dan tidak melanggar kesusilaan, agama, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan 4 UU No. 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri.
Berikut ini kami telah mgnumpulkan beberapa Kaidah Hukum terkait sengketa perkara Desain
Industri, sebagai berikut:
❖ Putusan Mahkamah Agung No. 401 K/Pdt.Sus/2010 tanggal 29 Juli 2020 dengan
kaidah hukum sebagai berikut:
MENGADILI:
MENGADILI SENDIRI:
Dalam Eksepsi:
3. Apabila pihak yang berkepentingan menemukan fakta bahwa sesungguhnya suatu desain
yang didaftarkan tersebut sebenarnya sudah tidak baru karena sudah ada pengungkapan
sebelumnya baik di Indonesia maupun di luar negeri, dapat juga mengajukan fakta-fakta
tersebut melalui gugatan Pembatalan ke Pengadilan Niaga.
Bahwa perkara ini “sejalan” dengan perkara serupa tentang hak paten milik
Tergugat yang telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung daftar Nomor 412
K/Pdt.Sus-HKI/2013;
MENGADILI SENDIRI
Menimbang bahwa dari bukti-bukti P-5 sampai dengan P-9 yang di-ajukan
oleh Penggugat asal dan tidak dibantah oleh Tergugat asal terlihat bahwa
sejak bulan Februari 2003 (sebelum tanggal penerimaan pendaftaran
desain industri atas nama Tergugat asal tanggal 2 Mei 2003) Penggugat
asal telah membeli Gear Set (NP) New dari Tergugat asal dengan kemasan
kotak desain industri (bukti P-4 dan P-5), yang sama dengan kotak
kemasan desain industri (bukti P7) yang diajukan oleh Tergugat asal;
Bahwa Desain Industri KRAN atas nama Tergugat I telah ada sebelum
Tergugat I mengajukan Pendaftaran Permohonan Desain Industri karena
Desain Industri KRAN seperti yang diuraikan Tergugat I telah ada
di Cina dari Pemilik Patent Fan Guang Shen, sehingga tidak
mengandung kebaruan;”
MENGADILI
MENGADILI SENDIRI
❖ Putusan Mahkamah Agung No. 533 K/Pdt.Sus/2008 dengan kaidah hukum sebagai
berikut:
“Oleh karena Judex Facti tidak salah menerapkan atau melanggar hukum
yang berlaku oleh karena meskipun Desain Industri milik Penggugat
dengan desain industri milik Tergugat terdapat perbedaan pada
ujung daun pintu lipat dimana milik Tergugat melengkung,
demikian pula kanal pintu besi lipat milik umum bentuk dan
konfigurasinya bulat sedang milik Tergugat mirip balok
melengkung, namun perbedaan itu tidak cukup berbeda secara
signifikan, sehingga desain industri milik Tergugat tersebut tidak
memenuhi syarat seperti ditentukan dalam Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri”
❖ Putusan Mahkamah Agung No. 533 K/N/HaKI/2006 dengan kaidah hukum sebagai
berikut:
bahwa selain itu, Penggugat dengan bukti P.1 s/d P.37 telah berhasil
membuktikan dalil gugatannya bahwa Disain Industri milik Pemohon Kasasi
No. ID 0 008 650-D dan ID 0 008 651-D mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan barang yang telah terdaftar di Taiwan, oleh karenanya
Disain Industri milik Tergugat tersebut harus dibatalkan, karena tidak ada
nilai “KEBARUAN”;
4. Kementerian Hukum dan HAM tidak wajib untuk ditarik atau diikutsertakan sebagai Pihak
dalam perkara sengketa Desain Industri.
5. Problematik dalam gugatan pelanggaran Hak Desain Industri adalah sering kali besarnya
jumlah ganti rugi yang diminta oleh Pemegang Hak Desain Industri tidak dikabulkan oleh
pengadilan, dalam beberapa perkara yang pernah terjadi umumnya pengadilan hanya
mengabulkan perintah penghentian barang beredar yang diduga melanggar Hak Desain
Industri. Oleh karena itu jikalau Pemegang Hak Desain Industri hendak menggugat ganti
rugi kepada pihak yang secara tanpa hak telah menggunakan Hak Desain Industri
sebaiknya dipersiapkan bukti-bukti materil yang mendukung gugatan tersebut.
MENGADILI
Dalam Konvensi:
Dalam Eksepsi:
Dalam Rekonvensi:
4. Bahwa sesuai dengan asas peradilan yang cepat, murah dan sederhana
Mahkamah Agung berpendapat bahwa perlu memeriksa pokok perkara,
dan setelah memeriksa secara saksama fakta persidangan terbukti Para
Termohon Kasasi telah menjual produk dengan konfigurasi desain yang
memiliki persamaan pada pokoknya dengan konfigurasi desain yang
terdaftar atas nama Pemohon Kasasi, perbuatan mana tanpa
persetujuan Pemohon Kasasi;
MENGADILI
6. Suatu Desain Industri memiliki unsur kebaruan selama tidak pernah ada pengungkapan
dan tidak memiliki kesamaan dalam pendaftaran Hak Desain Industri.
Bahwa dengan demikian putusan judex facti telah tepat dan benar;
“Pasal 2 ayat (2) Undang Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain
Industri menyebutkan bahwa sebagai pedoman tentang kebaruan
(novelty) diatur bahwa dianggap baru apabila Desain Industri tersebut
tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya;
Bahwa dalam perkara a quo antara produk “ECO BOTTLE” milik Penggugat
dengan produk “BIOLIFE BORNEO” yang dipasarkan oleh Tergugat secara
kasat mata tidak sama, Desain Industri berjudul “BIOLIFE BORNEO”
milik Tergugat tidak mengadaptasi desain yang sudah ada
sebelumnya, tetapi merupakan kreasi baru yang tidak sama
dengan Desain Industri berjudul “ECO BOTTLE” milik Penggugat,
bahkan sistem penjualannya pun juga berbeda, produk “BIOLIFE
BORNEO” dijual secara langsung dan“ECO BOTTLE” penjualannya
melalui jaringan;
Bahwa Judex Facti pada pokoknya berpendapat bahwa tidak ada desain
pembanding yang sama dari produk pihak lain yang terungkap
ketika desain industri WADAH didaftarkan oleh Termohon Kasasi
kepada Turut Termohon Kasasi sehingga gugatan Pemohon
Kasasi dalam perkara a quo beralasan untuk ditolak;
❖ Putusan Mahkamah Agung No. 108 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 22 Mei 2012 dengan
kaidah hukum sebagai berikut:
Bahwa selain itu telah benar bahwa pendaftaran desain industri oleh
Dirjen Haki yang tidak didasarkan pada unsur kebaruan dapat
dibenarkan apabila pendaftaran tersebut diajukan oleh pihak
yang menerima hak dari pendesain/ pemilik asal desain yang
telah terdaftar di negara asal pendesain. Dalam pemeriksaan di
persidangan Tergugat I dapat membuktikan dalil bantahannya bahwa
meskipun tidak ada unsur kebaruan ketika mengajukan
pendaftaran desainnya, Tergugat I adalah pihak yang menerima
hak dari pendesain industri awal berjudul ”SANDAL” yang telah
terdaftar di Negara pemilik desain yaitu China jauh sebelum ada
pengungkapan desain industri serupa oleh Penggugat di
Indonesia, sehingga telah benar sertifikat desain industri yang berjudul
”SANDAL” dalam perkara a quo dapat dipertahankan;
8. Hak Merek, Hak Cipta, dan Hak Desain Industri merupakan hak kekayaan intelektual yang
berbeda dan terdiri dari undang-undang yang berbeda sehingga tidak dapat
dicampuradukan ke dalam satu Gugatan.
Bahwa pertimbangan dan amar putusan Judex Facti telah tepat, sehingga
dengan dinyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima dipandang
tepat;