Untuk itu, pada edisi yang kedua ini kami bermaksud untuk
berbagi tulisan dengan judul (1) Permasalahan Klausula Baku
dalam Praktik Peradilan Indonesia; (2) Proposal Perdamaian
Sebagai Kunci Mencegah Kepailitan dalam Perkara PKPU; dan (3)
Hubungan Hukum Pemain Sepakbola Dengan Klub : Aset
Ataukah Tenaga Kerja?
Partner
HUKUM BISNIS Perlindungan Konsumen
Pendahuluan
Polis asuransi;
1 3
E. H. Hondius, Konsumentenrecht, Kluwr-Deventer, Sjahdeini, Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan
1976, hal 11, dikutip dari Adrian Sutendi, Tanggung Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam
Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut
Konsumen, Bogor : Ghalia Indonesia, 2008, hal. 46. Bankir Indonesia, 1993, hal. 73.
2
Assegaf, Ahmad Fikri, Penjelasan Hukum tentang
Klausula Baku, Jakarta : PSHK, 2014, hal. 13.
1
Konsumen perkapalan (bill of lading); a. menyatakan pengalihan
Perjanjian jual beli mobil; tanggung jawab pelaku usaha;
Perjanjian kartu kredit; b. menyatakan bahwa pelaku usaha
Transaksi perbankan seperti berhak menolak penyerahan
perjanjian rekening koran dan kembali barang yang dibeli
perjanjian kredit bank; konsumen;
Perjanjian jual beli rumah dari c. menyatakan bahwa pelaku usaha
perusahaan real estate; berhak menolak penyerahan
Perjanjian sewa. kembali uang yang dibayarkan
atas barang dan/atau jasa yang
Praktik diberlakukannya klausula baku dibeli oleh konsumen;
seringkali dibenturkan dengan asas d. menyatakan pemberian kuasa
kebebasan berkontrak yang dianut oleh Kitab dari konsumen kepada pelaku
Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH usaha baik secara langsung
Perdata”). Mengingat tidak adanya posisi maupun tidak langsung untuk
tawar dari konsumen, maka konsumen mau melakukan segala tindakan
tidak mau harus menerima isi dari perjanjian sepihak yang berkaitan dengan
yang memuat klausula baku tersebut. Hal ini barang yang dibeli oleh
sangat berpotensi memunculkan unsur konsumen secara angsuran;
‘keterpaksaan’ atas penerimaan perjanjian e. mengatur perihal pembuktian
tersebut. atas hilangnya kegunaan barang
atau pemanfaatan jasa yang
Klausula Baku dalam Perundang- dibeli oleh konsumen;
undangan Indonesia f. memberi hak kepada pelaku
usaha untuk mengurangi manfaat
Dalam peraturan perundang-undangan jasa atau mengurangi harta
Indonesia, pengaturan klausula baku kekayaan konsumen yang
sebenarnya telah diatur dan dibatasi dengan menjadi obyek jual beli jasa;
sejumlah kondisi, khususnya pada Pasal 18 g. menyatakan tunduknya
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang konsumen kepada peraturan
Perlindungan Konsumen (“UUPK”), sebagai yang berupa aturan baru,
berikut: tambahan, lanjutan dan/atau
pengubahan lanjutan yang dibuat
“Pasal 18 UUPK sepihak oleh pelaku usaha dalam
masa konsumen memanfaatkan
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan jasa yang dibelinya;
barang dan/atau jasa yang ditujukan h. menyatakan bahwa konsumen
untuk diperdagangkan dilarang memberi kuasa kepada pelaku
membuat atau mencantumkan klausula usaha untuk pembebanan hak
baku pada setiap dokumen dan/atau tanggungan, hak gadai, atau hak
perjanjian apabila: jaminan terhadap barang yang
2
dibeli oleh konsumen secara pelaku usaha. Sebagaimana diketahui, Anny
angsuran. Gultom dan Hontas Tambunan menggugat
Secure Parking karena mobil mereka hilang
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan ketika diparkir. Secure Parking berdalih
klausula baku yang letak atau bahwa dirinya tidak bertanggung jawab atas
bentuknya sulit terlihat atau tidak kejadian hilang, rusak serta kecelakaan dari
dapat dibaca secara jelas, atau yang kendaraan konsumen dan berlindung pada
pengungkapannya sulit dimengerti. klausula baku yang tertera pada karcis
parkir. Perkara yang bergulir sampai di
(3) Setiap klausula baku yang telah Mahkamah Agung (“MA”) tersebut kemudian
ditetapkan oleh pelaku usaha pada berakhir melalui Putusan No.
dokumen atau perjanjian yang 1246/K/PDT/2003 dengan amar putusan
memenuhi ketentuan sebagaimana yang menyatakan klausula baku yang tertera
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pada karcis parkir batal demi hukum. MA
dinyatakan batal demi hukum. juga menghukum Secure Parkir untuk
mengganti kerugian atas hilangnya mobil
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan konsumen.
klausula baku yang bertentangan
dengan Undang-undang ini.” Pada tahun 2006, MA kembali menegaskan
pertimbangan hukum serupa. Dalam
Dengan adanya pengaturan klausula baku putusan MA No. 01 K/Per.Kons/2006, MA
dalam Pasal 18 UUPK di atas, maka menyatakan, sebagai pihak yang
pemerintah berharap agar pelaku usaha dititip/pengelola parkir dengan memungut
tidak dapat seenaknya memberlakukan bayaran harus bertanggung jawab atas
klausula baku dalam menawarkan barang hilangnya barang yang dititipkan kepadanya.
dan/atau jasa, melainkan terdapat rambu-
rambu yang harus dipatuhi dan dijadikan Beberapa putusan tersebut seharusnya
rujukan untuk menyusun klausula baku. menjadi acuan bagi majelis hakim, baik
Misalnya, pelaku usaha dilarang judex factie maupun judex juris, untuk
mencantumkan klausula “barang yang sudah memutus perkara-perkara yang berkenaan
dibeli tidak boleh ditukar atau dikembalikan”. dengan klausula baku terhadap konsumen
yang melanggar ketentuan Pasal 18 UUPK
Klausula Baku dalam Praktik Peradilan dimana majelis hakim terlebih dahulu
di Indonesia meneliti isi dari klausula baku tersebut.
Namun demikian, sepanjang penelusuran
Tidak terbantahkan lagi bahwa perkara Anny penulis, ternyata pertimbangan hukum
Gultom dan Hontas Tambunan melawan PT mengenai klausula baku mayoritas tidak
Securindo Packtama Indonesia (Secure berlaku apabila dibenturkan dengan
Parking) pada tahun 2000-an lalu merupakan transaksi perbankan dan pembiayaan,
tonggak pertama yang menjadi terobosan seperti perjanjian kredit, modal kerja atau
konsumen dalam mematahkan argumentasi leasing mobil. Hal ini terlihat pada putusan-
klausula baku yang kerap digunakan oleh putusan berikut ini:
3
dalam hal terjadi wanprestasi dari debitur,
Putusan MA No. 161 K/Pdt.Sus- maka permasalahan tersebut merupakan
BPSK/2018 tanggal 18 April 2018 kewenangan Peradilan Umum dan bukan
antara Seriati vs PT Bank Mandiri merupakan kewenangan Badan
(Persero), Tbk; Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Putusan MA No. 169 K/Pdt.Sus-
BPSK/2018 tanggal 8 Maret 2018 Penulis berpendapat bahwa, tanpa
antara Lamin Raharjo vs PT Bank BNI mengurangi rasa hormat pada putusan-
Syariah; putusan di atas, dalam memeriksa perkara-
Putusan MA No. 182 K/Pdt.Sus- perkara transaksi perbankan dan
BPSK/2018 tanggal 8 Maret 2018 pembiayaan pun, majelis hakim seharusnya
antara Budi Paryogi vs PT CIMB Niaga lebih komprehensif dan bijak dalam
Auto Finance; memberikan pertimbangan hukum dan amar
Putusan MA No. 184 K/Pdt.Sus- putusan. Memang benar wanprestasi atas
BPSK/2018 tanggal 18 April 2018 perkara-perkara tersebut merupakan
antara Sukadi vs PT Bank kewenangan Peradilan Umum, namun
Perkreditan; demikian apabila wanprestasi konsumen
Putusan MA No. 195 K/Pdt.Sus- tersebut berawal dari klausula baku yang
BPSK/2018 tanggal 18 April 2018 dilanggar oleh pelaku usaha sebagaimana
antara PT Bank Panin Indonesia,Tbk diatur dalam Pasal 18 UUPK (misalnya :
vs Hendryson K.H. pelaku usaha memberlakukan aturan
menyatakan tunduknya konsumen kepada
Dalam putusan-putusan di atas, pada intinya peraturan yang berupa aturan baru,
perkara semula diperiksa Badan tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan
Penyelesaian Sengketa Konsumen lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku
(“BPSK”), namun demikian bank/lembaga usaha), maka tidak ada wanprestasi yang
pembiayaan menolak untuk hadir dalam dilakukan oleh konsumen dan seharusnya
pemeriksaan dan lebih memilih mengajukan BPSK mempunyai kewenangan untuk
gugatan pembatalan putusan BPSK tersebut memeriksa dan mengadili perkara tersebut
melalui pengadilan negeri. Terhadap (vide Pasal 52 huruf f UUPK jo. Keputusan
gugatan tersebut, pengadilan negeri (yang Menteri Perindustrian dan Perdagangan
kemudian diperkuat dengan putusan MA) Republik Indonesia Nomor
kemudian membatalkan putusan BPSK yang 350/MPP/Kep/12/2001 Tahun 2001 tentang
memenangkan konsumen/nasabah dengan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
alasan hubungan hukum yang terjadi antara Penyelesaian Sengketa Konsumen
nasabah dengan bank/Lembaga pembiayaan (“Kepmen 350/2001”)).
adalah berdasarkan perjanjian pemberian
fasilitas kredit, dimana bank/Lembaga Dalam hal ini, penulis juga berpendapat
pembiayaan bertindak sebagai Kreditur dan bahwa adanya putusan-putusan pengadilan
nasabah sebagai Debitur dengan objek di atas yang menolak gugatan konsumen di
jaminan kredit telah diikat dengan hak BPSK dahulu dengan hanya menyatakan
tanggungan serta fidusia. Oleh karena itu, bahwa “dalam hal terjadi wanprestasi dari
4
debitur, maka permasalahan tersebut
merupakan kewenangan Peradilan Umum,
bukan BPSK” jelas menunjukan stigma
negatif dari penegakan hukum perlindungan
konsumen karena majelis hakim juga
semestinya harus meneliti klausula-klausula
perjanjian kredit dan pembiayaan yang
mengikat konsumen tersebut untuk dikaitkan
dengan Pasal 18 UUPK mengenai klausula
baku serta Pasal 52 huruf f UUPK jo. Kepmen
350/2001 tentang kewenangan BPSK. Untuk
itu, penulis berharap bahwa Mahkamah
Agung memperhatikan hal tersebut dan
menerbitkan suatu produk hukum yang
dapat menjadi pedoman dalam memeriksa
dan mengadili perkara-perkara yang
bersinggungan dengan hubungan hukum
pelaku usaha dan konsumen.
5
HUKUM BISNIS Hukum Kepailitan
terbalik dengan penghasilan, target produksi
yang tidak tercapai, belum lagi ketakutan
akan bahaya virus dan lain sebagainya
PROPOSAL PERDAMAIAN SEBAGAI menyebabkan para pengusaha memutar
KUNCI MENCEGAH KEPAILITAN otak dengan keras untuk mendapatkan dana
DALAM PERKARA PKPU segar guna mempertahankan usahanya dari
jurang kebangkrutan. Salah satu upaya
Oleh : Erolflin Siregar, SH demikian adalah mengajukan permohonan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
kepada pengadilan (atau disingkat “PKPU”).
6
Mengutip data dari sistem informasi 4. Dalam hal diajukan secara sukarela
penelusuran perkara (SIPP) dari 5 oleh debitur, permohonan PKPU
pengadilan niaga (PN) yakni PN Jakarta wajib dilengkapi dengan surat
Pusat, PN Medan, PN Semarang, PN persetujuan dari kreditur mengenai
Surabaya dan PN Makassar, tren kasus PKPU pengusulan nama pengurus dalam
memang tercatat meningkat. Jika pada permohonan (vide Surat Edaran
tahun 2019 terdapat 434 perkara PKPU, Mahkamah Agung No 2 Tahun 2016
tercatat pada tahun 2020 terdapat 641 tentang Peningkatan Efisiensi dan
perkara PKPU4. Tranparansi Penanganan Perkara
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Syarat Diajukannya PKPU Pembayaran Utang di Pengadilan);
4
https://nasional.kontan.co.id/news/sepanjang-
tahun-2020-perkara-pkpu-meningkat
7
menyetujui rencana perdamaian
(yang mana diberikan kompensasi 1. Rencana perdamaian memberikan
sebesar nilai terendah di antara nilai informasi yang transparan mengenai
jaminan atau nilai aktual pinjaman keadaan debitur, termasuk keadaan
yang secara langsung dijamin harta pailit, termasuk rasio keuangan
dengan hak agunan atas kebendaan) perseroan, seperti rasio likuiditas,
(vide Pasal 286 UU-KPKPU); dan solvabilitas, profitabilitas maupun
rasio leverage jika debitor berbentuk
2. Permohonan PKPU memiliki kekuatan badan hukum (legal entity).
untuk mencegah Kepailitan karena
dapat diajukan setiap saat sebelum 2. Rencana perdamaian
adanya Pernyataan Pailit yang menginformasikan bahwa debitur
diputuskan oleh Pengadilan (yaitu memiliki prospek (going convern
sebelum adanya permohonan value) atau menginformasikan nilai
Pernyataan Pailit diajukan, maupun keseluruhan harta debitor untuk
setelah permohonan Pernyataan membayar seluruh utangnya
Pailit diajukan namun belum ada (liquidation value) dengan
putusan Pengadilan) (vide Pasal 229 melampirkan bukti-bukti
ayat (3) UU-KPKPU). pendukungnya.
8
secara wajar dan tanpa penundaan
yang memakan waktu cukup lama.5
5
Elyta Ras Ginting, S.H., LL.M., Hukum Kepailitan
Rapat-Rapat Kreditor, Sinar Grafika, Jakarta, 2018,
hlm. 149.
9
HUKUM BISNIS Hukum Ketenagakerjaan
6
144159-142-592660/sebagian-klub-liga-1-bubar-
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20210112 persib-arema-pilih-liburkan-tim
10
Melalui Arbitrase; atau Demikian krusialnya pemain sepakbola bagi
Lembaga lain yang disepakati dalam klub untuk mendatangkan keuntungan
kontrak finansial, sehingga menurut pendapat
tersebut, sudah seharusnya neraca
Namun demikian, terlepas dari upaya hukum menyediakan akun yang menerangkan
yang dapat ditempuh si pemain di atas, keberadaan pesepakbola sebagai aset.
kiranya terdapat suatu permasalahan yang Namun demikian, yang menjadi
menarik untuk dibahas, yakni mengenai permasalahan adalah bahwa pengakuan
hubungan hukum antara si pemain human capital sebagai aset ternyata masih
sepakbola dengan klub yang mengikatnya. menimbulkan perdebatan sampai saat ini.
Dalam hal ini bagaimanakah hubungan
hukum tersebut? apakah si pemain bola Sebagaimana yang dilansir oleh artikel di
merupakan aset, ataukah tenaga kerja dari detik.com7, Pernyataan Standar Akuntansi
klub sepak bola? Keuangan (PSAK) di Indonesia mulai
berkiblat pada penerapan International
Pemain Sepakbola Sebagai Aset Klub Financial Accounting Standards (IFRS). IFRS
sebagai standar akuntansi yang dikelarkan
Pemain sepakbola tentu menurut pendapat oleh International Accounting Standard
sebagian orang digolongkan sebagai aset Board memang memberikan perhatian
dari klub yang mengikatnya. Alasannya, terhadap pengakuan human capital sebagai
semakin tinggi nilai jual dari si pemain aset. Namun demikian, berdasarkan hasil
karena performanya, apalagi dapat diskusi dengan teman-teman auditor, masih
mengantar klub menjadi juara liga, tentu terdapat perbedaan pendapat tentang
semakin banyak keuntungan yang dapat human capital untuk menjadi bagian dari
diambil oleh klub, misalnya menaikkan nama aset perusahaan yang dapat dilaporkan di
besar klub yang berujung pada naiknya neraca.
pendapatan lewat merchandise dan tiket
pertandingan, mendatangkan sponsor, hak Dari tinjauan yuridis, pernyataan pemain
siar dan lain sebagainya. Klasifikasi pemain sepakbola sebagai aset perusahaan ini
sepakbola sebagai aset klub ini juga menimbulkan perdebatan dan bertentangan
diperkuat dengan fakta bahwa untuk dengan pendapat di atas, alasannya adalah
mengikat pemain sepakbola yang berstatus sebagai berikut:
tidak free transfer, klub peminat harus
membayarkan aktivanya yang berbentuk Pertama, hal ini tidak lain karena si
sejumlah uang kepada klub pemilik si pemain pemain bertindak sebagai subyek
sebelumnya. hukum yang menandatangani
kontrak dengan klub. Dalam hal ini
bagaimana bisa suatu subyek hukum
7
https://sport.detik.com/aboutthegame//pandit/d-
2977254/bagaimana-akuntansi-mengklasifikasi-dan-
menghitung-pemain-sepakbola-sebagai-aset
11
dapat digolongkan sekaligus sebagai Lebih lanjut, Pasal 1 angka 3 jo. Pasal
aset yang notabene merupakan 1 angka 15 UUTK telah
obyek perusahaan? Ingat, Pasal 1338 mendefinisikan pekerja dan
KUHPerdata menyatakan bahwa hubungan kerja, sebagai berikut:
perjanjian mengikat layaknya
undang-undang bagi yang “Pekerja/buruh adalah setiap
membuatnya. Dengan demikian, orang yang bekerja dengan
mengikatnya perjanjian bagi subyek menerima upah atau imbalan
hukum yang menandatanganinya dalam bentuk lain.
menyebabkan keduanya mempunyai
hubungan hukum yang setara dan Hubungan kerja adalah
harus menjalankan prestasinya hubungan antara pengusaha
masing-masing dengan itikad baik. dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja,
Kedua, pemain bola menerima yang mempunyai unsur
sejumlah uang dari klub sehingga pekerjaan, upah, dan
memenuhi unsur “upah” perintah”
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 angka 30 Undang-Undang No 13 Dengan diterimanya upah oleh
Tahun 2003 tentang pemain sepakbola, maka menjadi hal
Ketenagakerjaan (“UUTK”) yang yang rancu apabila pemain yang
pada saat ini telah direvisi melalui UU menerima gaji tersebut digolongkan
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta juga sebagai asset.
Kerja (“UU Cipta Kerja”) yang
menyatakan: Ketiga, permasalahan ada akan
semakin mengemuka apabila klub
“Upah adalah hak tempat pemain bola bergabung
pekerja/buruh yang diterima dimohonkan pailit yang mana apabila
dan dinyatakan dalam bentuk dikabulkan maka klub sebagai debitur
uang sebagai imbalan dari akan memenuhi kewajiban kepada
pengusaha atau pemberi kreditur dari aset-aset yang
kerja kepada pekerja/buruh dimilikinya. Menjadi pertanyaan yang
yang ditetapkan dan menarik bagaimana si pemain bola
dibayarkan menurut suatu yang notabene sebagai aset klub
perjanjian kerja, kesepakatan, kemudian dihadapkan pada perkara
atau peraturan perundang kepailitan tersebut?
undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh Merujuk pada ketentuan di atas serta
dan keluarganya atas suatu dikaitkan dengan permasalahan tulisan ini,
pekerjaan dan/atau jasa yang menurut hemat penulis menunjukan bahwa
telah atau akan dilakukan.” karakteristik pemain sepakbola secara
yuridis ternyata lebih memenuhi unsur
12
sebagai pekerja sesuai dengan ketentuan pekerjaan yang sekali selesai atau
UUTK dibandingkan sebagai aset perusahaan yang sementara sifatnya;
karena adanya unsur “pekerjaan”, “upah” pekerjaaan yang diperkirakan
dan “perintah” dari klub yang mengikatnya. penyelesaiannya dalam waktu yang
Namun demikian, penulis mengakui bahwa tidak terlalu lama;
apabila merujuk pada prinsip-prinsip pekerjaan yang bersifat musiman;
akuntansi, penerapan tersebut berpotensi pekerjaan yang berhubungan dengan
menjadi permasalahan di neraca pembukuan produk baru, kegiatan baru, atau
klub apabila pemain bola dibukukan sebagai produk tambahan yang masih dalam
tenaga kerja alih-alih sebagai aset. percobaan atau penjajakan; atau
pekerjaan yang jenis dan sifat atau
Pemain Sepakbola Sebagai Tenaga kegiatannya bersifat tidak tetap
Kerja Klub
Apabila dikaitkan dengan permasalahan
Sekalipun karakteristik pemain sepakbola tulisan ini, fakta bahwa pemain sepakbola
yang diikat oleh klub memenuhi unsur selalu diikat oleh kontrak untuk jangka waktu
“pekerjaan”, “upah” dan “perintah”, namun tertentu dan mengingat pekerjaan pemain
tidak sesederhana itu. UUTK pada prinsipnya sepakbola yang melakukan pekerjaan yang
membedakan karakteristik pekerja menjadi terus-menerus jelas tidak memenuhi
(vide Pasal 56): ketentuan Pasal 59 ayat (1) UUTK jo. Pasal 3
Kepmen 100/2004 di atas. Terkait hal
Pekerja Kontrak / waktu tertentu tersebut, pekerjaan yang dilakukan oleh
yang didasarkan pada PKWT; dan pemain sepakbola menurut hemat penulis
Pekerja Tetap yang didasarkan pada merupakan pekerjaan yang bersifat tetap,
PKWTT. pekerjaan inti dari bisnis perusahaan serta
dilangsungkan secara terus menerus. Pasal
Merujuk pada fakta bahwa kontrak pemain 59 ayat (2) UUTK dalam hal ini telah
sepakbola dibuat untuk jangka waktu melarang untuk diikat dengan PKWT.
tertentu (per-musim misalnya), quadnon
apabila pemain sepakbola digolongkan Kesimpulan
sebagai pekerja, maka status yang melekat
pada dirinya secara karakteristik adalah Hubungan hukum pemain sepakbola dengan
Pekerja Kontrak yang didasarkan pada klub yang mengikatnya ditinjau dari aspek
PKWT. akuntansi dan yuridis menarik dibahas
karena mempunyai prinsip yang berbeda.
Namun demikian, Pasal 59 ayat (1) UUTK jo. Dalam aspek akuntansi, sekalipun masih
Pasal 3 Kepmenakertrans No. Kep terdapat pendapat yang terbelah, namun
100/Men/VI/2004 (“Kepmen 100/2004”) pemain sepakbola dapat digolongkan
yang pada saat ini telah diubah melalui UU sebagai aset. Sementara itu, menurut kajian
CIpta Kerja, membatasi jenis-jenis pekerjaan yuridis, status pemain sepakbola lebih
yang boleh dijadikan PKWT, yakni: memenuhi klasifikasi sebagai tenaga kerja
karena memenuhi unsur “perintah”, “upah”
13
dan “pekerjaan”. Namun demikian, fakta
bahwa kontrak pemain sepakbola untuk
jangka waktu tertentu serta jenis
pekerjaannya yang terus menerus
menyebabkan jenis pekerjaan dari pemain
sepakbola pun tidak bisa digolongkan
sebagai pekerjaan yang bisa diikat dengan
PKWT.
14