Anda di halaman 1dari 17

Law Office EDITORIAL

ATMADJA SIREGAR KRISNOMO


Monthly Newsletter
Pertama-tama kami panjatkan puji serta syukur kepada Tuhan
-------------------------- Yang Maha Esa karena atas kuasa-Nya kami dapat menyapa
Vol. 1 – January 2021 Bapak-Ibu dengan Newsletter ini.

Newsletter ini kami susun dengan maksud untuk memberikan


sumbangsih edukasi hukum secara pro-bono atas isu-isu hukum
terkini yang sedang terjadi kepada Bapak-Ibu sekalian
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-
Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Pada edisi ini kami
memilih 3 (tiga) buah tema yakni: (1) tinjauan hukum terhadap
putusan PKPU Asuransi Jiwa Kresna yang baru saja diputus pada
tanggal 10 Desember 2020 yang lalu, (2) permasalahan hukum
badan usaha berbentuk perseroan komanditer, dan (3)
Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan efisiensi pasca
disahkannya UU Cipta Kerja.

Besar harapan kami agar Newsletter ini dapat menjadi bahan


bacaan serta masukan bagi Bapak-Ibu sekalian atas isu-isu
hukum terkini yang sedang terjadi. Akhir kata tak lupa kami
ucapkan selamat tahun baru 2021, semoga tahun ini menjadi
Prepared by: tahun yang diberkati dan sukses untuk kita semua.

Law Office
Salam,
ATMADJA SIREGAR KRISNOMO
Jl. Sunda No. 85, Bandung 40112
Phone : 022-86017831 ext 102,
Mail : mail@id-asklaw.com Aria D.N. Atmadja, SH., CPL., CTLC., CLi., CPT

website : www.id-asklaw.com Partner


HUKUM BISNIS Kepailitan dan PKPU

APAKAH PERUSAHAAN
Pendahuluan
ASURANSI DAPAT
DIPAILIT/PKPU-KAN OLEH Pada tanggal 10 Desember 2020 lalu, publik
dikejutkan oleh putusan Majelis Hakim
KREDITURNYA? Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
TINJAUAN HUKUM PUTUSAN PKPU Jakarta Pusat yang menyatakan bahwa PT
ASURANSI JIWA KRESNA Asuransi Jiwa Kresna (“AJ Kresna”) berada
pada kondisi Penundaan Kewajiban
Oleh : Aria D.N Atmadja, SH., CPL., Pembayaran Utang (“PKPU”). Perkara yang
CTLC., CLi., CPT teregister pada nomor 389/Pdt.Sus-
PKPU/2020/PN.Niaga.Jkt Pst tersebut
dimohonkan oleh salah satu nasabah AJ
Kresna yang berdomisili di Bandung bernama
Lukman Wibowo. Majelis Hakim kemudian
mengabulkan permohonan PKPU tersebut
untuk seluruhnya dan menunjuk Sdr.
Rynaldo P. Batubara, SH., MH., dkk sebagai
Pengurus yang bertugas untuk melakukan
pengurusan terhadap PKPU AJ Kresna sesuai
dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (“UUK-
PKPU”).
Aria is one of founding partner of Atmadja
Siregar Krisnomo (“ASK Law”). He has Duduk Perkara Gagal Bayar AJ Kresna
numerous experiences in Indonesian Kepada Nasabahnya
Business & Civil Law for more than 10 years.
Menelisik ke belakang sebelum perkara PKPU
He holds several licenses in law matters,
tersebut diputus, AJ Kresna memang
including Advocate from Peradi, Registered
diketahui kesulitan untuk melakukan
Intellectual Property Rights Consultant, pembayaran kepada nasabahnya.
Liquidator and Tax Legal Consultant. Sebagaimana dilansir oleh
wartaekonomi.com , pada bulan Mei 2020,
1

manajemen AJ Kresna secara terang-

1
-kelam-skandal-gagal-bayar-kresna-life-nasabah-
https://www.wartaekonomi.co.id/read303662/kisah gigit-jari-haknya-tak-dipenuhi

1
terangan mengaku tengah mengalami Diketahui OJK kemudian juga melakukan
masalah likuiditas yang menyebabkan suspen terhadap 24 produk investasi yang
pihaknya terpaksa menunda pembayaran dikelola oleh Kresna Asset Manajemen.
dua produk AJ Kresna, yaitu Kresna Link Suspensi dilakukan sejak 7 Agustus 2020
Investa (KLITA) dan Protecto Investa Kresna yang lalu2.
(PIK). Manajemen AJ Kresna beralasan,
masalah likuiditas yang dialami perusahaan Sebenarnya, sanksi OJK yang sempat
itu disebabkan oleh terjadinya keadaan diterapkan kepada AJ Kresna tersebut di atas
memaksa (force majeure) akibat pandemi sempat dicabut melalui surat nomor S-
Covid-19 sehingga berimbas kepada 458/NB.2/2020 tanggal 4 November 2020.
portofolio investasi Kresna Life di pasar Namun demikian, OJK kembali memberikan
modal. Alhasil, AJ Kresna kehilangan sanksi PKU terhadap AJ Kresna melalui surat
kemampuan finansial untuk memenuhi nomor 449/NB.2/20203.
kewajiban kepada pemegang polis K-LITA.
Terhadap kondisi yang dialami AJ Kresna
Disebutkan pula dalam surat tersebut, sanksi tersebut, diketahui para nasabahnya telah
PKU dijatuhkan kepada AJ Kresna melakukan sejumlah upaya untuk
berdasarkan penilaian OJK karena yang memperoleh haknya, baik pidana maupun
bersangkutan melanggar ketentuan perdata, Antara lain melalui laporan polisi
mengenai pelaksanaan rekomendasi atas kepada Polda Metro Jaya maupun
hasil pemeriksaan sebelumnya. “Setelah permohonan PKPU kepada Pengadilan Niaga
dikenakannya sanksi ini, PT Asuransi Jiwa pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Untuk
Kresna dilarang melakukan kegiatan permohonan PKPU, apabila kita melihat
penutupan pertanggungan baru untuk Sistem Informasi Penelusuran Perkara
seluruh lini usaha bagi perusahaan asuransi (“SIPP”) milik Pengadilan Negeri Jakarta
tersebut sejak 3 Agustus 2020 sampai Pusat sebelum permohonan PKPU yang
dengan dipenuhinya rekomendasi hasil diputus tanggal 10 Desember 2020 di atas,
pemeriksaan OJK," kata Deputi Komisioner setidaknya terdapat 3 permohonan PKPU
Humas dan Logistik OJK, Anto Prabowo, di yang diajukan oleh nasabahnya, baik
Jakarta, Jumat (14/8/2020) lalu. perorangan maupun korporasi. Banyaknya
permohonan PKPU tersebut menunjukkan
Sanksi yang diterapkan oleh OJK tersebut bahwa permasalahan pembayaran AJ Kresna
kemudian berimbas pula kepada perusahaan kepada para nasabah/krediturnya sangatlah
yang tergabung dalam Kresna Grup, serius.
termasuk Kresna Asset Manajemen.

2 3

https://www.cnbcindonesia.com/market/202008120 https://finansial.bisnis.com/read/20201215/215/133
82457-17-179131/duh-nasib-nasabah-24-reksa- 1220/lagi-kresna-life-diganjar-sanksi-pembatasan-
dana-kresna-yang-disuspen-gimana kegiatan-usaha-oleh-ojk-ini-sebabnya

2
Putusan PKPU atas AJ Kresna satu perusahaan asuransi, yakni PT AIA
Financial (“AIA”) dimana perusahaan
Sebagaimana yang disebutkan dalam bagian tersebut dimohonkan pailit kepada OJK oleh
awal tulisan ini, Putusan PKPU atas AJ Kresna dua mantan agen asuransinya 4 . OJK
pada tanggal 10 Desember 2020 lalu benar- kemudian merespon dengan mengeluarkan
benar mengejutkan, bukan hanya terhadap Surat No.S-517/NB.211/2020 tanggal 3
pada nasabah/krediturnya, melainkan juga November 2020 yang pada intinya menolak
bagi masyarakat luas. Dikatakan permohonan pailit/PKPU terhadap AIA
mengejutkan karena putusan tersebut dirasa dengan alasan performa perusahaan berada
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan pada kondisi positif. Bertitik pada Surat OJK
yang diatur dalam UUK-PKPU. tersebut serta dikaitkan dengan UUK-PKPU
serta UU Asuransi, maka menjadi suatu
UUK-PKPU dalam Pasal 2 ayat 5 jo. ayat 223 tanda tanya besar bagi penulis mengapa
untuk kemudian dikaitkan dengan Pasal 50 Hakim Pengadilan Niaga justru mengabulkan
ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 permohonan PKPU yang diajukan nasabah
tentang Perasuransian (“UU Asuransi”) perorangan terhadap AJ Kresna.
telah menyatakan dengan jelas bahwa
permohonan pailit dan/atau PKPU hanya Putusan PKPU AJ Kresna – Preseden
dapat dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan Buruk Bagi Dunia Investasi
(“OJK”) dimana kreditur terlebih dahulu
mengajukan permohonan kepada OJK agar Penulis berpendapat bahwa Putusan PKPU
OJK mengajukan permohonan pailit kepada yang dijatuhkan kepada AJ Kresna sangatlah
Pengadilan Niaga terhadap perusahaan tidak tepat. Bukan saja karena tidak sesuai
asuransi yang hendak dipailit/PKPU-kan dengan ketentuan UUK-PKPU dan UU
(lihat Pasal 51 ayat (1) UU Asuransi). Asuransi, namun juga membawa preseden
buruk bagi dunia investasi dengan alasan-
Dengan berpijak pada ketentuan di atas, alasan sebagai berikut:
maka menjadi suatu hal yang mengejutkan
bahwa Putusan PKPU atas AJ Kresna dapat 1. Sebagaimana disebutkan dalam
dijatuhkan atas permohonan PKPU yang Penjelasan Pasal 2 ayat (5) UUK-
dilakukan langsung oleh nasabah PKPU (yang kemudian dicabut oleh
perorangan AJ Kresna karena hal tersebut Pasal 90 UU Asuransi), undang-
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana undang menyatakan bahwa terdapat
diatur dalam UUK-PKPU dan UU Asuransi. alasan mengapa permohonan
pailit/PKPU hanya dapat dilakukan
Menilik sedikit ke belakang, terdapat oleh OJK dan tidak dapat dilakukan
kejadian serupa yang juga menimpa salah oleh perorangan, yakni untuk

4
https://nasional.kontan.co.id/news/ojk-menolak-
permohonan-pailit-mantan-agen-aia

3
membangun tingkat kepercayaan Penutup
masyarakat terhadap Perusahaan
Asuransi sebagai lembaga pengelola Kondisi dunia pada saat dilanda pandemi ini
risiko dan sekaligus sebagai lembaga dirasa sangat tidak menentu, namun
pengelola dana masyarakat yang demikian hal tersebut hendaknya tidak
memiliki kedudukan strategis dalam digunakan sebagai alasan untuk menerobos
pembangunan dan kehidupan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan
perekonomian. oleh undang-undang. Dalam perkara AJ
Kresna seharusnya pemohon PKPU
Dengan demikian, tidak dapat senantiasa mengedepankan prosedur
dibayangkan apabila perusahaan sebagaimana yang telah digariskan oleh
asuransi dapat dengan mudah UUK-PKPU dan UU Asuransi dimana yang
diajukan permohonan pailit/PKPU bersangkutan mengajukan permohonan
oleh nasabahnya secara perorangan. kepada OJK agar OJK bersedia memohonkan
Sudah barang tentu nasabah tidak PKPU terhadap AJ Kresna kepada Pengadilan
akan merasa aman dalam melakukan Niaga.
investasi pada perusahaan asuransi.
Hal ini juga bertentangan dengan Hingga tulisan ini dibuat, proses PKPU AJ
semangat investasi yang Kresna masih berlangsung dengan Rapat
dicanangkan oleh Presiden Jokowi Pencocokan Piutang dijadwalkan akan
dalam program EoDB (Ease on Doing diselenggarakan pada tanggal 12 Januari
Business). 2021. Terkait hal tersebut penulis berharap
bahwa AJ Kresna berkenan mengajukan
2. Putusan PKPU yang dijatuhkan akan permohonan kepada Pengadilan Niaga untuk
serta merta menghentikan proses mencabut PKPU dirinya dengan alasan harta
pembayaran yang sedang dilakukan debitur memungkinkan untuk melakukan
AJ Kresna terhadap nasabahnya pembayaran kembali kepada
(lihat Pasal 242 UUK-PKPU). Hal ini kreditur/nasabahnya. Hal ini dimungkinkan
jelas akan memberikan kerugian oleh Pasal 259 ayat (1) UUK-PKPU.
kepada nasabah yang tentu tidak
sedikit. Bukan tidak mungkin bahwa
pembayaran yang akan diterima
nasabah pasca homologasi
ditetapkan nantinya akan jauh lebih
sedikit.

4
HUKUM BISNIS Hukum Perusahaan

Pendahuluan

HAL-HAL YANG PERLU Dalam melakukan praktik bisnis, setiap


pelaku usaha harus menentukan entitas
DIPERHATIKAN SEBELUM badan usaha yang digunakannya. Hal ini
sangatlah penting karena setiap bentuk dari
MENDIRIKAN BADAN entitas badan usaha, baik badan hukum atau
USAHA BERBENTUK non badan hukum, akan membawa akibat
hukum yang berbeda. Akibat hukum tersebut
PERSEROAN KOMANDITER dapat yang berkenaan dengan jumlah modal
yang disetor, prosedur pendirian,
Oleh : Erolflin Siregar, SH pertanggung jawaban, hak dan wewenang
dari para anggota badan usaha, dan lain
sebagainya. Salah satu dari bentuk entitas
badan usaha yang populer digunakan adalah
perseroan komanditer atau Commanditaire
Venootschap (“CV”).

CV merupakan bentuk entitas badan usaha


yang telah dikenal sejak jaman kolonial dan
pengaturannya masih menggunakan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH
Perdata”) (vide Pasal 1618) dan Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (“KUHD”)
(vide Pasal 19 – 21). CV merupakan salah
satu bentuk entitas yang banyak diminati,
khususnya oleh Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (“UMKM”), antara lain karena:
Erolflin is also one of founding partner of ASK
 Tidak terdapat modal minimal yang
Law. He has numerous experiences in dipersyaratkan;
Indonesian Business & Civil Law for more  Nama perusahaan yang tidak terikat;
than 7 years. He also has interest in helping  Pengambilan keputusan yang cepat;
poor clients by giving them pro bono legal dan
services. He holds Advocate Licence from  Perpajakan yang lebih mudah.
Peradi
Namun demikian, adanya sejumlah keadaan
yang memudahkan dari CV tersebut

5
menjadikan CV sangat rentan dengan “Persekutuan secara melepas
permasalahan hukum. Hal ini terbukti dari uang yang dinamakan
sejumlah perkara di masyarakat yang perseroan komanditer
berkaitan dengan praktik bisnis, misalnya didirikan antara satu orang
kasus pemalsuan tanda tangan kuasa usaha atau beberapa sekutu yang
CV Amalia yang sempat menyeret pimpinan secara tanggung
perusahaan konstruksi di Kabupaten menanggung bertanggung
Nunukan 5
atau tindak pidana korupsi jawab untuk seluruhnya
pencairan kredit fiktif oleh Bank BJB Syariah kepada pihak satu dan satu
terhadap PT Hastuka Sarana Karya dan CV orang atau lebih sebagai
Dwi Manunggal Abadi.6 Pelepas uang pada pihak lain”.

Permasalahan Berdasarkan ketentuan pasal di atas,


kiranya dapat ditarik kesimpulan
Berkaca pada sejumlah permasalahan bahwa di dalam CV terdapat dua
hukum yang menimpa entitas berbentuk CV organ, yakni pesero yang
tersebut, maka hal-hal yang perlu bertanggung jawab secara tanggung
diperhatikan dari pelaku usaha yang hendak renteng (pesero aktif/komplementer)
mendirikan CV sebagai entitas bisnisnya? dan pesero yang memberikan
pinjaman uang (pesero
Karakteristik CV pasif/komanditer). Kedua jenis
pesero tersebut mempunyai
Untuk menjawab hal tersebut, maka perlu karakteristik yang berbeda.
dijelaskan mengenai beberapa karakteristik
sebagai berikut: Pesero aktif/komplementer adalah
organ pesero yang bertanggung
1. Adanya pesero komanditer dan jawab untuk menjalankan
pesero komplementer pengurusan (daden van beheer) CV
serta bertindak untuk mewakili CV
Hal yang paling mendasar dari CV baik di dalam maupun di luar
adalah adanya pesero komanditer pengadilan. Oleh karena
atau silent partner/pesero pasif serta bertanggung jawab secara aktif
pesero komplementer atau pesero mewakili CV, maka pesero aktif
aktif. Dalam hal ini Pasal 19 ayat (1) bertanggung jawab atas harta
KUHD menyatakan sebagai berikut: perseroan CV sampai dengan harta
pribadinya.

5 6
https://detakkaltim.com/index.php/2017/04/04/2- https://www.indofakta.com/news_16726.html
terdakwa-tipikor-pasar-induk-nunukan-divonis-1-
tahun/

6
3. Nama perusahaan yang tidak
Di sisi lain, pesero pasif/silent terikat
partner/komanditer adalah pesero
yang hanya berkewajiban untuk Nama merupakan identitas, citra atau
melepas uang dan mengawasi karakter yang melekat pada
jalannya pesero seperti memberikan perusahaan itu sendiri. Namun
persetujuan atas perbuatan demikian, pada pendirian entitas PT
pengurusan CV yang dilakukan seringkali pelaku usaha menemui
pesero aktif/komplementer hambatan karena nama yang telah
khususnya yang berkaitan dengan direncanakan ditolak oleh
meminjam/meminjamkan uang atas Kementerian Hukum dan Hak Asasi
nama perseroan dan sebagainya. Manusia karena ternyata telah
Oleh karena perannya yang pasif, digunakan oleh PT lain.
pesero ini hanyalah bertanggung
jawab sebesar modal yang disetor ke Hal ini tidak terjadi dalam CV. Artinya,
dalam CV dan tidak bertanggung nama CV yang telah digunakan oleh
jawab lebih dari itu. CV lainnya (cth. CV Delima Jaya
berdomisili di Jakarta) dapat
2. Tidak terdapat modal minimum digunakan pula oleh CV yang
yang dipersyaratkan berdomisili di daerah lainnya.

Berbeda dengan entitas Perseroan 4. Pengambilan keputusan yang


Terbatas (“PT”) yang mensyaratkan cepat
bahwa modal dasar perseroan paling
sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh Tidak seperti entitas PT yang
juta rupiah) (vide Pasal 32 UU Nomor mengharuskan adanya Rapat Umum
40 Tahun 2007) dan paling sedikit Pemegang Saham (“RUPS”) bagi
25% (dua puluh lima persen) dari direksi untuk mengambil keputusan-
modal dasar tersebut harus keputusan penting. Di dalam CV,
ditempatkan dan disetor penuh (vide pesero aktif cukup mendapatkan
Pasal 33 UU Nomor 40 Tahun 2007), persetujuan dari pesero pasif untuk
dalam CV tidak ada modal minimum hal-hal yang mengharuskan adanya
yang dipersyaratkan sehingga sangat persetujuan sebagaimana diatur
cocok bagi pelaku usaha yang tidak dalam anggaran dasarnya. Hal ini
mempunyai budget yang cukup besar. menjadikan pengambilan keputusan
menjadi lebih cepat.

7
5. Perpajakan yang lebih mudah CV bukanlah badan hukum sehingga
tidak ada pemisahan kekayaan bagi
Dalam hal ini, laba yang diterima oleh pesero aktif yang menjalankan
CV hanya dikenakan pajak satu kali, perseroan. Oleh karena tidak ada
yakni pada badan usaha saja, pemisahan kekayaan, maka pesero
sedangkan pembagian keuntungan aktif bertanggung jawab secara
atau laba yang diberikan kepada pribadi atas harta kekayaan
persero komanditer tidak lagi perseroan dari CV tersebut.
dikenakan pajak. Hal ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Dengan demikian, oleh karena
huruf I Undang-Undang Republik tanggung jawab secara pribadi
Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tersebut, maka pesero aktif akan
Tentang Perubahan Keempat Atas ditarik sebagai pihak yang digugat di
Undang-Undang Nomor 7 Tahun muka pengadilan dalam hal terjadi
1983 Tentang Pajak Penghasilan permasalahan hukum atas CV
yang menyatakan: tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
“Yang dikecualikan dari objek No. 879 K/Sip/1974 tanggal 14 April
pajak adalah bagian laba 1976 yang menyatakan:
yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan “Di Indonesia, perseroan
komanditer yang modalnya komanditer atau CV,
tidak terbagi atas saham- belumlah merupakan suatu
saham, persekutuan, badan hukum, artinya bahwa
perkumpulan, firma, dan badan tersebut dalam lalu
kongsi, termasuk pemegang lintas hukum belum
unit penyertaan kontrak merupakan suatu subyek
investasi kolektif” hukum tersendiri terlepas dari
anggota pesero pengurusnya,
Kekurangan CV yang dapat melakukan
perbuatan-perbuatan hukum
Adapun beberapa kelemahan bentuk entitas dalam perdagangan adalah
CV adalah sebagai berikut: anggota-anggota
pengurusnya, sehingga
1. CV bukan badan hukum dengan demikian, dalam hal
sehingga pesero aktif CV akan menggugat di
bertanggung jawab secara pengadilan atau juga apabila
pribadi digugat, maka yang
menggugat bukanlah CV nya,

8
tetapi anggota pesero Pertama-tama, pelaku usaha harus
pengurus.” menentukan jenis usaha apa yang
akan dijalankan. Hal ini tentunya
2. Oleh karena bukan badan hukum, akan berpengaruh kepada aspek-
CV tidak banyak digunakan oleh aspek lain, misalnya permodalan.
pengusaha yang melakukan Dalam hal ini pelaku usaha harus
kegiatan usaha besar. selektif dalam menekan risiko dengan
modal yang tidak besar.
3. Apabila pesero komanditer
melakukan pengurusan 2. Batas wewenang dan tanggung
perseroan secara aktif maka jawab pemilik
statusnya menjadi tanggung
jawab pribadi (vide Pasal 21 Dua hal yang saling berkaitan dalam
KUHD). menjalankan bisnis adalah batas
wewenang dan tanggung jawab
“Pesero komanditer yang pemilik. Dalam hal ini pelaku usaha
melanggar ketentuan- harus memperhatikan karakteristik
ketentuan alinea pertama dan dari badan usaha yang hendak
kedua dari pasal yang lain, dibentuknya. Ambil contoh CV atau
bertanggung jawab secara firma sebagai badan usaha, ketika
timbul suatu kerugian, maka pemilik
tanggung renteng untuk
akan bertanggung jawab sampai
seluruhnya terhadap semua
dengan harta pribadinya. Hal ini tidak
utang dan perikatan berlaku untuk entitas yang berbentuk
perseroan tersebut” PT.

4. CV tidak dapat menghimpun 3. Kapasitas keuangan dan kemudahan


modal dari pemegang sahamnya. pendirian

Penutup Dalam hal budget tidak mendukung


untuk mendirikan entitas yang
Setelah memberikan penjelasan mengenai berbentuk PT, maka pelaku usaha
karakteristik dan kekurangan dari entitas CV, dapat menempuh upaya alternatif
maka dapat disimpulkan bahwa dalam dengan membentuk CV dengan tetap
menentukan bentuk entitas badan usaha, memperhatikan karakteristik dari CV
misalnya CV, maka pelaku usaha patut itu sendiri.
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
4. Kemudahan memperoleh modal
1. Jenis usaha yang dijalankan

9
Dalam hal ini, pemisahan harta
pribadi dengan perusahaan adalah
hal yang sangat esensial. Pemisahan
demikian akan dapat dengan mudah
mendapatkan permodalan dari
investor ataupun bank.

10
HUKUM BISNIS Hukum Ketenagakerjaan

Tinjauan Hukum Pendahuluan

Mengenai Pemutusan Seiring dengan semakin ketatnya laju


persaingan bisnis ditambah lagi dengan
Hubungan Kerja Dengan kondisi pandemi virus Covid-19 yang telah
Alasan Efisiensi Pasca melanda dunia semenjak tahun 2020 yang
lalu, sudah bukan rahasia lagi bahwa
Disahkannya UU Cipta perusahaan manapun pasti menghadapi
Kerja kondisi yang mengharuskan adanya
penghematan atau efisiensi, baik berupa
Oleh : R. Bagus Purwanto, SH., MH., CMLC pengecilan, peleburan divisi, atau bahkan
penutupan unit bisnis. Hal ini bisa jadi
berujung kepada keputusan perusahaan
untuk memangkas cost / pengeluaran, salah
satunya dengan keputusan melakukan
pemutusan hubungan kerja (“PHK”)
terhadap para tenaga kerjanya.

Namun demikian dalam melakukan proses


pemutusan hubungan kerja tersebut,
permasalahan yang kerap dihadapi
perusahaan adalah:

“Apa dasar hukum yang dapat digunakan


perusahaan dalam melakukan PHK dengan
Bagus is also one of founding partner of ASK alasan efisiensi? Langkah hukum apa yang
Law. He achieved his master Degree from dapat ditempuh oleh perusahaan?”
Universitas Indonesia. Like Erolflin, Bagus
also has interest in helping poor clients by Pembahasan
giving them pro bono legal services. He holds
Advocate Licence from Kongres Advokat Pertama-tama perlu dipahami bahwa
semenjak Undang-Undang No. 11 tahun
Indonesia and also had achieved Certified
2020 tentang Cipta Kerja (“UUCK”) disahkan,
Legal Consultant in Mining Industry.
terdapat beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan ("UUTK") yang diubah
dan/atau dihapuskan, yang mana meliputi
juga isu PHK, sehingga kita perlu melihat

11
ketentuan di dalam UUCK klaster
ketenagakerjaan tersebut untuk menjadi
rujukan sebelum melakukan keputusan PHK.

Apabila melihat ketentuan Pasal 154A ayat


(1) huruf b UUCK klaster ketenagakerjaan,
telah dinyatakan bahwa PHK dapat terjadi
karena perusahaan melakukan
efisiensi yang diikuti dengan
penutupan atau tidak diikuti dengan
penutupan perusahaan dimana
efisiensi tersebut disebabkan
perusahaan mengalami kerugian.

Selanjutnya, dalam hal PHK terjadi, maka


tenaga kerja yang berstatus pegawai tetap
berhak untuk mendapatkan uang pesangon
dan uang penghargaan masa kerja yang
komponennya didasarkan pada upah dan
tunjangan tetap yang diberikan kepadanya.
Selain itu, tenaga kerja juga berhak atas
uang penggantian hak (vide Pasal 156 ayat
(1) dan (4) jo. Pasal 157).

Berikut ini kami sampaikan perhitungan uang


pesangon dan uang penghargaan masa kerja
yang telah diubah dalam UUCK klaster
ketenagakerjaan (vide Pasal 156 ayat (2) dan
(3)):

12
Uang Pesangon
Masa Kerja Besaran
Kurang dari 1 (satu) tahun 1 (satu) bulan upah
1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 2 (dua) bulan upah
(dua) tahun
2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 3 (tiga) bulan upah
(tiga) tahun
3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 4 (empat) bulan upah
(empat) tahun
4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) bulan upah
5 (lima) tahun
5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 6 (enam) bulan upah
(enam) tahun
6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) bulan upah
7 (tujuh) tahun
7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 8 (delapan) bulan upah
(delapan) tahun
8 (delapan) tahun atau lebih 9 (sembilan) bulan upah
Uang Penghargaan Masa Kerja
Masa Kerja Besaran
3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang 2 (dua) bulan upah
dari 6 (enam) tahun
6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) bulan upah
9 (sembilan) tahun
9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang 4 (empat) bulan upah
dari 12 (dua belas) tahun
12 (duabelas) tahun atau lebih tetapi kurang 5 (lima) bulan upah
dari 15 (lima belas) tahun
15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang 6 (enam) bulan upah
dari 18 (delapan belas) tahun
18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi 7 (tujuh) bulan upah
kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun
21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi 8 (delapan) bulan upah
kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun
24 (dua puluh empat) tahun atau lebih 10 (sepuluh) bulan upah

13
Perlu dipahami bahwa ketentuan Pasal 156 tersebut tutup ataukah tidak sehingga PHK
UUCK klaster ketenagakerjaan di atas telah diperbolehkan sempat mengalami
memperjelas ketentuan mengenai PHK perdebatan yang berlarut-larut hingga
dengan alasan efisiensi yang sebelumnya Mahkamah Konstitusi mengeluarkan Putusan
diatur dalam Pasal 164 ayat (3) UUTK, No. 19/PUU-IX/2011 tanggal 13 Juni 2013
khususnya dalam menentukan apakah yang pada amarnya (vide halaman 59)
pengertian “efisiensi” mengharuskan suatu menyatakan bahwa Pasal 164 ayat (3)
perusahaan tutup ataukah tidak. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4279) bertentangan
Pasal 164 ayat (3) UUTK dengan Undang-Undang Dasar Negara
(dihapus oleh UUCK) Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang
frasa “perusahaan tutup” tidak dimaknai
Pengusaha dapat melakukan pemutusan “perusahaan tutup permanen atau
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh perusahaan tutup tidak untuk sementara
karena perusahaan tutup bukan karena
waktu”.
mengalami kerugian 2 (dua) tahun
berturutturut atau bukan karena keadaan
memaksa (force majeur) tetapi perusahaan Untuk menentukan kondisi yang
melakukan efesiensi, dengan ketentuan memperbolehkan perusahaan melakukan
pekerja/buruh berhak atas uang pesangon PHK dengan alasan efisiensi ini maka
sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat menurut hemat kami, perusahaan wajib
(2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 menunjukan fakta bahwa perusahaan telah
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan mengalami kerugian yang signifikan
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal sehingga alasan tersebut dapat
156 ayat (4). dipertimbangkan oleh pengadilan. Contoh
kondisi “efisiensi” ini misalnya: kondisi
pandemi Covid-19 yang telah memukul
sendi-sendi bisnis, terdapat kebijakan kantor
pusat perusahaan yang terpaksa melakukan
Di dalam UUCK, apabila suatu perusahaan perampingan karyawan karena ada kondisi
telah mengalami kerugian, maka hal tersebut ekonomi global (penurunan harga
telah memperbolehkan perusahaan jual/produksi), atau ada peraturan
melakukan PHK karena efisiensi tanpa pemerintah yang mengharuskan bahwa unit-
mengharuskan perusahaan tutup. unit usaha tertentu harus dilebur/dihilangkan.

Sebelumnya, pengertian apakah efisiensi Namun demikian, sebelum melakukan PHK


perusahaan mengharuskan perusahaan atas alasan efisiensi ini, perusahaan

14
dihimbau untuk terlebih dahulu
mengusahakan agar PHK tersebut tidak
terjadi (vide Pasal 151 UUCK klaster
ketenagakerjaan). Selain itu, hal ini sesuai
dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. SE-
907/MEN/PHIPPHI/X/2004 tentang
Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja
Massal, perusahaan terlebih dahulu wajib
menempuh upaya-upaya, yakni:

1. Mengurangi upah dan fasilitas


pekerja tingkat atas, misalnya tingkat
manajer dan direktur;
2. Mengurangi shift;
3. Membatasi/menghapuskan kerja
lembur;
4. Mengurangi jam kerja;
5. Mengurangi hari kerja;
6. Meliburkan atau merumahkan
pekerja/buruh secara bergilir untuk
sementara waktu;
7. Tidak atau memperpanjang kontrak
bagi pekerja yang sudah habis masa
kontraknya; dan/atau
8. Memberikan pensiun bagi yang sudah
memenuhi syarat

Apabila setelah melakukan upaya-upaya


tersebut dan PHK tidak dapat dihindari, maka
perusahaan wajib melakukan perundingan
dengan serikat pekerja atau pekerja yang
bersangkutan apabila pekerja tersebut tidak
tergabung dalam serikat pekerja. Dalam hal
perundingan tersebut tidak menghasilkan
kesepakatan, maka perusahaan dapat
meminta penetapan dari Pengadilan
Hubungan Industrial.

15

Anda mungkin juga menyukai