Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Organik Bahan Alam

Dr. Tita Juwita Ningsih, M.Si

Disusun oleh:

Andifa Anugerah Putra 191101321000


4
Junaldo Andreas 4193210002
Pardede
Rezwan Mulya 4192510008
Sipahutar
Riko Aronta Tarigan 4193210003

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
2021
MENGKUDU
(Morinda Citrifolia L)
Tinjauan Umum
Mengkudu atau pace (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman
obat yang dalam beberapa tahun terakhir banyak peminatnya. Merupakan tanaman
tropis dan liar, mengkudu dapat tumbuh di tepi pantai hingga ketinggian 1500 m
dpl (di atas permukaan laut), baik di lahan subur maupun marginal.
Penyebarannya cukup luas, meliputi seluruh kepulauan Pasifik Selatan, Malaysia,
Indonesia, Taiwan, Filipina, Vietnam, India, Afrika, dan Hindia Barat (Solomon
dalam Djauhariya et al., 2006).
Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. Batang
bengkok-bengkok, berdaun kaku, kasar dan memiliki akar tunggang yang
tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuningan,
berlekah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegi empat (Bangun &
Sarwono, 2002). Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar,
tebal dan tunggal. Berbentuk jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. Tepi daun
rata, ujung lancip sampai lancip pendek. Pangkal berbentuk pasak. Urat daun
menyirip. Warna hijau mengilap, tidak berbulu (Bangun & Sarwono, 2002).
Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga
tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh
normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong,
panjangnya bias mencapai 1,5 cm. Benangsari tertancap di mulut mahkota. Kepala
putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan.
Bunganya putih dan harum (Bangun & Sarwono, 2002).
Penggunaan tanaman obat saat ini merupakan salah satu alternatif dalam
bidang pengobatan karena manusia lebih memilih menggunakan bahan alami yang
diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat
sintetis (Yuliani, 2001). Obat alami adalah sediaan obat, baik berupa obat
tradisional dari bahan segar atau yang dikeringkan, ekstrak, kelompok senyawa
atau senyawa murni yang berasal dari alam (Maheswari, 2002). Dalam
perkembangannya, banyak bahan yang digunakan dalam formula obat tradisional
baik yang baru ditemukan atau baru diperkenalkan atau baru digunakan untuk
tujuan pengobatan. Salah satu tanaman obat yang digunakan adalah tanaman
mengkudu.
Berdasarkan berbagai macam penelitian yang telah dilakukan tersebut
dapat diketahui bahwa hampir semua bagian tanaman mengkudu mengandung zat
kimia dan nutrisi yang dapat berguna bagi kesehatan (Rukmana, 2002). Zat kimia
yang terkandung diantaranya adalah damnacanthal, morindin, antraquinon, asam
glutamat, asam askorbat, thiamin, glikosida dan skopoletin. Zat nutrisi yang
terkandung dalam mengkudu diantaranya protein, mineral, vitamin yang
berkhasiat sebagai antioksidan (Bangun & Sarwono, 2002).
Tanaman mengkudu tergolong tumbuhan multiguna karena hampir seluruh
bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat, seperti
dikemukakan Rukmana (2002) : 1. Akar tanaman mengkudu mengandung zat
damnacanthal, sterol, resin, morindon, antrakuinon dan glikosida. 2. Daun
tanaman mengkudu mengandung zat kapur, protein, zat besi, karoten, asam
askorbat dan antrakuinon. 3. Bunga tanaman mengkudu mengandung glikosida
dan antrakuinon. 4. Buah mengkudu mengandung alkaloid triterpenoid,
skopoletin, antrakuinon, asam benzoat, asam oleat, asam palmitat dan glukosa.
Beberapa senyawa kimia yang telah diketahui berkhasiat obat adalah senyawa
terpenoid, skopoletin, xeronine, antrakuinon dan asam askorbat.

Gambar 2.1 Mengkudu

Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (bersegi banyak)


yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang
masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan
lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramid, berwarna
cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air
yang aromanya seperti bau busuk. Bau itu mencul karena percampuran antar asam
kaprik dan asam kaproat. Diduga senyawa tersebut aktif sebagai antibiotic
(Bangun & Sarwono, 2002).

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Superdivisi :
Spermatophyta Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Subfamili :
Rubioideae Genus :
Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, buah mengkudu


bisa dijadikan sebagai insektisida nabati. Pada penelitian Hasnah dan Nasril
(2009), ekstrak metanol buah mengkudu dengan konsentrasi 0,15 L menyebabkan
mortalitas larva Plutella xylostella sebesar 100%. Ekstrak buah mengkudu yang
diberikan menyebabkan larva P. xylostella tidak dapat berkembang dengan
sempurna akibat keracunan yang disebabkan oleh senyawa toksik pada ekstrak
buah, seperti senyawa alkaloid sehingga menghambat proses larva menjadi pupa.
Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan (2015), serbuk buah mengkudu
menyebabkan kematian kumbang bubuk beras (Sithopilus oryzae) mencapai
72,22% pada dosis 40 gr/ 50 gr beras, kemudian hasil penelitian Christiana (2006)
dalam Hasnah dan Nasril (2009), menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu
pada konsentrasi 3% menyebabkan mortalitas hama Bactrocera dorsalis sebesar
50%.
Kandungan Senyawa Kimia Mengkudu

Buah mengkudu mengandung senyawa kimia. Kandungan tersebut di


antaranya morindon, morindin, morindanigrin, antrakuinon, klororubin,
monometil eter, damnacanthal, asperulosida, saranjidiol, sterol, resin, glikosida,
zat kapur, protein, zat besi, karoten, asam glutamat, asam askorbat, tirosin, tiamin,
asam ursalat, proxeronin, scopoletin, asam benzoat, asam oktanoat, potasium,
terpenoid, glukosa, eugenol, heksanal, glikosida flavon, asam oleat, dan asam
palmitat. Beberapa glikosida flavonol yang baru telah berhasil diidentifikasi, yaitu
glikosida iridoid dari daun mengkudu, ester asam lemak trisakarida, rutin, dan
asam asperulosida pada buah mengkudu (Wang et al, 2002).
Salah satu kandungan buah mengkudu adalah antrakuinon dan scopoletin
yang aktif sebagai anti mikroba, terutama bakteri dan jamur, sehingga penting
dalam mengatasi peradangan dan alergi. Buah mengkudu mengandung acubin,
asperuloside, alizarin, dan beberapa zat antrakuinon yang terbukti sebagai zat
antibakteri (Bangun & Sarwono, 2002). Dari hasil ekstraksi buah mengkudu yang
ditambahkan etanol 96% terdapat kandungan senyawa yakni alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, steroid dan fenol (Sogandi & Nilasari, 2019). Mengkudu diketahui
mempunyai aktivitas penghambatan terhadap bakteri penyebab karies gigi
Streptococcus mutans. Menurut Usha et al (2010) ekstrak petroleum eter dan
ekstrak air daun mengkudu telah terbukti mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Kameswari et al., (2013) melaporkan perasan daun mengkudu mampu
menghambat pertumbuhan Escherichia coli, dan menurut Simatupang et al.,
(2017) ekstrak etanol 96% daun mengkudu dapat menghambat pertumbuhan
jamur Candida albicans. Tidak hanya ekstrak dari tanaman mengkudu yang
memiliki aktivitas antibakteri, metabolit sekunder dari bakteri endofit yang
diisolasi dari buah mengkudu juga diketahui memiliki aktivitas penghambatan
terhadap bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
dan Shigella dysenteriae. Selain mempunyai aktivitas antibakteri, daun mengkudu
juga diketahui memiliki aktivitas sebagai antivirus, antituberkulosis, antitumor,
analgesik, hipotensif, imunologi, antikanker, antioksidan, antiinflamasi, dan
aktivitas kardiovaskular.
Menurut Sogandi et al (2019) buah mengkudu mengandung senyawa
kimia golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan senyawa fenol.
Selain itu, buah mengkudu juga memiliki kandungan skopoletin, antrakuinon,
akubin, dan alizarin yang merupakan zat fitokimia dan berperan sebagai
antibakteri. Bagian daun mengkudu selain mengandung alkaloid (antrakuinon,
glikosida, resin), asam amino, mineral, dan vitamin yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri.

Metabolit Sekunder Dalam Mengkudu

Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang rerdapat dalam suatu


oraganisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pertumbuhan, perkembangan
atau reproduksi organisme. Berbeda dengan metabolit primer yang ditemukan pada seluruh
spesies dan diproduksi dengan menggunakan jalur yang sama, senyawa metabolit sekunder
tertentu hanay ditemukan pada spesies tertentu. Tanpa senyawa ini organisme akan
menderita kerusakan atau menurunnya kemampuan bertahan hidup. Fungsi senyawa ini
pada suatu organisme di antaranya untuk bertahan predator dan untuk mendukung proses
reproduksi. Senyawa metabolit sekunder terdiri dari golongan flavanoid, alkoloid,
terpenoid, steroid, lipid, lakton, dan glikosida (Herbert, 1996).
Berdasarkan penelitian sugandi (2019) menunjukan pada hasil organoleptik bahwa
sifat dari ekstrak kental, warna kuning kecoklatan, rasanya pahit dan baunya khas
mengkudu. Ekstrak etanol buah mengkudu mengandung senyawa alkaloid, Flavanoid,
Saponin, Tanin, Steroid dan fenol.
A. Alkaloid
Buah mengkudu mengandung alkaloid yang dinamakan xeronin. Alkaloid ini
berguna untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur pembentukan protein serta
bekerja untuk melawan peradangan yang terjadi di dalam tubuh (Wijayakusuma, 2008).
Xeronin dibentuk oleh suatu zat yang dinamakan proxeronin dan dihasilkan ketika asam
lambung yang sedang mencerna buah mengkudu mengubah proxeronin sampai menjadi
xeronin (Assi, 2015). Semua sel yang dimasuki xeronin ini akan menjadi aktif, lebih sehat,
dan terjadi perbaikan struktur maupun fungsinya (Bangun, 2010). Kebutuhan akan xeronin
cenderung meningkat jika terdapat masalah kesehatan (baik fisik maupun emosional),
infeksi, racun, dan semakin bertambahnya usia. Buah mengkudu juga mengandung
skopoletin yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar
peredaran darah serta berkhasiat sebagai anti bakteri, anti alergi dan anti radang (Rukmana,
2010).
Senyawa alkaloid sering digunakan dalam bidang pengobatan yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif (Karou et al., 2006).
Robinson (1995) menyatakan bahwa senyawa alkaloid dapat mengganggu terbentuknya
jembatan seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. Struktur
kimia alkaloid dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur kimia alkaloid (sirait, 2007)


B. Flavanoid
Senyawa fenol yang terdapat pada buah mengkudu berkisar antara 5,94 – 36,52g/ 100g material
kering (Puspitasari, Murwani, dan Herawati, 2010). Flavonoid juga termasuk senyawa yang
mempunyai efek antibakteri dan paling banyak terdapat pada buah mengkudu (Djauhariya, 2003).
Flavonoid dalam buah mengkudu mempunyai aktivitas penghambatan lebih besar terhadap
bakteri Gram positif antara lain adalah bakteri Methicillin Resistan Staphylococcus aureus
(MRSA), hal ini dikarenakan senyawa flavonoid mempunyai sifat polar sehingga lebih mudah
menembus lapisan peptidoglikan yang bersifat polar daripada lapisan lipid yang nonpolar,
sehingga menyebabkan aktivitas penghambatan pada bakteri Gram positif lebih besar daripada
bakteri Gram negatif. Aktivitas penghambatan dari kandungan buah mengkudu pada bakteri
Gram positif menyebabkan terganggunya fungsi dinding sel yang akan menyebabkan lisis pada
sel (Puspitasari, Murwani, dan Herawati, 2010)

Gambar 3. Subkelas flavonoid: flavonol, flavon, isoflavone, flavan-3-ol, flavonon, dan


antosianidin
C. Saponin
Saponin adalah jenis senyawa kimia yang berlimpah dalam berbagai spesies
tumbuhan. Senyawa ini merupakan glikosida amfipatik yang dapat mengeluarkan
busa jika dikocok dengan kencang di dalam larutan. Busanya bersifat stabil dan
tidak mudah hilang.dalam hal ini ekstrak mengkudu teridentifikasi mengandung
unsur saponin.

.
Gambar 4. Struktur Saponin.

Antioksidan Pada Mengkudu


Berdasarkan ekstrak mengkudu setelah dilakukannya penelitian dengan pelarut
metanol ditemukan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas antioksidan sedang pada
pemeriksaan radikal bebas. Kandungan xeronase dan selenium dalam mengkudu
dianggap berperan sebagai antioksidan yang berpotensi pula. Selain itu, beta sitosterol
juga merupakan komponen antioksidan dalam mengkudu yang berperan untuk mencegah
diabetes dan penuaan.

REKAYASA IDE
Berdasarkan hasil tugas CBR, CJR dan mini riset, gagasan yang dapat kami gagaskan
antara lain:
1. Potensi Mengkudu sebagai antioksidan
2. Pembuatan Detergen dari Ekstrak Mengkudu
3. Potensi Mengkudu menjadi sabun kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Assi R. A., et al. 2015. Morinda citrifolia (Noni): A comprehensive review on its
industrial uses, pharmacological activities, and clinical trials. Http://
http://www.sciencedirect.com. [5 Desember 2014].

Bangun, A. P. & Sarwono, B., 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Jakarta: Agro
Media Pustaka.

Djauhariya dkk, 2006. Karakterisasi Morfologi dan Mutu Buah Mengkudu. Buletin
Plasma Nutfah. 12(1).

Maheswari, H. 2002. Pemanfaatan Obat Alami Potensi dan Prospek Pengembangan.


BALITRO. Bogor.

Rukmana, R. 2002. Mengkudu : Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius.

S. & Nilasari, P., 2019. Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia L.). Jurnal Kefarmasian Indonesia, 9(2), p. 77. Sugiyono, 2012.
Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Simatupang, O.C., Abidjulu, J., Siagian, K.V. 2017. Uji daya hambat ekstrak daun
mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans
secara in vitro, J. e-Gigi.; 5: 1–6.

Usha, R., Sangeetha, S., & Palaniswamy, M. 2010. Antimicrobial Activity of a Rarely
Known Species, Morinda citrifolia L. Ethnobotanical. Leaflets. 14: 306-311.

Yuliani, S. 2001. Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat Fitofarmaka.


BALITRO. Bogor.

Wijayakusuma,H. 2008. Penyembuhan Dengan Mengkudu (Morinda citrifolia).


Jakarta: Milenia Populer

Anda mungkin juga menyukai