Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nevi Amriani A.

Djmaluddin

Nim : PO7124120025

Tingkat : II

Karangan : Esai

Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19


Selama masa pandemi covid 19, pembelajaran tatap muka tidak bisa dilaksanakan. Hal
ini terjadi karena perkembangan virus covid 19 yang terus meluas di Indonesia. Pandemi covid
19 mulai menyebar di Indonesia pada pertengahan bulan maret 2020. Secara umum,
perkembangan kasus covid 19 di Indonesia masih mengalami peningkatan hingga datangnya
tahun Ajaran baru 2020/2021. Angka penyebaran kasus positif covid 19 di indonesia masih terus
bertambah sejak tahun lalu dan kini telah menembus angka 1,33 juta kasus positif covid 19 di
bulan februari 2021.

Menilai adanya hal tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem
Makarim mengumumkan bahwa penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid 19 bagi
satuan pendidikan yang berada di zona kuning, orange, dan merah tidak boleh melakukan
pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka di Sekolah tidak boleh dilakukan mengingat
tingginya angka penyebaran kasus covid 19. Sebagai gantinya pembelajaran dilakukan secara
daring (online) sejak pertengahan bulan maret 2020. Pembelajaran daring akhirnya menjadi
solusi di saat pandemi covid 19, karena tidak diperbolehkannya  pembelajaran tatap muka.

Meskipun pembelajaran daring dinilai sebagai pilihan yang tepat demi terlaksananya
kegiatan proses belajar mengajar, pembelajaran daring masih terlampau jau dari sempurna dan
sering mengalami beberapa permasalahan saat proses belajar mengajar dilaksanakan. Dalam
prakteknya, pembelajaran daring menemui beberapa permasalahan yang dihadapi baik itu oleh
siswa, guru maupun orang tua murid.

Pertama. Pembelajaran daring Tahun Ajaran Baru 2020/2021 akan terasa jauh lebih berat
dibanding tahun Ajaran 2019/2020. Saat terjadi kasus pertama Covid 19 di Indonesia tahun
ajaran 2019/2020 sudah berjalan sekitar delapan bulan. Di mana kelas satu Sekolah dasar paling
tidak sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung (Calistung). Hal ini tentu berbeda dengan
pembelajaran daring di tahun Ajaran Baru 2020/2021. Akibatnya murid-murid khususnya yang
baru masuk di kelas satu di tingkat dasar (SD/MI), yang pada umumnya belum bisa membaca,
menulis dan berhitung saat proses pembelajarannya dilakukan secara daring (online)
memerlukan bantuan ekstra dari guru dan para orang tua murid untuk memmbantunya dalam
pembelajaran.
Kedua. Di masa pandemi Covid 19 secara umum kehidupan masyarakat terdampak
semakin memprihatinkan, ada yang penghasilannya menurun, kehilangan pekerjaan karena
Pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan ada yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali.
Dengan pembelajaran daring (online). Tidak semua orangtua murid mempunyai HP android, atau
mampu membelikan anaknya. Selain itu, tidak sedikit mereka yang mempunyai cukup uang
untuk membelikan kuota internet (paketan data) anaknya.

Ketiga. Melihat dunia pendidikan, tidak bisa secara parsial, hanya di kota-kota besar atau
daerah pinggiran, tapi harus menyeluruh hingga pelosok pedesaan, dan di daerah terpencil di
wilayah NKRI. Dengan pembelajaran secara daring (online), apakah di semua daerah tersebut
sudah tersedia jaringan internet dan sudah cukup sinyal. Tentu saja masih terdapat daerah di
Indonesia yang belum terjangkau jaringan internet yang memadai khususnya di Indonesia bagian
timur.

Keempat. Jumlah guru swasta yang tersebar di wilayah NKRI jumlahnya jauh lebih besar
dari guru PNS, honor mereka banyak yang masih minim, terutama yang berada di pedesaan.
Dengan pembelajaran daring (online) tentu akan menambah biaya pengeluaran tersendiri untuk
membeli kuota. Sedangkan banyak sekolah/madrasah yang tidak berani menganggarkan dari
BOS untuk pembelian kuota, karena juknisnya tidak jelas.

Kelima. Masih banyak guru yang gaptek, terutama yang masa purnanya kurang dari dua
atau tiga tahun. Dengan pembelajaran daring tentu mereka mengalami kesulitan. Mungkin
mereka sudah malas belajar karena sebentar lagi sudah pensiun. Padahal sebenarnya sorang guru
harus senantiasa ‘mengupgrade’ dirinya agar selalu bisa mengikuti perkembangan zaman.

Keenam. Latar belakang dan kondisi orangtua murid cukup beragam. Ada yang tidak
mempunyai cukup waktu mendampingi belajar anaknya karena sibuk kerja atau sesuatu hal,
selain itu banyak juga yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk mengajari belajar
anaknya. Dengan keterbatasan tersebut banyak orang tua yang merasa pusing dengan adanya
pembelajaran daring. Lebih-lebih merasa kesulitan mengendalikan anaknya yang keterusan
dalam penggunaan HP.

Ketujuh. Belajar di rumah secara daring di masa pandemik Covid 19 dinilai masih belum
efektif. Dalam pembelajaran tatap muka saja, seringkali murid baru paham jika sesudah
diterangkan beberapa kali. Melihat hal tersebut, maka dalam pembelajaran daring tentu
memerlukan usaha yang lebih dari siswa dan guru agar  materi pembeljaran yang disampaikan
dipahami dengan mudah oleh siswa. Jika tidak disertai hal tersebut, dikhawatirkan pembelajaran
daring berlangsung cukup lama akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pembelajaran daring memang menjadi salah satu solusi di bidang pendidikan dalam
menekan penyebaran virus covid 19. Walaupun demikian, pembelajaran daring masih memiliki
beberapa problema didalamnya sehingga memerlukan peran aktif semua pihak yang terlibat di
dalamnya baik itu murid, guru, orangtua murida dan pemerintah untuk menciptakan
pembelajaran daring yang lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai