Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN WOC

ALL (Akut Limfoblastik Leukimia)

Disusun oleh :

FITRIN ANINDA RANI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ALL (Akut Limfoblastik Leukimia)

A. Definisi ALL
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai
dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel
leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol dari klon sel darah
immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel leukemik tersebut juga
ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi jaringan retikuloendotelial
seperti limpa, hati dan kelenjar limfe(Wirawan R. 2003).
Leukimia dikenal dengan kanker darah adalah salah satu klasifikasi dalam penyakit
kanker pada darah atau sumsum tulang, ditandai dengan pertumbuhan secara tak
normal atau transformasi maligna dari sel pembentuk darah di sumsumtulang dan
jaringan limfoid. Hal ini umumnya terjadi di leukosit atau sel darah putih. Sel normal
dalam sumsum tulangdigantikan oleh sel abnormal dan sel ini dapat ditemukan di
darah perifer atau darah tepi. Sel leukimia ini mempengaruhi sel darah normal serta
imunitas penderitanya (Wirawan R. 2003)
Leukemia lymphoblastic akut ( ALL atau juga disebut leukemia limfositik akut )
adalah kanker darah dan sumsum tulang . Kanker jenis ini biasanya semakin
memburuk dengan cepat jika tidak diobati .ALL adalah jenis kanker yang paling
umum pada anak-anak . Pada anak yang sehat , sumsum tulang membuat sel-sel induk
darah ( sel yang belum matang ) yang menjadi sel-sel darah dewasa dari waktu ke
waktu . Sebuah sel induk dapat menjadi sel induk myeloid atau sel induk limfoid
(National Cancer Institute, 2014).
Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa anak-
anak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan
dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor
risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi faktor
hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).

B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Genetik
- Keturunan
a) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis
van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini
dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak
stabil, seperti pada aneuploidy.
b) Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia
yang sangat tinggi
- Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ALL ,
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia
menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi
tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang
merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik,
1985). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute
T- Cell Leukemia.
3. Bahan Kimia dan Obat-obatan
a. Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan
resiko tinggi dari ALL, antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene
oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
b. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II)
dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan
ALL. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan
menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi ALL

4. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ALL) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus
lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat
dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang
terekspos radiasi dan para radiologis .
5.   Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia.
Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker
payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk
golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA

C. Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan
leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah
normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang.
Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana
pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal
khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang
tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada
tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah
dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya
dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai
dari yang sangat mentah hingga  hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya
merupakan petunjuk untuk menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis,
kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah,
demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang
biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari
sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia,
sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem
pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom
thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular
sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali.
Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat,
yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures” dan gangguan penglihatan.
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang
berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum
tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel
normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi
penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke
berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala,
muntah, dan nyeri tulang serta persendian.
Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit
mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.).
Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi.
Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz &
Sowden, 2002).

D. Manifestasi Klinis ALL


Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sumsum tulang
dan tempat-tempat ekstramedular (luar sumsum tulang). Sedangkan tanda dan gejala
yang sering etrlihat pada penderita LLA adalah berkaitan denga penekanan unsur-
unsur sumsum tulang normal. Karena itu, infeksi perdarahan dan anemia sering
menjadi tanda dan gejala yang utama atau umumnya sering terlihat. Penderita dengan
LLA mengalami pembersaran pada kelenjar limfa (limfadenopati) dan
hepatosplenomegali dan juga seringnya mengalami nyeri tulang. Sistem saraf pusat
dengan gejala seringnya mengalami ssakit kepala, muntah, kejang dan juga
kehilangan penglihatan (Price, Sylvia. M : 2005).

Sedangkan sebagian besar pasien memiliki riwayat penyakit 3 atau 4 minggu


sebelum penyakitnya terdiagnosa, manifestasi atau tanda yang ering muncul adalah
pucat, mudah mengalami memar, letargi, anoreksia, malaise, demam, inetrmiten, nyeri
tulang, atralgia, nyeri perut,dan perdarahan (Pui, Ching-Hon, Crist, William M.
(2014:19). Manifestasi klinis ALL diantaranya:

- Proliferasi limfosit mendesak proliferasi myeloid shg mengganggu hematopoesis


normal menyebabkan penurunan leukosit, eritrosit dan platelet.
- Infiltrasi ke organ lain menyebabkan nyeri tulang, pembesaran limpa dan hepar,
sakit kepala dan muntah
- Asimtomatis
- Limfositosis
- Eritrosit dan platelet N/↓
- Limfadenopati
- Splenomegali
- B symptom: demam, keringat (malam), penurunan BB
- Infeksi karena gangguan pertahanan humoral dan sel-mediated

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur
(mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
6. PT/PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum/urine : mungkin meningkat
9. Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut dan
mielomonositik.
10. Copper serum : meningkat
11. Zinc serum : meningkat/ menurun
12. .Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih
dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor
eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
13. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan

F. Penatalaksanaan Medis ALL


1. Terapi induksi dengan tambahan kortikosteroid dan vinca alkaloid
2. Intrathecal kemoterapi (methotrexate) sebagai profilaksis SSP
3. Maintenance: kemoterapi dosis rendah selama 3 tahun
4. Anti virus untuk mengurangi efek samping kortikosteroid
5. Transplantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan penyakit
6. Kemoterapi dengan kortikosteroid dan klorambusil (Leukeran)
7. Cyplofosfamide, vincristine, doxorubicin
8. Imunoglobulin iv

G. Komplikasi
- Perdarahan: akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang
rendah ditandai  dengan:
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit) Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000
mm3 darah. Demam dan infeksi dapat memperberat perdarahan
-   Infeksi: akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai
derajat netropenia dan disfungsi imun.
- Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal: akibat penghancuran sel besar-besaran
saat kemoterapi meningkatkan kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang
tinggi.
- Anemia
- Masalah gastrointestinal.
- mual
- muntah
- anoreksia
- diare
- lesi mukosa mulut

H. Asuhan Keperawaan
1. Pengkajian
Anak yang menderita leukemia sering mengalami keluhan-keluhan yang tidak spesifik,
akibatnya anak diduga hanya mengalami sakit yang ringan sifatnya, sehingga tidak segera
dibawa ke dokter. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian secara cermat. Data-data
yang sering dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak berkaitan dengan
kegagalan sumsum tulang dan adanya infilarasi ke organ lain, sebagai berikut :
- Usia
Leukemia merupakankanker yang banyak diderita oleh anak yang berusia 2-5
tahun, dimana penderita yang laki-laki lebih banyak jumlahnya dibandingkan
dengan yang perempuan.
- Kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah mengakibatkan
berbagai keluhan dan gejala, yaitu:
a) Anemia
Gejala pada anemia, anak yang menderita leukemia juga mengalami
pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak napas. Anemia terjadi karena
sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah.
b) Suhu tubuh tinggi dan dan mudah infeksi
Adanya penurunan leukosit secara otomatis akan menurunkan daya
tahan tubuh, karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya
tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. Konsekuensi dari
semuanya itu adalah tubuh akan mudah terkena infeksi yang bersifat
lokal ataupun sistemik, dan kejadian tersebut sering berulang. Suhu
tubuh yang meingkat disebabkan karena adanya infeksi kuman secara
sistemik (sepsis). Tanda-tanda infeksi tersebut hanya diwaspadai karena
pada anak yang menderita leukemia, tidak ditemukan tanda-tanda
spesifik pada tahap awalnya.
- Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya
perdarahn mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah
kulit yang sering disebut dengan petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma, bergantung pada kadar trombosit dalam darah.
Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara
spontan.
- Adanya sel sel darah abnormal yang melakukan infiltrasi ke organ tubuh lain
dapat mengakibatkan:
a) Nyeri pada tulang persendian
Adnya infiltrasi sel-sel abnormal ke sistem musculoskeletal
membuat anak merasa nyeri pada persendian terutama apabila
digerakkan.
b) Pembesaran kelenjar getah bening
Selain tulang belakang, kelenjar getah bening merupakan salah
satu tempat pembentukan limfosit, yang mempunyai salah satu fungsi
sebagai mekanisme pertahanan diri. Limfosit merupakan salah satu
bagian dari leukosit. Adanya pertumbuhan sel-sel darah abnormal pada
sumsum tulang mengakibatkan kelenjar getah bening mengalami
pembesaran karena infiltrasi sel-sel abnormal dari sumsum tulang.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat diamati atau palpasi karena
yang letaknya superficial.
- Hepatosplenomegali
Lien atau limpa juga merupakan salah satu organ yang berfungsi
untuk membentuk sel darah merah ketika bayi berada dalam kandungan.
Apabila sumsum tulang mengalami kerusakan, lien dan hepar akan
mengambil alih fungsinya sebagai pertahanan diri. Sebagai kompensasi dari
keadaan tersebut, lien dan hepar akan mengalami pembesaran.
- Penurunan kesadaran
Adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan,seperti kejang sampai koma.

Selain data-data tersebut , perlu pula dikaji data-data yang tidak


spesifik yang dialami oleh anak yang sakit, misalnya :

- Pola makan
Biasanya mengalami penurunan nafsu makan
- Kelemahan dan kelelahan fisik
- Pola hidup
Terutama dikaitkan dengan kebiasaan mengkonsumsi bahan makanan
yang tergolong karsinogenik, yaitu makanan yang berisiko
mempermudah timbulnya kanker karena mengandung bahan
pengawet/kimia, misalnya, makanan kalengan atau tinggal di lingkungan
yang banyak polutannya.
- Apabila pasien yang diakji sedang dalam pemberian sitostatika, perlu
diperhatikan efek samping yang kemungkinan timbul, seperti rambut
rontok, stamatitis, atau kuku yang menghitam.
- Penunjang diagnosis
Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah
1. Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil:
a. Hb dan eritrosit : menurun
b. Leukosit : normal, menurun atau meningkat
c. Trombosit : menurun (trombositopeni) dan kadang-kadang
jumlahnya sangat sedikit.
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Bagi anak yang diduga menderita leukemia, pemeriksaan
sumsum tulang mutlak dilakukan. Hasil pemeriksaan hampir
selalu penuh dengan blastosit abnormal dan sistem hemopoitik
normal yang terdesak. (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, Sri
Utami : 2007)
2. Diagnosa Keperawatan
- Resiko Infeksi dengan leukopenia (kurang sel darah putih)
- Nyeri Akut berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
- Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati intravaskular diseminata
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

3. Inervensi dan Outcome

NANDA NOC NIC


RESIKO INFEKSI (1924) Kontrol (6540) Kontrol
Definisi: Peningkatan resiko untuk Resiko: Proses Infeksi
terinvasi oleh organisme patogen Infeksi Definisi :
Faktor Resiko: Setelah dilakukan meminimalkan
 Penyakit kronis tindakan keperawatan penerimaan dan
 Imunitas yang tidak adekuat selama ...... jam transisi agen infeksi
 Pertahanan primer tidak didapatkan kriteria Aktivitas-aktivitas :
adekuat (kerusakan kulit, hasil: a. Pertaahankan
cedera jaringan, penurunan a. Menghindari teknik isolasi
aksi silia, stasis cairan tubuh, faktor risiko yang sesuai
perubahan pH sekret, infeksi dari skala b. Lakukan
gangguan peristaltik) 2 ditingkatkan ke tindakan-tindakan
 Pertahanan sekunder yang 4 pencegahan yang
tidak adekuat (penurunan Hb, b. Mengetahui bersifat universal
leukopenia, penekanan respon perilaku yang Jaga sistem yang
inflamasi) berhubungan tertutp saat
 Peningkatan paparan dengan risiko melakukan monitor
lingkungan terhadap patogen infeksi dari skala hemodinamik
 Prosedur invasif 2 ditingkatkan ke invansif
 Malnutrisi 4
 Trauma c. Memonitor
 Destruksi jaringan perilaku diri yang
 Agen pengobatan seperti: terkait infeksi dari
Imunosupresan skala 2
 Imunosupresif ditingkatkan ke 4
d. Mempertahankan
lingkungan yang
bersih dari skala 3
ditingkatkan ke 5
Menggunakan
fasilitas kesehatan
sesuai dengan
kesehatan dari skala 3
ditingkatkan ke 5
(00206) Risiko perdarahan (0409) Koagulasi (4010) Pencegahan
berhubungan dengan koagulopati Darah Perdarahan
intravaskular diseminata Setelah dilakukan Definisi :
tindakan keperawatan Pengurangan
selama ...... jam stimulus yang dapat
didapatkan kriteria menyebabkan
hasil: perdarahan atau
1. Perdarahan dari pendarahan pada
skala 2 menjadi pasien yang berisiko.
skala 4 Aktivitas-aktivitas :
2. Memar dari 1. Monitor dengan
skala 2 menjadi ketat terjadinya
skala 4 perdarahan
3. Petekie dari 2. Monitor tanda
skala 2 menjadi dan gejala
skala 4 perdarahan
4. Hematoma dari menetap
skala 2 menjadi 3. Monitor
skala 4 komponen
Gusi berdarah dari koagulasi darah
skala 2 menjadi skala 4. Catat nilai
4 hemoglobin dan
hematokrit
5. Anjurkan
keluarga
melindungi
pasien dari
trauma
6. Anjurkan
keluarga pasien
untuk
memberikan
sikat gigi
berbulu lembut
Berikan obat-obatan
jika diperlukan
NYERI AKUT 1605 Kontrol nyeri 1400 Manajemen
Definisi: Pengalaman emosional dan Definisi : tindakan Nyeri, Dengan
sensori yang tidak menyenangkan pribadi untuk aktivitas :
yang muncul dari kerusakan jaringan mengontrol nyeri  Monitor
secara aktual dan potensial atau Setelah dilakukan kepuasan pasien
menunjukkan adanya kerusakan tindakkan terhadap
(Assosiation for Study of Pain) : keperawatan selama 2 manajemen
serangan mendadak atau perlahan dari x 24 jam pasien dapat nyeri dalam
intensitas ringan sampai berat yang mengontrol nyeri interval yang
diantisipasi atau diprediksi durasi dengan kriteria hasil : spesifik
nyeri kurang dari 6 bulan.  Mengenali kapan  Observasi
Batasan Karakteristik: nyeri terjadi adanya petunjuk
 Melaporkan nyeri secara Dari skala 2 nonverbal
verbal dan nonverbal ditingkatkan mengenai
 Menunjukkan kerusakan menjadi 4 ketidak
 Posisi untuk mengurangi nyeri  Menggambarkan nyamanan
 Gerakan untuk melindungi factor penyebab terutama pada
 Tingkah laku berhati-hati Dari skala 2 mereka yang
 Muka topeng ditingkatkan tidak dapat
 Gangguan tidur (mata sayu, menjadi 4 berkounikasi
tampak capek, sulit atau  Menggunakan  Lakukan
gerakan kacau, menyeringai) tindakan pengkajian nyeri
 Fokus pada diri sendiri pencegahan
 Fokus menyempit (penurunan Dari skala 3 komprehensif
persepsi waktu, kerusakan ditingkatkan  Berikan
proses berfikir, penurunan menjadi 4 informasi
interaksi dengan orang dan Menggunakan mengenai nyeri
lingkungan ) analgesic yang seperti penyebab
 Tingkah laku distraksi (jalan- direkomendasikan, nyeri, berapa
jalan, menemui orang lain, Dari skala 2 lama nyeri akan
aktifitas berulang) ditingkatkan menjadi dirasakan, dan
 Respon otonom (diaporesis, 4 antisipasi dari
perubaha tekanan darah, ketidaknyamanan
perubahan nafas, nadi dilatasi akibat prosedur
pupil)  Berikan
 Perubahan otonom dalam informasi yang
tonus otot (dalam rentang akurat untuk
lemah ke kaku) meningkakan
 Tingkah laku ekspresif pengetahuan dan
(gelisah, merintih, menangis, respon keluarga
waspada, iritabel, nafas terhadap
panjang, mengeluh) pengalaman
 Perubahan dalam nafsu makan nyeri
Faktor yang berhubungan : Kolaborasi dengan
 Agen cedera (biologi, pasien, orang
psikologi, kimia, fisika) terdekat dan tim
kesehatan lainnya

WOC ALL
(Akut Limfoblastik Leukimia)
DAFTAR PUSTAKA

Corwin,E. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan oleh : Subekti, 2009. Jakarta:
EGC
Elizabeth, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier.
Elizabeth, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Elsevier.
NANDA.2009. Diagnosa Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6.
Jakarta: EGC;2005

Anda mungkin juga menyukai