Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KLINIK ONLINE

APLIKASI TOPIKAL FLOUR

Oleh:
Pratiwi Hapsari Ningsih
1511411001

Dosen Pembimbing:
Drg. Aria Fransiska, MDSc

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
A. Literature Review
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras, yaitu email, dentin, dan sementum,
yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
difermentasikan. Proses kerusakan pada jaringan karies gigi melalui reaksi kimiawi oleh bakteri
dimulai dengan terjadinya demineralisasi jaringan keras gigi diikuti dengan kerusakan bahan
organik gigi. Jaringan gigi yang mengalami demineralisasi tersebut terjadi akibat adanya asam
hasil fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme.
Karies merupakan penyakit paling umum dan paling banyak dialami oleh orang di dunia.
Karies disebabkan karena konsumsi gula berlebihan, kurangnya perawatan kesehatan gigi, dan
sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan gigi yang sesuai standar.
Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan gigi dan mulut
khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk
dunia (3,58 milyar jiwa). Penyakit pada gusi (periodontal) menjadi urutan ke 11 penyakit yang
paling banyak terjadi di dunia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa proporsi terbesar
masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%). Sedangkan masalah
kesehatan mulut yang mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak dan/atau
keluar bisul (abses) sebesar 14%.
Indeks DMF-T (Decay Missing Filled-Teeth) dapat menggambarkan tingkat keparahan
kerusakan gigi permanen dimana D (decay) adalah jumlah gigi permanen yang mengalami karies
dan belum diobati, M (missing) adalah jumlah gigi permanen yang dicabut karena karies atau
masih berupa sisa akar, dan F(filling) adalah jumlah gigi permanen yang telah dilakukan
penumpatan atau ditambal karena karies.
Target Indonesia Bebas Karies 2030 adalah indeks DMF-T anak kelompok umur 12
tahun mencapai 1. Pada tahun 2018, rata-rata indeks DMF-T gigi permanen di Indonesia adalah
7,1 sedangkan untuk kelompok umur 12 tahun adalah 1,9. Angka ini masih belum memenuhi
target RAN Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada tahun 2020 yaitu indeks DMF-T 4,1 pada
semua umur dan indeks DMF-T 1,26 pada kelompok umur 12 tahun.
Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu atau terjadinya
perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies pada suatu periode tertentu.
Risiko karies bervariasi pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor pencetus dan
penghambat terjadinya karies. Risiko karies dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu risiko karies
tinggi, sedang dan rendah. Agar dapat mengidentifikasi risiko karies anak digunakan suatu
penilaian risiko karies. Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko
karies pada anak berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu: kondisi
klinik,karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum.

2
Penilaian risiko karies menurut American Academy of Pediatrics Dentistry:
Indikator risiko Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi
karies
Tidak ada gigi Ada karies Ada karies selama
Kondisi klinis yang karies selama 24 bulan 12 bulan terakhir
Indikator risiko selama 24 bulan terakhir
karies terakhir
Tidak ada Terdapat satu area Terdapat satu area
demineralisasi demineralisasi demineralisasi enamel
enamel (karies enamel (karies (karies enamel white
enamel white spot enamel white spot spot lesion)
lesion) lesion)
Tidak dijumpai Gingivitis Secara radiografi
plak, tidak ada dijumpai karies
gingivitis enamel
Dijumpai plak
pada gigi anterior
Menggunakan
alat ortodonti
Karakteristik Keadaan optimal Keadaan yang Penggunaan topikal
lingkungan dari penggunaan suboptimal flour yang
Keadaan kesehatan fluor secara pengguna fluor suboptimal
umum sistemik dan secara sistemik
topikal dan optimal pada
penggunaan
topikal aplikasi
Mengonsumsi Sesekali diantara Sering memakan gula
sedikit gula atau waktu makan atau makanan yang
makanan yang terkena gula atau sangat berhubungan
berkaitan erat makanan yang dengan karies di
dengan permulaan sangat berkaitan antara waktu makan
karies terutama pada dengan terjadinya
saat makan karies
Status sosial Status sosial Jarang ke dokter gigi
ekonomi yang tinggi ekonomi menengah
Kunjungan berkala Kunjungan berkala
ke dokter gigi secara ke dokter gigi tidak
teratur teratur
Anak-anak dengan
membutuhkan
pelayanan kesehatan

3
khusus
Karakteristik Keadaan optimal Keadaan yang Penggunaan topikal
lingkungan dari penggunaan suboptimal flour yang
fluor secara pengguna fluor suboptimal
sistemik dan secara sistemik
topikal dan optimal pada
penggunaan
topikal aplikasi

Pendekatan perawatan kedokteran gigi telah beralih dari yang bersifat kuratif menjadi
preventif. Terdapat tiga tingkat usaha preventif atau pencegahan, yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk rnencegah terjadinya penyakit dan
mempertahankan keseimbangan fisiologis. Salah satu usaha pencegahan primer terhadap karies
antara lain aplikasi topikal fluor.
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan
cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui

perubahan hidroksiapatit pada enamel menjadi fluorapatit. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 +

F Ca10(PO4)6.(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat
menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang
perbaikan dan penghentian lesi karies. Terapi pencegahan karies menggunakan topikal aplikasi
fluoride oleh dokter gigi, diberikan setiap 6 bulan sekali untuk gigi sulung, sedangkan untuk gigi
permanen setiap 4 bulan sekali.

Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Flour :


A. Indikasi
1. Pasien yang berisiko tinggi untuk karies pada permukaan gigi yang halus
2. Pasien yang berisiko tinggi untuk karies pada permukaan akar
3. Kelompok pasien khusus, seperti: Pasien yang menggunakan alat ortodontik, Pasien
dengan penurunan aliran saliva
4. Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: Down Syndrome)
5. Anak-anak yang gigi molar pertama tetapnya sudah erupsi tapi tidak diindikasikan
melakukan tindakan pit fissure
6. Pasien dengan fix prothesa atau lepasan dan telah dilakukan restorasi

B. Kontra Indikasi

4
1. Pasien anak dengan resiko karies rendah
2. Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor
3. Ada kavitas besar yang terbuka

Pembagian umur dalam pemberian topikal flour : Pengulangan aplikasi dengan interval
± 3 tahun untuk disesuaikan dengan pola erupsi gigi anak-anak. Aplikasinya adalah sebagai
berikut :
1. Dilakukan pada umur 3 tahun untuk melindungi gigi susu.
2. Dilakukan pada umur 7 tahun untuk melindungi gigi insisivus dan molar.
3. Dilakukan pada umur 10 tahun untuk melindungi gigi kaninus dan premolar.
4. Dilakukan pada umur 13 tahun untuk melindungi molar kedua.

Pemberian Fluor :
1. Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal
karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini
meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang
berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah
mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi
metode perorangan dan kolektif. Contoh penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum
(biasa kita peroleh dari air kemasan) dan fluoridasi garam dapur. Terdapat tiga cara
pemberian fluor secara sistemik, yaitu : Fluoridasi air minum, makanan dan obat-obatan.
2. Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan terbukti menghambat
pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan
peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies.
Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan
beberapa cara: (1)Topikal aplikasi yang mengandung fluor, (2) Kumur-kumur dengan
larutan yang mengandung fluor, (3) Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor.

Pemberian fluor secara topikal bertujuan untuk meningkatkan daya tahan email terhadap
karies dan menghambat sistem enzim bakteri. Aplikasi fluoride secara topikal dapat diberikan
dalam bentuk foam, gel dan varnish. Ketiga bentuk fluoride topikal tersebut mempunyai indikasi
masing-masing, yaitu bentuk gel lebih efektif diberikan pada anak usia sekolah, bentuk foam
lebih efektif diberikan pada gigi susu atau gigi molar pertama yang baru erupsi, sedangkan
bentuk varnish efektif dalam mencegah karies pada anak-anak, dewasa, dan individu dengan
risiko karies tinggi.
Terdapat bermacam-macam topikal aplikasi fluor, antara lain gel NaF (Sodium
Fluoride), gel APF (Acidulated Phosphate Fluoride) dan gel SnF, (Stannous Fluoride). Topikal

5
aplikasi fluor yang sering digunakan secara professional adalah gel APF. Gel APF tersebut
mengandung 1,23% flour. Telah diketahui bahwa penyerapan fluor oleh enamel setelah aplikasi
APF lebih efektif dari pada NaF. Ion fluor per satu gram gel atau 12.300 ppm ion fluor dengan
pH 2-5. Terdapat dua cara untuk mengaplikasikan gel APF, yaitu dengan mengoleskan gel
langsung pada permukaan gigi atau dengan menggunakan tray. Aplikasi fluor topikal dianjurkan
rutin dilakukan setiap empat sampai enam bulan sekali. Setelah aplikasi fluor pasien dianjurkan
untuk tidak makan, minum dan berkumur dalam waktu tiga puluh menit.

B. Alat dan bahan


Alat Bahan
Diagnostic Set Cotton Roll
Saliva ejector Cotton Pellet
Microbrush Bahan topikal fluor (gel)
Topikal fluoride
tray

C. Prosedur pekerjaan
1. Lakukan kontrol plak sampai 0%, instruksikan pasien untuk menyikat gigi. Sisa makanan
harus dihilangkan sebelum aplikasi fluor.
2. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan saliva ejector dan cotton roll. Isolasi dilakukan
satu rahang gigi. Isolasi bertujuan untuk mencegah kontaminasi fluor dengan saliva
karena dapat menyebabkan pengenceran fluor.
3. Keringkangigi yang telah diisolasi dengan air syringe

4. Masukkan gel kedalam tray, kemudian insersikan tray keseluruh permukaan gigi yang
telah diisolasi. Jaga agar tray tidak mengenai gusi. Biarkan gigi tertutup larutan gel
selama 4 menit. Lakukan insersi terlebih dahulu pada rahang atas, setelah itu pada rahang

6
bawah.

5. Setelah 4 menit, buka tray dan bersihkan larutan gel fluor dari permukaan gigi
menggunakan cotton roll, tapi jangan berusaha membersihkan larutan dari permukaan
aproximal.
6. Instruksikan pasien untuk meludahkan semua gel yang tersisa.
7. Intruksikan pada pasien untuk tidak makan dan minum selama 30 menit setelah
perawatan untuk memperpanjang kontak fluor dengan permukaan aproximal.

7
Tugas:

1. Kerugian menggunakan topical flour jenis varnish?


Jawab:
a. Dapat menyebabkan perubahan warna gigi, namun perubahan ini hanya sementara atau
temporer.
b. Edematous pasca perawatan karena reaksi alergi dari tubuh pasien terhadap bahan dasar
fluoride varnish.
c. Mengakibatkan nausea pada penderita yang mempunyai lambung yang sensitif.

Sumber: Berlin CM, May DG,. Flouride Varnish Guide. Nevada : Departemen of Health and
Family Service Division of Health Care Financing, 2000: 1-6

Anda mungkin juga menyukai