DENTIN HIPERSENSITIF
OLEH :
Pratiwi Hapsari Ningsih
1941412010
DOSEN PEMBIMBING :
drg. Kosno Suprianto, MDSc, Sp. Perio
DEPARTEMEN PERIODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
REKAM MEDIK KASUS PERIODONSIA
A. Skenario Kasus
Seorang laki-laki (18 tahun) datang dengan keluhan gigi depan rahang bawah sebelah kiri
terasa ngilu. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir setelah melakukan pemberishan
karang gigi. Pasien merasakan ngilu pada gigi tersebut ketika makan makanan atau minum
yang dingin, manis, dan asam. Pasien juga merasakan ngilu dan berdarah ketika menyikat
gigi. Pasien sikat gigi 2 kali sehari pagi dan malam dengan gerakan horizontal dan
bersemangat. Dari penuturan kakak pasien yang tidur bersama dengan pasien mengatakan
bahwa saat tidur pasien sering menggertakkan giginya dan sudah berlangsung sejak lama.
Pasien mengunyah 2 sisi. Dari pemeriksaan intra oral ditemukan gigi 32 dan 33 pada gingiva
bagian bukalnya mengalami resesi dan insisalnya terdapat atrisi ringan, sehingga dilakukan
tes sondasi dan tes udara/syringe pada gigi tersebut dengan hasil ngilu (+) sedangkan tes
perkusi dan mobility nya negatif (-)
D. Rencana Perawatan
Desensitisasi.
E. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Diagnostic set Fluoride gel
Saliva Ejector Cotton palette
Low speed handpiece Cotton roll
Brush
Probe
F. Tahapan Pekerjaan
1. Menjelaskan semua prosedur dan hasil perawatan serta pengisian informed consent
2. Bersihkan daerah kerja dengan brush yang dihubungkan dengan low speed handpiece
3. Keringkan daerah kerja
4. Isolasi gigi dengan menggunakan cotton roll. Isolasi bertujuan untuk mencegah
kontaminasi fluor dengan saliva
5. Keringkan gigi dengan air way syringe
6. Oleskan fluoride gel menggunakan cotton pellet ke bagian permukaan gigi yang
mengalami hipersensitif. Biarkan gigi tertutup gel selama 4 menit. Setelah itu,
bersihkan kelebihan fluoride gel dari permukaan gigi menggunakan cotton pellete
7. Instruksi pasca perawatan desensitasi :
- Jaga kebersihan rongga mulut, menyikat gigi dengan teknik bass
- Berkumur tidak boleh terlalu keras
- Hindari makanan dingin atau panas
- Instruksikan kontrol kembali
8. Kontrol 1 minggu :
- Tanya keluhan pasien
- Cek RKP pasien
DENTIN HIPERSENSITIF
Dentin hipersensitif ditandai dengan rasa nyeri yang berlangsung pendek dan tajam yang
terjadi akibat adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar dan biasanya karena
rangsangan thermal, uap, taktil atau sentuhan, dan kimiawi. Dentin hipersensitif adalah
kondisi klinis gigi yang relatif umum pada gigi permanen yang disebabkan oleh dentin yang
terpapar akibat hilangnya enamel atau sementum. Manifestasinya bisa secara fisik dan
secara psikologis menyebabkan ketidaknyaman bagi pasien dan dapat didefinisikan sebagai
nyeri akut durasi pendek yang disebabkan oleh terbukanya tubulus dentin pada permukaan
dentin. Walaupun rasa nyeri yang timbul hanya dalam jangka waktu pendek, namun dapat
membuat makan menjadi sulit dan akhirnya mempengaruhi kesehatan rongga mulut jika
tidak dirawat.
2. ETIOPATOGENESIS
2.1 Anatomi gigi dan kompleks pulpa-dentin
Dentin dianggap sebagai jaringan vital dan memiliki kemampuan untuk
merespons rangsangan fisiologis dan patologis. Seperti diketahui, dentin ditutupi oleh
enamel pada permukaan mahkota dan lapisan tipis sementum pada permukaan akar.
Dentin sensitive terhadap rangsangan karena perpanjangan lesi process odontoblastik
dan pembentukan kompleks dentin-pulpa. Dentin dan pulpa secara histologist berbeda.
Namun, mereka memiliki asal embrio yang sama yaitu ectomesenchymal. Pembentukan
pulpa-dentin menyebabkan dentin dipengaruhi oleh pulpa dan sebaliknya. Dentin
memiliki tubulus sangat kecil yang diisi dengan process odontoblastik. Process ini juga
dikelilingi oleh cairan dentin yang membentuk sekitar 22% dari total volume dentin.
Cairan sepenuhnya disaring dan berasal dari pembuluh darah pulpa.
2.2 Patogenesis
Berdasarkan penelitian, hipersensitif dentin berkembang di dalam dua fase, yaitu
lokalisasi lesi dan inisiasi lesi. Pada fase pertama, kehilangan enamel akibat atrisi,
erosi, abrasi, dan abfraksi menjadi penyebab tereksposnya tubulus dentin. Namun,
tereksposnya dentin sebagian besar terjadi karena resesi gingival bersama dengan
hilangnya sementum pada permukaan akar gigi kaninus dan premolar di permukaan
bukal. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua dentin yang terekspos menjadi sensitive.
Lapisan smear layer kalsifikasi dentin sensitive lebih tipis dibandingkan dengan dentin
yang tidak sensitive, yang akan menyebabkan peningkatan pergerakan cairan dan
akibatnya terdapat respon nyeri. Pada fase kedua, agar dentin yang terekspos menjadi
sensitive, plugs tubulus dan smear layer dibuang dan akibatnya, tubulus dentin dan
pulpa terekspos ke lingkungan luar. Plugs dan smear layer pada permukaan dentin yang
terekspos terdiri dari unsur protein dan sedimen yang berasal dari kalsium fosfat saliva
dan seal tubulus dentin yang tidak konsisten dan sementara.
Temuan penelitian laboratorium menunjukkan bahwa factor mekanik dan kimia
efektif dalam menghilangkan smear layer dari tubulus dentin. Namun, dari hasil
penyelidikan klinis, factor mekanis bukan satu-satunya factor kunci dalam
menghilangkan smear layer, tetapi disertai dengan makanan dan minuman asam yang
menyebabkan pada penghilangan smear layer.
Plak mikroba bukan merupakan factor yang signifikan dalam memicu
hipersensitif dentin. Pertama, karena seperti yang disebutkan sebelumnya, gigi kaninus
dan premolar pertama memiliki resesi dan sensitifitas terbesar, namun menunjukkan
skor plak bukal terendah. Kedua, gigi dengan hipersensitif dentin biasanya merupakan
gigi yang sangat dibersihkan oleh penderita.
Carranza, Jr., and Newman, G.M., 2012, Clinical Periodontology, 11th edition, W.BSaunders
Company, Philadelphia.
Davari AR, Ataei E, Assarzadeh H. Dentin hypersensitivity : etiology, diagnosis and treatment;
a literature review. Journal of Dentistry.2013 Sep;14(3):136.
Petersson, Lars G. 2013. The role of fluoride in the preventive management of dentin
hypersensitivity and root caries. Clinical Oral Investigation. Mar; 17(Suppl 1): 63–71.
Http://www.ada.org/~/media/ADA/Member%20Center/FIles/patient_72.ashx diakses tanggal 22
Juli 2019 pukul 20.00
Madruga, M.D.M., SILVA, A.F.D., PIVA,E. and LUND,R.G., 2017. Evaluation of dentin
hypersentivity treatment with glass ionomer cements: A randomized clinical trial.
Brazilian oral research, 31.