Anda di halaman 1dari 8

36

ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 36-43 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN KARET (Hevea brasiliensisL) SIT ASAP RSS (Rubber Smoke
Sheet) DI DESA SIMPANG TIGA KECAMATAN MATARAMAN KABUPATEN BANJAR
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

(The Study Bussiness Make Rubber Smoke Sheet At Village Simpang Tiga, Mataraman,Banjar
Regency Province South Kalimantan)

Rohansyah, Subhan Fitriadi, Eddy Triatmoko, Ahmad Ramadhani


Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarmasin.
Rohansyahsamad@gmail.com;babanfitriadi@gmail.com;eddynajhwa@gmail.com;
Akhmad Ramadani@gmail.com

Article Submitted : 25-11-2018


Article Accepted : 20-01-2018

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the revenue,the total cost,income and break even
point of make Rubber Smoke Sheet farming . This research was conducted in Oktober 2018 at
village Simpang Tiga, Mataraman, Banjar regency province South Kalimantan . The Purposive
sampling metode used was by observing 23 farmers in Simpang tiga mataraman who.make rubber
smoke sheet. The Average result of the revenue is Rp. 5.328.260,87/ farmer, the average total cost
is Rp. 2.361.588,27/farmer, and total profit is Rp 2.966.672,60/farmer. BEP Rp. 1.288.984,64dan
BEP product Rubber Smoke Sheet 51,56kg/farming. Based on the break even point,we can know
the limit result which can give benefit or disvantage. From this result of development of farming
make Rubber Smoke Sheet we believe that it has good prospect and revenue, of the break even point
,tecnicall and economically.

Key word: Revenue, total cost, income and Break Even point

.
PENDAHULUAN pertumbuhan ekonomi, pemerataan
pembangunan serta meningkatkan stabilitas
Tanaman karet merupakan salah satu
dan ketahanan Nasional yang sehat dan
komoditas perkebunan yang berperan penting
dinamis.
baik ditinjau dari segi sosial maupun ekonomi.
Pembangunan Sektor Perkebunan
Hal ini karena penyebaran pengusahaannya
diarahkan tidak hanya pada upaya
yang luas dan tersebar diberbagai wilayah
meningkatkan produksi dan produktivitas
serta banyak menyerap tenaga kerja pada
semata, tetapi lebih diupayakan pada
berbagai tahap pengelolaan atau kegiatannya.
peningkatan kualitas sumberdaya manusia
Perkebunan karet rakyat memiliki luas areal
dan kualitas kehidupan masyarakatnya. Oleh
yang sangat besar dibandingkan perkebunan
karena itu seluruh kegiatan pembangunan
besar negara maupun swasta (Dinas
perkebunan lebih menekankan pada
Perkebunan,2008 ; 5).
pembinaan dan pemberdayaan petani/
Pembangunan Sektor Perkebunan
masyarakat perkebunan, baik dalam
Kalimantan Selatan sebagai bagian integral
kemampuan menjalankan usaha tani,
dari pembangunan wilayah Propinsi
pemasaran hasil, berkemampuan menerapkan
Kalimantan Selatan, dilaksanakannya
teknologi dan dapat memanfaatkan seoptimal
pembangunan Sektor Perkebunan untuk
mungkin sumberdaya secara efektif, efisien
memperkuat kerangka dasar pondasi
dan lestari.
37
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 36-43 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

Kabupaten Banjar merupakan salah produk olahan karet rakyat ada 2 (dua) bentuk
satu daerah potensial untuk pengembangan yaitu dalam bentuk bokar (Lump, Slab) dan
komoditas perkebunan yang ada di dalam bentuk Sit Asap Karet atau RSS
Kalimantan Selatan. Hal ini dapat dilihat dari (Rubber Smoke Sheet)yaitu pengolahan karet
luasnya areal perkebunan rakyat yang ada, lembaran, tetapi petani didesa simpang tiga
yaitu mencapai 23.859 Ha (68%) dan lebih banyak memproduksi dalam bentuk
perkebunan besar yang dikelola BUMN lumb daripada sit asap karet, karena sit asap
(PBN) 10.227,50 Ha (29%) maupun swasta karet membutuhkan waktu proses pengolah
(PBS) seluas 842,53 Ha (2,6%), terdiri dari terlebih dahulu baru bisa dipasarkan
berbagai komoditas perkebunan, yang seadangkan lump langsung bisa dijual akan
meliputi tanaman karet, kelapa sawit, kopi, tetapi dari segi harga, sit asap karet jauh lebih
kelapa dalam, cengkeh lada dan lainnya. mahal yaitu Rp. 25.000,-per kg dibandingkan
Dimana Produksi dan produktivitas lump Rp. 5.000,-per kg.(Dinas Pertanian,
Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Perkebunan dan Peternakan, 2018)
Banjar Dari Tanaman Menghasilkan (TM)
seluas 15.299 Ha tercatat menghasilkan METODE PENELITIAN
12.942.954 kg (846 kg ) per Ha pertahun,
Tempat dan waktu
Dibanding Perkebunan Besar Negara
Penelitian dilaksanakan di Desa Simpang Tiga
Produktivitas rata-rata per Ha mencapai 1,3
Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar
Ton, Ha/Thn, sedang perkebunan besar swasta
Provinsi Kalimantan Selatan yaitu dari bulan
mencapai 1,5 ton, Ha/Thn. .(Dinas Pertanian,
Oktober 2018 sampai selesai, yaitu dari tahap
Perkebunan dan Peternakan, 2018)
persiapan sampai dengan penyusunan laporan.
Dimasa depan permintaan akan karet
alam dan karet sintetik masih cukup Metode Penarikan Contoh
signifikan ,karena didorong oleh Penelitian ini dilaksanakan dengan
pertumbuhan industri otomotif yang metode survei dengan teknik observasi.
tentunya memerlukan ban yang berbahan Penentuan petani responden dilakukan dengan
baku karet sintetik dan karet alam (Pedum metode Purposive sampling, dimana setiap
Ditjenbun Tahun 2015) sampel yang diambil menekankan pada
Dengan melihat potret potensi dan pertimbangan karakteristik tertentu dari
peluang komoditas karet diatas lalu Dari subjek tertentu . (Subana dan Sudrajat,2005).
hasil kajian dan telaahan bersama antara Sampel yang diambil yaitu 23 orang yang
institusi Daerah Provinsi dan Bapenas telah mengusahakan usahatani pengolahan sit asap
melakukan kajian terhadap produk daerah karet di Desa Simpang Tiga.
untuk dijadikan unggulan daerah yang Analisis Data
mampu dijadikan sebagai pengembangan Data yang sudah terkumpul diolah
ekonomi wilayah secara berkelanjutan di dalam bentuk tabulasi dan selanjutnya
Kabupaten Banjar, sehingga menetapkan dianalisa yang meliputi biaya, penerimaan,
komoditas karet sebagai produk unggulan keuntungan dan Break Even Point (BEP) dari
rakyat. usaha pengolahan sit asap karet. Dalam
Desa Simpang Tiga terletak di analisis ini, data yang diperoleh
Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar diklasifikasikan menurut jenis dan sifatnya
mempunyai topografi tanah datar dan luas kemudian dihitung sesuai dengan tujuan
yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai pengamatan.
areal perkebunan rakyat. Untuk mengetahui besarnya biaya
Di Desa Simpang Tiga pada umumnya input (sarana produksi) yang digunakan dalam
perkebunan yang ada adalah perkebunan karet penyelenggaraan usaha pengolahan sit asap
(Hevea brasilliensis). Di Desa Simpang Tiga
38
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 36-43 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

secara matematis adalah sebagai berikut HASIL DAN PEMBAHASAN


(Syarifuddin, 1995 ; 70) :
Aspek Teknis Usaha Pengolahan Sit Asap
TC = TFC + TVC
Karet
Ket : TC =Total Cost / Tempat yang digunakan petani
Biaya Total (Rp) responden untuk mengolah hasil karet adalah
TFC =Total Fixed cost/ Rumah Asap yang berukuran 6 x 4 x 8 meter
Biaya Tetap Total (Rp) dan UPH (Unit Pengolahan Hasil) yang
TVC =Total Variabel Cost / berukuran 4 x 5 meter yang berasal dari
Biaya Variabel Total (Rp) bantuan APBN dari pemerintah provinsi.
Kegiatan pengolahan ini biasanya dilakukan
Untuk mengetahui total penerimaan setelah petani mengambil lateks dari
dirumuskan sebagai berikut (Syarifuddin, 1995) perkebunan karet mereka dan lateks tersebut
TR = P×Q tidak boleh berubah menjadi lump karena jika
Ket : TR=Total Revenue / Penerimaan
Total (Rp)
lateks sudah menjadi lump tidak akan bisa di
P =Price / Harga (Rp) olah menjadi sit asap lagi. Penjualan hasil
Q =Quantity / Produksi (Kg) produksi sit asap karet ini dilakukan antar
pulau.
Untuk menentukan besarnya Break Produksi
Even Point (BEP) pada usaha pengolahan sit Produksi yang diperoleh dari
asap karet berdasarkan volume produksi dan usahatani pengolahan sit asap karetdi Desa
penjualan (sales) dalam rupiah, secara Simpang Tiga dari 23 petani responden adalah
matematis dapat ditulis dengan rumus sebesar 4.902,00 kg/bulan atau rata-rata
(Sukanto,R.H, 1993 ). 213,13kg/petani/bulan. Data lebih terperinci
dapat dilihat pada Lampiran 12.
FC
Q = ----------- dalam satuan volume Biaya Penyelenggaraan Usaha
P – AVC produksi (Kg) PengolahanSit Asap Karet
Biaya yang dialokasikan petani
FC responden dalam kegiatan usaha pengolahan
Q = ----------- dalam satuan satuan rupiah sit asap yang dikeluarkan meliputi biaya
VC variabel (Variabel Cost) dan biaya tetap
1 - -------- (Fixed Cost). Biaya variabel meliputi biaya
S sarana produksi dan biaya penggunaan tenaga
Keterangan : kerja. Sedangkan biaya tetap meliputi biaya
Q = Quantity / jumlah impas penyusutan alat dan bunga modal.
FC = Fixed Cost / Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel
P = Price / Harga Persatuan (Rp/kg) Biaya Sarana Produksi
AVC = Average Variable Cost / Biaya Biaya sarana produksi meliputi solar,
Variabel Rata – rata (Rp) kayu bakar dan asam semut, dari hasil
VC = Variable Cost / Biaya Variabel pengolahan data diperoleh biaya penggunaan
(Rp) sarana produksi sebesar Rp. 1.119.290,00
S = Sales / Penjualan dengan rata-rata Rp. 48.664,78/Petani. Untuk
jelasnya lihat Tabel 1.
39
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 36-43 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

Tabel 1. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Pada Usaha Dari Tabel 2 diketahui biaya terbesar
Pengolahan Sit AsapKaret di Desa Simpang yang dikeluarkan yaitu biaya tenaga kerja
Tiga.
(TK) yaitu rata-rata sebesar Rp.
No Sarana Rata-rata Persentasi 1.615.000,00/petani (97,07%), sedangkan
Produksi (Rp) (%) biaya terendah pada biaya sarana produksi
1 Solar 14.208,70 29,20 yaitu sebesar Rp. 48.664,78/petani (2,93%),
2 Kayu 14.208,70 29,20 hal ini disebabkan pengeluaran biaya atau
Bakar produksi diperlukan tidak setiap hari.
3 Asam 20.247,39 41,61
Semut Biaya Tetap
Jumlah 48.664,78 100,00 Pajak Lahan
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2018. Biaya pajak lahan mengikuti
ketentuan pajak berlaku di Desa Simpang Tiga
Dari Tabel 1 diketahui biaya yang pada umumnya, perhitungan pajak lahan
terbesar adalah kebutuhan asam semut yaitu setiap hasil perhektar dalam satu tahun adalah
sebesarRp. 465.690,00 dengan rata-rata Rp. sebesar Rp. 7.000,-/ha/tahun. Berdasarkan
14.208,70/petani atau sebesar (41,61%). hasil perhitungan maka biaya pajak lahan pada
Sedangkan biaya yang paling sedikit usaha pengolahan sit asap di Desa Simpang
digunakan sama sedikitnya adalah solar Tiga sebesar Rp. 228.760,00 dengan rata-rata
sebesar Rp. 326.800,00 dengan rata-rata Rp. sebesar Rp. 9.946,09/petani. Untuk lebih
14.208,70/petani atau sebesar (29,20%) dan jelasnya mengenai rincian biaya pajak lahan
kayu bakar sebesar Rp. 326.800,00 dengan petani responden dapat dilihat pada lampiran
rata-rata Rp. 14.208,70/petani atau sebesar 10.
(29,20%).
Biaya Penyusutan Alat
Biaya Tenaga Kerja Sehubungan dengan berkurangnya
Biaya tenaga kerja yang digunakan nilai pakai alat-alat produksi pertanian, maka
meliputi tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dapat dilakukan perhitungan biaya
dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). penyusutan alat-alat yang tahan lama yang
Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) rata- mengandung sejumlah nilai pakai yang harus
rata sebesar Rp. 325.000,00/petani. diperhitungkan setiap bulannya. Biaya
Sedangkan biaya tenaga kerja dalam keluarga penyusutan ini tergantung pada nilai alat saat
(TKDK) rata-rata sebesar Rp. pembelian, usia ekonomis alat, nilai sisa
1.290.000,00/petani. setelah habis jangka ekonomis tersebut (dalam
Dari hal tersebut diketahui biaya hal ini dianggap nol) dan masa kerja efektif
variabel sebesar Rp. 32.739.290,00 dengan alat dalam masa pengolahan sit asap karet
rata-rata sebesar Rp. 1.423.447,39/petani. tersebut.
Data lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2
Pengolahan Sit Asap di Desa Simpang Tiga Tabel 3. Biaya Penyusutan Alat Rata-rata Usaha
Pengolahan Sit Asap Karetdi Desa Simpang
Tabel 2. Rata-rata Biaya Variabel Pada Usaha Tiga
Pengolahan Sit Asap Karetdi Desa Simpang
Tiga
No Jenis Alat Biaya (Rp) Persentasi
(%)
No Keterangan Rata-rata (Rp) Persentase 1 Kayu 1.111,11 0,20
1 Sarana 48.664,78 2,93 Penjemuran
2. Produksi 2 Timbangan 25.000,00 4,50
Tenaga Kerja 1.615.000,00 97.07 3 Pisau Sadap 1.944,44 0,35
jumlah 1.663.665,78 100. 4 Talang 11.840,58 2,13
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2018. Sadap
5 Mangkok 88.804,35 15,99
Lateks
40
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 36-43 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

6 Loyang 3.472,22 0,63 berupa biaya pajak lahan yaitu sebesar Rp.
Alumunium 9.956,09 (1,71%) dari keseluruhan biaya tetap
7 Ember 6.557,97 1,18
pada usaha pengolahan sit asap karet, hal ini
8 Mesin 416.666,67 75,02
Penggiling disebabkan pajak lahan dibayar hanya satu
Jumlah 555.397,34 100,00 kali setahun.
Biaya Total
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2018
Biaya total dalam penelitian ini
Dari Tabel 3 diketahui biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap (FC)
penyusutan alat terbesar yaitu pada biaya dengan biaya variabel (VC) biaya total pada
mesin penggiling yaitu rata-rata Rp. usaha pengolahan sit asap karet sebesar Rp.
416.666,74/petani (75,02%), sedangkan biaya 54.316.530,31 atau rata-rata sebesar Rp.
terendah pada kayu penjemuran yaitu rata-rata 2.361.588,27/petani. Untuk jelasnya dapat
sebesar Rp. 1.111,11 (0,20%), hal ini dilihat pada Tabel 5
disebabkan kayu penjemuran hanya
Tabel 5. Rata-rata Biaya Total Pada Usaha Pengolahan
digunakan untuk penjemuran saja. Sit AsapKaret di Desa Simpang Tiga
Bunga Modal No Uraian Biaya Rata-Rata Persentase
Bunga modal diperhitungkan dan Biaya (Rp) (%)
dimasukkan dalam biaya tetap, karena modal 1 Biaya 1.423.447,39 60,28
yang digunakan adalah milik petani sendiri. Variabel
(VC)
Perhitungan biaya bungan modal adalah
2 Biaya Tetap 938.140,88 39,72
dengan jalan mengalikan antara total biaya (FC)
yang dikeluarkan petani dengan besarnya Jumlah 2.361.588,27 100,00
bunga modal (tingkat suku bunga) yang Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2018
berlaku saat itu, biasanya bunga modal
mengikuti tingkat suku bunga Bank / KUR Pada Tabel 5 diketahui biaya variabel
yang telah disepakati (dalam hal ini adalah (VC) rata-rata sebesar Rp. 1.423.447,39
9%/tahun), sehingga diperoleh rata-rata bunga (60,28%). Sedangkan biaya tetap rata-rata
modal yang dikeluarkan petani sebesar Rp. sebesar Rp. 938.140,88/petani (39,72%).
17.580,06/petani. Untuk lebih jelasnya dapat Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dilihat pada Tabel 4 besar kecilnya produksi yang diperoleh petani
responden pada usaha pengolahan sit asap
Tabel 4. Rata-rata Biaya Tetap Pada Usaha Pengolahan karet sangat ditentukan oleh besar kecilnya
Sit AsapKaret di Desa Simpang Tiga. biaya yang dikeluarkan petani terutama untuk
biaya variabel.
No Biaya Tetap Biaya (Rp) Persentasi
(%) Penerimaan
1 Pajak Lahan 9.956,09 1,71 Penerimaan yang dihasilkan pada
2 Penyusutan 555.397,34 95,28 usahatani pengolahan sit asap karet di Desa
Alat
3 Bunga 17.580,06 3,02 Simpang Tiga berupa sit asap karet sejumlah
Modal 4.902,00kg rata-rata 213,13kg/petani dengan
Jumlah 582.933,49 100,00 harga Rp. 25.000,00/kg. Besar penerimaan
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2018 yang diperoleh petani sebesar Rp.
122.550.000,00 dengan rata-rata Rp.
Pada Tabel 4 diketahui biaya tetap 5.328.260,87/petani.
yang terbesar dari usaha pengolahan sit asap Besar kecilnya penerimaan yang
karet di Desa Simpang Tiga selama adalah diperoleh petani responden tidak terlepas dari
biaya penyusutan alat yaitu sebesar Rp. pengolahan usahataninya yaitu menggunakan
555.397,34(95,28%), sedangkan yang terkecil faktor input (sarana produksi, tenaga kerja,
41
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 36-43 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

modal dan keterampilan) lebih efektif guna dari TC, sehingga usaha ini telah
mendapatkan produksi yang optimal. Namun menguntungkan terlihat dari nilai TR hasil
demikian penerimaan juga dipengaruhi oleh produksi sebesarRp. 5.328.260,87/petani
tinggi rendahnya output (produksi), karena lebih besar dari nilai BEP, yaitu sebesar Rp.
pada umumnya harga output sering juga 1.288.984,64/petani atau bila dilihat dari
terjadi fluktuasi. volume produksi, nilai BEP produksi sit asap
sebesar 51,56kg/petani, hal ini dapat dilihat
Keuntungan
volume produksi, yaitu 213,13kg/petani
Keuntungan adalah hasil pengurangan
berada diatas nilai BEP. Secara grafis titik
antara total penerimaan dengan total biaya
BEP dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini
yang dikeluarkan petani dalam satu bulan
proses produksi. Rata-rata keuntungan yang Rp. 5.328.260,87 TR TR
diperoleh petani adalah sebesar Rp.
2.966.672,60/petani. Rp. 2.361.588,27
TC TC
Analisis Break Event Point
Usaha Pengolahan Sit Asap Karet Rp. 1.423.447,39
VC VC
Analisis Break Event Point (BEP)
adalah salah satu analisis ekonomi yang Rp. 1.288.984,64
berguna untuk menentukan besarnya kuantitas Rp. 938.140,88
produksi suatu unit usaha agar dapat FC FC
memeperhitungkan keuntungan yang 0 Q Q
diharapkan sehinggal petani dapat 51,56 kg
213,13 Kg
mempertimbangkan kelanjutan usaha yang
sedang dijalankan. Dengan perkataan lain Gambar 1. Kurva Break Event Point (BEP) Pada Usaha
bahwa petani haruslah mengetahui produksi Pengolahan Sit Asap Karet di Desa
diatas titik impas terjadi, sehingga apabila Simpang Tiga
produksi di atas titik impas tentu akan
Pada gambar diatas diketahui usaha
memperoleh keuntungan sesuai dengan
pengolahan karet diperoleh nilai rata-rata
seberapa jauh dia mampu berproduksi di atas
Break Event Point (BEP) sebesar
titi impas tersebut.(Soekartawi,2000)
51,56kg/petani dilihat dari volume produksi
Dari hasil pengolahan data, nilai Break
dan hasil penjualan (penerimaan) sebesar Rp.
Event Point (BEP) dilihat dari volume
1.288.984,64/petani dengan demikian telah
produksi sebesar 51,56 kg/petani dan dari
mampu melewati nilai Break Event Point
jumlah penerimaan atau hasil penjualan
(BEP), sebab bila dilihat dari rata-rata
sebesar Rp 1.288.984,64/petani, artinya usaha
penerimaan atau produksi pada usaha
pengolahan sit asap karet sudah bisa impas
pengolahan sit asap selama proses produksi di
dengan nilai TR-nya sebesar Rp. 1.288.984,64
Desa Simpang Tiga telah mampu
dan produksi 51,56kg. Apabila nilai TR-nya
menghasilkan keuntungan sehingga perlu
sebesar Rp. 5.328.260,87 dan produksi
dikembangkan lebih lanjut atau dioptimalkan
213,13kg, maka usahatani tersebut
produksinya. Data lebih rinci tentang rata-rata
menguntungkan.
penerimaan, rata-rata keuntungan dan Break
Break even poin atau titik impas
Event Point (BEP) pada usaha pengolahan sit
dalam rupiah dapat diketahui dengan
asap karet dapat dilihat pada Tabel 6.
mengkonversi harga jual per unit dikalikan
jumlah yunit yang terjual (Zulifah dan
Norhalimah, 2017)
Pada usaha pengolahan sit asap di
Desa Simpang Tiga, ternyata TR lebih besar
42
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 36-43 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

Tabel. 6. Rata-rata Penerimaan, Rata-rata Keuntungan 3. Jumlah produksi berupa sit asap karet
dan Break Event Point (BEP) sejumlah 4.902,00 kg rata-rata 213,13
No Uraian Jumlah
kg/petani
1 Rata-rata Penerimaan Rp. 5.328.260,87 4. Harga yang berlaku Rp. 25.000/kg.
(TR) Jumlah penerimaan yang diperoleh petani
2 Rata-rata Keuntungan Rp. 2.966.672,60
(𝜋)
sebesar Rp. 122.550.000,00 dengan rata-
3 Break Event Point rata sebesar Rp. 5.328.260,87/petani.
(BEP) Rata-rata keuntungan yang diperoleh
- Rata-rata Volume 51,56 kg
Produksi
petani dalam satu bulan proses produksi
- Rata-rata Rp. 1.288.984,64 adalah sebesar Rp. 2.966.672,60/petani.
HasilPenjualan 5. Dilihat dari volume produksi sebesar
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Tahun 2018 51,56 kg/petani dan dari jumlah
penerimaan atau hasil penjualan sebesar
Berdasarkan hasil penelitian dan Rp. 5.328.260,87/petani. Diketahui TR
perhitungan bahwa produksi, penerimaan, lebih besar dari TC, yaitu sebesar Rp.
keuntungan dan nilai Break Event Point (BEP) 5.328.260,87/ petani nilai tersebut lebih
adalah selama satu kali proses produksi besar dari nilai BEP Rp. 1.288.984,64/
dengan demikian diasumsikan bahwa seluruh petani atau bisa dilihat dari volume
perhitungan dan hasil yang diperoleh untuk produksi, nilai BEP produksi sit asap
satu kali proses produksi tersebut untuk karet sebanyak 51,56kg/ petani, diatas
keperluan hidup petani dan keluarganya nilai volume produksi yaitu 213,13
selama 1 bulan (30 hari) kg/petani. Dengan mengetahui batasan
nilai tersebut, sehingga kita dapat
KESIMPULAN DAN SARAN mengetahui ukuran kemugkinan titik
impas, keuntungan dan kerugian suatu
Kesimpulan usaha ini.
Berdasarkan hasil pengamatan
dilapangan dan analisis data primer mengenai Saran
usahatani pengolahan sit asap karet karet di Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
Desa Simpang Tiga Kecamatan Mataraman, disarankan beberapa hal sebagai berikut :
maka dapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Agar pendapatan lebih meningkat lagi
1. Secara teknis penyelenggaraan usahatani maka perlu diintensifkan lagi usahatani
pengolahan karet di Desa Simpang Tiga yang diusahakan.
dilakukan secara baik dan benar sesuai 2. Dengan mengetahui titik impas atau pun
dengan teknis yang dianjurkan Dinas kembli modal (BEP),sebaiknya petani
Pertanian, Perkebunan dan Peternakan harus bisa mengatur dan
Kabupaten Banjar yaitu untuk pembeku mengefisiensikan faktor produksinya,
asam semut rata-rata 0,75/ha. guna mendapatkan keuntungan yang
2. Secara ekonomis usahatani pengolahan lebih baik.
karet di Desa Simpang Tiga bahwa biaya 3. Untuk menjaga kestabilan harga jual sit
variabel rata-rata sebesarRp. asap asap maka perlu peran pemerintah
1.423.447,39/petani sedangkan biaya untuk mengatur harga dengan
tetap rata-rata sebesar Rp. pembentukan Lembaga Khusus
938.140,88/petani. Total biaya rata-rata Pengawasan harga karet hingga di
adalah Rp. 2.361.588,27/petani. pedesaan ataupun mengendalikan harga
Penerimaan yang diperoleh petani rata- sit asap dipasaran, sehingga petani tidak
rata sebesar Rp. 5.328.260,87/petani. dirugikan.
43
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 36-43 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

DAFTAR PUSTAKA Sukanto Reksohadi Pradjo, 1985.


Manajemen Edisi 5, (Yogyakarta:
Dinas Perkebunan. 2008, Provinsi
BPFE)
Kalimantan Selatan.
Syarifudin A. Kasim. 1995, Pengatan
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan.
Ekonomi Produksi Pertanian.
2014, Petunjuk Teknis Pengolahan Sit
Lambung Mangkurat Universitas.
Asap Karet. Kabupaten Banjar.
Banjarbaru.
Direktorat Jendral Perkebunan, 2015.
Zulifah Mahdalena dan Norhalimah, 2017.
Pedoman teknis Pengembangan
Analisis Titik Impas Usahatani
Tanaman Karet. Jakarta
Tanaman Ketepeng Cina (Cassia alata
L) Pada PT Srikaya Sega Utama
M. Subana, dan Sudrajat, 2005.Dasar - Dasar
Banjarbaru.Jurnal Ziraa’ah Volume 42
Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia
nomor 3 oktober 2017 ISSN
Bandung.
Elektronik 2355-3545 UNISKA
Banjarmasin.
Soekartawi, 2000. Agribisnis. Teori dan
Aplikasinya, PT. Agromedia Pustaka
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai