Anda di halaman 1dari 9

A.

KESTABILAN INTI

Komposisi nukleon mempengaruhi kestabilan inti. Fakta menunjukkan bahwa faktor-faktor


penting yang menentukan kestabilan inti adalah:

N
1. Angka banding jumlah neutron terhadap jumlah proton ( ) yang terkandung dalam inti,
Z

inti yang paling stabil sampai dengan nomor atom 20, memiliki nilai ( NZ )=1 (kestabilan
diagonal).
2. Pasangan nukleon ditunjukkan oleh hukum genap-ganjil. Kestabilan yang lebih tinggi
dicapai bila komposisi nukleon dalam inti, baik proton maupun neutron berupa bilangan
genap.
3. Energi pengikat inti per nukleon. Inti paling stabil bila memiliki energi pengikat inti per
nukleon paling besar.
( Bunbun Bundjali, 2002)

Inti-inti stabil terletak disuatu daerah pada grafik yang dikenal sebagai pita kestabilan
(belt of stability). Pita kestabilan didapatkan dari nuklida-nuklida (inti-inti) stabil yang
dihubungkan. Sedangkan inti-inti yang tidak stabil (inti radioaktif) cenderung menyesuaikan
perbandingan neutron terhadap proton, agar sama dengan perbandingan pada pita kestabilan.
Bagi nuklida dengan Z (nomor atom) = 20, perbandingan neutron terhadap proton sekitar 1,0
sampai 1,1. Jika Z bertambah perbandingan neutron terhadap proton bertambah sekitar 1,5.
( Hiskia Achmad, 2001)

Angka banding N/Z

Jika jumlah neutron dari nuklida stabil dialurkan terhadap jumlah protonnya, akan
diperoleh peta kestabilan inti. Nuklida yang berada diluar peta kestbilan akan meluruh
sedemikian rupa, sehingga mencapai peta kestabilan. Suatu inti (nuklida) dikatakan bersifat
radioaktif, karena ia mengalami peluruhan spontan yang disertai dengan pemancaran radiasi.
Radiasi ini dipancarkan dari inti atau sebagai hasil pengubahan konfigurasi elektron disekitar
inti. Modus peluruhan suatu radionuklida bergantung pada jenis ketidakstabilannya, misalnya
suatu inti bersifat radioaktif karena memiliki jumlah neutron yang lebih banyak sehingga

N
angka banding ( ) lebih besar dari inti stabil seisobar, maka inti tersebut akan meluruh
Z
dengan mengubah 1 neutron menjadi 1 proton dengan pemancaran β - untuk mencapai keadaan
yang lebih stabil. Sebaliknya untuk inti radioaktif yang kelebihan proton, sehingga angka
N
banding ( ) lebih kecil dari inti stabil seisobar, inti ini akan meluruh dengan mengubah 1
Z
proton menjadi 1 neutron dengan pemancaran β + atau penangkapan satu elektron K. Jenis
radiasi yang dipancarkan dari peluruhan zat radioaktif dapat berupa partikel α, positron β + ,
negatron β- , radiasi elektromagnet γ dan neutron n. Sifat radiasi yang dipancarkan oleh inti
radioktif dan partikel dasar penyusun inti dapat dilihat pada tabel berikut:

Partikel
Massa relatif massa Muatan Simbol Jenis
dasar/radiasi
Alpa 4 +2 α , 42 He Partikel
0 −¿¿ Partikel
Negatron 0 -1 −1e , β
0 +¿¿ Partikel
Positron 0 +1 +1e , β
Gelombang
Gamma 0 0 γ
elektromagnet
1 1 Partikel
Proton 1 1 1 p, H
1
1 Partikel
Neutron 1 0 0n

Hukum genap-ganjil

Dari jumlah sebanyak 274 nuklida stabil dialam, jika dikelompokkan berdasarkan
jumlah proton (Z) dan jumlah neutron (N) penyusunnya, diperoleh data sebagai berikut:

Jenis nuklida dengan komposisi Jumlah nuklida stabil


Z genap, N genap 165
Z genap, N ganjil 55
Z ganjil, N genap 50
Z ganjil, N ganjil 4

Data diatas menunjukkan bahwa urutan kestabilan inti relatif berdasarkan


komposisinya adalah inti dengan Z genap, N genap, lebih stabil daripada inti dengan Z genap,
N ganjil ataupun inti Z ganjil, N genap. Inti yang paling tidak stabil adalah yang memiiki
komposisi Z ganjil, Z ganjil karena jumlah inti stabilnya paling sedikit. Tampaknya inti yang
stabil menghendaki jumlah kelimpahan isotop dari unsur yang terbanyak terdapat
dipermukaan bumi, yaitu oksigen dan slikon. Oksigen dialam terdiri atas 99,956 % sebagai
16
8 O , dan silikon terdiri atas 92,27 % sebagai isotop 28
14 Si.

( Bunbun Bundjali, 2002)


Pita Kestabilan
Dari sekian banyak isotop yang dikenal, hanya kurang lebih seperempatnya yang stabil. Jika N
dialurkan terhadap Z untuk semua isotop stabil diperoleh gambar seperti tertera pada gambar. Daerah
yang terdapat inti stabil disebut pita kestabilan inti.
Inti-inti yang tidak stabil cenderung untuk menyesuaikan perbandingan neutron terhadap proton,
agar sama dengan perbandingan pada pita kestabilan. Bagi nuklida dengan Z = 20, perbandingan
neutron terhadap proton (n/p) sekitar 1,0 sampai 1,1. Jika Z bertambah maka perbandingan neutron
terhadap proton bertambah hingga sekitar 1,5. Jika jumlah proton makin bertambah (sangat banyak),
tolak menolak antara proton-proton sangat besar sehingga tidak mungkin terdapat nuklida yang stabil.
Jadi, tidak dikenal nuklida stabil dengan nomor atom lebih besar 83. Sebaliknya semua unsur dengan
nomor atom kurang atau sama dengan 83, mempunyai satu nuklida atau lebih yang stabil kecuali
unsur teknisium (Z = 43) dan prometium (Z = 61).

Daerah disekitar pita kestabilan, dimana terdapat inti-inti yang tidak stabil dapat dibagi dalam 3
daerah:
1. Di atas pita kestabilan Z ¿ 83, N/Z besar, atau daerah surplus neutron. Di daerah ini inti-inti
mempunyai N/Z (perbandingan neutron dengan proton) besar, untuk mencapai kestabilan inti:
a. Inti memancarkan neutron. Hal ini jarang diamati karena berlangsung sangat cepat. Menurut
perhitungan untuk memancarkan neutron, waktu paro inti 10 -12 detik sehingga terlampau
singkat untuk dapat diamati.
b. Memancarkan partikel beta. Dalam hal ini, salah satu neutron dalam inti berubah menjadi
proton disertai pemancaran partikel beta.
1
0 n → 11 p + −10e
sebagai contoh
3
1 H → 32 He +−10e
2. Di bawah pita kestabilan
Inti di daerah ini, Z < 83 dan N/Z (perbandingan neutron dan proton) kecil atau surplus proton.
Untuk mencapai kestabilan inti:
a. Memancarkan positron. Dalam hal ini proton berubah menjadi neutron dan memancarkan
positron.
1
1 p → 10n + +10e

22 22
11 Na → 10 Ne + +10e
(Hiskia Achmad, 2001)

b. Penangkapan elektron (EC)


Penangkapan elektron (electron capture) ialah tertangkapnya sebuah elektron−¿biasanya
elektron 1s−¿oleh inti. Elektron yang ditangkap bergabung dengan proton membentuk
neutron sehingga nomor atom menurun sebanyak satu sementara nomor masa tetap sama.
Proses ini mempunyai efek bersih yang sama dengan pemancaran positron.
37
Ar + e → 37
0
18 17 Cl
−1

55
26 Fe +−10e → 55
25 Mn

(Chang, 2003)
3. Daerah di atas pita kestabilan (Z > 83)
Inti di daerah ini surplus massa atau surplus neutron dan proton. Untuk mencapai kestabilan, inti
memancarkan partikel alfa.
226
Ra → 222 4
88 86 Rn + 2 He

(Hiskia Achmad, 2001)

B. ENERGI IKAT INTI

INTI atom adalah paertikel bermuatan positif pada titik pusat atom.Didalam inti terdapat
proton dan neutron,yang bersama-sama disebut nukleon.Gaya tarik nuklir antara nukleon cepat
berkurang dengan bertambahnya jarak pisah partikel,dengan gaya ini praktis sudah tidak terasa
lagi pada nukleon dengan jarak pisah lebih dari 5 x 10-15 m.

ENERGI IKAT: Massa atom tidak sama dengan jumlah massa proton,neutron dan
elektronnya.Jika seandainya mungkin mengadakan reaksi antara proton,neutron dan elektron bebas
hingga terbentuk atom,kita akan mengemukakan bahwa reaksi itu disertai pelepasan energi dalam
jumlah yang sangat besar dan massa atomnya lebih kecil dari pada jumlah massa ketiga komponen
itu.Ternyata bahwa massa yang hilang itu tepat sama dengan massa serta dengan energi yang
dilepaskan menurut persamaan Einstein ∆E = (∆m)c2.Sebaliknya energi sejumlah ini juga harus
diantarkan pada atom untuk menguraikan menjadi partikel-partikel komponennya ∆E disebut
energi ikat inti atom.Massa hilang sebanyak ∆m = 1 u setara dengan energi sebanyak.

(1,66 x 10-27 kg) (3 x 108 m/s)2 = 1,49 x 10-10 J = 931 MeV

(Bueche, 1989)

Energi ikat inti diketahui bahwa massa diam inti stabil ternyata lebih kecil dari jumlah massa
diam nukleon-nukleon penyusunnya.Munculnya penurunan massa ini disebabkan karena energi
negatif diperlukan untuk mengikat nukleon-nukleon penyusunnya dan energi diam inti yang
terbentuk,jadi,

EI = (Zmp)c2 + (Nmn)c2- Mintic2

Dengan mp,mn, dan Minti berturut-turut adalah massa diam proton ,neutron dan inti. Model
“tetes air” (liquid drop) dapat digunakan untuk menghitung energi ikat berbagai inti stabil.sebagai
contoh,63 Li,yang memiliki massa atom 6,015125 u,memiliki masa inti sebesar

Minti = Matom- Zme = 6,015125 u – (3 (0,000549 u) = 6,013478 u

(Gautreau, Savin, 1978)

Energi Pengikat Inti

A
Massa atomik nuklida zX selalu lebih kecil dari (Z kali (massa atom hidrogen)
ditambah (A-Z) kali massa neutron).Perbedaan massa ini disebut cacat massa,yaitu massa
yang diubah menjadi energi pengikat nukleon dalam inti.Berdasarkan hukum kesetaraan
massa dan energi E = mc 2,maka cacat massa (∆M) tersebut dapat dikonversikan menjadi
energi pengikat inti rata-rata nikleon = ∆M/A,dan ∆M dinyatakan dalam satuan massa atom
(sma).Massa sebesar 1 sma ekivalen dengan energi sebesar (1,66 x 10 -27kg) (2,998 x 108 ms-1)2
= 14,92 x 10-11 J.

(Bunbun,bunjali.2002)

Energi Pengikat dalam Inti

Energi pengikat EB suatu inti ialah negatif dari perubahan energi ∆E yang akan
terjadi jika inti dibentuk dari penyusunnya,yaitu proton dan neutronnya.Untuk inti
4
2 He,misalnya,

2 11H + 2 10n → 42He2+ ∆E = ?


Energi pengikat inti dihitung dengan rumus Einstein dan data akurat dari
spektrometer massa.Bagaimanapun,pada umumnya dalam pengukuran yang
ditentukan adalah massa atom dengan sebagai atau semua elektronnya,bukan massa
12
inti telanjang (ingin bahwa ini adalah atom C,yang didefinisikan memiliki massa
atom 12).Dengan demikian,energi pengikat inti EB dari inti helium adalah negatif dari
perubahan energi ∆E untuk membentuk atom helium dari atom dan neutron hidrogen.

2 11H + 2 10n→ 42He

Koreksi karena selisi dalam pengikat elektron (yang ada dalam hidrogen dan dalam
atom yang akan dibentuk) sangat kecil sehingga tidak perlu kita pedulikan disini.

(Oxtoby et al, 2001)

Apabila kurva diatas diperhatikan, tampak bahwa bagian awal kurva yaitu kurva energi ikatan
per nukleon untuk unsur berbilangan massa rendah meningkat secara bertahap, sampai
maksimum pada unsur bernomor massa 60. Sesudah unsur bernomor massa 60, kurva kembali
menurun. Bentuk yang demikian penting menjelaskan reaksi fusi dan fisi.

(Tony Bird, 1993)

Kajian terhadap variasi energi pengikat inti rata-rata per nukleon sebagai fungsi nomor massa
atomik,dapat diuraikan sebagai berkut :
 Nuklida ringan A<30 , terdapat suatu perulangan periodik puncak untuk nilai A kelipatan dari

empat satuan, yakni 42He , 12


C , 168O, 20 24 28
6 10 Ne, 12 Mg dan 14 Si. Hal ini menunjukkan bahwa energi
pengikat inti rata-rata per nukleon pada inti tersebut relatif lebih kuat dibandingkan dengan inti
tetangganya.
 Nuklida sedang 30< A< 90, energi pengikat inti rata-rata per nukleon, B, meningkat dari 8,0
MeV untuk A = 16 (oksigen) menjadi 8,3 MeV untuk A = 28.
Nilai B relatif datar sesudah A = 32 dan berkisar antara 8,3-8,7 MeV. Nilai maksimum yang
melebar terjadi di sekitar A = 60, yaitu daerah besi, kobalt, nikel.
 Nuklida berat A> 90, untuk nuklida A>90 (sesudah zirkonium), energi pengikat inti rata-rata
per nukleon menurun secara monoton dari maksimum 8,7 MeV menjadi 7,7 MeV untuk A=210.
209
Nuklida berat yang stabil, sesuai kenyataan adalah 83 Bi . Sesudah nuklida tersebut, semuanya
bersifat radioaktif, terutama sebagai pemancar α dengan B́ sekitar 7,3 MeV, nilai energi pengikat
inti rata-rata per nukleon untuk 238U.
(Bunbun,bunjali.2002)
SOAL DAN PEMBAHASAN
1. Massa inti atom 49Be = 9,0121 sma, massa proton = 1,0078, massa neutron = 1,0086 sma.

Jika 1 sma setara dengan energi sebesar 931 Mev, maka energi ikat atom 49Be adalah...
Jawab:
Energi Ikat:
E = ((Mp + Nn) – mi) 931 Mev
E = ((4 . 1,0078 + 5 . 1,0086) – 9,0121) 931 Mev
E = 57,82 Mev
DAFTAR PUSTAKA

Bueche, Frederick, 1989, Theory and Problem of College Physics 8th edition Schaum Series,
Erlangga, Jakarta.

Bunbun Bundjali, 2002, Kimia Inti, ITB, Bandung.

Chang, Raymond, 2003, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2, Erlangga,
Jakarta.

Gautreau, Ronald dan William Savin, 1978, Teori dan Soal-soal Fisika Modern, Erlangga,
Jakarta.

Hiskia Achmad, 2001, Kimia Unsur dan Radiokimia, Cintra Aditya Bakti, Bandung.

Tony Bird, 1993, Kimia Fisik untuk Universitas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Oxtoby, David W, H. P. Gillis, Norman H. Nachtrieb, 2001, Prinsip-prinsip Kimia Modern


Edisi Keempat Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai