Anda di halaman 1dari 22

I.

Konsep Dasar Penyakit


Anatomi Fisiologi

 
Sistem pencernaan meliputi mulut, kerongkongan, esophagus, lambung, dan usus.
Makanan yang masuk kedalam tubuh kita melalui beberapa tahap, yaitu ingesti; dimana
intake makanan masuk ke dalam tubuh kita melalui proses memasukan makanan ke
dalam mulut, pengunyahan dan menelan; digesti dimana terjadi perubahan fisik dan
kimia zat makanan untuk dapat di absorbsi. Absorbsi dimana partikel zat makanan dari
saluran cerna ke dalam aliran darah dan  pembuluh limfe. Setelah tahap digesti dan
absobsi dilalui,molekul-molekul kecil siap di gunakan oleh tubuh kita. Beberapa dari
molekul molekul kecil tersebut di gunakan untuk alergi, yang lainnya seperti asam
amino di gunakan untuk membangun, memperbaiki dan memproduksi sel. Bahan-bahan
yang tidak dapat di digesti dan di absorbsi akan di eliminasi oleh tubuh. (Muttaqin,
2011).

A. Definisi Penyakit
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair). Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir
dan darah.

B. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis sangat
beragam , antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi :
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella,
V.Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus.
Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
c. Jamur : candida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
2. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
a. Alergi makanan, misal susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
C. Tanda dan Gejala
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot
dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
9. Berat badan menurun
10. Pucat, lemah
D. Pohon Masalah

Faktor Faktor mal Faktor makanan Faktor


infeksi absorbs (makanan basi, psikologi
(karbohidrat, beracun, alergi (rasa takut dan
lemak, protein) makanan) cemas)

Penyerapan sari-sari makanan saluran


bercernaan tidak adekuat

Isi rongga usus berlebihan

Terdapatnya zat-zat Gangguan sekresi Meningkatnya


makanan tidak motilitas usus
dapat diserap
Meningkatnya
aktivitas sekresi air Kesempatan usus
Tekanan osmotik dan elektrolit menyerap makanan
meningkat berkurang
Mengeluarkan
Reabsorbsi di dalam isinya
usus terganggu

BAB sering, Inflamasi saluran


konsistensi cair pencernaan
Meningkatnya
sekresi cairan Tubuh bereaksi Mual
dan elektrolit terhadap invasi
mikroorganisme Anoreksi
Dehidrasi
Meningkatnya Defisit nutrisi
- Risiko Hipovolemia suhu tubuh

- Risiko
Hipertermia
ketidakseimbangan
elektrolit
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit
(Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja
- makroskopik dan mikroskopik
- pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi laktosa
- bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan
sensitivity test)
9. Pemeriksaan analisa gas darah
10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan fosfor
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia

F. Penatalaksanaan Medis
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al.,
2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah
dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap
2) Cairan parentral
Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama
pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).

b. Pengobatan Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan
tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan
jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari),
Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14
hari, 7-14 hari oral atauIV).
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
f. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas
b. Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit
c. Eliminasi
1) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah sakit
2) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah sakit.
d. Gerak dan Aktivitas
Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS
e. Istirahat dan tidur
Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien
Perubahan setelah sakit
f. Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g. Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C),
hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
h. Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Observasi nyeri
yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman
Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji apakan pasien mampu bercanda
dengan keluarganya.
k. Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan keluarganya
i. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien
j. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan
waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat
depresi.
k. Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai cara pencegahan diare pada anak.
Disinilah peran perawat untuk memberikan HE kepada keluarga pasien mengenai
cara pencegahan diare pada anak.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
2. Perkusi : adanya distensi abdomen.
3. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
4. Auskultasi : terdengarnya bising usus.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Defisit nutrisi
a. Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Batasan karakteristik :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram / nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
b) Objektif :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membrane mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebih
- Diare
c. Faktor yang berhubungan :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
2. Hipertermia
a. Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b. Batasan karakteristik :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
c. Faktor yang berhubungan :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
3. Risiko hipovolemia
a. Definisi : berisiko mengalami penurunan volume cairan intravascular, interstisial,
dan/atau intraselular
b. Faktor risiko :
1) Kehilangan cairan secara aktif
2) Gangguan absorbsi cairan
3) Usia lanjut
4) Kelebihan berat badan
5) Status hipermetabolik
6) Kegagalan mekanisme regulasi
7) Evaporasi
8) Kekurangan intake cairan
9) Efek agen farmakologis
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
a. Definisi : berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
b. Faktor risiko :
1) Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
2) Kelebihan volume cairan
3) Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
4) Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
5) Diare
6) Muntah
7) Disfungsi ginjal
8) Disfungsi regulasi endokrin
C. Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan atau Kriteria Intervensi
o Keperawatan Hasil
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
tindakan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
selama ...... x 24 jam  Identifikasi alergi dan intoleransi
diharapkan pemenuhan makanan
nutrisi seimbang kembali  Identifikasi makanan yang disukai
dengan kriteria hasil :
 Identifikasi kebutuhan kalori dan
Status Nutrisi
jenis nutrien
 Frekuensi makan
 Identifikasi perlunya penggunaan
normal
selang nasogastric
 Nafsu makan
 Monitor asupan makanan
membaik
 Monitor berat badan
 Bising usus dalam
 Monitor hasil pemeriksaan
batas normal
laboratorium
 Tidak ada diare
 Lakukan oral hygiene sebelum
 Meningkatnya
makan
verbalisasi keinginan
 Fasilitasi menentukan pedoman
untuk meningkatkan
diet (mis. piramida makanan)
nutrisi
 Sajikan makanan secara menarik
 Sikap terhadap
dan suhu yang sesuai
makanan / minuman
 Berikan makanan tinggi serat untuk
baik sesuai dengan
mencegah konstipasi
tujuan kesehatan
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastric jika asupan oral
dapat ditoleransi
 Anjurkan posisi duduk
 Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri)
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
Promosi berat badan
 Identifikasi kemungkinan penyebab
BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit, serum
 Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan
 Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien (mis.
makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender, makanan
cair yang diberikan melalui NGT
atau gastrostomy, total perenteral
nutrition sesuai indikasi)
 Hidangkan makanan secara
menarik
 Berikan suplemen
 Berikan pujian pada pasien /
keluarga untuk peningkatan yang
dicapai
 Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
 Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi (mis.
pengetahuan, ketersediaan
makanan, dsb)
 Identifikasi perubahan berat badan
 Identifikasi kelainan pada kulit
 Identifikasi kelainan pada rambut
 Identifikasi pola makan
 Identifikasi kelainan pada kuku
 Identifikasi kemampuan menelan
 Identifikasi kelainan rongga mulut
 Identifikasi kelainan eliminasi
(mis. diare, darah, lendir, dan
eliminasi yang tidak teratur)
 Monitor mual dan muntah
 Monitor asupan oral
 Monitor warna konjungtiva
 Monitor hasil laboratorium (mis.
kadar kolesterol, albumin serum,
transferrin, kreatinin, hemoglobin,
hematocrit, dan elektrolit darah)
 Timbang berat badan
 Ukur antropometrik komposisi
tubuh (mis. indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang, dan ukuran
lipatan kulit)
 Hitung perubahan berat badan
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
tindakan keperawatan  Identifikasi penyebab hipertermia
selama ... x 24 jam (mis. dehidrasi, terpapar
diharapkan suhu tubuh lingkungan panasm penggunaan
kembali normal dengan incubator)
kriteria hasil :  Monitor suhu tubuh
Termoregulasi  Monitor kadar elektrolit
 Menggigil berkurang  Monitor haluaran urine
 Warna kulit normal  Monitor komplikasi akibat
 Kejang berkurang hipertermia
 Tidak pucat  Sediakan lingkungan yang dingin
 Frekuensi pernapasan  Longgarkan atau lepaskan pakaian
normal  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Denyut nadi dalam  Berikan cairan oral
batas normal
 Ganti linen setiap hari atau lebih
 Suhu tubuh dalam
sering jika mengalami hiperhidrosis
batas normal
(keringat berlebih)
 Tekanan darah dalam
 Lakukan pendinginan eksternal
batas normal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres pada dahi, leher, dada.
Abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antopiretik atau
aspirin
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Regulasi temperatur
 Monitor suhu bayi sampai stabil
(36,5-37,5oC)
 Monitor suhu tubuh anak tiap dua
jam
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
 Pasang alat pembantu suhu kontinu
 Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
 Bedong bayi BBLR ke dalam
plastil segera setelah lahir (mis.
bahan polyethylene, polyurethane)
 Gunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru
lahir
 Tempatkan bayi baru lahit di
bawah radiant warmer
 Pertahankan kelembaban incubator
50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses
evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bahan-
bahan yang akan kontak dengan
bayi (mis. selimut, kain, bedong,
stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat
jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angin
 Gunakan kasur pendingin, water
circulating blankets, ice pack, atau
gel pad dan intravascular cooling
catheterization untuk menurunkan
suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
 Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
 Demonstrasikan teknik perawatan
metode kanguru (PMK) untuk bayi
BBLR
 Kolaborasi pemberian antipiretil,
jika perlu
3. Risiko Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
hipovolemia tindakan keperawatan  Periksa tanda dan gejala
selama …x 24 jam hipovolemia (mis. frekuensi nadi
diharapkan pemenuhan meningkat, nadi teraba lemah, dsb)
kebutuhan volume cairan  Monitor intake dan output cairan
seimbang dengan kriteria  Hitung kebutuhan cairan
hasil :
 Berikan posisi modified
Status cairan
trendelenburg
 Frekuensi nadi dalam
 Berikan asupan cairan oral
batas normal
 Anjurkan memperbanyak asupan
 Output urine
cairan oral
meningkat
 Anjurkan menghindari perubahan
 Membran mukosa
lembab posisi mendadak
 Perasaan lemah  Kolaborasi pemberian cairan IV
berkurang isotonis (mis. NaCl, RL)
 Tekanan nadi kuat  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Turgor kulit baik hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl

 Intake cairan adekuat 0,4%)

 Suhu tubuh dalam  Kolaborasi pemberian cairan koloid

batas normal (mis. albumin, plasmanate)


 Kolaborasi pemberian produk
darah
Pemantauan cairan
 Monitor frekuensi dan kekuatan
nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, warna, dan berat
jenis urin
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan serum
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia
 Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia
 Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
4. Risiko Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit
ketidakseimbanga tindakan keperawatan  Identifikasi kemungkinan penyebab
n elektrolit selama ...... x 24 jam ketidakseimbangan elektrolit
diharapkan pemenuhan  Monitor kadar elektrolit serum
kebutuhan elektrolit  Monitor mual, muntah, dan diare
seimbang kembali
 Monitor kehilangan cairan
dengan kriteria hasil :
 Monitor tanda dan gejala
Keseimbangan cairan
hypokalemia
 Asupan cairan
 Monitor tanda dan gejala
adekuat
hyperkalemia
 Output urin
 Monitor tanda dan gejala
meningkat
hiponatremia
 Asupan makanan
 Monitor tanda dan gejala
adekuat
hypernatremia
 Membran mukosa
 Monitor tanda dan gejala
lembab
hipokalsemia
 Tidak ada tanda-tanda
 Monitor tanda dan gejala
dehidrasi
hiperkalsemia
 Frekuensi nadi dalam
 Monitor tanda dan gejala
batas normal
hipomagnesemia
 Nadi teraba kuat
 Monitor tanda dan gejala
 Mata tidak cekung
hipermagnesemia
 Turgor kulit membaik
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
Manajemen diare
 Identifikasi penyebab diare
 Identifikasi riwayat pemberian
makanan
 Identifikasi gejala invaginasi
 Monitor warna, volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
 Monitor tanda dan gejala
hypovolemia
 Monitor iritasi dan ulserasi kulit di
daerah perianal
 Monitor jumlah pengeluaran diare
 Monitor keamanan penyiapan
makanan
 Berikan asupan cairan oral
 Pasang jalur intravena
 Berikan cairan intravena
 Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
 Ambil sampel feses untuk kultur
 Anjurkan makananporsi kecil dan
sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
 Anjurkan melanjutkan pemberian
ASI
 Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
 Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic / spasmolitik
 Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan


Medikal Bedah. Jakata : Salemba Medika

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat

Sodikin. 2011.Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika

Sudaryat, 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto

Suriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2. Jakarta :
Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai