Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PERENCANAAN
3.1 Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan model asuhan keperawatan professional
dalam menentukan kebijakan-kebijakan internalyangsifatnya untuk kelompok
menyusun struktur organisasi berikut:
Ketua : Imron Bukhori S.Kep
Sekretaris : Wahyuni,S.Kep
Bendahara : Anil AhillahS.Kep
Pj Sentralisasi Obat : Ervin Fransiska D.S.Kep
Hozaimatul Hilalia S.Kep
PJ Timbang Terima : AmaliatulFitri F S.Kep
PJ Supervisi : Firda Ufairoh S.Kep
Leny Rizka J S.Kep
PJ Ronde Keperawatan : Miftahul Jannah S.Kep
Faidatul Jannah S.Kep
PJ Discharge Planning : Ahmad Nurul F S.Kep
PJ Dokumentasi : Ayu Lestari S.Kep

Adapun dalam pengelolahan ruang rawat maka diselenggarakan


pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan / Nursing Unit Manage : KARU
2. Ketua Tim : katim
3. Perawat Pelaksana / Associate Nurse : PA
Pembagian ini secara rinci akan dilampirkan pada lampiran, setelah
pelaksanaan model asuhan keperawatan diruangan.
STRUKTUR ORGANISASI
PROGRAM PROFESI NERS STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO
DI RUANG IGD RSUD WALUYOJATIKRAKSAAN

KETUA

Imron Bukhori

SEKRETARIS BENDAHARA

Wahyuni Anil Ahillah

PENANGGUNG JAWAB

DISCHARGE
RONDE PLANNING DOKUMENTASI
SENTRALISASI OBAT TIMBANG TERIMA SUPERVISI
KEPERAWATAN
Ervin Fransiska Dewi Amaliatul Fitri F Firda Ufairoh Ahmad Nurul F Ayu Lestari
Miftahul Jannah
3.2 Perencanaan
3.2.1 Discharg Planning
Di ruang IGD RSUD Waluyojadi discharge planning belum
terlaksana karena keterbatasan waktu perawat di IGD serta
perawatan maksimal pada pasien yang hanya 6 jam sebelum pindah
ruangan, perawat hanya memberikan Healt Education kepada
keluarga dan menyampaikan informasi mengenai alur pasien pindah
ke ruangan. Maka kelompok melakukan sharing dengan kepala
ruangan mengenai program discharge planning.
Discharge planning adalah suatu proses yang sistematis dalam
pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam
menetapkan kebutuhan, mengembangkan dan mengimpelementasikan
serta mengkoordinasikan renacana perawatan yang mungkin
dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit dalam upaya
meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya.
Sedangkan diruangan instalasi gawat darurat RSUD Waluyojati
belum terlaksana dalam discharge planning dan hanya dilakukan HE
(health education) karna keterbatasan waktu . sedangkan dalam
masalah mutu pelayanan discharge plannig juga merupakan bagian
penting dalam manajemen asuhan keperawatan. P3/discharge
planning telah menjadi masalah penting dalam reformasi system
perawatan kesehatan secara global. pelayanan kesehatan dituntut
untuk memiliki standarkualitas tinggi, tingkat pemulangan uuntuk
setiap pasien sangatlah bervariasi, dikarenakan beberapa pasien
memiliki kebutuhan yang kompleks (graham,2016).
Saran : diRSUD Waluyo jati tidak dilakukan discharge planning
sedangkan hal itu sebaiknya dilakukan. Pada hasil implementasi
p3/discharge planning yang kadang tidak bisa dilakukan di ruangan
instalasi gawat darurat RSUD Waluyo jati kraksaan dikarenakan adanya
beberapa hambatan seperti ketiadaan waktu karna perawat terlalu banyak
menulis dokumentasi,kunjungan pasien yang tinggi tidak sebanding dengan
jumlah tenaga perawat yang ada, dikarenakan di IGD waktunya singkat
hanya 6 jam observasi lalu dipindahkan keruangan. Sedangkan discharge
plannning yang berkesinambungan mampu mengurangu kecemasan pasien
serta meningkatkan manajemen kesehatan, pengetahuan pasien dan
keluarga (Azar,2016).

3.2.2 Timbang Terima


Berdasarkan hasil dari pengamatan tanggal 22 Juni 2022 di
ruang IGD RSUD Waluyo Jati kraksaan timbang terima melibatkan
karu, katim dan PP, ketika timbang terima di ruang igd RSUD IGD
Waluyojati juga dilakuakan keliling paa pasien untuk konfirmasi
secara langsung dengan mendatangi pasien satu-persatu untuk
melihat kondisi klien yang sedang dioperkan. Timbang terima
dilakukan setiap pergantian sift , ada buku khususu laporan timbang
terima yang digunakan perawat.
Kelompok memberikan koordinasi dengan karu mengenai
pelaksanaan timbang terima yang efektif untuk memberikan
motivasi yang lebih kepada perawat untuk memaksimalkan program
timbang terima.
Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelasan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat , tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum, dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan suhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore
atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam 2017)
Pada tahap persiapan timbang terima, unsur yang digunakan
untuk mengobservasi perawat dalam melakukan timbang terima
terdiri dari 3 item prosedur, yaitu timbang terima dilakukan setiap
pergantian shift. Membuat laporan setiap pergantian dinas. Pada
tahap persiapan ada beberapa kegiatan dalam prosedur timbang
terima yang tidak dilaksanakan maupun dilaksanakan tidak
sempurna. Adapun kegiatan tersebut diantaranya waktu pelaksanaan
timbang terima dengan tepat waktu memperoleh rata-rata
keterlaksanaanya paling rendah yaitu sebesar 4.5%. Hal itu
disebabkan karena sebagian besar perawat datang terlambat ke
ruangan, sehingga kegiatan timbang terima tidak dilaksanakan tepat
pada waktunya.
Menurut (Aeni, Fitriana, & Nurmalia, 2016) menyatakan bahwa
pelaksanaan timbang terima dipengaruhi oleh faktor motivasi intrinsik
yang dimanifestasikan pada kedisiplinan, keberhasilan, penghargaan,
tanggung jawab, pekerjaan dan peningkatan diri. Kondisi motivasi
yang relatif stabil akan mendorong perawat bekerja dengan lebih baik
3.2.3 M3 (Metode MAKP)
Berdasarkan pengamatan tanggal 22 Juni 2022 didapatkan
bahwa metode yang digunakan diruang IGD yaitu metode Tim.
Kelompok melakukan koordinasi dengan cara sharing terkait
peningkatan MAKP sehingga terselenggaranya MAKP yang lebih
baik. Penerapan model asuhan keperawatan profesional tim, apabila
tanggung jawab atau peran perawat baik dalam hal (dokumentasi,
timbang terima, pre post conference, ronde keperawatan, superivisi
keperawatan dan sentralisasi obat) tidak dijalankan dengan baik,yang
berarti menunjukkan kinerja kerja perawat juga menurun (Nursalam,
2015).
Metode Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebuah
sistem keperawatan yang terdiri dari struktur, proses, dan nilai-nilai
profesional yang mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan
tersebut. bahwa perlu adanya sebuah pelatihan bagi perawat dalam
pelaksanaan MAKP untuk meningkatkan kinerja perawat. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Yulita, dkk (2019) Menurut teori yang
dikemukakan Keliat (2005), penerapan MAKP secara tepat dapat
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan kinerja perawat.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan menurut sebagian
responden penerapan MAKP berada dalam kategori kurang
begitupun dengan kinerja perawat. Dengan demikian penulis
beranggapan bahwa adanya kesesuaian teori yang dikemukakan
yaitu ketika MAKP mampu diterapkan dengan baik, maka kinerja
perawat pun akan baik. Begitu juga sebaliknya, jika penerapan MAKP
kurang maka kinerja perawat pun akan berkurang. Oleh karena itu
disarankan adanya peningkatan penerapan MAKP melalui pelatihan
dan evaluasi yang berkesinambungan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang profesional.
3.2.4 Sentralisasi Obat
Berdasarkan hasil pengamatan tanggal 22 Juni 2022 di ruang IGD
RSUD Waluyojati Kraksaan bahwa pasien tidak diperbolehkan menyimpan
obat sendiri, semua obat diserahkan kepada perawat untuk dikelola dan
diberikan kepada pasien ketika dibutuhkan. Sentralisasi obat di ruang IGD
RSUD Waluyojati Kraksaan tempatnya di farmasi belum ada depo farmasi
khusus Ruang IGD tersendiri. Sehingga kelompok memberikan gambaran
terkait pentingnya depofarmasi khusus IGD karena IGD merupakan
pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
gawat darurat yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat tepat, dan
cermat selama 24 jam dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan multidisiplin ilmu (Kemenkes RI, 2010).
Manajamen Rumah sakit perlu melengkapi dengan manajamen
farmasi sendiri terlebih –lebih di ruang igd untuk bisa adanya fasilitas depo,
karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit
tidak dapat diadakan tanpa sistematis perencnaan tertentu. Obat harus
adadalam persedian setiaprumah sakit sebagai bahan utama dalam rangka
mencapai misi utama sbgai penyedan layanan dan kegiatan yang
dilaksankan di bidang farmasi sebagai salah satu penunjang untuk
tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit. Upaya
dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan
obat, penyimpanan,pendistribusian,/ saran/ informasi tentang obat, dan
pemantauan efek samping obat.

3.2.5 M1 (Man)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tanggal 22 Juni 2022
didapatkan bahwa petugas kesehatan yang ada diruangan lebih
banyak jenjang D3, sehingga untuk meningkatkan pelayanan dan
mutu maka kelompok melakukan koordinasi dengan karu mengenai
pentingnya jenjang pendidikan sebagai peningkatan pelayanan dan
mutu.
Berdasarkan jurnal bahwa Keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan oleh perawat yang menempati 1/3 dari keseluruhan
tenaga kesehatan di Indonesia baik di RS maupun di Pelayanan
Primer ini perlu didukung oleh mekanisme upaya peningkatan
profesionalisme perawat (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Pemerintah di Indonesia sudah berupaya untuk meningkatkan
kualitas perawat di Indonesia (Firmansyah, Noprianty, & Karana,
2019). Upaya yang dilakukan adalah :
1. Meningkatkan mutu perguruan tinggi, dengan memberikan
bantuan tenaga pendidik hingga anggaran untuk
mempersiapkan calon tenaga perawat profesional,
2. Untuk tenaga perawat, memfasilitasi pendidikan berkelanjutan
serta mewajibkan kepada semua fasilitas kesehatan untuk
memberikan izin perawat mengembangkan kemampuannya
dalam rangka meningkatkan kualitas keterampilan. Upaya yang
dilakukan pemerintah tersebut diharapkan agar pasien merasa
puas terhadap caring keperawatan. Selain itu, dapat
meningkatkan kepuasan kerja perawat Salah satunya terkait
dengan peningkatan karir.
Dampak dari penerapan sistem jenjang karir perawat ada
bermacam-macam. Menurut penelitian Suroso (2011) ada 5
dampak positif berdasarkan riset yang ditimbulkan apabila sistem
jenjang karir perawat dapat terlaksana dengan baik.
1. Pengembangan karir, karena dapat memperbaiki moral
perawat melalui kepuasan kerja akibat pekerjaan yang
dilakukan.
2. Pengakuan, yaitu dengan cara memberi kes-empatan
kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan.
3. Penghargaan, dalam bentuk kenaikan jenjang dan
peningkatan penghasilan sebagai dampak dari terpenuhinya
kompetensi yang tercapai.
4. Pekerjaan yang menantang, mencakup dukungan untuk
mencapai tingkat yang lebih maju dan sertifikasi serta
keterampilan spesialis dan pemindahan pekerjaan.
5. Promosi, berkaitan erat dengan peningkatan status, perubahan
titel, kewenangan yang lebih banyak dan tanggung jawab yang
besar. dampak yang ditimbulkan apabila tidak
dilaksanakannya jenjang karir perawat di rumah sakit akan
mem-berikan dampak pada tingkat kepuasan perawat di
rumah sakit dan akan mempengaruhi motivasi kerja perawat.
Bahwa terdapat motivasi utama perawat dalam jenjang karir
adalah untuk meningkatkan kompetensi agar terlibat dalam
pembelajaran mandiri maupun pembelajaran formal selama
bekerja sehingga timbul keinginan perawat untuk mengupdate
pengetahuan dengan cara mengikuti seminar, pelatihan
bahkan mendaftar di pas- casarjana. Semakin banyak perawat
yang memiliki kompetensi dengan level tinggi, akan
mempengaruhi kepada kualitas pelayanan.bah-wa
peningkatan jenjang karir ke level tertinggi selain
meningkatkan kualitas pelayanan, juga dapat meningkatkan
pengetahuan, penilaian diri dan kepuasan kerja perawat
(Wilkinson & Hay-ward, 2017).
Saran : Disarankan kepada pihak Manajemen Rumah Sakit,
terutama Kepala Bidang Keperawatan dan jajaran agar
memperhatikan pemerataan perawat berdasarkan jenjang karir.
Hal ini tentu harus dipertimbangkan dari beberapa sisi, antara lain
adalah karakteristik ruangan, tingkat ketergantungan pasien di
ruangan, dan jumlah perawat yang ada. Dalam hal ini pihak RS
juga harus memberikan support dan motivasi agar perawat
meningkatkan karirnya ke jenjang yang lebih tinggi seperti
pemberian reward dan remunerasi sesuai dengan tingkatan
jenjang karir. Hal ini bisa meningkatkan kepuasan kerja perawat
dan akan berdampak kepada kualitas pelayanan perawat
sehingga bisa didapatkan kepuasan pasien yang meningkat.
3.2.6 Ronde Keperawata
PLANNING OF ACTION (POA)
Indikator Penanggung
NO Problem Data TUJUAN Kegiatan
Keberhasilan Jawab
Melakukan sharing dengan Ahmad Nurul
1. Discharge 1. Belum Terselenggaranya
kepala ruangan mengenai program Terlaksanany F
Planing terlaksana discharge planning
discharge planning bahwa perlu a dishcharge
karena
adanya discharge planing. dalam planning di
keterbatasan
masalah mutu pelayanan discharge IGD
waktu perawat
plannig juga merupakan bagian
penting dalam manajemen asuhan
keperawatan. discharge planning telah
menjadi masalah penting dalam
reformasi system perawatan
kesehatan secara global. pelayanan
kesehatan dituntut untuk memiliki
standarkualitas tinggi, tingkat
pemulangan uuntuk setiap pasien
sangatlah bervariasi, dikarenakan
beberapa pasien memiliki kebutuhan
yang kompleks (graham,2016).

Amaliatul Fitri
2. Timbang 1.
F
Terima
Melakukan koordinasi dengan cara Penerapan Imron
3. Metode 1. Model Terselanggaranya
sharing terkait peningkatan MAKP MAKP Bukhori
MAKP MAKPyang MAKP yang
bahwa perlu adanya sebuah Menjadi lebih
digunakan lebih efisien
pelatihan bagi perawat dalam baik
yaitu MAKP
pelaksanaan MAKP untuk
Tim
meningkatkan kinerja perawat.
Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Yulita (2019) Menurut teori
yang dikemukakan Keliat (2005),
penerapan MAKP secara tepat
dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dan kinerja
perawat. Bahwa adanya kesesuaian
teori yang dikemukakan yaitu ketika
MAKP mampu diterapkan dengan
baik, maka kinerja perawat pun akan
baik. Begitu juga sebaliknya, jika
penerapan MAKP kurang maka
kinerja perawat pun akan berkurang.
Oleh karena itu disarankan adanya
peningkatan penerapan MAKP
melalui pelatihan dan evaluasi yang
berkesinambungan untuk
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan
yang profesional.
Memberikan gambaran terkait Tersedianya Ervin
4. Sentralisasi 1. Tidak tersedia Sentralisasi obat
pentingnya depofarmasi khusus IGD depo farmasi fransiska D
obat depofarmasik dilakukan secara
karena IGD merupakan pelayanan dan
husus IGD maksimal
rumah sakit yang memberikan kerjasama
pelayanan pertama pada pasien gawat dengan
darurat yang memerlukan pelayanan bagian
segera, yaitu cepat tepat, dan cermat farmasi
selama 24 jam dengan ancaman
kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan
multidisiplin ilmu (Kemenkes RI, 2010).

5. M1 (Man) 1. Petugas Meningkatkan melakukan koordinasi dengan karu Peningkatan Leny Rizka
kesehatan kualitas SDM mengenai pentingnya jenjang jenjang J
lebih banyak pendidikan sebagai peningkatan pendidikan
D3 pelayanan dan mutu. dan skill
Berdasarkan jurnal bahwa pegawaitercap
Keberhasilan pemberian asuhan ai
keperawatan oleh perawat yang
menempati 1/3 dari keseluruhan
tenaga kesehatan di Indonesia baik
di RS maupun di Pelayanan Primer
ini perlu didukung oleh mekanisme
upaya peningkatan profesionalisme
perawat (Kementrian Kesehatan RI,
2017).
6. Ronde Miftahul
Keperawat Jannah
an

Anda mungkin juga menyukai