Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok
manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalm kepustakaan tentang aliran-aliran
pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno
sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran
klasik, pengaruhnya sampai saat ini dan dua tonggak penting pendidikan di Indonesia.
b. Aliran Nativisme
Menurut Zahara Idris(1992:6) nativisme berasal dari bahasa latin nativus berarti terlahir.
Seseorang berkembang berdasarkan pada apa yang dibawanya sejak lahir. Adapun inti
ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor
pembawaanyang berupa bakat. Aliran ini dikenal juga dengan aliran pesimistik karena
pandangannya yang menyatakan, bahwa orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak
baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik, Begitu pula sebaliknya. Namun
demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan sama sekali tidak berpengaruh terhadap
perkembangan seseorang, sehingga bila pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan
pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya.
c. Aliran Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme (Umar
Tirtarahardja, 2000:197).Lahirnya aliran ini dipelopori oleh J.J Rousseau, yang mengamati
pendidikan. Ditulis dalam bukunya yang berjudul “Emile” menyatakan bahwa anak yang
dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena
campur tangan manusia (masyarakat). Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya
memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya.
Pendidikan sebaiknya diserahkan kepada alam. Oleh karena itu ciri utama aliran ini adalah
bahwa dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar penbawaan
yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.
d. Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Aliran ini semakin dikenal setelah
kedua aliran sebelumnya yakni empirisme dan nativisme tidak lagi banyak memiliki
pengikut. Inti ajaran konvergensi adalah bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau
pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang. Sehubungan dengan hal
itu teori. Konvergensi yang dikemukakan William Stern berpendapat bahwa:
1.Pendidikan memiliki kemungkinan untuk dilaksanakan, dalam arti dijadikan penolong
kepada anak untuk mengembangkan potensi.
2.Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawaan dan lingkungannya.
3.Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, aliran konvergensi dipandang
lebih realistis, sehingga banyak diikuti oleh para pakar pendidikan.
c. Sekolah Kerja
George Kerschensteiner (1854-1932) menulis karangan tentang arbeitsshule. Ia seorang
guru ilmu pasti yang diangkat sebagai inspektur di Munchen. Pada tahun 1898 ia
mengembangkan cita-cita pendidikan, bagi kerschensteiner, tujuan hidup manusia yang
tertinggi adalah mengabdi kepada negara. Berhubungan dengan itu kewajiban sekolah yang
terpenting ialah menyiapkan peserta didik untuk sesuatu pekerjaan. Jadi yang menjadi pusat
tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa mendatang. Melalui bekerja, manusia
menuju ke lingkungan kebudayaan masyarakatnya. Peserta didik bekerja berkelompok sesuai
dengan bagian masing-masing, sehingga menimbulkan tanggung jawab.
d. Pengajaran Proyek
Proyek pengajaran berarti kegiatan, sedangkan belajar mengandung arti kesempatan untuk
memilih, merancang, berlatih, memimpin dan sebagainya. Dalam hal ini penting ialah bahwa
peserta didik telah aktif memecahkan persoalan, maka wataknya akan terbentuk. Demikian
konsep pemikiran WH Kilpatrick di dalam pengajaran proyek.