Anda di halaman 1dari 6

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok
manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalm kepustakaan tentang aliran-aliran
pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno
sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran
klasik, pengaruhnya sampai saat ini dan dua tonggak penting pendidikan di Indonesia.

A. ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN


Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan
pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran


Pendidikan di Indonesia.
a. Aliran Empirisme
Aliran ini dimotori oleh seorang filosof berkebangsaan inggris yang raionalis bernama John
Locke (1632-1704). Aliran ini bertolak dari Lockean tradition yang lebih mengutamakan
perkembangan manusia dari sisi empirikyang secara eksternal dapat diamati dan
mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia (Umar Tirtarahardja,2000:194).
Secara etimologis empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Pokok pikiran
yang dikemukakan oleh aliran ini menyatakan bahwa pwngalaman adalah sumber
pengetahuan, sedangkan pembawaan yang berupa bakat tidak diakuinya.
Menurut aliran empirisme bahwa pada saat manusia dilahirkan sesungguhnya dalam
keadaan kosong bagaikan “tabula rasa” yaitu sebuah meja berlapis lilin yang tidak dapat
ditulis apapun di atasnya. Sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting bahkan
dapat menentukan keberadaan anak. Pendidikan dikatakan “Maha Kuasa” artinya Pendidikan
memiliki kekuasaan dalam menentukan nasib anak. John Locke menganjurkan agar
pendidikan disekolah dilaksanakan berdasarkan atas kemampuan rasio dan bukan perasaan.
Aliran ini meyakini bahwa dengan memberikan pengalaman melalui didikan tertentu kepada
anak, maka akan terwujudlah apa yang diinginkan. Sementara itu pembawaan yang berupa
kemampuan dasar yang dibawa seseorang sejak lahir diabaikan sama sekali. Penganut aliran
ini masih berkeyakinan bahwa manusia dipandang sebagai makhluk yang dapat dimanipulasi
karena keberadaannya yang pasif.

b. Aliran Nativisme
Menurut Zahara Idris(1992:6) nativisme berasal dari bahasa latin nativus berarti terlahir.
Seseorang berkembang berdasarkan pada apa yang dibawanya sejak lahir. Adapun inti
ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor
pembawaanyang berupa bakat. Aliran ini dikenal juga dengan aliran pesimistik karena
pandangannya yang menyatakan, bahwa orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak
baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik, Begitu pula sebaliknya. Namun
demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan sama sekali tidak berpengaruh terhadap
perkembangan seseorang, sehingga bila pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan
pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya.

c. Aliran Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme (Umar
Tirtarahardja, 2000:197).Lahirnya aliran ini dipelopori oleh J.J Rousseau, yang mengamati
pendidikan. Ditulis dalam bukunya yang berjudul “Emile” menyatakan bahwa anak yang
dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena
campur tangan manusia (masyarakat). Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya
memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya.
Pendidikan sebaiknya diserahkan kepada alam. Oleh karena itu ciri utama aliran ini adalah
bahwa dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar penbawaan
yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.

d. Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Aliran ini semakin dikenal setelah
kedua aliran sebelumnya yakni empirisme dan nativisme tidak lagi banyak memiliki
pengikut. Inti ajaran konvergensi adalah bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau
pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang. Sehubungan dengan hal
itu teori. Konvergensi yang dikemukakan William Stern berpendapat bahwa:
1.Pendidikan memiliki kemungkinan untuk dilaksanakan, dalam arti dijadikan penolong
kepada anak untuk mengembangkan potensi.
2.Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawaan dan lingkungannya.
3.Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, aliran konvergensi dipandang
lebih realistis, sehingga banyak diikuti oleh para pakar pendidikan.

e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di


Indonesia
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut
dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun
ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.

2. Gerakan-Gerakan Baru dalam Pedidikan dibagi menjadi 4 yaitu:


a. Pembelajaran Alam Sekitar
Dasar pemikiran yang terkandung di dalam pengajaran alam sekitar adalah peserta didik
akan mendapat kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia kenyataan.
Penjelajahan seseorang dalam menemukan hal-hal baru, baik untuk pengetahuan, olah raga,
maupun rekreasi menjadikan program pendidikan alam sekitar dipandang sangat penting.
Melalui penjelajahan yang dilakukan, maka sekarang peserta didik, akan menghayati secara
langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta
merta memanfaatkan waktu senggangnya. Pendidikan alam sekitar ini mudah dilaksanakan di
segala jenjang pendidikan. Konsekuensinya, dalam persiapan perlu dipikirkan tentang biaya
ketika akan diadakan penjelajahan seperti halnya biaya transportasi, biaya hidup selama
penjelajahan, penginapan dan sebagainya.

b. Pengajaran Pusat Perhatian (Centres D’interet)


Penemuan adalah Ovide Decroly (1871-1923), seorang dokter perancis mendirikan yayasan
untuk anak-anak abnormal yang bertempat dirumahnya pada tahun1901. pada tahun1907
metodenya diterapkan pada anak-anak normal. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian
anak, yang dinamai centres d’interet. Decroly mencari dan menyelidiki naluri anak dalam
pertumbuhannya (secara intrinsik). Naluri yang perlu didapatkan adalah naluri untuk
mempertahankan diri,untuk makan, bermain dan bekerja, dari meniru. Berangkat dari naluri
tersebut selanjutnya disusun pusat perhatian seperti: untuk makan, untuk berlindung,
mempertahankan diri terhadap musuh, dan untuk bekerja. Yang menarik pada pendidikan/
pengajaran Decroly yaitu bahwa anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.

c. Sekolah Kerja
George Kerschensteiner (1854-1932) menulis karangan tentang arbeitsshule. Ia seorang
guru ilmu pasti yang diangkat sebagai inspektur di Munchen. Pada tahun 1898 ia
mengembangkan cita-cita pendidikan, bagi kerschensteiner, tujuan hidup manusia yang
tertinggi adalah mengabdi kepada negara. Berhubungan dengan itu kewajiban sekolah yang
terpenting ialah menyiapkan peserta didik untuk sesuatu pekerjaan. Jadi yang menjadi pusat
tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa mendatang. Melalui bekerja, manusia
menuju ke lingkungan kebudayaan masyarakatnya. Peserta didik bekerja berkelompok sesuai
dengan bagian masing-masing, sehingga menimbulkan tanggung jawab.

d. Pengajaran Proyek
Proyek pengajaran berarti kegiatan, sedangkan belajar mengandung arti kesempatan untuk
memilih, merancang, berlatih, memimpin dan sebagainya. Dalam hal ini penting ialah bahwa
peserta didik telah aktif memecahkan persoalan, maka wataknya akan terbentuk. Demikian
konsep pemikiran WH Kilpatrick di dalam pengajaran proyek.

B. Dua aliran Pokok Pedidikan di Indonesia


Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu dimaksudkan adalah
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran
tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.

a. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa


Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, ada salah seorang putera Indonesia yang
bernama Raden mas Soewardi Soerjaningrat. Ia gemar menulis dengan menggunakan bahasa
Belanda yang halus dan mengandung sindiran terhadap pemerintah Belanda, tulisannya
bejudul “Alks ik een Nederlander was” yang artinya Andai saja saya seorang Belanda. Dari
tulisannya yang dianggap tajam oleh pemerintah Belanda inilah ia dibuang di Negeri
Belanda.
Ketika berada di tempat pembuangan beliau merasa bebas dalam menyatakan pendapat-
pendapatnya, sedang di tanah air sendiri yang dikuasai oleh pemerintah penjajah Belanda
justru kebebasannya terganggu. Dari kecintaannya terhadap pendidikan yang sekaligus
merupakan perwujudan dari cita-citanya, maka pacta tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta
didirikanlah suatu taman kanak-kanak yang diberi nama Taman Indriya. Kemudian
berkembang lagi dan semakin luas hingga seluruh lembaganya diberi nama perguruan
Kebangsaan Taman Siswa.
Pada saat Indonesia merdeka pada tahun 1945, dan dua tahun berikutnya berhasil disusun
dasar-dasar Taman Siswa yang dikenal dengan Panca Darma. Kelima dasar yang dimaksud
adalah:
1.Kemanusiaan
Harus ada cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap seluruh makhluk Allah SWT.
2.Kodrat Hidup
Termasuk Kodrat hidup adalah pembawaan.
3.Kebangsaan
Tidak boleh bersifat chauvinistic ( menyombongkan kehebatan bangsa sendiri) dan tidak
boleh bertentangan dengan kepentingan umum manusia.
4.Kebudayaan
Kebudayaan nasional harus dipelihara. Pendidik harus mengajak peserta didik meresapi jiwa
bangsa yang terwujud dalam kebudayaannya.
5.Kemerdekaan Kebebasan
Ki Hajar Dewantara juga menentukan semboyan bagi kaum pendidik, antara lain: ing
ngarso sung tulodho, artinya jika pendidik berada di muka dia berkewajiban memberi teladan
kepada para peserta didiknya. Ing madya mangun karso artinya: jika di tengah membangun
semangat, berswakarya, dan berkreasi pada peserta didik. Tut wuri handayani artinya jika di
belakang pendidik mengikuti dan mengarahkan peserta didik agar berani berjalan di depan
dan sanggup bertanggung jawab.

Tujuh asas dari taman siswa, yaitu:


1) Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya
persatuan dalam perikehidupan umum.
2) Pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin
dapat memerdekan diri.
3) Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. 4) Pengajaran harus
tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
5) Untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin hendaknya
diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apa pun dan dari siapa pun yang
mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
6) Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai
sendiri segala usaha yang dilakukan.
7) Dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan
segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Tujuan Taman Siswa
- Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
-Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya,
serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung
jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan peserta didik yang
cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siwa
membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-
lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah
melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.

b. Ruang Pedidikan INS di Kayutanam


Sebuah sekolah lain timbul sebagai reaksi terhadap sekolah-sekolah pemerintah Hindia
Belanda yaitu INS ( Indonesiche Nederlansce School) di kayutanam, yaitu suatu kota kecil di
dekat padang panjang Sumatera Barat. Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode
sendiri yang hampir mirip dengan rancangan kerschensteiner dengan arbeitsschulenya.
M. Syafei dengan sekolahnya ingin membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang berani
tegak sendiri, berusaha sendiri, hidup bebas dan tidak tergantung buat seumur hidupnya pada
pemerintah sebagai pegawainya.
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut
-Berpikir logis dan rasional
-Keaktifan atau kegiatan
-Pendidikan masyarakat
-Memperhatikan pembawaan anak
-Menentang intelektualisme
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti: syarat-
syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya.
Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:
-Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
-Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
-Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
-Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
-Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
b. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain
menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan
penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku pelajaran.
c. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan
nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang
persekolahan), dan sejumlah alumni

Sumber : Umar Tirtarahdja. 2005. Pengantar Pendidikan


https://ardabilly9.wordpress.com/aliran-dalam-pendidikan/
https://suharnisihombing.wordpress.com/2012/03/15/pengantar-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai