“Kebaikan Tanpa Allah?" adalah sebuah perjalanan yang penuh kuasa melalui
Kitab Suci, yang akan menantang dan mengubah perspektif Anda tentang apa-
kah makna menjalani hidup yang penuh kebajikan.”
—MARK BATTERSON, penulis terlaris “The Circle Maker” dari New York
Times.
“John Bevere adalah seorang pengajar, pemimpin dan penulis terhormat, dan
terlebih lagi, dia adalah sahabat yang baik dan rekan sekerja kerajaan Allah.
Keinginannya agar setiap manusia hidup bukan sekadar penuh kebajikan
namun penuh dengan kehidupan Allah, akan meneguhkan iman dan menan-
tang Anda agar lebih berani menghadapi segala perkara yang telah Yesus per-
siapkan bagi Anda. Ajaran John dan pernyataan pribadinya akan membuka
wawasan baru tentang kehendak Allah dan rancangan-Nya yang terbaik bagi
masa depan Anda.”
—BRIAN HOUSTON, pendeta senior Hillsong Church.
“Seperti nyala korek api yang memecah kegelapan, John Bevere menerangi jalan
menuju manifestasi hadirat Allah sekaligus mengobarkan gairah yang tak kun-
jung padam dalam diri pembaca, yang hanya dapat dipuaskan oleh hubungan
intim dengan-Nya.”
—BISHOP T. D. JAKES, CEO dari TDJ Enterprise dan penulis terlaris New
York Times.
“Kebaikan Allah ada di sekeliling kita, tetapi apakah kita benar-benar mema-
haminya? Dalam Kebaikan Tanpa Allah?, John Bevere membahas apa makna
bersikap baik dan kaitannya dengan Allah. Selagi Anda membaca buku penting
ini, Anda akan tergugah, tertantang, dan termotivasi untuk mencari kehendak
Allah yang terbaik bagi diri Anda sendiri dan membagikannya dengan orang
lain.”
—CRAIG GROESCHEL, pendeta senior LifeChurch.tv dan penulis From This
Day Forward dan Five Commitments to Fail-Proof Your Marriage.
“Sekali lagi, John Bevere menyampaikan seruan yang sangat mengubah hidup
dan mendorong tubuh Kristus agar bertindak. Dalam buku terbarunya Ke-
baikan Tanpa Allah?, dia menunjukkan kepada para pembaca bagaimana cara
memperoleh hasil yang maksimal dalam hubungan mereka dengan Allah dan
menetapkan standar yang lebih tinggi di seluruh aspek kehidupan mereka.”
—MATTHEW BARNETT, pendeta senior Angelus Temple, Los Angeles, Califor-
nia, dan salah satu pendiri The Dream Center.
“Dalam Kebaikan Tanpa Allah?, John Bevere menantang kita untuk mengkaji
ulang pemahaman kita tentang kebaikan Allah dan mengenali di area mana saja
kita berpijak pada standar kita dan bukan standar-Nya. Dengan pemahaman
Kitab Suci yang tajam dan pengalaman pribadinya di masa-masa rentan, John
menginspirasi para pembacanya untuk menolak tawaran-tawaran kebaikan
palsu yang dunia tawarkan dan menundukkan hati mereka kembali kepada
kekudusan Bapa Surgawi kita yang sempurna. Kebaikan Tanpa Allah? harus
dibaca bagi setiap pengikut Yesus yang menolak untuk bertumpu pada segala
sesuatu selain apa yang terbaik dari TUHAN.”
—CHRIS HODGES, pendeta senior Church of the Highlands dan penulis buku
Fresh Air dan Four Cups.
Good or God?, (Bahasa Indonesia), by John P. Bevere Jr.
Copyright © 2017 Messenger International
www.MessengerInternational.org
Additional resources in Bahasa Indonesia by John & Lisa Bevere are available for
free download at: www.CloudLibrary.org
This resource has been distributed to leaders and emergent leaders FREE OF CHARGE
and is not to be sold. It is a gift from Messenger International, the Ministry of John and Lisa
Bevere.
You are encouraged to duplicate, virally distribute, use extracts or otherwise share
this teaching with others.
Printed in Indonesia.
Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris dengan judul Good or God? oleh John Bevere Jr.
Copyright © 2015 Messenger International
Bahan-bahan pengajaran tambahan dalam bahasa Indonesia dapat diunduh secara gratis
di: www.CloudLibrary.org
Buku ini disebarkan secara CUMA-CUMA kepada para pemimpin Kristen dan calon pemimpin
Kristen yang akan muncul kemudian dan bukan untuk diperjualbelikan.
Ini adalah hadiah dari Messenger International, lembaga pelayanan John dan Lisa Bevere.
Dicetak di Indonesia.
Saya mempersembahkan buku ini untuk putra kami ...
Arden Christopher Bevere
Kamu adalah orang yang rajin, tangguh, lemah lembut, dan bijaksana.
Aku takjub akan sensitivitas yang kamu tunjukkan
terhadap orang-orang yang terluka.
Anakku, aku sangat bangga padamu dan mencintaimu selamanya.
D A F TA R I S I
Pendahuluan 1
Bab 4: Fondasi 55
Catatan 327
K ATA P E N G A NTA R
Untuk istri, anak-anak dan cucuku: kalian masing-masing adalah hadiah dari
Allah dan kalian sudah memberikan kekayaan melimpah dalam hidupku.
Aku mencintai kalian selama-lamanya.
Kepada tim, anggota staf dan sesama mitra di Messenger International:
terima kasih atas dukungan kalian bagi saya dan Lisa. Kami tidak dapat me-
minta lebih banyak teman yang setia dan jujur kepada Allah untuk mengi-
ringi perjalanan kami dalam menjangkau bangsa-bangsa di bumi ini dengan
kemuliaan Injil Yesus Kristus.
Kepada Bruce, Jaylynn, Vincent, Allison, Addison dan Loran: terima
kasih atas ketekunannya dalam menyempurnakan pesan ini dengan ke-
trampilan mengedit kalian. Saya takjub menyaksikan karunia Allah dalam
diri kalian.
Untuk Allan: terima kasih untuk desain sampul yang spektakuler pada
pesan ini. Sangat rapi dan berkelas.
Kepada Addison, Colleen, Esther, Tom, Matt, Arden, Allan, Jaylynn dan
David: terima kasih atas kesediaan kalian membaca pesan ini dalam setiap
tahap penulisannya dan juga masukan yang bijaksana dan dapat diandalkan
pada bagian-bagian yang sulit.
Untuk Tom, Esther, Addison, Austin, dan John: terima kasih atas kon-
tribusi pengetahuan kalian yang hebat dalam mempublikasikan dan mema-
sarkan buku ini.
Untuk Rob dan Vanessa: terima kasih atas kerja keras kalian yang tanpa
kenal lelah untuk menyampaikan pesan ini ke seluruh penjuru dunia.
Kepada Bapa kami, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus: puji syukur
kepada-Mu karena telah menyelamatkan kami seutuhnya dari dosa-dosa
kami, mengangkat kami sebagai anak-anak-Mu, dan memberikan pesan ini
kepada umat-Mu yang terkasih. Segala kemuliaan hanya bagi-Mu.
M E N G E N A I B U K U INI
Kebaikan Tanpa Allah? bisa dibaca mulai dari sampul depan hingga sampul
belakang, sama seperti kebanyakan buku lain. Saya mencantumkan isi tam-
bahan pada akhir buku ini bagi mereka yang ingin menggunakan Kebaikan
Tanpa Allah? sebagai bahan belajar interaktif. Anda dapat menyelesaikan
pelajaran ini sendiri atau dalam kelompok. Pelajaran ini sudah dirancang
sedemikian rupa agar dapat diselesaikan dalam waktu enam minggu, tetapi
tentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda.
Setiap minggu mencakup:
• Pertanyaan untuk diskusi kelompok atau renungan pribadi
• Renungan mingguan yang digabungkan dengan saat teduh pribadi
Anda dengan Allah
• Refleksi: ayat Alkitab untuk direnungkan selama seminggu
• Aplikasi: cara sederhana untuk menerapkan apa yang sudah Anda pe
lajari dalam kehidupan sehari-hari.
Bab-bab dalam buku ini yang sesuai dengan pembahasan tiap minggu
tercantum di atas pada pertanyaan diskusi mingguan.
Jika Anda membaca buku ini sebagai bagian dari kurikulum pembela-
jaran Kebaikan Tanpa Allah?, kami menganjurkan agar Anda menyaksikan
atau mendengarkan sesi pelajaran tiap minggu dan menjawab pertanyaan
dikusi di bagian belakang buku ini dalam kelompok. Kemudian, setiap ang-
gota kelompok diminta membaca bab-bab dan renungan yang sesuai dalam
buku ini sebelum pertemuan berikutnya. Ada satu sesi kurikulum untuk
masing-masing pelajaran setiap minggu.
Selamat membaca!
PEN DAH ULUA N
B elum lama ini saya berbicara via telepon dengan seorang pemimpin
nasional negeri ini yang sangat disegani. Ketika kami mengucapkan
selamat tinggal, tiba-tiba dia berkata, “John, tunggu sebentar. Saya harus
mengatakan sesuatu padamu. Anda sudah menulis banyak buku selama dua
puluh tahun terakhir ini, tetapi sekarang ada satu hal yang harus Anda tulis.
Ini pesan profetik dan tepat pada waktunya bagi gereja; inilah mandat surga
untukmu.”
Setelah dia selesai berbicara, saya bersujud takjub akan hadirat Allah.
Selama beberapa minggu setelah pembicaraan kami di telepon, hasrat yang
luar biasa untuk menulis buku ini tumbuh dalam diri saya.
Pesan ini berpusat pada satu pertanyaan sederhana: apakah kebaikan saja
cukup?
Akhir-akhir ini, istilah good (kebaikan) dan God (Allah) tampaknya sama
artinya. Kita percaya bahwa apa yang biasanya dianggap sebagai kebaikan
pasti sejalan dengan kehendak Allah. Kemurahan hati, kerendahan hati
dan keadilan semuanya baik. Keegoisan, kecongkakan, dan kekejaman ada-
lah jahat. Perbedaan itu kelihatannya cukup jelas. Tetapi apakah semudah
itu membedakannya? Jika kebaikan itu sangat mudah dipahami, mengapa
Ibrani 5:14 mengajarkan bahwa kita harus memiliki pancaindera yang terla-
tih untuk membedakannya?
Rasul Paulus menulis, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan ke-
2 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
pada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Kita tidak dapat membe-
dakan mana yang benar-benar baik dalam kehidupan kita sebelum pikiran
kita diperbarui terlebih dahulu. Tanpa adanya transformasi yang menyertai
pembaruan pikiran kita, kita akan kehilangan kehidupan luar biasa yang
dipenuhi oleh Allah, tersedia bagi kita dalam Kristus.
Sebelum alam semesta dijadikan, Allah telah mengatur sebuah rencana
bagi kehidupan Anda, kehidupan yang melimpah dengan tujuan hidup
yang tergenapi, sukacita luar biasa, dan kepuasan besar. Rancangan dan
rencana-Nya bagi Anda sungguh sempurna dan sangat baik. Tetapi ada ke-
baikan palsu yang dapat menghalangi Anda untuk menerima segala hal yang
terbaik dari Allah.
Sayangnya, banyak di antara kita sudah berpijak pada kepalsuan ini.
Tanpa sadar (dan adakalanya secara sadar) kita menyangkal Allah dalam
mengejar sesuatu yang kelihatannya baik.
Para pemimpin gereja mula-mula telah berulang kali memperingatkan
kita akan tipu muslihat ini (disesatkan berarti percaya bahwa kita sudah
sejalan dengan kebenaran, walaupun sesungguhnya tidak). Yesus sendiri
memperingatkan bahwa tipu daya itu begitu terselubung pada zaman kita
sehingga orang-orang yang terpilih pun dapat tertipu. Bisakah kita meng-
anggap enteng peringatan ini? Bisakah kita mengabaikannya dengan asumsi
bahwa kita jauh lebih bijak dan dapat dengan mudah membedakan mana
yang baik dan yang jahat?
Kabar baiknya adalah bahwa Allah tidak berusaha menyembunyikan
semua kebaikan-Nya dari kita. Dia tidak berupaya untuk menyelubungi
mata kita. Dia berjanji bahwa mereka yang mencari pasti akan mendapat.
Jika kita berkomitmen untuk menempuh segala cara demi mencari kebe-
naran, kita tidak akan terkecoh oleh segala tipu daya. Pertanyaannya adalah,
apakah kita akan berpaling kepada Sumber dari segala kebenaran, ataukah
kita hanya akan puas dengan pengetahuan yang dangkal tentang Allah dan
maksud baik-Nya? Harapan saya, dengan membaca buku ini, Anda akan
membulatkan tekad untuk tidak pernah menerima hal lain selain rencana
Allah yang terbaik bagi Anda.
P E N DA H U LUA N | 3
tikan dan menghargai akhir-akhir kisah seperti ini. Kita mengharapkan ke-
baikan selalu menang karena bukankah Allah berada di pihak yang benar?
Akhir-akhir ini beberapa produser dan jaringan televisi memperkenal-
kan tren baru, yaitu acara realitas yang menayangkan renovasi atau make-
overs. Awalnya dimulai dengan program perbaikan rumah bagi keluarga yang
kurang mampu. Kita duduk terpaku di depan televisi, mengagumi kegem-
biraan dan kemurahan para dermawan yang mengulurkan tangan mereka
bagi orang miskin dan kaum papa. Kita membayangkan keguncangan yang
dirasakan oleh mereka yang menerima bantuan, kemudian terisak di puncak
acara ketika orang-orang tak mampu itu menatap rumah mereka sudah dire-
novasi. Kemudian, muncullah acara lain yang membantu orang-orang “ter-
kucil” yang berjuang melawan obesitas dengan menurunkan berat badan,
dan banyak acara lain yang membantu memperbaiki cara berpakaian, me-
nata rambut, rias wajah, dan lain sebagainya.
Tak lama kemudian, para selebriti juga mengikuti tren ini. Artis-artis
ternama membuka jalan bagi orang-orang yang biasanya tidak memiliki
peluang memamerkan keterampilan vokal atau tarian mereka. Kita berso-
rak-sorai saat menyaksikan kandidat yang sebelumnya tak dikenal menda-
dak mendapat kesempatan menjadi bintang sensasional dalam waktu satu
malam. Alangkah baiknya, sungguh murah hati dan dermawan!
Setiap program yang menonjolkan perbuatan amal, perlindungan ter-
hadap orang-orang tak bersalah, atau pengorbanan waktu demi menolong
mereka yang terkucilkan, makin menumbuhkan popularitas. Termasuk
dalam daftar tontonan realitas ini adalah acara-acara tentang aparat polisi
atau pemburu hadiah yang berhasil membekuk penjahat berbahaya. Semua
ini menjadi acara tontonan yang paling digemari para pemirsa.
Kita bisa menarik kesimpulan bahwa hiburan kita kadang kala berpusat
pada kebaikan umat manusia.
Pelajaran Penjualan dan Pemasaran 101 mengajarkan kepada kita bahwa
sebuah produk harus terasa nyaman, bagus dilihat atau didengar, tercium
atau berbau enak supaya bisa sukses menembus pangsa pasar. Produk terse-
but harus dapat membangkitkan seluruh panca indra atau emosi konsumen
A PA K A H K E BA I K A N I T U? | 7
ke keadaan yang lebih baik atau lebih bahagia. Kita tahu bahwa produk-pro-
duk yang bagus pasti akan laku keras. Lagi pula, siapa yang mau membeli
barang yang jelek? Hanya orang-orang yang abnormal saja yang memiliki
keinginan untuk berbuat jahat.
Kita sering mendengar komentar seperti “pria itu orang baik” atau “wa-
nita itu orang baik,” dan sering kali kita menerima evaluasi ini dari sisi luar
saja. Orang yang lemah segera menanggalkan kewaspadaannya dan mene-
rima setiap komentar atau perbuatan mereka yang dianggap baik itu sebagai
orang-orang yang tidak berbahaya dan dapat dipercaya. Namun apakah pe-
nilaian ini selalu benar?
Mungkinkah terkadang kita terjerumus dalam pemikiran yang meng-
anggap sesuatu yang benar adalah salah atau yang salah adalah benar? Ti-
dakkah semua orang tahu perbedaannya? Dan kita tentu tidak pernah
terjerumus dalam suatu kondisi kepalsuan yang kita menganggap kebenaran
adalah dosa dan dosa adalah kebenaran. Bukankah demikian?
Coba pertimbangkan hal ini. Beberapa abad yang lalu, seorang pemim-
pin muda yang kaya-raya mendatangi Yesus Kristus. Dia adalah orang yang
jujur dan bermoral tinggi. Dia tidak pernah berzina, membunuh, berdusta,
mencuri, atau menipu orang lain dalam transaksi bisnisnya. Dia sangat
menghormati orangtuanya. Dia adalah panutan masyarakat dan bahkan
mungkin dikagumi banyak orang. Dia menghormati Yesus dan menyam-
but-Nya dengan sapaan “Guru yang baik.”
Inilah seorang pemimpin yang berbicara kepada pemimpin lain; seorang
yang baik meminta pertimbangan orang yang baik lainnya. Dia mencari titik
temu dengan seorang Guru terkemuka yang tidak pernah dia jumpai sebe-
lumnya. Mungkin dia berpikir, Jika aku dapat membujuk hati sang Nabi ini
dengan menonjolkan kebaikan-Nya, aku akan meyakinkan Dia agar memberi
jawaban yang memuaskan atas pertanyaanku. Namun, sebelum Yesus men-
dengar pertanyaannya, Dia lebih dulu membalas, “Mengapa kau katakan
aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja” (Markus
10:18).
8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Berita Mengejutkan
yang mungkin paling dikenal dan disayangi banyak orang di muka bumi
ini. Segala sesuatu yang dia perbuat menjadi bahan berita. Istri saya, Lisa,
dan saya mengagumi kegiatan sosial yang dia lakukan dan senang membaca
berbagai artikel tentang dia di majalah maupun surat kabar. Saya dalam po-
sisi yang agak rentan kali ini, tetapi saya bukan hanya menyukai berita ten-
tang dia, tetapi juga senang melihat foto-foto yang menggambarkan tentang
kehidupannya. Singkat kata, saya adalah salah seorang pengagumnya. Setiap
kali cerita tentang dia muncul di berita, saya akan menghentikan kegiatan
saya dan segera memusatkan perhatian.
Berita tentang kematian wanita ini mengguncang hati saya tidak terperi-
kan. Dia seorang istri yang masih muda dan memiliki anak-anak yang masih
kecil, selain kegiatannya sebagai ibu negara yang penuh semangat dan tidak
hanya pandai namun juga cantik rupawan. Dia menggunakan pengaruhnya
yang mendunia untuk melakukan banyak kebaikan bagi anak-anak yatim
piatu dan korban ranjau darat di negara-negara yang penuh konflik. Itu saja
sudah cukup membuat saya sangat terpesona, tetapi kenyataannya masih
banyak lagi sifat menarik dalam dirinya. Dia menyayangi dan sangat peka
terhadap para pengagumnya, selalu menyapa mereka dengan senyuman
tulus atau sambutan hangat lainnya.
Saya sangat terkejut dan tidak mempercayai berita kematiannya. Mana
mungkin dia meninggal? Bagaimana ini bisa terjadi?
Sang tuan rumah mengantarkan saya sampai ke hotel. Hal pertama
yang saya lakukan begitu masuk kamar hotel adalah menghidupkan tele-
visi. Liputan berita tentang kecelakaan itu ada di setiap saluran. Saya tidak
mengerti karena sebagian besar berita itu menggunakan bahasa Swedia, jadi
saya mencari-cari saluran lain sampai akhirnya menemukan CNN dan BBC
Sky News. Saya duduk di tepi ranjang, koper belum sempat saya bongkar,
rasanya tidak percaya.
Banyak liputan berita menyorot ribuan orang yang berkabung di depan
kediaman wanita itu. Berbagai kalangan masyarakat dari segala usia berkum-
pul dan kamera memperlihatkan mereka meletakkan karangan bunga di
10 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
depan pintu gerbang sambil bercucuran air mata. Banyak yang berpelukan
atau berkelompok sambil berdoa. Dunia sangat terguncang.
Selama empat hari berikutnya, tragedi ini diliput di halaman utama
setiap surat kabar di seluruh dunia. Liputan tentang kecelakaan, penyeli-
dikan, reaksi dari keluarga korban, dan upacara pemakaman mendominasi
seluruh media massa. Kepala negara, para pemimpin dunia, dan ratusan se-
lebriti mendatangi upacara pemakaman, dan menjadikan acara itu salah satu
tayangan yang paling banyak disaksikan sepanjang sejarah pertelevisian.
Hari pertama di Stockholm, saya berkabung selama berjam-jam di
kamar hotel, bahkan sangat sulit bagi saya untuk menyiapkan acara kebak-
tian malam itu. Benak saya selalu mengembara tak tentu arah pada berbagai
pertanyaan yang muncul, dan saya berjuang melawan amarah terhadap ke-
jadian konyol yang menyebabkan wanita itu menemui ajalnya. Tetapi, ber-
samaan dengan kepedihan itu, saya merasa ada pikiran lain yang mencoba
menyembul ke permukaan.
Saya mencoba menyingkirkannya, tetapi tidak bisa. Akhirnya, setelah
berjam-jam merasakan adanya pergumulan antara emosi dan roh saya, saya
bertekuk lutut di kaki tempat tidur dan berdoa. “Bapa, saya sedih atas ke-
matian wanita ini. Tetapi dalam hati, saya merasakan ada sesuatu yang tidak
benar. Apa yang terjadi?”
Tak lama kemudian, saya mendengar dalam lubuk hati saya, “Baca
Wahyu pasal delapan belas.” Saya tidak ingat apa yang tertulis dalam Wahyu
pasal 18 karena hingga saat itu, sayangnya, kitab Wahyu belum pernah saya
pelajari secara mendalam. Saya membuka Alkitab dan mulai membaca. Jan-
tung saya berdegup kencang ketika saya sampai pada ayat ke tujuh:
kuat. Dan raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam
kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya...” (Wahyu
18:7-9)
Saya terpaku oleh perkataan yang terdengar jelas di hati saya. Setelah
beberapa saat, saya membuka Alkitab di Kejadian 3 untuk memastikan apa
yang baru saja saya dengar. Dan tentu saja, disitu tertulis:
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan
dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena mem-
beri pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya”
(Kejadian 3:6).
Saya melihat kata-kata baik, sedap, dan menarik hati dan tercengang.
Lalu saya mendengar Roh Allah berkata, “Ada kebaikan yang tidak berasal
dari Aku. Kebaikan yang tidak tunduk kepada-Ku.”
Saya duduk dan merenungkan apa yang baru saja saya dengar dan baca.
Firman Alalh sudah tersingkap dan mengkoreksi saya. Standar kebaikan
yang saya miliki ternyata berbeda dengan standar kebaikan ilahi.
Allah meneruskan berbicara dalam hati saya. Dia menunjukkan
bagaimana sebagian besar orang “baik”, dan terutama orang-orang Kris-
ten, tidak tertarik pada pesta pora cabul, musik gelap dengan lirik penuh
pemberontakan, penyanyi rock yang memamerkan pemujaan Setan dalam
konser-konser mereka, pembunuhan massal, perampokan besar-besaran,
atau perbuatan apa saja yang jelas-jelas bersifat jahat. Kebanyakan orang ter-
tipu dan terpikat untuk melakukan perbuatan atau hal-hal yang tampaknya
benar, baik dan bijaksana tetapi bertentangan dengan hikmat Allah. Kita
tahu bahwa:
“Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”
—Amsal 14:12
Pertama-tama, marilah kita membahas bagian akhir dari ayat ini terlebih
dahulu: “tetapi ujungnya menuju maut.” Banyak orang Kristen tidak mem-
perhatikan kata-kata ini karena mereka berpikir, saya sudah diselamatkan,
menuju surga, dan tidak akan mengecap maut. Dalam benak mereka, per-
A PA K A H K E BA I K A N I T U? | 13
nyataan hanya ini ditujukan kepada orang-orang yang tidak percaya. Tetapi,
marilah kita renungkan lagi tentang apa yang Firman Allah sampaikan di
sini.
Perhatikan kata-kata “menuju maut.” Kitab Suci menulis cukup banyak
tentang jalan kehidupan dan jalan kematian. Allah menyatakan kepada
umat-Nya (bukan kepada orang-orang yang bukan umat kepunyaan-Nya),
“Beginilah firman TUHAN: ‘Sesungguhnya, Aku menghadapkan kepada
kamu jalan kehidupan dan jalan kematian.’” (Yeremia 21:8).
Jalan di sini berarti hikmat yang kita terima. Anda akan melihat banyak
sekali kata ini dalam Kitab Suci. Yesus merangkainya seperti ini: “karena le-
barlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan [maut], dan
banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah
jalan yang menuju kepada kehidupan...” (Matius 7:13-14). Apakah Yesus
hanya menyampaikan tentang kehidupan yang kekal di sini?
Allah menempatkan pohon kehidupan di tengah-tengah taman Eden.
Ini melambangkan jalan kehidupan Allah, hikmat-Nya. Pohon lain yang
ada di tengah-tengah taman itu adalah pohon pengetahuan tentang yang
baik dan yang jahat. Pohon ini merupakan representasi dari jalan kematian;
atau melambangkan hikmat manusia selain dari Allah. Memakan buah itu
tidak hanya memengaruhi kehidupan Adam dan Hawa di kehidupan selan-
jutnya; tetapi memengaruhi kehidupan mereka seketika itu juga. Sebelum
melakukan tindakan bodoh itu, mereka bebas, produktif, sehat, dan ber-
hasil dalam segala hal yang mereka ingin kerjakan. Tetapi setelah mereka
makan dari pohon terlarang itu, hidup mereka menjadi susah. Mereka ter-
timpa penyakit, hidup berkekurangan, pekerjaan yang membuat stress, dan
berbagai kesusahan yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Mereka
telah memasuki jalan kematian.
Namun, ingatlah bahwa Allah adalah Penebus. Dia sudah berencana
untuk mengembalikan apa yang telah hilang oleh karena manusia. Dia
membuat suatu perjanjian untuk mengembalikan jalan kehidupan. Hik-
mat-Nya sekali lagi akan mendatangkan kebahagiaan sejati, kehidupan yang
menyenangkan, kedamaian, kelimpahan, dan banyak keuntungan lainnya:
14 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
... Banyak yang harus kami katakan... karena kamu telah lamban dalam
hal mendengarkan. Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu,
sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan
A PA K A H K E BA I K A N I T U? | 15
sambil berkata bahwa kepentingannya jelas bukan dari Allah (lihat Matius
16:21-23). Ini hanyalah satu dari sekian banyak contoh dalam Alkitab yang
dapat saya berikan untuk menjelaskan bagaimana kebaikan dan kejahatan
itu tidak jelas terlihat dengan kasat mata.
Salomo pernah berdoa, “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati
yang faham menimbang perkara... dengan dapat membedakan antara yang
baik dan yang jahat...” (1 Raja-Raja 3:9). Dibutuhkan hati yang sudah
beroleh hikmat, yang terlatih, agar dapat membedakan mana yang Allah
sebut baik dan jahat. Hawa sangatlah sempurna dalam segala hal, dan di
taman tempat dia tinggal, hadirat Allah begitu kuat dan berkuasa. Namun
apa yang dia sangka baik, sedap dipandang, dan menguntungkan, ternyata
jahat dan berakibat buruk bagi kehidupannya. Dia tertipu dan menderita
karena perbuatannya itu.
Hal tersebut mengantar kita pada tujuan buku ini yaitu: untuk mene-
rangkan, baik melalui Kitab Suci maupun pertolongan Roh Kudus, per-
bedaan antara yang baik dalam kehidupan Anda dan mana yang akhirnya
mencelakakan. Jika Hawa saja mudah tertipu, bagaimana dengan kita yang
berpikiran tidak sempurna dan hidup di dunia yang sudah rusak—dengan
masyarakat yang sudah bobrok—yang akan mudah terkecoh untuk menilai
sesuatu yang merusak namun ternyata baik?
2
H ari itu di Swedia, saya duduk terpaku di kamar hotel, emosi saya
bergejolak. Saya tercengang oleh respons ilahi terhadap kesedihan saya
karena kematian selebriti itu, tetapi saya merasa gelisah. Saya bingung dan
pikiran saya dipenuhi tanda tanya. Saya sudah melayani selama bertahun-ta-
hun, sudah menulis banyak buku, dan mengajar banyak orang percaya di
setiap benua (kecuali Antartika), tetapi kebodohan saya tentang kebaikan
sejati baru saja terkuak.
Pertanyaan-pertanyaan paling dominan yang muncul di benak saya ada-
lah: Apa saja yang saya kira baik ternyata tidak baik di mata Allah? dan, yang
tak kalah pentingnya, Apakah konsekuensinya?
18 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Awalnya, Allah menciptakan dunia yang sempurna, indah, tak bercela, dan
melimpah dengan sumber-sumber kekayaan dan segala macam hal yang be-
gitu menyukakan hati. Allah tidak hanya menciptakan beberapa jenis bina-
tang, tanaman atau pemandangan alam. Dia merancang dan menciptakan
lebih dari satu juta makhluk hidup, lebih dari dua ratus lima puluh ribu
jenis tanaman, lebih dari seratus ribu jenis pohon, dan berbagai macam jenis
bebatuan, tanah dan sumber alam. Bumi ini adalah sebuah karya agung.
Beribu-ribu tahun kemudian, para ilmuwan masih saja mempelajarinya dan
terheran-heran akan kerumitannya. Mereka belum dapat menguasai pema-
BAG A I M A N A T E R JA D I N YA? | 19
haman tentang dunia kita sepenuhnya dan bahkan mungkin tak akan per-
nah bisa.
Allah merancang dan menciptakan semuanya ini hanya untuk objek
kasih-Nya: manusia. Dan walaupun planet ini luar biasa memukau, sang
Pencipta masih mengerjakan lebih banyak lagi. Dia membuat—bukan men-
ciptakan—sebuah taman yang menakjubkan di muka bumi ini.
Saya sangat menyukai pemandangan alam dan taman. Sejujurnya, saya
tidak suka berkebun—Anda boleh menanyakan hal ini pada Lisa. Dia akan
cemberut saat menceritakan kebencian saya tentang berkebun. Tetapi saya
senang duduk-duduk atau berjalan-jalan di taman yang tertata rapi, perke-
bunan, ladang anggur, atau di tengah hutan. Saya mengagumi warna-warni,
aroma, tanah, dan berbagai jenis pohon dan tanaman.
Baru-baru ini saya diundang untuk berbicara di Kontanz, Jerman, se-
buah kota di tepi danau yang bernama sama. Danau Konstanz adalah danau
yang terbesar di Jerman karena menerima aliran es dan salju yang mencair
dari pegunungan Alpen. Saya bersama dengan Lisa mengunjungi teman
dekat kami di sana yang juga pendeta, Freimut (nama Jerman yang bagus)
dan istrinya, Joanna.
Kami memiliki waktu luang dua hari selama perjalanan ini, dan tuan
rumah kami dengan senang hati menawarkan berbagai macam kegiatan
mengasyikkan untuk mengisi waktu luang. Kami menemukan banyak sekali
kegiatan yang dapat dilakukan di Konstanz, namun satu hal yang paling saya
inginkan tidak ditawarkan.
Berlokasi di tengah-tengah danau Konstanz terdapat sebuah tempat
yang diberi nama Pulau Bunga. Nama sebenarnya adalah Mainau, tetapi
Pulau Bunga lebih sesuai karena seluruh pulau ini adalah sebuah taman yang
indah. Saya ingin berjalan-jalan menelusuri taman itu tetapi akan makan
waktu sehari penuh untuk melihat-lihat seluruhnya.
Lisa, Joanna dan Freimut awalnya mengira saya hanya bergurau ketika
saya mengajak mereka mengunjungi pulau itu. Lagi pula, siapa yang akan
mengira jika seorang pria yang senang berolah raga dan kegiatan kompetitif
akan menyukai aktivitas yang membosankan seperti berjalan-jalan di taman
20 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
“‘Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan
dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.’” (Kejadian 2:23).
Penolong yang sepadan bagi manusia itu adalah perempuan. Mereka sa-
ling melengkapi dan mengisi. Keduanya sama-sama diberi tugas untuk men-
jaga dan merawat planet ini, dan yang lebih utama lagi, merawat taman itu.
Sebelum Hawa dibentuk dari Adam, Allah sudah memberikan perin-
tah yang jelas: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya
dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat
itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya,
pastilah engkau mati” (Kejadian 2:16-17).
Kita tidak tahu waktu kejadian yang tercatat berikutnya. Bisa saja ini
terjadi setelah beberapa minggu, tahun, dekade, atau bahkan lebih lama lagi.
Tetapi tibalah hari ketika ular yang lebih licik dari semua binatang menjadi-
kan Hawa target dan mempersoalkan perintah Allah.
(Bagaimana ular bisa berbicara? Secara pribadi saya percaya bahwa sebe-
lum kejatuhan manusia, binatang bisa berkomunikasi dengan manusia. Ini
22 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
menjelaskan mengapa kita tidak melihat Hawa merasa takut atau terkejut
saat ular mendekatinya. Pengetahuan akan binatang yang dapat berbicara ini
pasti diwariskan secara turun-temurun, karena waktu keledai Bileam berbi-
cara, kejadian itu juga tidak mengejutkan Bileam; lihat Bilangan 22:21-35.
Dia terus saja berbicara dengan hewan pengangkut bebannya tanpa menun-
jukkan rasa terkejut atau lengah).
Saya akan menulis ulang tujuan penelitian kita sehubungan dengan apa yang
terjadi di taman Eden. Kita berusaha mencari tahu bagaimana ular yang
dirasuki iblis itu dapat membujuk Hawa untuk menentang Allah di sebuah
lingkungan yang begitu sempurna. Mari kita mengkaji pendekatan iblis:
“Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi ten-
tang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman:
Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”
(Kejadian 3:2-3).
ngan mudah menipu mereka yang hanya memiliki pengetahuan yang diceri-
takan orang lain.
Kita mendapat pengetahuan yang dinyatakan ini melalui berbagai
macam cara. Yaitu ketika kita membaca Kitab Suci atau buku inspirasi, saat
menenangkan diri dan berdoa, mendengarkan pendeta kita berkhotbah;
mendapat penglihatan seperti yang terjadi dengan Petrus di atap rumah
(baca Kisah Para Rasul 10:9-16) atau sederhana saja dengan menerima Fir-
man Allah yang dinyatakan oleh Roh Kudus dalam hati kita. Sulit untuk me-
maparkan garis besarnya bagaimana hal itu bisa terjadi. Kadang kala Anda
dapat mendengar bisikan pelan dan tenang dalam hati Anda. Anda bisa saja
tahu karena pernyataan itu tiba-tiba muncul dalam jiwa Anda. Di waktu
lain, jantung Anda berdebar-debar dan Anda dapat merasakan hadirat Allah
ketika sedang membaca Kitab Suci. Bagaimanapun caranya, intinya Anda
tahu bahwa Anda sudah mendengar dari Allah, dan pengetahuan yang di-
nyatakan ini tidak dapat diambil dari Anda.
Di sisi lain, pengetahuan yang diceritakan hanya berasal dari men-
dengarkan atau membaca perkataan orang lain tentang apa yang Allah nya-
takan kepada mereka. Walaupun pengetahuan ini mungkin benar, tetapi
apabila Roh Kudus tidak menyatakannya dalam hati Anda, maka bisa de-
ngan mudah diputarbalikkan.
Contohnya, saya mendengar banyak orang memamerkan pengetahuan
mereka tentang Alkitab: “John, kamu tahu bahwa uang adalah akar dari
segala kejahatan.” Teman-teman yang salah pengertian ini pernah membaca
—atau pernah mendengar kutipan seorang pendeta—dari 1 Timotius 6:10
yang berbunyi “Cinta uang adalah akar dari segala kejahatan.”
Uang hanyalah sekadar alat. Itu saja. Anda bisa menyalahgunakan alat
ini, atau menggunakannya dengan benar. Senapan adalah sebuah alat. Di
tangan seorang pencuri, senapan akan disalahgunakan dalam perampokan.
Namun, di tangan seorang aparat polisi, senapan bisa digunakan untuk
mencegah seseorang untuk memerkosa atau membunuh seorang wanita.
Senapan itu sama, dan tidak ada sifat-sifat baik atau jahat yang melekat
padanya. Sama halnya dengan uang yang sekadar alat, dan bukan akar dari
26 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
segala kejahatan. Kecintaan akan uang yang menjadikannya akar dari segala
kejahatan.
Orang-orang yang berkomentar keliru itu memiliki pengetahuan yang
diceritakan dan bukan pengetahuan yang dinyatakan. Menurut pengalaman
saya, pengetahuan yang diceritakan kadang kala lebih berbahaya daripada
ketidaktahuan.
Perkataan Hawa yang menjelaskan perintah Allah agar jangan meraba
buah dari pohon itu menunjukkan bahwa dia hanya memiliki pengetahuan
yang diceritakan. Kenyataannya hadirat Allah ada di taman itu. Dia ber-
jalan-jalan dengan Adam dan Hawa, kemungkinan besar setiap hari (lihat
Kejadian 3:8). Bisa saja Adam membagikan perintah Allah kepada istrinya,
tetapi hal yang mungkin tidak dilakukan Hawa adalah tidak langsung ber-
tanya kepada Penciptanya tentang hal yang pernah disampaikan itu.
Orang yang mencari Allah sudah seharusnya memiliki karakter yang
berhasrat untuk menggali lebih dalam lagi agar dapat mengenal dan me-
ngerti Allah. Ketahuilah apa yang dilakukan orang-orang Berea ketika Pau-
lus memberitakan kabar baik dari surga:
“Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-
orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu den-
gan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci
untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian” (Kisah Para
Rasul 17:11).
Fase Kedua
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan
dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena mem-
beri pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya (Ke-
jadian 3:6).
Hawa melihat bahwa pohon itu baik, sedap, dan akan memberinya pe-
ngertian. Semua ini adalah hal-hal yang diidamkan dan menguntungkan.
Saat Hawa memandang pohon itu, pikirannya mulai menuju ke arah
baru: Tunggu sebentar. Ada sesuatu yang baik dan menguntungkan pada
pohon itu, dan Allah melarangnya. Saya dan suami saya bisa mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Kami bisa menjadi lebih bijaksana dan lebih ba-
BAG A I M A N A T E R JA D I N YA? | 29
hagia, tetapi hal itu disembunyikan. Saya kira Sang Pencipta mengasihi kami
dan sangat murah hati, tetapi ternyata Dia pendusta. Dia menyembunyikan
sesuatu yang baik dari kami.
Setiap detik pikiran itu merasuki Hawa, hasratnya untuk memakan
buah itu menjadi semakin kuat. Hasratnya logis semakin dia berpikir bahwa
ada sesuatu yang baik baginya pada pohon itu.
Taktik jitu si ular adalah untuk menodai karakter Allah di mata Hawa.
Jika dia berhasil, dia bisa menghasut Hawa agar melawan Allah. Mengapa?
Karena kuasa Allah dibuktikan dan diteguhkan oleh karakter-Nya.
Raja Daud pernah menulis, “Keadilan dan hukum adalah tumpuan
takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu” (Mazmur 89:14).
Sebagai seorang raja, Daud memahami bahwa sifat-sifat ini adalah dasar ke-
langgengan seorang pemimpin. Jika seorang raja jujur, adil dan bijaksana,
takhtanya tidak akan pernah berakhir. Sebaliknya jika seorang penguasa me-
nipu dan tidak adil, takhtanya tidak akan bertahan lama.
Karakter Allah adalah sempurna, tetapi si ular mencoba untuk membu-
juk Hawa agar berpikir lain. Iblis mencoba merusak bukti itu. Pohon itu ke-
lihatan baik dan sedap dipandang mata. Kelihatannya bisa membuat orang
menjadi bijaksana, tetapi apa yang kelihatannya baik bisa saja memperda-
yakan. Oleh sebab itu, seperti kita tahu, “sebab kami tidak memperhatikan
yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan” (2 Korintus 4:18). Yang tidak
kelihatan adalah Firman Allah. Firman-Nya adil dan benar.
Janganlah Sesat
Ular membuat Hawa percaya bahwa ada sesuatu yang baik baginya yang
Allah sembunyikan. Jika cara ini berhasil dilaksanakan di lingkungan alam
yang sempurna, dengan seorang perempuan yang tidak pernah disiksa, di-
sakiti atau dilecehkan sebelumnya, bukankah musuh kita pasti jauh lebih
mudah untuk melakukan hal ini di dunia yang sudah jatuh dalam dosa,
penuh dengan kekerasan, kebusukan, penyimpangan dan tipu muslihat?
Karena itu, kita sudah diperingatkan dengan tegas oleh Yakobus:
Saya sering mengatakan, hanya ada satu perkara dalam tipu muslihat:
yaitu menjerat! Orang yang tertipu percaya sepenuhnya bahwa dia benar,
cermat, dan berada di pihak kebenaran. Namun kenyataannya, dia salah,
tidak cermat, dan tidak berada di pihak kebenaran. Sungguh mengerikan!
Hawa sudah tertipu dan kemudian jatuh dalam dosa. Yakobus tidak
ingin kita terperangkap dalam hal yang sama. Jadi marilah kita meneliti
seluruh kalimatnya:
banyak orang—dan daftar panjang ini terus berlanjut. Jika kebaikan ini berla-
wanan dengan hikmat (atau Firman) Allah, maka akhirnya akan merusak dan
menimbulkan kesengsaraan bagi hidup Anda.
Hawa sangat percaya bahwa dia mengambil keputusan yang bijaksana
—pilihan yang baik, yang akan memperbarui kehidupan dia dan suaminya.
Kenyataannya tidak demikian. Apabila setelah beribu-ribu tahun kemudian,
Anda berpikir bahwa hikmat Anda tentang apa yang kelihatannya baik lebih
bermanfaat daripada hikmat Allah, Anda sama-sama tertipu seperti Hawa,
dan Anda akan jatuh dalam kesengsaraan.
Saya paham, Anda mungkin berpikir bahwa saya berpikiran negatif atau
picik, tetapi saya tidak bermaksud demikian. Saya hanya ingin memper-
ingatkan Anda. Buku ini dipenuhi petunjuk tentang bagaimana Anda dapat
mengenali apa yang benar-benar baik bagi kehidupan, pelayanan, bisnis,
hubungan, dan semua aspek kehidupan Anda lainnya. Namun, untuk me-
nyampaikan pesan Yesus Kristus seutuhnya, saya harus memperingatkan dan
mengajarkan. Paulus menekankan ini dalam tulisannya:
Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan
tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin ti-
ap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus (Kolose 1:28).
Anda dan saya tidak akan bisa menjadi dewasa tanpa menerima berbagai
peringatan dan petunjuk. Saya menggambarkannya seperti ini. Setiap kali
Anda membeli perangkat, peralatan atau perabot elektronik baru, Anda pasti
akan membaca tulisan “Peringatan: Harap Baca Sebelum Menggunakan”
di halaman pertama atau kedua dalam buku petunjuk manual. Produsen
alat tersebut akan memaparkan sejumlah daftar peringatan tentang apa
yang harus Anda lakukan—atau lebih sering, jangan dilakukan—terhadap
perangkat itu. Peringatan ini dicantumkan untuk menjelaskan supaya tidak
membahayakan Anda atau alat yang Anda beli. Anda akan dapat menggu-
nakan alat itu selama bertahun-tahun jika Anda tidak melanggar peringatan
tersebut. Namun jika produsen tidak memberikan peringatan lebih dahulu,
32 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
tidak ada. Jika Anda mempercayai hal ini, marilah kita melangkah maju
untuk mempelajari perbedaan antara kebaikan dan kebijakan Allah.
3
STA NDAR K EB AI K AN
UNI VERSA L
“Semua firman Allah adalah murni.”
—A MSAL 30:5
D alam buku ini, saya akan membahas tiga aspek dari konsep kebaikan.
Yang pertama adalah sasaran utama pada hubungan inti kita dengan
Allah; kedua: karakter dan perilaku kita; ketiga, rencana dan strategi kita.
Semuanya saling terkait karena aspek yang pertama merupakan fondasi kita,
yang kedua mengikat kehidupan kita seluruhnya dan yang ketiga merupa-
kan bangunan kehidupan kita. Jika aspek yang pertama dan kedua kuat,
maka kerja keras kita akan menjadi maksimal dan bertahan lama. Jika salah
satunya bermasalah, kerja keras kita akan mengalami banyak rintangan dan
musnah dalam sekejap.
Saya teringat membangun rumah pertama kami seperti baru saja terjadi
kemarin. Seluruh proses dari awal hingga akhir sangat menakjubkan bagi
saya dan Lisa. Begitu konstruksi dimulai, kami mengunjungi lokasi proyek
untuk memeriksa progresnya setiap hari.
36 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Inilah yang ingin saya tekankan: apabila dua fase awal pembangunan
rumah kami—fase fondasi dan rangka bangunan—tidak dikerjakan de-
ngan benar, fase berikutnya akan bermasalah, bisa segera terjadi, atau se-
perti halnya rumah teman kami, baru akan muncul selang beberapa waktu
kemudian.
Sama halnya dengan buku ini. Aspek terakhir dari buku ini—yaitu
tentang rencana dan strategi masa depan—adalah topik pembicaraan yang
paling menarik. Hal ini berkaitan dengan semua keputusan yang kita buat
dalam bisnis, pelayanan maupun rencana hidup kita.
Ada banyak pilihan yang kita hadapi dalam semua aspek tersebut yang
sekilas kelihatannya baik; namun kemungkinan besar, bukanlah pilihan
Allah yang terbaik. Apabila kita memilih jalan ini, kita tidak akan dapat
mencapai potensi maksimal. Inilah satu kebenaran yang tidak dapat di-
pungkiri: “[Tuhan] tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak
bercela” (Mazmur 84:12). Allah menghendaki kebaikan bagi Anda dan ke-
baikan-Nya selalu luar biasa.
Kita akan membahas hal ini nanti, tetapi sama halnya dengan pekerja
bangunan yang harus berkonsentrasi penuh saat mengerjakan tahap-tahap
awal konstruksi rumah kami, di awal buku ini kita harus meletakkan fondasi
dan mendirikan rangka terlebih dahulu.
Mendefinisikan Kebaikan
Mari kita mencermati kata baik. Kata Ibrani untuk baik adalah tob. Be-
berapa definisi yang ditemukan dalam The Complete Word Study Dictionary
yaitu: “menjadi bahagia, berkenan, melakukan yang baik, benar.” The New
International Encyclopedia of Bible Words menjelaskannya lebih mendalam
dengan menyatakan:
“Kata yang sederhana ini menjelaskan arti “baik” dalam arti seluas
mungkin. Termasuk di dalamnya adalah sesuatu yang indah, sesuatu
38 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Kata kuncinya adalah evaluasi atau penilaian. Adam dan Hawa memi-
lih untuk menilai apa yang baik dan berkenan selain dari kebijaksanaan
Allah. Mereka membuat penilaian menurut standar yang berbeda: standar
mereka sendiri. Inilah yang menjadi akar kejahatan antara manusia dengan
Penciptanya sejak itu. Walaupun bentuk dan wujudnya berbeda, namun se-
lalu berujung pada motif yang melandasi: “Saya lebih tahu apa yang benar
bagi hidup saya dan saya tidak perlu pendapat orang lain.” Tetapi Allah me-
nyatakan, “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut”
(Amsal 16:25).
Di pasal pertama, saya mengutip perkataan yang sama juga, tetapi ayat
tersebut diambil dari Amsal 14:12. Bukan sebuah kebetulan kalau per-
STA N DA R K E BA I K A N U N I V E R S A L | 39
nyataan ini diulangi. Tiap kali ada pernyataan yang diulang dalam Firman
Allah, itu berarti penekanan. Kita harus selalu ingat bahwa ada hal-hal yang
lebih penting bagi Allah daripada yang lain (lihat Matius 23:23). Ketika
pengulangan suatu pernyataan terjadi, kita harus memperhatikannya de-
ngan lebih saksama lagi. Dalam hal ini, pernyataan tersebut merupakan pe-
ringatan yang lebih keras.
Allah tahu betapa mudahnya perbedaan antara kebaikan dan kejahatan
dapat tersamarkan. Jika ini bisa terjadi di Taman Eden, bukankah akan lebih
mudah lagi terjadi di zaman sekarang? Allah memperingatkan bahwa ada
beberapa cara—pola perilaku, cara berpikir, kepercayaan, kebiasaan, bahkan
tradisi—yang kelihatannya masuk akal menurut penilaian kita namun ak-
hirnya terbukti salah dalam struktur kehidupan kita, dan dengan berjalan-
nya waktu, berakibat fatal. Akibatnya mungkin baru akan terlihat selang
beberapa bulan atau bertahun-tahun kemudian, bahkan mungkin tidak
akan muncul sampai hari penghakiman. Paulus berkata, “Dosa beberapa
orang mencolok, seakan-akan mendahului mereka ke pengadilan, tetapi
dosa beberapa orang lagi baru menjadi nyata kemudian” (1 Timotius 5:24).
Saya tidak tahu bagaimana dengan saudara, tetapi bagian kedua ayat itu
membuat saya gemetar. Bukan berarti pernyataan itu membuat saya keta-
kutan akan Allah, tetapi membuat saya takut menjauh dari-Nya.
Pertanyaan intinya adalah: apakah saya sungguh-sungguh meyakini
bahwa hikmat Allah adalah sempurna dan mempercayai Dia atas segala se-
suatu yang terbaik bagi kehidupan saya? Semua manusia harus menentukan
jawaban atas pertanyaan ini dalam hati mereka masing-masing. Keyakinan
mendasar ini tidak dapat berubah dari satu hal ke hal lain. Apakah hikmat
Allah benar-benar yang terbaik dalam segala hal, ataukah bercacat, maka kita
lebih baik membuat keputusan kita sendiri tanpa bergantung kepada-Nya.
Jadi apakah standar kebaikan yang seharusnya kita percayai? Manakah
yang menuntun kepada jalan kehidupan? Rasul Paulus mengatakan:
40 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
daripada Hawa dalam hal memahami kebenaran dan tetap berada di jalan
kebenaran?
Segala tulisan yang diilhamkan Allah. Tidak ada perkecualian atau makna
yang tersembunyi dalam pernyataan ini; artinya semua atau kemungkinan
tidak sama sekali. Jika semua Kitab Suci tidak diilhami, kita memiliki pan-
duan yang bercacat.
Marilah kita mengulas beberapa fakta tentang Alkitab. Alkitab terdiri dari 66
kitab, ditulis dalam beberapa bahasa selama kurun waktu kurang lebih 1500
tahun oleh lebih dari 40 orang dari tiga benua (Afrika, Asia dan Eropa).
Orang-orang yang menulis kitab ini memiliki latar belakang, pekerjaan
dan perspektif yang sangat berbeda. Mereka adalah para nelayan, gembala,
tentara, raja, juru minuman raja, dokter medis, pemungut cukai, pembuat
tenda, dan lain sebagainya. Beberapa orang menulis dari dalam penjara, se-
mentara yang lain menulis dalam istana.
Meskipun tulisan orang-orang ini mencakup banyak sekali topik, ada
kesatuan yang sungguh menakjubkan dapat ditemukan dalam kitab yang
berbeda-beda ini—tetapi tentunya bukan suatu kebetulan. Tema sentral
dari semua tulisan ini adalah: penderitaan akibat dosa manusia, akibat ter-
pisahnya manusia dengan Penciptanya; ketidakmampuan manusia untuk
memperbaiki hubungan mereka dengan Allah, dan jawaban ilahi akan per-
lunya seorang Juru Selamat, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Tema ini terjalin
secara konsisten mulai dari kitab Kejadian hingga Wahyu.
Sungguh kenyataan yang sangat luar biasa karena penulis-penulis Al-
kitab itu tidak mungkin (dan tidak dapat) berkumpul bersama untuk me-
rundingkan apa yang akan mereka tulis! Tidak ada orang ataupun komite
yang mengawasi atau mengarahkan proses penulisannya. Hanya Allah saja
yang mengaturnya. Karena Kitab Suci ditulis dalam jangka waktu yang
lama, kebanyakan penulisnya tidak mengenal satu sama lain dan bahkan
tidak hidup di era yang sama. Kitab-kitab baru ditambahkan ke dalam
42 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
koleksi yang sudah ada selama periode 1500 tahun. (Berhentilah sejenak
dan pikirkanlah kejadian 1500 tahun silam. Jangka waktunya melampaui
masa terbentuknya kerajaan Inggris. Sungguh mengejutkan!)
Sekarang, setelah beberapa generasi kemudian, sulit membayangkan
bahwa Alkitab yang kita baca dalam bentuk sebuah kitab, ditulis oleh orang-
orang yang tidak memiliki pengetahuan secara eksplisit akan struktur secara
keseluruhan. Tugas mereka dapat diumpamakan seperti orang-orang yang
berbeda dari berbagai generasi dan budaya yang menulis bab-bab yang ber-
beda dalam sebuah novel, dan tak seorang pun dari mereka dapat mengeta-
hui garis besar atau alur ceritanya. Adanya kesatuan yang terjalin dalam kitab
ini membuktikan benih ilahinya. Seperti halnya sebuah simponi, setiap ba-
gian dari Alkitab memberikan kontribusi harmonis secara keseluruhan de-
ngan musik orkestra hasil gubahan Allah.
Hanya dengan memahami ini saja sudah cukup untuk membuktikan
inspirasi ilahi dari Kitab Suci. Tetapi, marilah kita meninjau lebih dalam
lagi dengan membahas kebenaran yang ditulis oleh berbagai penulis yang
berbeda ini.
Banyak nubuat yang memprediksi kedatangan Mesias ditulis dalam
beberapa kitab Perjanjian Lama selama ratusan atau bahkan ribuan tahun
sebelum kelahiran Yesus. Banyak pakar Alkitab sependapat bahwa ada lebih
dari tiga ratus nubuat dalam Perjanjian Lama. Setelah Yesus Kristus datang
ke dunia, Dia menyatakan kepada Bapa-Nya, “Sungguh, Aku datang; dalam
gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya
Allah-Ku” (Ibrani 10:7). Dan kepada orang-orang Yesus berkata, “Kitab-ki-
tab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku” (Yohanes 5:39).
Penggenapan semua tulisan nubuat tentang Yesus ini adalah bukti
menakjubkan akan inspirasi ilahi dalam Kitab Suci. Penolakan terhadap ke-
simpulan ini sering kali adalah menyatakan bahwa Anda dapat menemukan
sosok bersejarah lain yang bisa menggenapi nubuat tentang Mesias. Hal ini
benar, orang lain mungkin bisa menggenapi satu, dua atau bahkan bebe-
rapa nubuat. Namun, untuk menemukan seseorang yang dapat menggenapi
semuanya sangatlah mustahil.
STA N DA R K E BA I K A N U N I V E R S A L | 43
Pada pertengahan tahun 1900-an, seorang profesor sains yang bernama Peter
Stoner mempublikasikan sebuah buku berjudul Science Speaks (Sains Berbi-
cara). Dalam tulisannya, dia membahas beberapa nubuatan tentang Kristus
dari segi ilmu probabilitas. Mengenai temuannya, H. Harold Hatzler, PhD,
menulis Kata Pengantar berikut ini dalam Science Speaks:
Peluang bagi satu orang untuk menggenapi enam belas nubuat tersebut
adalah ... 1 dalam 1045.5
1.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000
Stoner memberikan ilustrasi probabilitas ini dan sekali lagi saya akan
menguraikannya. Jika kita menggantikan angka ini dengan uang dolar
perak, bumi akan terlalu kecil untuk menampungnya. Kita harus mencam-
pur aduk semuanya sehingga menjadi satu bola padat. Bola atau bulatan ini
memiliki diameter enam puluh kali lebih besar dari jarak antara bumi dan
matahari—yaitu 5,5 triliun mil!
Saya akan membantu menjelaskan agar Anda lebih memahami seberapa
besar bulatan ini. Saya sering naik pesawat terbang ke negara-negara lain
untuk memberitakan Firman Allah. Yang mencengangkan, sekarang kita
bisa terbang nonstop ke belahan dunia lain hanya dalam waktu dua puluh
empat jam. Murid-murid Yesus akan sangat senang jika hidup di zaman ini!
Namun, seandainya kita ingin terbang mengelilingi bulatan uang logam kita
dengan pesawat jet, kita tidak akan dapat melakukannya, karena belum ada
seorang pun di zaman sekarang yang dapat hidup selama itu. Dibutuhkan
waktu lebih dari empat ratus tahun untuk terbang nonstop mengelilingi
bola dolar perak itu! Seandainya kita mulai terbang pada hari ketika para
Peziarah pertama kali mendarat di Plymouth, Massachusetts, pada tahun
1620 M, kita masih belum selesai mengelilingi bola uang dolar perak itu!
Kita juga harus ingat bahwa ini berbeda dari contoh sebelumnya—uang
dolar perak yang menutupi negara bagian Texas dengan kedalaman dua
kaki. Tidak, seluruh bulatan itu terdiri dari uang perak.
Bayangkan apabila kita menandai salah satu uang logam itu, menaruhnya
kembali dan kemudian mencampur baur seluruh bola raksasa itu, kemudian
menutup mata seseorang dan memintanya mengambil satu koin. Apakah
STA N DA R K E BA I K A N U N I V E R S A L | 47
Angka itu adalah 1 dengan 157 nol di belakangnya. Angka tersebut tidak
perlu dituliskan di sini karena akan menghabiskan banyak ruang. Sekali lagi
Stoner menolong kita untuk memahami angka tersebut dengan memberi-
kan ilustrasi lain. Kali ini koin perak terlalu besar. Kita harus menggunakan
objek yang lebih kecil.
Seperti yang kita ketahui elektron adalah objek paling kecil di dunia.
Karena begitu kecilnya, apabila kita meletakkan elektron secara lurus ber-
jajar sepanjang 1 inci, membutuhkan waktu lebih dari sembilan belas juta
tahun untuk menghitung satu per satu dengan kecepatan 250 per menit.
Jadi elektron sangatlah kecil. Jangan lupa, ini hanya segaris kecil yang pan-
jangnya hanya 1 inci. Saya tidak ingin membuat Anda lebih bingung lagi
dengan banyaknya waktu yang diperlukan untuk menghitung satu inci
persegi, dan tentu bukan satu inci kubik elektron. Pasti akan membutuhkan
waktu lebih lama lagi.
48 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
telah meninggalkan cap jari-Nya bagi kita semua yang tak dapat dipungkiri
lagi, supaya kita tahu bahwa Dialah Allah dan kehendak-Nya dinyatakan
dalam Kitab Suci.
Camkanlah Baik-baik
Sebagaimana telah kita bahas dalam bab ini, Allah telah memberikan
bukti yang tidak dapat disangkal lagi tentang kebenaran Kitab Suci. Ayat-
ayat Pemazmur di atas menekankan bahwa bagaimana hikmat lain yang ber-
tentangan dengan Firman Allah, walaupun kelihatannya baik, sebenarnya
sudah menyimpang dan membahayakan kehidupan kita.
Marilah kita menelaah kalimat seputar pernyataan Paulus kepada
Timotius:
kau sudah mengenal Kitab Suci... Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebe-
naran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperleng-
kapi untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:14-17).
Kita harus tetap berpegang pada kebenaran yang telah diajarkan kepada
kita. Paulus tidak merujuk pada pendapat orang, psikologi, sosiologi, atau
hikmat lain yang dibuat oleh sistem dunia ini; dia merujuk kepada Kitab
Suci. Rasul menghimbau agar anak rohaninya tetap berpegang kepada Kitab
Suci. Dia menekankan pentingnya untuk senantiasa menyimpan tulisan itu
dalam hati. Kita akan hidup dalam dunia yang berbeda seandainya Adam
dan Hawa melakukan hal ini.
Pertimbangkan skenario hipotesis ini. Anda menempuh sebuah per-
jalanan yang mengharuskan Anda melewati ladang ranjau darat yang luas .
Bukan saja ada alat-alat peledak yang tersembunyi, tetapi juga ada lubang-
lubang pasir hisap, jebakan yang mematikan, tanaman beracun, dan lubang-
lubang runtuhan atau sinkholes.
Sebelum Anda memulai, Anda diberi sebuah peta yang mencantum-
kan lokasi semua ranjau darat dan lubang runtuhan, serta beberapa petun-
juk yang harus diperhatikan untuk menghindari jebakan, pasir hisap dan
tanaman beracun. Bagaimana Anda menanggapi peta ini? Akankah Anda
menyisipkannya ke dalam tas ransel beserta bekal makanan dan air minum,
namun karena berbagai tantangan dalam perjalanan, Anda lalai mem-
bacanya? Apakah Anda akan mempelajarinya hanya jika situasi yang baik
muncul dengan sendirinya? Apakah Anda menganggapnya sebagai bacaan
selingan? Apakah Anda akan mempelajarinya di awal perjalanan, dan kemu-
dian menyimpannya karena Anda yakin sudah menghafal seluruh informa-
sinya di luar kepala? Apakah sikap-sikap ini yang mencerminkan tindakan
Anda? Jika benar demikian, Anda mungkin akan melewati ladang ini de-
ngan terluka parah atau bahkan berakhir dalam kantung mayat.
STA N DA R K E BA I K A N U N I V E R S A L | 51
kan bahwa jika kita memperhatikan perintah-Nya, kita akan menikmati ke-
hidupan sempurna, pekerjaan kita akan berlipat ganda dalam hal efektivitas,
dan dalam masyarakat kita akan selalu menjadi yang teratas, tidak pernah di
bawah atau di belakang. Apakah Anda menyadari pentingnya untuk mem-
baca, mendengarkan, dan menaati firman-Nya?
Anda mungkin akan membalas, “Tetapi John, semua perintah ini diberi-
kan di bawah hukum Taurat, ini adalah aturan Perjanjian Lama. Kita seka-
rang berada di bawah perjanjian baru yaitu kasih karunia. Bukankah Yesus
telah membebaskan kita dari perbudakan aturan yang rumit ini?” Yesus
memang telah membebaskan kita dari hukum Taurat, tetapi tidak berarti
kita berhenti memperhatikan Firman Tuhan dengan saksama; hal ini sangat
penting bagi kita. Perhatikan beberapa perintah dari Perjanjian Baru ini:
“Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita
dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus” (Ibrani 2:1).
FON DAS I
Orang benar adalah alas yang abadi.
—A MSAL 10:25
S aya akan mengulas kembali ketiga aspek pesan dari buku ini: yang per-
tama berbicara tentang fondasi, yang kedua membahas tentang apa
yang menyatukan hidup kita, dan yang ketiga melambangkan bangunan
hidup kita. Ketiga aspek ini akan menjadi fokus bahasan kita sampai pada
akhir buku ini.
Fondasi adalah dasar yang sangat penting untuk membina hubungan
yang benar dengan Allah. Jika Anda sudah lama menjadi orang percaya, saya
menyarankan Anda tidak melewatkan bahasan ringkas berikut ini. Bahasan
ini tidak hanya berguna untuk menopang landasan Anda, tetapi juga akan
membantu orang-orang yang Anda bimbing atau pengaruhi untuk menjalin
hubungan dengan Sang Pencipta.
Kita sudah membaca:
56 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak
ada seorang pun yang berakal budi ... semua orang telah menyeleweng,
mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun
tidak.” (Roma 3:10-12).
Tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Selain dari Yesus Kristus,
tidak seorang pun yang pernah hidup atau yang akan hidup, yang secara
konsisten berbuat baik sesuai dengan penilaian Allah. Alasannya demikian:
karena setiap manusia terlahir sebagai budak. Benar, Anda terlahir sebagai
budak dan demikian juga saya. “Budak siapakah?” Anda mungkin bertanya.
Dosa. Paulus menulis kepada mereka yang sudah dibebaskan, “Dahulu me-
mang kamu hamba dosa ...” (Roma 6:17).
Adam dan Hawa mati seketika saat mereka jatuh dalam dosa. Allah
sudah memperingatkan mereka akan hal ini sebelum mereka memakan
buah yang terlarang. Namun mereka baru merasakan kematian fisik berta-
hun-tahun kemudian.
Muncullah pertanyaan, bagaimana Adam dan Hawa mati pada hari ke-
tika mereka memakan buah itu? Kematian terjadi pada sifat dasar mereka
—roh mereka. Mereka terpisah dari Allah, sang Pemberi Kehidupan, dan
mulai saat itu mereka memiliki sifat dasar bawaan yang bertentangan de-
ngan Allah. Alhasil, keturunan mereka akan terlahir dengan sifat bawaan ini,
yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi sampai saat ini. Keja-
dian 5:3 menegaskan kenyataan ini: “Setelah Adam hidup seratus tiga puluh
tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya.”
Umat manusia sejak itu tidak dapat sepenuhnya memahami atau ber-
buat baik; kompas moral batin mereka telah ternodai. Alhasil, hanya pe-
ngaruh Allah dalam dunia yang dapat mengarahkan manusia kembali pada
apa yang sungguh benar dan baik, karena sejak itu manusia dikuasai oleh
dosa. Tanpa adanya tuntunan ilahi, kebaikan dan kejahatan tersamarkan.
Sejak itu ilah dan pengaruh baru terhadap manusia adalah dia yang telah
merasuki ular—yaitu Iblis, si raja pembangkang.
F O N DA S I | 57
Dunia ini telah diserahkan kepada umat manusia oleh Allah. Dialah
yang mengutus manusia untuk menguasainya, tetapi manusia telah mem-
berikan kuasa itu kepada Iblis. Ribuan tahun kemudian, Iblis membawa
Yesus ke puncak gunung yang tinggi, menunjukkan seisi dunia dan berkata
kepada-Nya, “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepa-
da-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberi-
kannya kepada siapa saja yang kukehendaki” (Lukas 4:6). Iblis dapat berkata
demikian karena kuasa ini telah diserahkan kepadanya di taman Eden.
Allah tidak mungkin datang ke dunia ini dalam wujudnya sebagai
Tuhan untuk menyelamatkan kita karena bumi ini sudah diberikan kepada
manusia. Manusia telah menyerahkan kuasa itu dan hanya manusia saja
yang dapat merebutnya kembali. Allah menyusun rencana ini jauh sebe-
lum Adam jatuh ke dalam dosa, karena Dia sudah tahu pilihan Adam lebih
dahulu sebelum dia dibentuk. Dia menyusun strategi untuk datang sebagai
manusia dan menebus kebebasan manusia dari perbudakan. Allah mengi-
rimkan Putra-Nya—Yesus Kristus—yang lahir dari seorang perempuan,
yang menjadikan Dia manusia 100 persen, tetapi dikandung oleh Allah Roh
Kudus, yang menjadikan Dia Allah 100 persen. Dengan demikian, Yesus
terbebas dari kutuk perbudakan yang ada pada diri Anda dan saya sejak kita
lahir.
Yesus hidup tak bercela semasa di bumi. Dia tidak pernah melakukan
perlanggaran apa pun. Sebagai satu-satunya manusia tak berdosa yang pernah
hidup di muka bumi, Dia mengorbankan nyawa-Nya untuk membebaskan
seluruh umat manusia. Di atas kayu salib, Dia menanggung penghakiman
atas semua pria dan perempuan yang pernah, yang masih dan yang akan
hidup di masa mendatang. Dia menumpahkan darah-Nya yang mahal demi
membebaskan kita dari perbudakan.
Dia mati dan dikuburkan. Sebab Dia telah hidup tak bercela di hadapan
Allah, Roh Allah membangkitkan Dia dari kematian tiga hari kemudian.
Sekarang Dia duduk di sebelah kanan takhta Allah yang Maha Kuasa, yang
telah berfirman:
58 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Di saat kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan kita, mujizat yang
luar biasa terjadi. Sifat dosa dan kematian kita serta-merta berlalu dan lahir-
lah seorang manusia baru, yang tercipta serupa dengan gambar Yesus. Kela-
hiran baru ini terjadi dalam jiwa kita (pribadi kita sebenarnya), bukan pada
tubuh jasmani kita. Tubuh jasmani kita masih kotor dan suatu hari nanti
akan lenyap. Seluruh kehidupan baru ini ada oleh karena kasih karunia
Allah semata dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan tingkah
laku atau perbuatan baik yang pernah kita lakukan. Titik.
Penting untuk ditekankan bahwa ayat dari kitab Roma tersebut di atas
menyebutkan bahwa Anda harus mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, dan
bukan Yesus Sang Juruselamat. Di sinilah letak kesalahan fundamental yang
lazim di gereja-gereja Barat. Kata Tuhan dalam bahasa Yunani adalah kurios,
yang berarti “tuan, pemilik, penguasa tertinggi.”
Jika Anda mengaku bahwa Yesus hanya Juruselamat saja, ini tidak akan
mendatangkan pembebasan atau kehidupan baru. Saya menyadari bahwa
pernyataan ini keras dan berlawanan dari seruan kita pada umumnya kepada
jiwa yang terhilang, tetapi ini sesuai dengan Kitab Suci.
Kata juruselamat dapat ditemukan 36 kali dalam Alkitab. Kata Tuhan
dapat ditemukan sebanyak 7.800 kali. Menurut Anda, Allah lebih me-
nekankan yang mana? Tuhan menyatakan kedudukan yang Dia miliki dalam
kehidupan kita, sebaliknya Juruselamat menyatakan pekerjaan yang telah Dia
perbuat bagi kita. Kita tidak dapat menerima kebaikan dari perbuatan-Nya
kecuali kita memposisikan diri kita berada di bawah kedudukan-Nya sebagai
Tuhan dan Raja.
Kita terlahir sebagai budak. Singkat kata, dosalah yang menguasai kita.
Tetapi kita diciptakan dengan kehendak bebas; oleh sebab itu kita harus
F O N DA S I | 59
mengambil keputusan dan pernyataan yang tegas bahwa kita akan berpin-
dah tuan yang lain. Keselamatan telah tersedia bagi seluruh umat manusia,
tetapi secara pribadi, kita harus memilih untuk menerimanya sesuai aturan
Allah.
Neraka adalah tempat yang benar-benar nyata. Yesus bahkan lebih se-
ring berbicara tentang neraka daripada surga. Dia tidak menganggap bahwa
F O N DA S I | 61
Kasih Allah melindungi kita agar kita tidak tinggal dalam kondisi kema-
tian selama-lamanya.
62 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Ketuhanan
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendak-
lah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam
Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh
dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu
melimpah dengan syukur” (Kolose 2:6-7).
kedudukan yang dia miliki dalam hidup saya. Julukannya sebagai koki hanya
menyatakan kebaikan yang saya terima dari dia sebagai istri saya.
Hanya karena Lisa bersedia memasak untuk saya bukan berarti secara
otomatis saya menjadi miliknya. Sewaktu saya masih lajang, pada salah satu
hari ulang tahun saya, dia memasak makanan yang sungguh lezat. Momen
itu saja tidak akan menciptakan hubungan yang langgeng. Namun ikrar
janji saya untuk mengabaikan wanita-wanita lain dan menyerahkan hati
saya sepenuhnya menjadi suaminya yang menguatkan hubungan perni-
kahan kami.
Hubungan kita dengan Yesus juga sama seperti ini. Agar kita dapat
menerima karya keselamatan-Nya, kita harus tunduk kepada Ketuhanan,
kepemilikan dan pemerintahan-Nya. Kita menyerahkan seluruh hidup kita
sepenuhnya karena kita percaya akan pimpinan, karakter, dan kasih-Nya
yang sempurna, dan karena Dia tahu yang terbaik. Walaupun Dia sangat
menginginkan kebebasan kita dan Dia mengasihi kita dengan sempurna,
Dia adalah Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan dan tidak
akan datang dalam hidup kita sebagai yang kedua di bawah orang lain atau
apa pun juga.
Sering kali di gereja-gereja Amerika dan negara Barat lainnya, saya me-
nyaksikan para pendeta menawarkan keselamatan kepada manusia tanpa
menyebutkan pentingnya Ketuhanan. “Yang perlu Anda lakukan hanyalah
mengaku bahwa Yesus adalah Juruselamat dan Anda akan menjadi anak
Allah,” kata pendeta. Atau, “Mengapa Anda tidak menjadikan Yesus sebagai
Juruselamat Anda hari ini juga?” Atau, “Marilah kita sama-sama memanjat-
kan doa ini: Yesus, masuklah dalam hatiku dan selamatkan diriku hari ini.
Puji syukur karena Engkau telah menjadikan aku anak-Mu. Amin.” Semua
seruan mereka untuk bergabung ke dalam keluarga Allah ditawarkan tanpa
menyertakan sepatah kata pun tentang pentingnya meninggalkan pola-pola
duniawi dan cara hidup bebas, untuk mengikut Dia.
Pesan ini tampaknya bagus dan berkaitan dengan beberapa ayat terpisah
dalam Perjanjian Baru. Namun, apakah ini sejalan dengan ajaran seluruh
Perjanjian Baru? Apakah ini hikmat Allah? Ataukah kita sudah meringkas
64 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Menyangkal Diri
Mari kita melihat pesan Tuhan kita. Yesus menyatakan dengan jelas ke-
pada orang-orang yang orang banyak:
Kita harus menyangkal diri jika kita hendak mengikut Dia. Titik. Apa-
kah maksudnya? Singkatnya, Anda tidak dapat mengabdi kepada dua tuan,
karena Anda hanya dapat setia terhadap seorang saja apabila memerlukan
tindakan atau respons yang berbeda. Apabila daging kita yang masih belum
diselamatkan menginginkan satu hal dan firman Allah menuntun kita ke
jalan yang berbeda, jika kita belum memutuskan untuk mengikut Yesus se-
bagai satu-satunya Pemimpin kita yang paling berkuasa, maka kita dapat
dengan mudah memilih jalan kita sendiri dan tetap memandang dan me-
ngaku bahwa Dialah Juruselamat kita. Adakah kemungkinan kita disesatkan
dan menganut kepercayaan ini?
Barangkali inilah sebabnya Yesus berkata, “Mengapa kamu berseru ke-
pada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku ka-
takan?” (Luke 6:46). Dengan kata lain, kata Tuhan menjadi sebutan yang
hampa tanpa makna. Jika kita tidak benar-benar tulus memanggil-Nya
“Tuhan”, Yesus akan lebih senang jika kita memanggil Dia dengan sebutan
F O N DA S I | 65
“Guru Agung.” Paling tidak kita akan dapat mengambil manfaat dari pe-
ngajaran-Nya dan tidak menipu diri kita sendiri dengan menganggap bahwa
kita sudah menjadi milik-Nya padahal kenyataannya belum.
Menurut Markus 8:34-35 dan banyak kitab lain dalam Perjanjian Baru,
penyangkalan diri sendiri bukanlah pilihan jika terkait dengan mengikut Dia
untuk “meninggalkan pulau” dunia yang terkutuk ini. Ini suatu keharusan,
agar Anda dapat diselamatkan dari murka Allah di masa mendatang. Saya
menyadari bahwa ini adalah konsep yang sulit dipahami dalam pemikiran
orang barat. Saya yakin alasannya adalah bahwa kita manusia mencoba me-
mahami prinsip-prinsip kerajaan Allah dengan konsep pemikiran demokratis.
Demokrasi memang sudah berjalan di Amerika dan banyak negara Barat
lainnya, tetapi apabila kita mencoba memahami Allah dengan konsep pe-
mikiran demokrasi, kita tidak akan dapat mengerti. Dia adalah Raja—Raja
yang sejati, bukan sekadar figur kepala negara seperti yang ada di Inggris.
Definisi demokrasi adalah “pemerintahan oleh rakyat; sebuah bentuk
pemerintahan dengan kekuasaan penuh ada di tangan rakyat dan langsung
dijalankan oleh rakyat atau wakil rakyat yang terpilih.” Di Amerika dan ne-
gara-negara Barat lainnya, kami dididik dengan mentalitas seperti ini sejak
kecil. Prinsip ini sudah terprogram jauh ke dalam benak pikiran dan logika
kita. Alhasil, apabila kami tidak menyukai sesuatu, kami percaya bahwa
kami dapat menentang atau mengubahnya karena kami memiliki hak pri-
badi “mutlak” dan kebebasan untuk mengutarakan pendapat.
Saya tekankan kembali. Bentuk pemerintahan seperti ini sangat berha-
sil di Amerika Serikat karena sistem ini dirancang bagi orang-orang yang
hidup dalam sebuah masyarakat majemuk. Tetapi, pemikiran ini tidak dapat
diterapkan ke dalam kerajaan Allah. Mungkin prinsip ini akan membuat
kami orang-orang Barat mengerutkan kening, tetapi Allah bukan seorang
diktator yang memiliki kekuasaan mutlak—syukurlah, Dia adalah Allah
yang penuh dengan kebajikan, namun Dialah yang memiliki “kata terakhir”
dalam seluruh aspek kehidupan. Jika kita membawa pemikiran demokratis
ini dalam perjalanan kita dengan Allah, maka kita memiliki hubungan yang
tak lebih dari sekadar khayalan belaka.
66 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Pikul Salibmu
Selanjutnya Yesus menyatakan bahwa kita harus memikul salib. Apa maksud
pernyataan ini? Tidak mungkin berarti menyangkal diri sendiri, lalu mengapa
tidak semestinya Yesus mengulangi perkataan-Nya lagi? Kita mendapat-
kan kuncinya dalam surat Paulus kepada jemaat di Galilea, di mana dia
menyatakan:
Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah
hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku. (Galatia 2:20)
Paulus tidak berbicara tentang penyaliban fisik, karena jika memang de-
mikian, dia tidak mungkin masih hidup saat menulis surat ini. Dia mengacu
kepada keputusannya untuk mengikuti sang Guru beberapa tahun sebe-
lumnya. Paulus sudah memikul salibnya. Rahasia apa saja yang termasuk di
sini, ditemukan dalam perkataannya, “bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Pernyataan ini seharusnya
menjadi deklarasi setiap anak Tuhan yang sejati. Tidak lagi kita hidup bebas
dengan memakan buah pemikiran kita sendiri dari pohon pengetahuan yang
baik dan yang jahat. Tidak,sekarang kita hidup di dalam Dia, seluruh hidup
lama kita dijauhkan dari Dia . Kita bergantung pada segala penyediaan oleh
F O N DA S I | 67
salib: yaitu kebebasan dari perbudakan sehingga kini kita dapat menjalani
kehidupan yang taat dengan kekuatan Allah.
Salib menawarkan kehidupan yang sama sekali baru. Seperti pernyataan
Paulus dalam surat yang berbeda, “sama seperti Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup
dalam hidup yang baru” (Roma 6:4). Kehidupan yang baru ini memberi-
kan kita kemampuan untuk menjauhi segala sesuatu yang sebelumnya tidak
dapat kita hindari. Kekuatan tirani dosa atas kita sudah dipatahkan, tetapi
kita tetap harus memilih untuk menjauhinya. Kita harus memutuskan
untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya pada kehendak-Nya.
Paulus melanjutkan penjelasannya secara praktis, “Barangsiapa menjadi
milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu
dan keinginannya” (Galatia 5:24). Dan kemudian, “Tetapi aku sekali-kali
tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab
olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Galatia 6:14).
Salib Kristus memberi kita kekuatan untuk menjauhi dosa kedagingan kita
dan kekuatan pengaruh sistem duniawi.
Ketika saya masih muda, sebelum saya berjumpa dengan Yesus, ada
pola-pola perilaku dalam hidup saya yang tidak bisa saya tinggalkan. Saya
menyesali perbuatan yang menyakitkan, penuh kesombongan, dan per-
buatan nafsu yang terus terulang, tetapi semakin saya mencoba membebas-
kan diri saya sendiri, saya menjadi semakin frustrasi. Saya tidak berkutik
melawan keterikatan dan dominasi dosa. Namun, setelah saya menyalibkan
diri dengan Kristus, saya mulai dapat hidup bebas.
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan,
supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita mengham-
bakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas
dari dosa. (Roma 6:6-7)
Saya harap Anda tidak sekadar membaca ayat ini sepintas lalu! Re-
sapilah dalam-dalam, karena kata-kata ini sangat nyata dan memiliki kuasa
68 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Peringatan Serius
“Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan ber-
kata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu
sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:23)
Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita
menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal
Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta
dan di dalamnya tidak ada kebenaran. (1 Yohanes 2:3-4)
Ini perkataan yang keras. Orang-orang ini memiliki iman yang mem-
bangkitkan semangat secara intelektual dan iman yang memberi
kepuasan secara emosional dan iman akan penebusan dosa yang secara
umum dapat diterima oleh masyarakat. Kita semua menginginkan itu.
Kita semua perlu dibangkitkan secara intelektual, terlibat secara emo-
sional, dan berguna bagi masyarakat. Sangat memungkinkan bagi kita
untuk menginginkan stimulasi secara intelektual, kepuasan secara emo-
sional dan dapat berguna bagi masyarakat tetapi tidak menginginkan
Allah... karena apabila Anda benar-benar memiliki Allah dalam hidup
Anda, maka Anda harus menyangkal kehendak pribadi Anda, dan itu-
lah yang akan menunjukkan perbedaan antara orang yang sebenarnya
ingin memanfaatkan Allah dengan orang yang sungguh-sungguh ingin
melayani Allah.8
kita berpikir kita lebih tahu tentang kehidupan yang paling baik, ataukah kita
percaya bahwa Allah tahu yang terbaik bagi kita?
5
APAKAH K EI N G I NA N
SAJA CU K UP ?
Maka sekarang, selesaikan jugalah
pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya
sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu
dengan apa yang ada padamu
—2 K ORINTUS 8:11
dan sungguh tidak menyangka. Inilah hari yang paling indah bagiku! Aku
sangat mencintaimu! Ya, aku akan menikah denganmu!”
Mereka berpelukan dalam suasana penuh kegembiraan. Dengan emosi
yang masih meluap-luap, dia menatap pemuda itu dan berjanji dengan
sepenuh hati, “Kita akan hidup sangat bahagia. Aku akan menjadi istri yang
terbaik, menciptakan suasana rumah yang indah, menjaganya agar selalu
bersih, memasak makanan yang lezat untukmu dan anak-anak, menjaga
kesehatan, berpakaian modis, dan bercumbu mesra denganmu kapan saja
kamu mau.”
Pemuda ini berpikir, Wow! Luar biasa! Aku pasti orang yang paling be-
runtung sedunia!
Gadis itu kemudian membuat pernyataan yang tidak kalah mence-
ngangkan, “Tentu saja ada cowok-cowok lain yang masih kusukai, jadi
kadang-kadang aku ingin pergi berkencan dengan mereka.”
Tercengang, pria itu menjawab dengan terbata-bata, “Tidak bisa!”
“Mengapa tidak bisa, Sayang?”
Pria itu terperangah. Momen spesial itu sirnalah sudah. Kegembiraan-
nya lenyap seketika. Pikirannya bercampur aduk. Apakah gadis itu bercanda?
Tetapi mengapa dia bercanda tentang hal seperti ini, apalagi setelah aku baru
saja melamarnya?
Setelah keheningan mencekam yang terasa seperti tak berkesudahan,
gadis itu mencoba mengembalikan suasana gembira sebelumnya dengan an-
tusias berkompromi. “Baiklah, bagaimana kalau aku hanya menghabiskan
waktu sehari saja dalam setahun bersama pacarku yang lain? Aku akan mem-
berikan diriku sepenuhnya untukmu selama 364 hari dalam setahun. Hanya
saja berikanlah aku waktu sehari saja bersama mereka.”
Pemuda itu masih tidak memercayai pendengarannya. Jelas-jelas se-
karang gadis itu tidak bercanda; dia serius. Sekali lagi pria itu menjawab,
“Tidak. Itu juga tidak boleh.”
Gadis itu bingung, namun karena dia sangat mencintai pria itu, dia
memberikan tawaran yang lebih menarik lagi. “Baiklah. Bagaimana kalau
hanya empat jam saja dalam setahun? Beri aku waktu empat jam saja dalam
A PA K A H K E I N G I N A N S A JA C U K U P ? | 77
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia
ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan je-
maat. (Efesus 5:31-32).
A PA K A H K E I N G I N A N S A JA C U K U P ? | 79
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa
persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi
barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya
musuh Allah. (Yakobus 4:4)
Sekali lagi, dia menekankan hal itu dengan tegas , karena dia menyebut-
kannya dua kali. Ini bukan hal yang sepele; tetapi bagian inti dari hubungan
yang benar dengan Allah.
Pezina atau orang-orang yang tidak setia adalah orang yang memiliki
perjanjian dengan seseorang, tetapi mengingkari perjanjian itu untuk men-
jalin hubungan dengan orang lain. Orang ini tidak taat kepada perjanjian
pernikahan yang mengikat hubungan tersebut.
Janji yang kita buat untuk mengikut Yesus adalah dengan menyangkal
diri dan menjauhi sistem duniawi yang ada di sekitar kita. Kita tidak bisa
berbuat apa pun selain memberikan kesetiaan dan ketaatan kita sepenuhnya
kepada Dia . Artinya kita mengikuti kehendak dan keinginan-Nya daripada
kehendak dan keinginan kitasendiri . Sebagai ganti dari penyerahan hidup
kita kepada-Nya, akhirnya kita akan mendapatkan seluruh hidup-Nya. Ini
seperti hubungan yang sehat antara suami dan istri.
80 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Ada banyak orang yang dengan senang hati menerima karunia keselamatan
hanya jika mereka tetap memiliki kehidupan lama mereka. Yang lebih
menarik, kebanyakan orang menyadari bahwa ada hal-hal yang harus me-
reka tinggalkan apabila mereka ingin mengikut Allah, tetapi mereka belum
siap untuk membayar harganya. Mereka harus jujur terhadap Allah dan diri
mereka sendiri.
Saya pernah memiliki seorang tetangga (sebut saja namanya “Kevin”)
yang merupakan salah satu tipe orang ini. Dia adalah salah seorang superstar
pegulat WWF. Dia dan keluarganya tinggal selisih tiga rumah dari rumah
kami. Ketika mereka baru saja pindah ke daerah kami, istrinya sudah mem-
peringatkan dia agar menjauhi kami. “Mereka orang yang terobsesi dengan
Yesus!” katanya.
Beberapa bulan kemudian, saat mengalami serangan panik yang hebat,
wanita itu roboh dan menangis dalam pelukan Lisa. Kejadian ini membuka
peluang bagi Lisa untuk membagikan tentang Yesus kepadanya, dan istri
pegulat itu akhirnya diselamatkan secara luar biasa. Tak lama kemudian,
kedua anak laki-laki mereka juga menyerahkan hidup mereka kepada Yesus.
Kami makin lama menjadi semakin akrab, dan Kevin dan saya lam-
bat laun menjadi teman baik. Banyak waktu yang kami lewatkan bersama.
Kami sering pergi bersama dan bermain basket, street hockey, dan golf ber-
sama anak-anak kami.
Suatu malam, Allah memperlihatkan beberapa peristiwa yang akan ter-
jadi dalam kehidupan Kevin kepada saya. Walaupun saat itu sudah cukup
larut, sekitar jam sepuluh malam, namun saya merasa terdorong untuk
langsung berbicara dengannya. Ketika dia membuka pintu, saya langsung
membagikan tiga hal yang akan terjadi dalam hidupnya selama sembilan
bulan berikutnya.
Tentu saja ketiga hal tersebut benar-benar terjadi. Saya berpikir, Pasti
Kevin sekarang akan menyerahkan hidupnya kepada Yesus Kristus. Namun sa-
yangnya tidak ada perubahan.
A PA K A H K E I N G I N A N S A JA C U K U P ? | 81
23:15). Saya tidak mengatakan bahwa para pemimpin gereja adalah anak-
anak neraka. Namun yang saya tanyakan adalah, orang-orang Kristen baru
seperti apakah yang kita lahirkan?
Konsekuensi dari tidak adanya seruan kepada orang-orang yang men-
cari Allah agar menyerahkan hidup mereka sepenuhnya kepada Dia adalah:
munculnya orang-orang bertobat yang memiliki gaya hidup yang lebih baik
berikut janji akan kehidupan kekal. Setelah “doa pertobatan” yang sering
kita dengar itu diucapkan, hati nurani orang-orang yang bertobat ini seo-
lah-olah menjadi tenteram. Secara teori, dia memang tidak lagi jauh dari
Allah. Orang-orang bertobat seperti ini menjadi bagian dari komunitas
orang percaya dan memiliki ikatan yang sama. Dari segi kebaikan, mereka
sangat peduli—bahkan terkadang ikut berpartisipasi dalam aksi kepedulian
—terhadap para korban ketidakadilan masyarakat, kaum miskin dan orang
yang membutuhkan. Ditambah lagi adanya keuntungan yang didapat dari
mendengarkan ajaran-ajaran yang memotivasi dan janji kehidupan surgawi,
dan Anda memiliki sebuah paket menarik yang diidamkan oleh banyak
orang.
Tetapi apakah orang-orang bertobat ini benar-benar sudah diselamatkan
ataukah mereka sudah tertipu, sehingga lebih sulit lagi bagi mereka untuk
mendengarkan kebenaran sejati? Bisakah ajaran seperti ini yang melahir-
kan pengikut-pengikut sesat yang suatu hari akan mendengar Yesus berkata,
“Enyahlah daripada-Ku, Aku tidak pernah mengenalmu” seperti tertulis
dalam Matius 7?
kita membayangkan saat orang muda yang kaya ini mendatangi Yesus. Bi-
sakah Anda melihat dia keluar dari mobil Rolls-Royce dengan memakai
jaket Armani dan mengenakan arloji merk Rolex? Beberapa asisten pribadi
mengikutinya dari belakang saat dia berjalan melenggang ke arah Yesus.
Dengan nada dingin, tidak ramah, dan nada sedikit congkak, dia bertanya,
“Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal?”
“Menurut Anda, apakah kejadiannya seperti itu apabila terjadi di zaman
ini?” tanya saya kepada para pendeta. Sayangnya, beberapa dari mereka
mengangkat tangan menyetujuinya.
“Tetapi menurut catatan Kitab Suci bukan demikian kejadiannya!” saya
berkata. Langsung saya bacakan bagaimana kejadian itu ditulis:
kin, yang mengejar saya, berlutut di depan saya sambil berseru, “Apa yang
harus kuperbuat supaya dapat dilahirkan kembali?” Tidak bisa disangkal
lagi, pemimpin muda ini memang bertanya dengan penuh semangat dan
tulus hati!
Jadi Yesus bertanya kepadanya, “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak
seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja” (Markus 10:18).
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, pemuda ini mengharap-
kan jawaban yang menyenangkan ketika dia menyapa Yesus dengan sebutan,
“Guru yang baik.” Tetapi Yesus tidak mengizinkan sanjungan itu membu-
takan penilaian-Nya. Keselamatan tidak dapat “disederhanakan” menurut
pemahaman pemuda yang kaya raya itu akan hal yang baik dan yang jahat.
Di sisi lain, pemuda itu juga memiliki integritas yang cukup tinggi. Dia
tidak memanggil Yesus dengan sebutan Tuhan atau Raja. Dia paham apabila
dia menyebut Yesus sebagai Tuhan, dia harus melakukan apa saja seperti
yang Yesus perintahkan! Ada berapa banyak orang yang memiliki karakter
seperti ini sekarang? Mereka mungkin memanggil Yesus sebagai Tuhan dan
mengaku percaya akan Alkitab. Namun mereka menilai berbagai pilihan
hidup dengan pemahaman mereka sendiri akan yang baik dan yang jahat,
dan tidak mengikuti ajaran Allah yang tertulis dalam Alkitab dengan cermat.
Mereka akan tersenyum dan mengatakan amin pada ajaran Alkitab, tetapi
jika ada yang tidak sesuai dengan kehendak mereka, dengan gampangnya
mereka akan memblokir ajaran itu seolah-olah tidak berguna lagi bagi ke-
hidupan mereka. Mereka mendengarkan tetapi tidak menjalankan apa yang
diajarkan oleh Roh Kudus. Sering kali mereka berpikir bahwa ajaran terse-
but lebih cocok untuk orang-orang yang sepertinya “berada dalam kondisi
lebih buruk” dari mereka.
Dengarkan bagaimana Yesus menjawab pemuda yang penuh semangat
menginginkan kehidupan yang kekal ini:
Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya itu telah ku-
turuti sejak masa mudaku.” (Markus 10:19-20)
Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu ber-
kata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa
yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka
engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan
ikutlah Aku.” (Markus 10:21)
dinya saya juga seperti ini. Semua orang yang saya jumpai menyukai saya
karena saya selalu mengatakan apa saja yang ingin mereka dengarkan. Saya
benci konfrontasi dan penolakan dan ingin semua orang bahagia. Hingga
kemudian Allah menyingkapkan semua motif saya yang egois dan rasa tidak
aman. Allah mengungkapkan fokus dari kasih saya. Fokus itu adalah ke-
cintaan pada diri saya sendiri dan bukan pada orang-orang yang berbicara
dengan saya.
Lebih baik menyatakan kebenaran daripada berkompromi dengan ke-
benaran dan membuat orang memercayai kebohongan. Akan jauh lebih
baik jika mereka mendengarkan kebenaran itu sekarang daripada mereka
percaya bahwa mereka boleh menyimpan “berhala” lain dalam hidup me-
reka—dan kemudian suatu hari nanti, ketika waktunya sudah terlambat,
mereka terkejut saat mendengar Tuhan berkata, “Enyahlah; Aku tidak per-
nah mengenalmu, kamu telah tersesat!”
Sekarang perhatikan reaksi dari sang pencari kebenaran itu terhadap
jawaban Yesus:
Pria yang awalnya sungguh bersemangat ini pergi dengan penuh rasa
kecewa!
“Oh Yesus, mengapa Engkau berbuat seperti itu? Pria itu datang dengan
penuh semangat, dan setelah mendengarkan ajaran-Mu, dia pergi dengan
hati yang sedih! Tak tahukah Engkau bahwa Engkau seharusnya memberi-
kan ajaran-ajaran yang positif kepada para pencari kebenaran ini? Perkataan
dan khotbah-Mu seharusnya menyanjung orang dan membuat mereka
merasa senang, bukannya membuat mereka sedih. Pendeta Yesus, kehadiran
jemaat di gereja-Mu akan berkurang jika Engkau terus-menerus memper-
lakukan orang-orang yang mencari kebenaran seperti ini, terutama mereka
88 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
yang kaya raya dan berpengaruh dalam masyarakat. Kejarlah dia dan lem-
butkanlah perkataan-Mu; dia pasti juga akan memahami seluruh kebenaran
itu suatu saat nanti!”
Itulah perkataan yang mungkin akan didengar Yesus sekarang ini, jika
diutarakan oleh tim pemimpin atau anggota dewan gereja-gereja Barat!
Yesus akan disidang dan diminta menyerahkan surat pengunduran diri-Nya.
Betapa beraninya Dia menyakiti hati orang yang berpotensi untuk mem-
berikan dana besar, dengan sekali goresan pena saja dia bisa menandatangani
cek untuk membiayai seluruh program penjangkauan gereja selama setahun!
Bisa jadi dialah orang yang akan membayar hutang pembangunan gereja
yang jumlahnya mencapai beberapa juta dolar. Pastor Yesus tidak hanya
mengerti dinamika dalam membangun sebuah program pelayanan gereja
yang besar dan efektif. Mungkin Dia bahkan sudah lupa bagaimana cara
mempengaruhi orang secara positif. Seharusnya Dia melembutkan perkata-
an-Nya dan mengajarkan ajaran-ajaran motivasi—menyampaikan khot-
bah-khotbah menggembirakan yang membangun rasa percaya diri.
Apakah ini yang mungkin terjadi di gereja-gereja Barat? Kita telah masuk
ke dalam jebakan untuk menghalalkan hampir segala cara dalam menjaring
orang-orang yang bertobat dan mendapatkan pengikut. Kita menggunakan
teknik-teknik penyesuaian untuk meningkatkan jumlah kehadiran jemaat
gereja, memperoleh banyak pengikut akun Twitter, menambah jumlah
penggemar kita di Facebook, atau untuk membaca blog kita. Ini sama saja
dengan mengatakan kepada Allah bahwa hikmat kita lebih baik dari hik-
mat-Nya. Ini sama halnya seperti memilih kebaikan melebihi Allah.
Memang benar: ajakan kepada orang-orang agar memilih Kristus me-
mang perlu—tetapi harus tetap berlandaskan kepada kebenaran. Kita harus
sadar bahwa Allah tidak pernah memanggil kita untuk menyebarkan ajaran
Perjanjian Baru supaya mempermudah orang-orang yang masih ingin hidup
bebas dari jalan-jalan-Nya agar dapat diselamatkan. Keselamatan tidak
ditemukan dalam pohon pengetahuan akan apa yang kita anggap baik dan
jahat. Keselamatan hanya dapat ditemukan pada pohon kehidupan, sesuai
dengan Firman-Nya. Setiap kekasih dan berhala lain harus ditinggalkan,
A PA K A H K E I N G I N A N S A JA C U K U P ? | 89
sama halnya dengan kisah gadis yang setuju untuk menikah tersebut di atas
harus meninggalkan hubungan dengan pria-pria lain. Yesus harus juga dite-
rima sebagai Tuhan, bukan hanya Juruselamat. Inilah Pohon Kehidupan!
Sekarang perhatikan apa yang Yesus katakan setelah pemuda kaya raya
ini pergi:
Suatu hari ketika saya sedang merenungkan peristiwa ini, Roh Kudus
mengarahkan perhatian saya pada satu poin yang signifikan. Saya mem-
bayangkan orang kaya itu, yang disegani dalam komunitasnya, perlahan
pergi meninggalkan Yesus dengan sedih, kepalanya tertunduk lesu dan wa-
jahnya menyiratkan kekecewaan mendalam. Saya sadar bahwa Tuhan tidak
berlari mengejarnya, meraih bahunya dan berkata, “Tunggu sebentar, so-
bat-Ku. Izinkan Aku mengingatkanmu tentang hikmat Salomo. Dia menu-
lis dalam Amsal 19:17 “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang
lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” Aku
mengatakan bahwa kamu harus menjual seluruh hartamu dan memberi-
kannya kepada orang miskin; tetapi ingatlah, menurut Amsal, apa saja yang
kamu berikan kepada orang miskin, Tuhan akan membalasmu. Dan bukan
hanya akan dibalas, tetapi Dia akan memberikanmu seratus kali lipat lebih
banyak dari apa yang kamu berikan!”
Pria kaya itu kemungkinan besar adalah seorang pedagang yang cakap.
Jadi seandainya Yesus menghampiri dia untuk memenangkan hatinya
dengan tawaran seperti ini, dia mungkin akan kembali bersemangat dan
menanggapi, “Benarkah?”
Yesus dapat juga berkata, “Benar! Bisakah engkau melihat bahwa Aku
90 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
sebenarnya akan mengarahkan kamu pada posisi di mana engkau akan me-
nerima berkat yang sungguh luar biasa, hasil panen finansial? Engkau akan
menjadi orang paling kaya di negeri ini, dan bukan hanya di komunitas ini
saja.” Sampai saat itu, kemungkinan besar dia akan setuju untuk mengikut
Yesus.
Memang benar Firman Allah berkata bahwa ketika kita memberi, kita
akan menerima balasannya, sama seperti benih yang ditanam oleh petani
akan membuahkan hasil yang jauh lebih banyak dibandingkan saat dia
memulainya. Kebenaran ini langsung diteguhkan setelah pria itu berjalan
pergi, karena Petrus—setengah protes, setengah bertanya—berkata tanpa
berpikir panjang:
Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengikut Engkau!”
Ketika saya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan pada tahun 1979, Allah
segera mengarahkan saya tentang pelayanan gereja. Mata kuliah pokok
saya adalah Teknik Mesin di Universitas Purdue di mana saya masuk dalam
daftar Dekan, memulai pada regu tenis universitas, dan berencana masuk
ke Universitas Harvard untuk mengambil gelar MBA. Rencana pribadi saya
adalah menikah dengan gadis yang luar biasa dan akhirnya masuk ke dunia
92 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
corporate sales atau manajemen. Saya tidak berpikir sama sekali ingin masuk
ke pelayanan. Waktu itu, semua pendeta yang pernah saya temui adalah
orang-orang yang saya pikir tidak dapat melakukan pekerjaan lain. Mereka
tinggal di rumah-rumah yang berbau apak dan anak-anak mereka aneh.
Saya tumbuh besar di sebuah kota yang memiliki populasi 3.000 orang, dan
contoh terbatas inilah yang saya miliki tentang pelayanan gereja. Waktu itu
saya belum pernah bertemu dan menyempatkan diri untuk berbincang-bin-
cang dengan pendeta hebat, namun sejak itu saya tahu ada banyak pendeta
hebat).
Kemudian Roh Allah menghampiri saya dalam sebuah kebaktian gereja
dan berkata, “John, Aku sudah memanggilmu untuk melayani Aku. Tin-
dakan apa yang akan Engkau lakukan selanjutnya?”
Saya berpikir, Keluargaku akan mengusirku; mereka semua Katholik.
Aku akan menjadi seperti para pendeta lain yang hidup miskin dan kotor.
Namun menaati Tuhan sangat penting bagi saya, jadi saya menundukkan
kepala dan berdoa, “Ya Tuhan. Aku akan taat kepada-Mu dan mewartakan
Injil berapa pun harga yang harus aku bayar! Aku akan pergi ke mana Engkau
mengutusku pergi dan berbicara apa saja yang Engkau ingin aku beritakan.”
Kenyataan yang terjadi setelah keputusan itu tidak seperti apa yang saya
bayangkan sebelumnya, tetapi Allah tidak menunjukkannya dari awal. Dia
hanya ingin tahu apakah saya akan meninggalkan semuanya demi mengikut
Dia.
Jika Anda mempelajari pelayanan Petrus, Paulus, dan para rasul lain-
nya dalam Kitab Kisah Para Rasul atau surat-surat lainnya, Anda akan men-
jumpai bahwa ajaran mereka tepat sejalan dengan apa yang Yesus ajarkan
kepada pemuda kaya raya itu! Saat ini, kita sudah jauh menyimpang dari
jalan ini. Inilah alasan pokok dari merosotnya kondisi rohani di Amerika.
Inilah alasan mengapa banyak sekali orang yang berpikir bahwa mereka
adalah milik Yesus padahal kenyataannya tidak. Kita harus kembali kepada
Ketuhanan Yesus sehingga kita akan memiliki fondasi yang baik. Saat ini
kita masih makan dari pohon yang salah. Yang kita anggap baik telah meng-
gerogoti kita dari apa yang terbaik bagi hidup kita.
A PA K A H K E I N G I N A N S A JA C U K U P ? | 93
Kita telah kehilangan banyak berkat besar yang Allah inginkan bagi kita
karena kita telah menggantikan ajaran yang akurat sesuai Kitab Suci dengan
khotbah-khotbah yang digemari banyak orang. Jujur saja, jika pemuda kaya
raya itu datang ke gereja-gereja modern di zaman sekarang ini, dia pasti akan
“diselamatkan” dan tak lama kemudian dia pasti dianggap sebagai jemaat
terpandang dan bahkan mungkin diundang menjadi anggota dewan gereja.
Sering kali gereja-gereja di zaman sekarang menyampaikan ajaranyang
bagus tentang keselamatan tanpa disertai tentang Ketuhanan. Agar kita
tidak memperdaya orang-orang, agar tidak banyak orang yang suatu hari
nanti akan mendengar, “Enyahlah daripadaKu,” demi kekokohan gereja dan
demi mereka yang sungguh-sungguh berjalan dalam berkat Allah, marilah
kita meninggalkan ajaran Injil yang “baik” namun tidak benar dan kembali
kepada pohon kehidupan—ajaran Alkitabiah tentang keselamatan.
6
G PS I N T ER NA L K I TA
Saya berusaha mencapai akhir perlombaan untuk
menerima pahala yang telah disediakan Allah
bagi kita di surga, karena apa yang dilakukan
Kristus bagi kita.
—F ILIPI 3:14 (FAYH)
F ondasi kita adalah Tuhan Yesus Kristus. Seluruh aspek kehidupan kita
haruslah dibangun di atas dasar yang kokoh ini. Jika demikian halnya,
maka hidup kita akan bertahan lama. Jika tidak, maka lambat laun akan
terkikis atau lenyap.
Tahap berikutnya dalam membangun sebuah rumah adalah kerangka
bangunan, dan setiap aspek dari fase ini dibangun di atas fondasi. Bagian
dari proses konstruksi inilah yang menyatukan semuanya. Lantai, dinding,
langit-langit, lemari kabinet, lampu, lis, jendela, bak mandi, dan bahan-ba-
han bangunan untuk tahap final lainnya membutuhkan rangka yang kuat
agar dapat bertahan lama. Dengan fondasi yang kokoh dan rangka yang
96 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
kuat, kita akan dapat membangun rumah yang tahan lama dan berhasil
baik: yaitu kehidupan kita.
Kali ini Allah menunjukkan seorang pemuda kaya raya yang lain—bukan
orang yang berlari-lari menghampiri Yesus, tetapi yang dibesarkan sebagai
pangeran di Mesir, yang di zaman itu merupakan negara terkuat di muka
bumi ini. Namanya Musa.
Perhatikanlah kehidupan Musa. Dia dibesarkan dengan kondisi tanpa
kekurangan uang, pangan, pakaian, harta kekayaan, ataupun pendidikan.
Kedudukannya selalu diincar banyak orang karena dia memiliki segala yang
terbaik. Tidak ada orang lain yang sekaya dia di dunia ini. Musa selalu me-
ngenakan baju rancangan terbaru, dia dapat berbelanja kapan saja dengan
dana tak terbatas, dan mungkin bahkan memiliki semua “mainan” yang ter-
sedia saat itu. Dia memiliki kereta yang hari ini sekelas dengan Maserati,
Lamborghini atau Ferrari, serta semua model Harley-Davidson. Dan jika
dia enggan mengendarainya sendiri, ada supir limo yang siap sedia kapan
saja.
Musa tidak pernah membersihkan toilet, menggosok bak kamar mandi,
memotong rumput halaman, mencuci mobil, membereskan kamar, mencuci
piring, mencuci pakaian, atau melakukan pekerjaan rumah lainnya karena
dia memiliki pembantu dan asisten untuk mengerjakan semua pekerjaan
itu.
10 0 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Dia memiliki koki kerajaan yang dapat menyiapkan masakan apa saja
sesuai seleranya. Masakan paling lezat di negerinya selalu dia nikmati.
Pekerjaannya sangat menyenangkan. Jika dia mau, dia dapat memimpin
pasukan, merancang bangunan, atau mempersiapkan pesta-pesta besar. Jika
dia ingin bersenang-senang, dia akan menikmati hari pertandingan dan
hiburan malam yang terbaik. Dia bisa mengisi hari-harinya sesuka hatinya.
Dia juga seorang pemuda lajang idaman di negeri itu. Dia bisa berken-
can dan menikahi gadis mana pun yang memikat hatinya—dan bahkan
mengajukan permintaan untuk bertemu dengan wanita-wanita dari negara
lain. Sebenarnya, apabila Musa mau, dia dapat memiliki sejumlah istri dan
selir.
Jika Musa sedang bermurah hati, dia dapat memberikan hadiah-hadiah
yang besar. Dia dapat memanggil Agen Rahasia, polisi atau tentara untuk
melindungi teman-temannya. Dia dapat membantu kaum miskin atau
mengabaikan mereka. Dia dapat memengaruhi industri hiburan di negara-
nya dengan meminta pemain dan aktor terbaik untuk menyenangkan ha-
tinya. Tidak ada sesuatu pun di luar jangkauannya kecuali takhta sang raja.
Kehidupannya seperti sebuah utopia yang dirindukan oleh banyak orang,
namun dia masih belum puas. Kita membaca:
Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri
Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari
pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa...
(Ibrani 11:24-25)
Musa memilih untuk menjauhkan diri dari apa yang dapat ditawarkan
oleh negeri yang paling makmur di bumi ini. Mengapa dia meninggalkan
gaya hidup seperti itu? Tidak bisakah dia menemukan kepuasan dalam
melayani Allah sambil tinggal di dalam istana Firaun? Tidak. GPS internal
Musa memerintahkan bahwa keinginan dirinya tidak dapat tercapai di tem-
pat dia berada saat itu, karena penulis kitab Ibrani mencatat hal berikut ini
tentang dia:
G P S I N T E R N A L K I TA | 10 1
Apakah upah yang lebih besar itu? Saat saya melontarkan pertanyaan ini
kepada para pendengar, kebanyakan mereka menjawab Tanah Perjanjian.
Tetapi jika memang demikian jawabannya, maka kita harus bertanya, apa
yang ditawarkan oleh tanah yang penuh dengan susu dan madunya yang
tidak dapat ditemukan di tanah Mesir yang subur? Pada era itu, Mesir kaya
akan hasil bumi dan pertanian. Apakah Tanah Perjanjian lebih baik dari ini?
Bisakah Musa membangun rumah yang lebih indah di negeri yang baru
ini daripada di istana tempat dia tinggal? Saya pikir kita bisa dengan yakin
menjawab “tidak” pada semua pertanyaan ini.
Jadi upah apakah yang dicari Musa? Dia sebenarnya tidak mengetahuinya
pada hari ketika dia meninggalkan istana kerajaan, tetapi dia tahu bahwa ada
hal yang lebih besar—bahkan lebih besar lagi. Dia sedang berjalan menuju
tujuannya dan nantinya akan menemukan apa yang sebenarnya dia cari.
Cobalah melihatnya dengan cara seperti ini. Anda menyukai cuaca
hangat dan suasana pantai dan membenci salju dan cuaca dingin. Saat ini
pertengahan musim dingin dan Anda tinggal di Vermont. Suhu di luar
menunjukkan 20 derajat Fahrenheit di bawah nol, dan Anda mendam-
bakan cuaca yang Anda sukai. Jadi Anda naik mobil ke arah Selatan lewat
Interstate 95, menuju daerah yang hangat. Anda sebenarnya tidak tahu ke
mana tujuan Anda, tetapi Anda tahu bahwa ini jauh lebih baik daripada
membeku dalam kedinginan salju. Di tengah perjalanan, di pompa bensin,
Anda memperhatikan selembar pamflet dengan gambar Palm Beach di Flor-
ida. Anda tersenyum dan berkata, “Ini dia!” Langsung Anda memprogram
alamat yang tertera di pamflet itu ke GPS Anda. Anda sekarang menuju
pantai istimewa sesuai dengan impian Anda.
Hal yang sama terjadi terhadap Musa. Dia meninggalkan istana, sadar
bahwa ada sesuatu yang lebih besar, tetapi dia tidak menemukan upahnya
sampai empat puluh tahun kemudian saat berada di seberang padang gurun
10 2 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
di dekat semak duri tempat dia berjumpa dengan Allah dan mengalami ha-
dirat-Nya. Setelah kejadian ini, GPS internal Musa sudah ditetapkan dengan
pasti. Hadirat Allah adalah upahnya, dan buktinya akan datang menyusul,
setelah dia memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.
Bagi Musa, saat itu adalah masa-masa yang sukar dan penuh tekanan. Padang
gurun yang dia lewati bersama bangsa Israel penuh dengan tantangan besar
yang hanya dapat menjadi ringan oleh campur tangan ilahi, namun sering
kali tampak seperti tertunda. Yang membuat situasi menjadi lebih buruk,
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dia sangat rendah. Di saat yang
penuh gejolak ini, Allah berfirman kepada Musa:
“Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa itu yang telah
kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah Kujanjikan
dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub... Aku akan meng-
utus seorang malaikat berjalan di depanmu dan akan menghalau orang
Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang
Yebus—yakni ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu.
Sebab Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu ...”
(Keluaran 33:1-3)
Pikirkanlah kondisi yang dihadapi Musa dan bangsa itu setiap hari.
Mereka tidak mengalami berbagai kondisi yang berbeda—tidak ada lembah
hijau, sungai, hutan, pohon buah-buahan, sumber mata air bersih, tanah
subur atau padang rumput untuk menggembalakan ternak mereka. Sudah
lama sekali mereka tidak melihat pasar, pusat perbelanjaan atau baju baru.
Makanan mereka tidak berubah-ubah: roti aneh yang muncul di atas per-
mukaan tanah enam hari seminggu, dan secara rutin, daging dari burung
puyuh . Untuk membayangkannya, cobalah makan roti yang sama persis,
tanpa makanan lain, selama beberapa bulan. Anda akan memahami kondisi
G P S I N T E R N A L K I TA | 10 3
saat itu.
Kehidupan sangat sulit saat itu. Perbudakan di Mesir memang mengeri-
kan, tetapi berputar-putar di padang gurun juga tampaknya tidak lebih baik.
Namun, bangsa itu memiliki setitik harapan: tanah mereka sendiri, tanah
perjanjian—tanah Kanaan. Allah sudah befirman kepada mereka selama
bertahun-tahun bahwa tanah itu sangat kaya dan subur, berkelimpahan
dengan hasil bumi. Selama ini yang mereka ketahui hanyalah mengerah-
kan seluruh tenaga dan kemampuan terbaik mereka untuk membangun ko-
ta-kota bagi bangsa Mesir dan menerima sisa-sisa yang tidak diinginkan. Tak
lama lagi, mereka akan memiliki kesempatan untuk membangun banyak
rumah, desa, dan kota yang indah milik mereka sendiri—sebuah peradaban
baru yang unik sesuai dengan warisan budaya mereka, memberikan sebuah
peninggalan berharga yang dapat diturunkan ke anak cucu mereka.
Allah telah memberikan perintah kepada pemimpin mereka, Musa,
untuk membawa mereka ke tanah perjanjian. Dia menyatakan akan ada ma-
laikat pilihan Allah yang perkasa untuk menuntun dan melindungi mereka.
Malaikat pejuang ini akan menyingkirkan semua musuh. Tetapi ada syarat-
nya: Allah sendiri tidak akan berjalan di tengah-tengah mereka.
Bisakah Anda membayangkan bagaimana kata-kata ini terdengar di
telinga Anda? Apa yang Anda dan nenek moyang Anda nantikan selama
berabad-abad akhirnya ditawarkan oleh Allah sendiri. Setelah empat ratus
tiga puluh tahun tanpa tempat tinggal, perjuangan keras, memperta-
hankan kelangsungan hidup dan berkekurangan, sekarang berakhir dengan
tawaran ini. Tentu saja Musa akan menerimanya, segera turun gunung, dan
memberitakan kabar luar biasa ini kepada seluruh umatnya. Bangsa Israel
akhirnya akan mengelu-elukan dia sebagai seorang pemimpin besar, dan
tingkat kepercayaannya akan naik ke level tertinggi. Mereka akan meraya-
kannya dan memulai perjalanan menuju tanah perjanjian yang sudah lama
mereka nanti-nantikan.
Hal seperti inilah yang akan terjadi saat itu apabila kebaikan yang “dite-
rima” itu adalah tujuan utamanya. Tetapi, dengarkanlah jawaban Musa
untuk menanggapi tawaran Allah:
10 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
itu, tetapi saya hanya memiliki waktu beberapa hari saja bersama Lisa.
Dengan tulus hati, istri saya yang hebat mengatakan, “John, pergilah
bermain.”
Saya menjawab, “Tidak, Sayang, lebih baik saya menghabiskan waktu
bersamamu.”
Hari-hari itu berakhir dengan indah. Kegembiraan Lisa membuat saya
lebih memilih dia dan bukan bermain golf, dia tahu kecintaan saya terhadap
olah raga itu dan bersenang-senang bersama teman-teman. Lisa memberikan
tawarannya, dia juga tulus, dan dia tidak akan mengubah pikirannya apa-
bila saya menerima tawaran tersebut. Walaupun demikian, di lubuk hatinya
yang dalam, Lisa diam-diam berharap agar saya memilih dia daripada golf.
Inilah prinsip sama yang diungkapkan olehMusa. Allah memberinya
sebuah tawaran, yang pasti juga akan Dia kabulkan. Dia akan mengirimkan
malaikat-Nya yang akan membawa Musa dan bangsa-Nya dengan aman ke
tanah perjanjian. Namun, perjalanan ini tanpa hadirat Allah. Saya percaya
Allah memberikan tawaran yang tulus ini dengan keinginan tak terucapkan
bahwa Musa akan memilih Dia daripada pembebasan langsung dari padang
gurun dan kehidupan yang lebih mudah di negeri yang kaya raya nan elok.
Musa menyatakan dua hal saat menolak tawaran Allah. Yang pertama
dan paling utama, adalah tinggal dalam hadirat Allah jauh lebih berharga
daripada tinggal hanya untuk menikmati berkat-Nya tetapi berada di luar
hadirat-Nya. Yang kedua: Musa percaya akan integritas Allah yang sem-
purna. Walaupun rencana memasuki tanah perjanjian akan tertunda, Musa
tahu bahwa suatu hari Allah pasti akan membawa bangsa Israel ke sana. Dia
tahu bahwa Allah akan menepati janji-Nya. Jika GPS internal Musa tidak
disetel dengan benar, mengingat kondisi saat itu, dia pasti akan menentukan
pilihan yang berbeda.
Pemrograman GPS
sedemikian rupa, walaupun bangsa Israel memiliki motif yang sama sekali
berbeda?
Pertanyaan yang sering saya lontarkan kepada para pendengar adalah,
“Ke manakah tujuan Musa ketika dia menuntun bangsa Israel keluar dari
Mesir?”
Setiap kali mayoritas orang menjawab, “Tanah Perjanjian.”
Apakah ini benar? Berkali-kali saat Musa pergi menjumpai Firaun, dia
mengutarakan perkataan Allah kepada raja Mesir itu, “Biarkan umat-Ku
pergi supaya mereka bisa menyembah-Ku di padang gurun.” (Keluaran 7:16;
lihat juga Keluaran 5:1; 8:1, 20; 9:1, 13; 10:3). Tujuh kali, ketika dia mem-
beritahu Firaun ke mana bangsa Israel akan pergi, Musa merangkaikan kata
“menyembah” dan “padang gurun”. Tidak pernah sekali pun dia menyebut-
kan Tanah Perjanjian.
Tujuan Musa adalah untuk memimpin bangsa Israel berjumpa dan
menyembah Allah di padang gurun Sinai. Mengapa dia ingin membawa
mereka keluar dari Mesir langsung menuju Tanah Perjanjian sebelum mem-
bimbing mereka kepada Sang Pemberi Perjanjian terlebih dahulu? Ini berarti
mengutamakan janji-janji melebihi hadirat Allah, dan menuntun mereka
pada pengaturan GPS yang salah.
Sayangnya, para pendeta dan guru di zaman kita sekarang sudah terlalu
sering mempromosikan pilihan janji-janji ini. Saya ingat di tahun 1980 dan
1990-an, saya banyak mendengar tentang apa yang akan Yesus perbuat bagi
kita daripada tentang siapakah Dia sesungguhnya. Jenis pengajaran seperti
ini menghasilkan pengikut-pengikut yang mengatur GPS internal mereka
kepada berkat-berkat Allah melebihi hadirat-Nya. Ini tidak jauh berbeda
dari seorang wanita yang menikahi seorang pria oleh karena hartanya. Wa-
nita itu mungkin mencintai dia, tetapi untuk alasan yang keliru.
Saya menemukan perbedaan yang menarik antara bangsa Israel dan
Musa. Jika Anda mengingat kehidupan bangsa Israel di Mesir, mereka
diperlakukan sangat kejam. Mereka tinggal di gubuk-gubuk reyot, menyan-
tap makanan yang sudah basi dan berpakaian compang-camping. Seluruh
hidup mereka dihabiskan untuk menumpuk harta warisan milik orang lain.
G P S I N T E R N A L K I TA | 107
Punggung mereka penuh dengan bekas luka cambuk para pengawas dan
anak-anak mereka dibunuh oleh tentara Mesir.
Bangsa Israel secara ajaib dibebaskan dari perbudakan Mesir, tetapi tak
lama setelah ekspedisi mereka di padang gurun, mereka sering bersungut-
sungut dan menyatakan keinginan mereka untuk kembali ke tanah Mesir.
Mereka berkomentar seperti, “Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?”
(Bilangan 14:3) dan, “lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir
dari pada mati di padang gurun ini” (Keluaran 14:12).
Sekarang pertimbangkan gaya hidup Musa di Mesir yang nyaman dan
kaya raya, seperti yang sudah saya gambarkan sebelumnya. Dia juga mening-
galkan Mesir dan mengalami kehidupan keras di padang gurun, tetapi dia
tidak pernah bersungut-sungut atau mengatakan ingin kembali ke Mesir!
Mengapa? Jawabannya mudah. Musa mengalami perjumpaan dengan ha-
dirat Allah di tengah semak duri yang terbakar. Dia memiliki hak istimewa
untuk mendengar Firman Allah langsung dari mulut Sang Pencipta sendiri.
Bangsa Israel juga memiliki kesempatan yang sama tetapi mereka menjauh-
kan diri dari kesempatan itu. Saya akan menjelaskannya.
Membawamu Kepada-Ku
Setelah keluar dari Mesir, Musa membawa bangsa itu ke gunung Sinai, ke
lokasi yang sama di mana dia telah berjumpa dengan Allah di semak duri.
Ketika mereka tiba, Allah memerintahkah agar Musa memberitahu bangsa
itu:
Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir,
dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan
membawa kamu kepada-Ku. (Keluaran 19:4)
tujuan utama untuk membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir
adalah dengan membawa mereka semua kepada-Nya. Dia menginginkan
hubungan yang pribadi dan intim dengan mereka.
Kita harus ingat bahwa Allah menyukai hubungan pribadi dan Dia
memiliki hati Bapa—selalu dan selama-lamanya. Dia ingin sekali mengenal
anak-anak-Nya sama seperti seorang ayah atau ibu rindu menjalin hubungan
dengan bayinya yang baru saja lahir.
Allah telah menampakkan diri-Nya kepada Musa di semak duri. Dia
memberikan hak istimewa kepada dia untuk mengalami hadirat-Nya. Pe-
ngalaman sekali itu saja telah menimbulkan kehausan yang mendalam pada
diri Musa sehingga dia tidak ingin kembali lagi ke Mesir, walaupun gaya
hidupnya di sana jauh lebih baik. Perjumpaan ini mempengaruhi dia secara
signifikan dan mengatur GPS internal Musa dengan mantap.
Musa ingin bangsa Israel juga memiliki pengalaman yang sama seperti
yang dia alami, tetapi yang lebih mengejutkan lagi, Allah juga mengingin-
kan hal ini. Karena Dia sudah menghabiskan waktu bersama Musa di semak
duri itu, maka Musa dapat memperkenalkan Allah kepada bangsa Israel agar
bangsa Israel juga dapat mengenal-Nya.
Bayangkanlah kejadian ini. Ada tiga orang bernama Jordan, Abigail dan
Susan. Jika Jordan dan Abigail sudah pernah bertemu, kemudian Jordan dan
Susan sudah saling kenal, Jordan adalah orang yang tepat untuk memperke-
nalkan Abigail kepada Susan. Musa sudah pernah berjumpa dan melewatkan
waktu bersama dengan Allah. Dia juga sudah menghabiskan waktu dengan
bangsa Israel. Jadi dialah yang memudahkan perjumpaan antara Allah dan
umat-Nya. Allah memerintahkan Musa agar mempersiapkan perjumpaan
mereka dengan pesan ini:
... maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara
segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu
akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah
semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.
(Keluaran 19:5-6)
G P S I N T E R N A L K I TA | 10 9
Mereka adalah bangsa yang istimewa bagi Allah, dan Dia menginginkan
seluruh umat Israel menjadi kerajaan imam—bangsa yang dapat langsung
menghampiri Dia, demi kepentingan mereka sendiri atau orang lain. Intinya
Allah menawarkan persahabatan yang erat. Sungguh hak istimewa yang luar
biasa! Kemudian Allah berfirman:
Allah memang turun ke gunung pada hari ketiga, akan tetapi respons
bangsa Israel sangat mengecewakan. Mereka menjauh dari Dia dan bukan
datang mendekat kepada-Nya. Mereka berseru kepada Musa, “Engkaulah
berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah
Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati” (Keluaran 20:19).
Bangsa Israel tidak dapat menerima hadirat Allah karena mereka masih
menyimpan Mesir di lubuk hati mereka. Mereka masih mencintai keinginan
mereka sendiri melebihi keinginan-Nya. Mengenal Dia secara pribadi
bukanlah prioritas bagi mereka. Manifestasi hadirat Allah semata-mata
menunjukkan pengaturan GPS internal mereka, tetapi mereka tidak mau
mengubahnya.
Perhatikan kembali perintah Allah, termasuk perintah untuk mencuci
pakaian mereka. Apakah arti pernyataan ini sebenarnya? Apakah Allah ter-
lalu menuntut kebersihan fisik? Untuk mendapatkan jawabannya, kita harus
ingat bahwa dalam Perjanjian Lama, tindakan yang tampak dari luar dimak-
sudkan untuk menyatakan realitas rohani. Kotoran Mesir masih menempel
pada pakaian bangsa Israel. Semua kotoran itu harus disingkirkan sebelum
masuk ke hadirat Allah yang kudus.
Mesir adalah simbol tatanan duniawi yang sudah bejat. Orang-orang
dari dunia itu, hidup untuk memanjakan kedagingan mereka, memuaskan
110 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Sering kali saat saya bepergian, saya menjumpai pria dewasa kaya raya yang
berjalan bersama wanita muda yang cantik jelita dan berusia kira-kira lima
belas sampai dua puluh lima tahun lebih muda darinya. Kerap kali penam-
pilan pria itu sudah terlihat tidak menarik lagi dan bisa disangka ayah dari
wanita itu. Mengapa wanita itu mau hidup atau menikah dengannya?
Dalam hal-hal tertentu yang jarang terjadi, mereka memang saling jatuh
cinta. Namun, sering kali bukan demikian halnya—wanita seperti itulah
yang sering disebut “pencari emas.” Istilah ini adalah sebutan populer atau
ejekan yang kerap digunakan untuk wanita muda yang tidak tertarik pada
pria oleh karena kepribadiannya, melainkan oleh karena gaya hidup yang
bisa dipenuhi pria itu. Wanita itu menginginkan akses ke seluruh kekayaan
dan pengaruhnya. Namun, ini juga bukan sepihak saja, karena keinginan
utama pria itu juga bukanlah semata-mata wanita itu tetapi apa yang wanita
itu dapat perbuat untukmemuaskan sifat egosentris pria itu. Dia ingin me-
mancarkan pribadi yang kelihatannya masih muda dan perkasa, dan tentu
saja, mendapatkan kenikmatan seks.
Pendek kata, masing-masing secara egois mencari apa yang bisa didapat-
kan dari orang lain dan bukannya mengasihi orang itu dengan tulus. Pada
titik tertentu, masing-masing tahu tujuan dari perbuatan masing-masing,
tetapi membiarkannya demi tetap memuaskan nafsu dan keangkuhan diri
mereka. Hubungan yang langgeng bukanlah faktor yang mendorongnya;
namun, motifnya adalah kepuasan egosentris.
Baru-baru ini, saya dan istri berada di sebuah toko mebel dan perleng-
kapan rumah tangga. Selain pramuniaga, pasangan lain yang ada di toko
itu adalah seorang pria paruh baya bersama dengan seorang wanita muda.
G P S I N T E R N A L K I TA | 111
Awalnya saya pikir mereka adalah ayah dan putrinya, tetapi setelah men-
dengarkan percakapan mereka dengan si pramuniaga, saya menyadari kalau
ternyata bukan. Mereka adalah pasangan suami istri yang sedang berbelanja
untuk keperluan rumah baru mereka.
Kami berada di toko itu bersama mereka lebih dari dua puluh menit,
yang memberi saya banyak waktu untuk memperhatikan mereka. Perhatian
saya tertuju pada percakapan mereka yang agak dipaksakan dan penuh ba-
sa-basi. Tampak jelas mereka memiliki sedikit kecocokan dan minat yang
sangat jauh berbeda. Jelas kelihatan tidak ada kasih sayang dan suka cita
dalam hidup mereka. Wanita itu hampir tidak sanggup menatap pasangan-
nya dan raut mukanya kelihatan murung. Dia mengenakan pakaian serba
ketat dan riasan wajah tebal. Sementara itu sang pria tampak seperti anak
muda modern dan bertingkah laku seperti orang kaya yang senang ber-
foya-foya. Dari caranya berbicara, pria itu memastikan si pramuniaga kalau
uang bukanlah masalah baginya.
Setelah melihat pasangan ini, saya menyadari betapa spesialnya hu-
bungan saya dengan Lisa. Saya sangat menyayanginya, bukan karena
penampilan fisiknya saja, walaupun Lisa memang cantik. Lisa juga sangat
menyayangi saya. Kami adalah sahabat karib dan senang menghabiskan
waktu berdua. Saya merasa sedih melihat pasangan di toko itu karena
jelas terlihat kurangnya kasih sayang dalam hubungan mereka. Saya tidak
menceritakan pasangan itu untuk menghakimi mereka; harapan saya agar
mereka akan bertumbuh dalam kasih sayang mereka dan mulai menikmati
kebersamaan mereka. Namun, biasanya ini tidak terjadi karena hubungan
mereka berpijak pada fondasi yang salah.
Bangsa Israel membawa jenis hubungan yang najis seperti ini dari Mesir,
dan Allah tidak menghendaki hubungan yang bersifat dangkal. Dia meng-
hendaki hubungan yang tulus, bukan mencari berkat. Motif duniawi, yang
masih melekat di hati bangsa Israel, tidak dapat membuahkan hubungan
yang sejati karena bersifat mementingkan diri sendiri. Bangsa Israel hanya
dapat mengenal Allah jika mereka menyucikan diri mereka dari kenajisan
ini.
112 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Sekarang kita hidup di zaman Perjanjian Baru, apakah segala sesuatu sudah
berubah? Bisakah seseorang membawa kenajisan duniawi dalam hati me-
reka dan masih memiliki hubungan yang benar dengan Allah? Apakah kasih
karunia Yesus Kristus telah menghapuskan pentingnya menyucikan diri kita
dari kenajisan dunia? Beberapa ayat Alkitab yang jarang sekali ditekankan
akhir-akhir ini secara khusus berbicara tentang hal ini:
Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah
ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di ten-
gah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka
akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka,
dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah
menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku
akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki
dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Ma-
hakuasa.
Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki
janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pence-
maran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan
kekudusan kita dalam takut akan Allah. (2 Korintus 6:16-7:1)
Banyak hal yang dapat disingkapkan dari ayat-ayat di atas. Yang per-
tama, perhatikan kata “menurut firman Allah.” Kapankah Allah pertama
kali menyebutkan kata-kata ini dan apakah konteksnya? Paulus meng-
G P S I N T E R N A L K I TA | 113
utip pernyataan Allah kepada Musa ketika berada di atas gunung dalam
hadirat-Nya:
“Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel dan Aku akan men-
jadi Allah mereka. Maka mereka akan mengetahui, bahwa Akulah,
TUHAN, Allah mereka, yang telah membawa mereka keluar dari
tanah Mesir, supaya Aku diam di tengah-tengah mereka; Akulah
TUHAN, Allah mereka. (Keluaran 29:45-46)
kan diri sendiri) atau seperti Musa, kita mencari kehendak-Nya melebihi
kehendak kita sendiri. Jadi sama seperti Musa memerintahkan bangsa Israel
untuk menyucikan pakaian mereka sebelum berjumpa dan memulai hu-
bungan akrab dengan Allah, kita juga diberitahu oleh rasul Paulus, “Marilah
kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan
dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan
Allah.” Menyucikan diri kita dari kenajisan pola duniawi akan memastikan
GPS internal kita tidak akan tercemar atau memilih yang baik melebihi apa
yang terbaik.
Untuk menjaga agar pengaturan internal GPS kita menuju ke arah yang
paling bermanfaat—yaitu hubungan yang akrab dengan Allah—jelas kesu-
cian adalah faktor utamanya. Di bab-bab berikutnya, kita akan mengung-
kapkan realitas yang menggembirakan ini.
7
C EMBUR U AKAN K I TA
“Dengan siapa hendak kamu samakan Aku,
seakan-akan Aku seperti dia?” firman Yang
Mahakudus. “Arahkanlah matamu ke langit
dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua
bintang itu... sambil memanggil nama mereka
sekaliannya? Satu pun tiada yang tak hadir,
oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.”
—Y ESAYA 40:25-26
T idak ada yang lebih memuaskan dan bermanfaat selain berdiam dalam
hadirat Allah. Renungkanlah sejenak: kita bukanlah sekadar berada ber-
sama olahragawan terkemuka, ilmuwan terpandang, artis terkenal, selebriti
populer atau pemimpin dunia yang berkuasa, tetapi Sang Pencipta segala
sesuatu yang dapat dilihat maupun yang tidak. Dialah yang merancangkan
dan menciptakan alam semesta yang sangat luas ini sehingga akal manusia
pun tidak dapat memahami betapa luasnya, namun juga sangat detail se-
hingga atom-atom yang sangat kecil dan kompleks menjadi dasar dari semua
116 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
kehidupan fisik dan materi. Atom-atom ini begitu kecil sehingga, seperti
yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, diperlukan sejumlah miliar
atom untuk membentuk garis sepanjang satu inci. Bahkan setelah riset yang
terperinci, para ilmuwan tetap belum dapat memahami seluruhnya.
Tidak ada hikmat, pengetahuan atau pengertian yang bermanfaat dalam
bentuk apa pun yang melebihi Allah. Tidak ada yang harus Dia pelajari,
karena memang Dia sungguh-sungguh mengetahui segalanya—bahkan awal
dan akhir segala sesuatu. Malaikat perkasa selalu berdiri di hadapan-Nya
dengan menutupi wajah mereka dan berseru dalam kekaguman akan per-
nyataan tentang siapakah Diri-Nya. Tidak heran apabila para pria dan wa-
nita bijaksana dari generasi yang telah lampau selalu berupaya memperoleh
hak istimewa untuk menikmati hadirat-Nya.
Sungguh mengejutkan apabila manusia bisa berada dalam hadirat satu
Pribadi yang begitu istimewa. Yang lebih menakjubkan lagi adalah bahwa
Dia menginginkan kehadiran kita jauh melebihi kita sendiri menginginkan
hadirat-Nya. Rasul Yakobus menuliskan:
Saya akan menunjukkan sebuah perspektif lain. Saya sangat jatuh cinta
kepada istri saya. Kami sudah menikah lebih dari tiga puluh tahun. Saya
punya banyak kenangan indah tentang istri saya—bahkan tak terhitung
jumlahnya. Namun, jika saya dapat menghitung setiap kenangan yang saya
miliki dalam tiga dekade terakhir, tidak mungkin dapat memenuhi satu
kotak sepatu dengan pasir, karena para ilmuwan memperkirakan bahwa ra-
ta-rata ada sekitar 1,8 milyar butiran pasir dalam tiap satu kaki kubik vo-
lume pantai!
Marilah kita memikirkan hal ini lebih jauh lagi. Pernahkah Anda ber-
jumpa dengan orang yang suka membual? Mungkin dia seorang nelayan.
Anda tahu kebiasaannya. Dia mengatakan, “Saya menangkap ikan yang
besarnya sekian!” sambil merentangkan tangannya untuk menunjukkan
betapa besar tangkapannya. Tetapi jika Anda pernah melihat ikan itu, Anda
akan tahu kalau sebenarnya ikan itu berukuran jauh lebih kecil.
Atau bagaimana dengan seorang pria yang suka mengutip statistik
seenaknya saja, melebih-lebihkan data untuk menjelaskan sesuatu. Dia de-
ngan tegas mengumumkan, “Sembilan puluh sembilan persen pria tidak
suka film-film wanita.” Dia belum pernah melihat hasil survey atau statistik
sebenarnya tetapi membual untuk membenarkan penghinaannya terhadap
jenis film seperti ini.
Bagaimana dengan orang yang berkata, “Saya mendoakan Anda,” tetapi
jika boleh jujur, dia mungkin berdoa sekali saja—dan mungkin juga de-
ngan setengah hati. Saya kira semua orang kadang-kadang membual, tetapi
marilah kita bersikap jujur: membual adalah dusta. Namun ada suatu kebe-
naran yang luar biasa: Allah tidak mungkin berdusta! (lihat Bilangan 23:19
dan Titus 1:2). Jika Dia berdusta, itu berarti Dia harus tunduk kepada “bapa
segala pendusta” yaitu Iblis—dan itu tak mungkin terjadi.
Jika Allah mengatakan bahwa pikiran-Nya tentang Anda melebihi bu-
tiran pasir di bumi ini, Anda dapat percaya sepenuhnya.
Dapatkan Anda memahami betapa Dia sangat memikirkan Anda? Co-
balah Anda mempertimbangkan pikiran Anda sendiri tentang kehidupan
ini. Apakah Anda banyak berpikir tentang seseorang yang tidak Anda sukai
118 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
atau dekat dengan Anda? Dia juga demikian! Roh Allah yang tinggal di
dalam kita sangat merindukan—menginginkan dan mendambakan keha-
diran kita. Singkatnya, Allah ingin mengenal Anda lebih intim, seperti seo-
rang sahabat karib.
Kecemburuan Allah
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa
persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?
(Yakobus 4:4)
Inti dari kalimat ini adalah, “Apakah Anda mencari hubungan dengan
dunia? Jika demikian, maka Anda adalah orang yang tidak setia!”
Yakobus menulis hanya kepada orang-orang Kristen, karena lima belas
kali dalam kitab ini dia mengatakan “saudara-saudaraku.” Kalimatnya jelas
ditujukan kepada mereka yang memiliki hubungan dengan Allah, yang
sudah menerima Yesus Kristus dalam hidup mereka. Inilah kebenarannya:
kita melakukan perzinaan terhadap Allah apabila kita masih bermain-main
dengan dunia.
Melanjutkan ilustrasi saya, jika saya sedang memiliki hubungan dengan
wanita lain, Lisa bukan saja tidak ingin berbagi hal-hal yang bersifat intim
dengan saya, tetapi dia juga akan marah dan cemburu—dan memang seha-
rusnya demikian. Saya sudah membuat komitmen untuk menjadi miliknya
C E M B U R U A K A N K I TA | 119
dan hanya miliknya seorang. Saya mengingkari janji saya dan masih juga
berdusta.
Yakobus mengawali pernyataannya dengan, “Janganlah kamu me-
nyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata...?” Dia sebenarnya meng-
gunakan referensi beberapa ayat Kitab Suci, dan bukan hanya satu. Allah
berulang kali menyatakan diri-Nya:
Sering kali, kita tidak sadar bahwa kita telah berlaku tidak setia terha-
dap Allah, apalagi menyadari sungguh besar ketidaksetiaan kita. Diperlukan
kebenaran untuk membukakan mata kita. Hati kita semakin tidak peka ter-
hadap hati-Nya yang hancur dan roh-Nya yang berduka. Allah bertanya,
“Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi
mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka” (Yere-
mia 6:15). Sama seperti Yeremia dan nabi-nabi lain telah menunjukkan keti-
daksetiaan bangsa Israel, Paulus dan Yakobus juga melakukan hal yang sama
dalam kitab Perjanjian Baru.
Duniawi
Dalam upaya mengupas perkataan Yakobus yang penting itu, kata Yunani
untuk sahabat dan persahabatan adalah philos dan philia. Beberapa kata
yang digunakan untuk menjelaskan philos adalah suka¸bersahabat, dan “ber-
teman”; dan philia didefinisikan sebagai “sahabat” atau “bersahabat.” Ten-
tang kata philia, W.E. Vines menjelaskan dalam kamus lengkapnya, “Artinya
termasuk ‘tujuan untuk mencintai dan dicintai.’” Pikirkanlah hal ini dengan
mengacu pada perkataan Yesus:
Anda tidak lagi menjadi bagian dari dunia, walaupun sebelumnya per-
nah. Anda sekarang menjadi milik Allah. Orang yang sebelumnya tinggal
dalam tubuh Anda sudah mati ketika Anda menyerahkan diri kepada Yesus.
Ciptaan yang baru telah muncul. Anda lahir baru sebagai orang yang memi-
liki hubungan ikat janji dengan Allah.
Yesus mengatakan bahwa tanda sesungguhnya jika seseorang benar-be-
nar menjadi milik Allah adalah dia akan dibenci oleh dunia. Bertanyalah
122 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
dengan jujur kepada diri Anda sendiri, “Apakah saya dibenci oleh dunia?”
Apakah orang-orang Kristen yang Anda kenal dibenci oleh dunia? Jika
benar, jadi bagaimana kita dapat hidup, bertindak dan berbuah dalam
dunia? Bagaimana kita dapat menjangkau dunia? Apakah kita tidak akan
dapat menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang dengan lebih efektif apabila
dunia mencintai kita? Pertanyaan-pertanyaan sulit ini perlu dibahas, dan
kita akan membahasnya di bab-bab berikutnya.
Rasul Yohanes mengulas sisi lain dari pernyataan Yesus. Dia memerin-
tahkan kita dengan tegas, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang
ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa
tidak ada di dalam orang itu” (1 Yohanes 2:15).
Yesus, Yakobus, dan Yohanes semuanya menggunakan pernyataan keras
saat berbicara tentang orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Allah
dan dengan dunia, demikian juga sebaliknya. Mereka menghubungkan
konsep persahabatan, mencintai dunia ini, dan dunia yang mencintai kita
dengan gambaran seperti perzinaan, kebencian, perseteruan, dan kasih Allah
yang tidak ada di dalam kita. Sebelum memberi komentar akan pernyataan
yang kontroversial ini dan apa implikasi dari persahabatan dengan dunia,
kita harus lebih dahulu mengetahui apakah dunia itu.
Bahasa Yunani untuk dunia adalah kosmos. Artinya adalah “dunia di
masa sekarang, tatanan segala sesuatu yang ada saat ini, yang berlawanan
dengan kerajaan Allah; dan termasuk di dalamnya sesuatu yang transient,
tidak berharga, dan... keinginan yang berubah-ubah.” 9 Marilah kita mem-
bahas definisi ini satu demi satu.
Transient adalah akar kata dari transience yang berarti “sesuatu yang tidak
kekal, tidak dapat bertahan lama, atau permanen.” Jika kita melihat ke be-
lakang dan seirinh berjalannya waktu, masyarakat kita selalu berubah. Peru-
bahan, kebanyakan bersifat baik; berarti ada kemajuan, perkembangan, dan
pertumbuhan. Tetapi, perubahan moral sering kali menyimpang jauh dari
hal-hal yang awalnya baik bagi Allah.
Dalam masyarakat kita, sesuatu yang dapat diterima secara moral dan
lumrah terjadi saat ini sering kali tidak lazim dan dianggap salah di masa
C E M B U R U A K A N K I TA | 123
lampau apabila dilihat dari segi moral dan sosial. Sebagai ilustrasi, mari kita
melihat sebuah pola yang paling mudah. Misalnya sebuah film tertentu-
berkualitas PG-13. Ada banyak sekali film yang berjajar di deretan film-
film laris terbaru. Namun sering kali, kesuksesan besar film ini terlihat jelas
dipenuhi dengan pelanggaran susila. Jenis film ini menayangkan perca-
bulan, homoseksualitas, atau perzinaan yang diminati banyak orang. Sering
kali film ini juga memuat perilaku yang tidak senonoh, pencurian, pem-
bunuhan, dan bahkan ilmu sihir. Namun bukan karakter-karakter “jahat”
dalam cerita itu yang terlibat dalam pola perilaku ini tetapi justru para tokoh
dan rekan-rekannya. Sering kali dialognya dipenuhi dengan berbagai macam
bahasa kotor, termasuk menyebut nama Allah dengan sembarangan.
Kita belajar untuk menerima, bahkan sudah menduga hal seperti ini
terdapat dalam film-film. Tetapi, jika film-film yang sama itu ditayangkan
dalam bioskop di tahun 1950-an, maka para penonton awam akan gempar!
Orang-orang Amerika akan geram oleh karena bahasa kotor, ketelanjangan,
dan tontonan perbuatan asusila. Protes keras bangsa ini yaitu, “Mengapa
film ini menunjukkan dua orang yang belum menikah tetapi tinggal ber-
sama—bahkan memperlihatkan mereka tidur bersama—seolah-olah tin-
dakan mereka dapat diterima? Mengapa ini digambarkan sebagai gaya hidup
yang lumrah? Sulit dipercaya! Sangat memalukan! Tidak tahu adat!” Dan
masyarakat umum akan memboikot film tersebut.
Jadi apa yang telah terjadi? Apakah Allah telah memperkenalkan stan-
dar baru tentang apa yang wajar, dapat diterima dan baik? Apakah jalurnya
sudah bergeser? Apakah kita sudah bertumbuh menjadi lebih dewasa? Apa-
kah kita terlalu kaku di tahun lima puluhan silam? Apakah ini yang disebut
progres?
Apabila kita meninjau hasil statistik yang sebenarnya, kita akan mene-
mukan bahwa perubahan drastis dalam dunia perfilman adalah semata-mata
cerminandari perubahan standar moral yang ada dalam masyarakat. Pene-
litian terakhir menunjukkan bahwa jumlah wanita muda yang tinggal ber-
sama kekasih mereka telah meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak tahun
1982. 10 US News & World Report melaporkan bahwa antara tahun 2006
124 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
dan 2010, hampir separuh wanita (48 persen) yang berusia antara lima belas
sampai empat puluh empat tahun tinggal bersama pasangan mereka sebe-
lum menikah, naik 11 persen sejak tahun 2002 dan melonjak 41 persen
sejak tahun 1995.11 Saya dapat memberikan data statistik selanjutnya ten-
tang budaya kita yang terus berubah, tetapi itu bukanlah fokus saya di sini.
Dunia juga memelihara hal-hal yang tidak berarti. Ada beberapa perkem-
bangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini yang
memang berharga. Kemajuan yang kita alami di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, komunikasi, kedokteran, dan lain-lain sangat berguna bagi umat
manusia karena meningkatkan kemampuan produktivitas kita. Ini sejalan
dengan perintah Allah yang pertama untuk “berkembang biak dan bertam-
bah banyak” (Kejadian 1:22).
Tetapi, apakah perubahan moral kita menambahkan nilainya? Ataukah
perubahan itu berlandaskan keserakahan, hawa nafsu, atau status? Apakah
kita telah meningkatkan cara membesarkan anak dengan memaksa mereka
untuk dibesarkan oleh sepasang wanita atau sepasang pria yang mengaku
sudah menikah? Apakah susunan keluarga seperti ini lebih baik bagi si anak
dibandingkan dengan pemeliharan seorang ibu yang penuh kasih sayang
dan ayah yang maskulin, ataukah perubahan ini dibuat untuk memuaskan
keinginan yang berubah-ubah (karakteristik terakhir dalam definisi kosmos)?
Apakah seorang pria dan wanita yang hidup bersama, dibandingkan
dengan yang berkomitmen pada pernikahan, memberikan rasa aman ke-
pada anak-anak mereka, ataukah susunan keluarga ini hanya demi memuas-
kan keinginan kedua orangtua tersebut yang mementingkan diri sendiri dan
tanpa komitmen? Apakah menyelewengkan kebenaran dan menggunakan
teknik-teknik tipu muslihat demi meningkatkan penjualan akan mengun-
tungkan pelanggan atau hanya demi memuaskan keserakahan si penjual?
Apakah mariyuana yang dilegalkan meningkatkan aktivitas sel otak? Bu-
kankah penelitian sains yang diterbitkan sering melaporkan berkurangnya
sel-sel otak akibat penggunaan narkoba ini? Apakah ada keinginan yang
tidak menentu ini yang membawa kita lebih dekat kepada Sang Khalik.
C E M B U R U A K A N K I TA | 125
Kitab Suci mengatakan bahwa jalan dunia ini sudah diatur oleh roh-roh
durhaka yang dengan licik bekerja di tengah-tengah masyarakat generasi ini
(lihat Efesus 2:2). Sederhananya, kosmos adalah peradaban yang diciptakan
oleh pikiran-pikiran yang telah dibutakan. Rasul Yohanes tanpa ragu-ragu
menuliskan, “seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1 Yohanes
5:19). Secara progresif, dunia ini lambat laun terhanyut menjauhi kehendak
dan otoritas Allah. Sebagian besar bentuknya tidak secara terang-terangan
bertentangan atau jahat; namun, perubahannya diselubungi kedok progres
atau kebaikan. Namun kenyataan yang sebenarnya adalah dunia ini telah
memikat hati penghuninya untuk menjauh dari kehendak Sang Pencipta.
New International Encyclopedia of Bible Words mendefinisikan kata ini
lebih dalam lagi. Dinyatakan bahwa, “Keduniawian bukan saja berarti ter-
libat dalam praktik-praktik yang dipertanyakan banyak orang. Mengadopsi
perspektif, nilai-nilai dan sikap budaya kita, tanpa menelitinya terlebih da-
hulu dengan Firman Allah adalah tindakan membabi buta.” 12 Secara sing-
kat, dalam hal keduniawian, kita adalah sumber yang mengatur standar apa
saja yang dianggap baik dan jahat. Perspektif, nilai dan sikap yang men-
dasarinya berakar dalam kenikmatan daging, kepuasan mata, dan kehausan
akan status, reputasi dan kedudukan:
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jika-
lau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam
orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan da-
ging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal
dari Bapa, melainkan dari dunia. (1 Yohanes 2:15-16)
Perhatikan kalimat “semua yang ada di dalam dunia.” Inilah cara sing-
kat untuk mendeteksi pengaruh duniawi—atau seperti perkataan Yakobus,
bagaimana cara mengenali para pezina yang sedang mengincar Anda.
Tolong dengarkan saya, para pengikut Kristus: dunia ini sedang mengin-
car Anda. Ajakan dunia ke dalam sebuah hubungan sering kali disertai
dengan bujuk rayu yang memikat hati, logika, sanjungan, kesempatan,
126 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Mengenai definisi dunia, banyak yang menekankan pada bentuk dan bukan-
lah motif dibaliknya. Hati saya sedih apabila mendengar bagaimana proses
berpikir orang-orang percaya yang dibesarkan atau saat ini terperangkap
dalam legalisme. Legalisme sering diutarakan, dan kata ini kerap diartikan
sesuka hati. Oleh karena itu, sebelum kita melanjutkan, marilah kita men-
definisikannya. Kamus mendefinisikan legalisme sebagai “kepatuhan yang
sangat ketat...terhadap undang-undang atau ketentuan, terlebih kepada de-
tail sekecil-kecilnya dan bukan pada maksud yang sebenarnya.” Lebih jauh
lagi, definisinya adalah, “menghakimi perbuatan dalam hal kepatuhan ter-
hadap undang-undang yang tepat.”
Banyak dari kita telah mendengar cerita-cerita mengerikan sehubungan
dengan bentuk Kekristenan yang tidak berjiwa ini. Para pendeta memukul-
kan Alkitab pada mimbar mereka, mengumumkan aturan dan peraturan
yang harus diperhatikan dan dipatuhi dengan saksama. Mereka memberi-
kan cap “duniawi” kepada para wanita yang mengenakan celana panjang,
C E M B U R U A K A N K I TA | 127
pakaian modis, perhiasan, rias wajah, tindik, atau rambut pendek, modern
atau dicat warna. Kaum pria juga tidak terlewatkan dari khotbah dari mim-
bar mereka: mode mutakhir dicibir, demikian juga tindik dan panjangnya
rambut.
Tidak berhenti di situ saja. Hukuman langsung dijalankan begitu ada
orang yang terlihat berpesta dengan orang-orang berdosa. Mereka yang me-
nonton bioskop atau bentuk hiburan lainnya dikritik. Pertemanan di luar
lingkungan orang-orang yang “layak diterima” dicibir, dan upaya apa pun
untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang dengan cara-cara kreatif sering
kali dicap durhaka. Termasuk dalam daftar yang tidak diperbolehkan adalah
berdansa, menghadiri acara-acara sosial tertentu, segala bentuk musik seku-
ler, menonton televisi, peralatan untuk mengubah suasana seperti lampu
sorot dan kabut asap—dan ini hanyalah daftar pendek dari berbagai pera-
turan yang untuk “mengikut Yesus dan menjauhkan diri dari dunia.”
Saya baru saja menuliskan daftar tujuan yang jelas dari kaum legalis;
tetapi ada bentuk-bentuk legalisme yang lebih terselubung yang sama ba-
hayanya. Jenis ini adalah kriteria yang dipaksakan—sering kali dipaksakan
oleh diri sendiri—oleh orang-orang untuk mendapatkan keselamatan, ber-
tumbuh secara rohani, atau menghakimi penampilan luar orang lain. Be-
berapa contoh mengenai hal ini adalah berdoa berjam-jam, berpuasa, atau
membaca beberapa bagian Alkitab setiap hari. Tentu saja semua ini pada
dasarnya adalah kebiasaan yang banyak manfaatnya, namun tidak boleh
dilakukan dengan maksud untuk meraih tingkat kerohanian yang lebih
unggul.
Bisa saja kita sedang bergumul untuk menerima pengampunan, jadi
kita tidak tahan pada dorongan untuk menghukum diri sendiri dengan cara
tertentu untuk menebus kesalahan yang telah kita perbuat. Hal ini menga-
lihkan fokus kita dari darah Yesus dan membawa kita kembali kepada hasil
perbuatan kita.
Legalisme dapat berwujud kepercayaan bahwa kita memiliki akses yang
lebih besar kepada Allah karena kita telah melayani dengan tekun dalam
pelayanan atau gereja. Atau kita percaya bahwa doa kita lebih cepat di-
128 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
seorang, dan bukan watak hati mereka. Gerejanya tidak memiliki banyak
pengaruh terhadap orang-orang di luar kelompok mereka. Sayangnya para
pemimpin gereja ini tidak sungguh-sungguh mendengarkan perkataan Pau-
lus: “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal
kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17).
Ada sukacita besar dan abadi ketika kita berada dalam Roh. Sukacita itu
akan menarik orang-orang yang terhilang, karena dunia ini tidak memiliki-
nya. Yesus juga menarik bagi mereka yang tulus hatinya, bahkan bagi para
pendosa yang terkenal dalam masyarakat. Barangsiapa yang mencoba mem-
peroleh keselamatan atau bertumbuh dalam Kristus melalui ajaran-ajaran
atau kepercayaan yang bersifat legalistik tidak akan memiliki sukacita yang
sejati. Mereka hidup dalam dunia yang kecil karena orang-orang yang tidak
sepaham dengan mereka akan tersisihkan.
Alangkah lebih baik jika para pemimpin gereja dari pengusaha ini dapat
merenungkan kembali pernyataan Paulus dalam suratnya yang lain:
PERSAHABATA N
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian
Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang
telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan
oleh hidup-Nya!
—R OMA 5:10
S ahabat. Kita semua memiliki dan menyukai mereka. Waktu saya masih
muda, dua orang sahabat akrab saya adalah Danny dan Glenn. Saya
banyak menghabiskan waktu luang bersama mereka. Kami bermain olah
raga, naik sepeda, bereksplorasi, permainan ciptaan sendiri, jalan-jalan ke
kota, atau duduk-duduk saja dan mengobrol santai. Obrolan kami berki-
sar seputar hal-hal yang penting bagi kami: teman-teman lain, perempuan,
sekolah, kegiatan sosial, atletik, rencana karier, dan berbagai macam topik
lainnya. Persahabatan kami umumnya cukup sehat. Kami mendorong satu
sama lain supaya bisa menjadi lebih baik, lebih tangguh, dan lebih dewasa
dan meraih cita-cita kami. Kami saling melindungi, saling menolong dan
membantu di saat-saat susah. Singkatnya, saya suka menghabiskan waktu
bersama teman-teman kesayangan saya.
132 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Dalam bab sebelumnya, kita belajar kata philia yang berarti “menjadi saha-
bat” atau “bersahabat” dan juga memiliki arti “mengasihi dan juga dikasihi.”
Encyclopedia of Bible Words menyatakan lebih lanjut, “Dalam dunia Yunani,
arti persahabatan dikembangkan lebih jauh lagi. Philia... digunakan dalam
pengertian umum ‘kenalan,’ dan juga dalam pengertian yang lebih akrab
P E R S A H A BATA N | 13 3
yaitu ikatan kasih sayang sejati yang mendalam dan bersifat pribadi.” Intinya,
kata yang digunakan oleh Yakobus ini berlaku pada gambaran umum ten-
tang persahabatan. Kita semua tahu ada beberapa tingkat hubungan, dan
persahabatan yang dimaksud oleh Yakobus ini berbicara tentang makna
secara keseluruhan. Selanjutnya, persahabatan dalam arti luas ini langsung
dikaitkan dengan ketidaktaatan.
Berlaku tidak setia terhadap Allah tidak jauh berbeda dari skenario
khas perselingkuhan seorang suami, jadi marilah kita meninjau tahap-tahap
dalam perselingkuhan yang lazim. Dalam kebanyakan kasus, sang suami
dan kekasihnya tidak langsung berakhir di tempat tidur saat pertemuan per-
tama. Ada tahap pacaran yang terjalin; baik sengaja maupun tidak sengaja.
Dimulai dengan perjumpaan biasa dan saling berkenalan. Ini bisa terjadi
lewat media sosial atau perjumpaan langsung. Ada gejolak dalam hati yang
ditimbulkan oleh perkenalan ini. Kerap kali ketertarikan pria tersebut mun-
cul karena keintiman yang tidak terpenuhi dengan istrinya. Dalam beberapa
kasus tertentu yang jarang terjadi, ketertarikan semata-mata terdorong oleh
keinginan akan hubungan yang lebih bersifat fisik dan emosional. Interaksi
awal tampaknya tidak berbahaya, tetapi di setiap kontak selanjutnya, keter-
tarikan masing-masing bertambah. Akhirnya mereka saling bertukar nomor
ponsel dan e-mail.
Ketertarikan tersebut makin lama makin meningkat ketika sang pria
berinteraksi dengan si wanita melalui SMS, e-mail, percakapan telepon,
atau sekadar “berpapasan” dengannya. Kontak ini memperdalam kual-
itas pembicaraan mereka. Mereka saling merindukan, tetapi tidak pernah
mengakuinya. Daya tarik yang tak terungkapkan menambah sensasi dalam
kelanjutan hubungan ini. Mereka sudah jauh melampaui batas-batas persa-
habatan yang seharusnya.
Akhirnya rencana dibuat untuk tahap berikutnya—minum kopi, makan
siang atau bertemu di tempat sepi. Biasanya di saat inilah perasaan satu sama
lain diungkapkan.
Wanita itu sekarang terus memenuhi pikirannya dan sang pria rindu
ingin bersamanya. Dia mengangankan dan merencanakan bagaimana me-
13 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Dunia ingin memikat kita untuk meninggalkan “cinta pertama” kita dengan
cara yang sama. Awalnya dimulai dengan membangkitkan ketertarikan kita.
Yang membangkitkan bisa saja humor, kesenangan, kenyamanan, kegembi-
raan, intrik, kesuksesan, atau apa saja yang menarik. Tidak berbeda dengan
contoh yang saya berikan, tahap perkenalan bisa saja terjadi lewat media
atau perjumpaan langsung. Ini kerap terjadi karena ketidakpuasan dalam
hubungan kita dengan Allah. Kita telah kehilangan gairah dari persahabatan
P E R S A H A BATA N | 135
kita dengan-Nya. Saat-saat persekutuan kita dengan Dia terasa kering dan
membosankan. Kebutuhan kita akan persahabatan menarik kita ke arah lain.
Daya tarik dunia bertambah seiring berjalannya waktu. Dalam waktu
singkat, seluruh pikiran dan perasaan kita terikat. Jika kita meneliti perkataan
Paulus kepada dua jemaat yang berbeda, kita akan menemukan peringatan
yang, jika didengarkan, akan melindungi kita supaya tidak tergelincir ke
dalam perselingkuhan dengan dunia:
tidak ingin orang yang saya cintai menjadi benci, marah, dan kecewa ter-
hadap saya. Namun, ini adalah contoh kecil dibandingkan dengan apa yang
diutarakan oleh Paulus dan Yakobus, karena tidak ada orang Kristen ber-
pikiran waras yang mau menghadapi murka Allah. (Ingatlah, Yakobus dan
Paulus sedang berbicara kepada orang-orang percaya).
Yunus mengalami murka Allah, dan dia berakhir dalam muntahan ikan
besar. Samson juga mengalaminya, dan dia jatuh ke dalam perbudakan dan
kehilangan penglihatannya. Eli mengalaminya, dan dia mati di hari yang
sama ketika kedua anaknya tewas. Ada contoh-contoh lain seperti Saul,
Bileam, Yoab, Aleksander si tukang besi, dan banyak lagi yang lain. Mem-
buat Allah murka adalah gagasan yang buruk.
Jika Anda ingin contoh yang lain, dalam Perjanjian Baru, perhatikan-
lah komentar Yesus terhadap jemaat-jemaat di kitab Wahyu. Jemaat ini
benar-benar ada dengan orang-orang percaya yang sudah lahir baru. Ke-
pada salah satu jemaat yang berkompromi dengan hubungan mereka, Allah
memperingatkan akan mengambil kaki dian mereka—terang mereka (lihat
Wahyu 2:5). Jemaat lain diperingatkan bahwa Allah akan “memerangi me-
reka” (lihat Wahyu 2:16). Jemaat lainnya diancam Allah dengan “ranjang
orang sakit” dan “kesukaran besar” (lihat Wahyu 2:22). Yang lainnya dipe-
ringatkan bahwa Dia akan “datang seperti pencuri” (lihat Wahyu 3:3), dan
yang lainnya lagi diperingatkan bahwa Dia akan “memuntahkan” mereka
dari mulut-Nya (lihat Wahyu 3:16). Pokoknya: Anda tidak mau mengha-
dapi murka Allah!
Dalam Roma 8:5, perhatikan kata “set their minds” atau “memikirkan”.
Kata kuncinya adalah set (tertuju). Marilah kita merenungkan kata ini. An-
daikan saat ini musim dingin dan suhu di rumah Anda diatur pada 70 de-
rajat Fahrenheit. Suhu udara di luar adalah -5 derajat Fahrenheit. Karena
terburu-buru, seorang anggota keluarga Anda pergi dan tidak menutup
rapat pintu depan. Dia pergi begitu saja, dan beberapa menit kemudian
angin kencang mendorong pintu depan terbuka. Anda sedang berada di ba-
gian rumah yang lain, dan tak lama kemudian Anda merasakan suhu udara
dalam rumah Anda turun drastis. Anda ingin tahu mengapa hal ini terjadi
P E R S A H A BATA N | 137
dan menemukan pintu depan terbuka lebar dan angin dingin berembus
masuk. Anda segera menutup pintu, tetapi sekarang suhu di dalam rumah
Anda di bawah 60 derajat. Lalu apa yang terjadi? Ketika suhu menurun,
termostat (alat pengatur suhu secara otomatis yang bekerja karena peru-
bahan suhu) memberi sinyal kepada perapian untuk menyala sampai suhu
dalam rumah Anda kembali pada suhu yang telah diatur sebelumnya. Tanpa
adanya campur tangan Anda, suhu kembali ke 70 derajat.
Marilah kita kembali ke contoh pria yang berselingkuh tadi. Beberapa
tahun sebelumnya, saat berpacaran dengan istrinya, seluruh cinta dan ha-
sratnya tertuju kepadanya. Pria itu mendambakan berada bersamanya, sa-
ngat akrab dengannya, dan akhirnya bagaimana dia akan meminangnya.
Wanita itu selalu ada dalam pikirannya saat dia bangun tidur, ketika sedang
bekerja, waktu terjebak macet di jalan, dan terutama saat dia sedang berba-
ring di ranjang pada malam hari. Pendek kata, di saat pria itu sedang tidak
menggunakan pikirannya untuk hal-hal tertentu, angan-angannya tertuju
kepada apa yang sudah diatur sebelumnya: kepada calon istrinya.
Teman-temannya terkadang mendapati dia sedang melamun ketika me-
reka sedang mengobrol. Mereka bahkan bertanya, “Hai, Bung, pikiranmu
sedang ke mana?”
Dengan tersipu malu dia akan menjawab sambil lalu, “Maaf, kawan-
kawan, saya sedang banyak pikiran.” Dia memungkiri yang sebenarnya
supaya teman-temannya tidak kecewa apabila mengakui bahwa dia sedang
memikirkan calon istrinya. Pikirannya sudah terpatri.
Tetapi selang beberapa tahun kemudian, setelah mereka bertunangan,
menikah, memiliki anak, dia mendapati dirinya berada dalam sebuah perse-
lingkuhan dengan wanita lain. Pola yang sama telah berkembang. Wanita
itu selalu ada dalam benaknya. Saat dia sedang tidak menggunakan otak-
nya, pikirannya kembali kepada pengaturan awal. Bahkan ketika bersama
dengan istrinya, cintanya tertuju kepada kekasih gelapnya. Dia mencari
dan merindukan wanita itu karena pikirannya telah terpatri padanya. Sama
seperti termostat yang secara otomatis mengembalikan suhu ruangan ke
138 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
pengaturan suhu sebelumnya, pikiran kita juga akan kembali kepada penga-
turan sebelumnya.
Apa hubungan kisah ini dengan orang-orang percaya? Saat kita pertama
kali diselamatkan, kita diliputi dengan cinta. Kita memikirkan tentang Yesus
saat bangun tidur, sarapan, di dalam mobil, di tempat kerja, waktu makan
siang, selesai bekerja, ketika sedang sendirian dan terutama waktu sedang
berbaring di ranjang pada malam hari. Kita merindukan saat persekutuan
dengan Roh-Nya. Kita dengan antusias menantikan kebaktian berikutnya,
ingin menjangkau dan menceritakan Yesus kepada orang lain, atau berbicara
dengan teman-teman seiman tentang jalan-jalan Allah. Pendek kata, Dia
memenuhi seluruh pikiran kita; cinta kita tertuju kepada-Nya.
Waktu terus berlalu. Tadinya kita tidak sabar menantikan kebaktian,
mengalami hadirat-Nya, memuji Dia, dan mendengarkan firman-Nya. Se-
karang kita memang hadir secara fisik, tetapi sebenarnya tidak demikian.
Pikiran kita dengan mudah beralih kepada tim olah raga favorit kita, obral
murah di pusat perbelanjaan terdekat, kencan berikutnya, transaksi bisnis
yang masih menggantung, pesta di tempat kita diundang, dan banyak lagi
hal lainnya. Apa yang telah terjadi? Apakah pikiran kita benar-benar sudah
melantur ataukah benak kita beralih ke arah yang sudah diatur sebelumnya,
kepada hal-hal yang kita cari dengan sepenuh hati? Apakah kita memiliki
kekasih lain tanpa kita sadari?
Kisah Saya
Saya akan menceritakan sebuah kisah. Saya kuliah di Universitas Purdue dan
di tahun kedua, ada dua orang saudara dari kelompok persaudaraan datang
ke kamar saya dan membagikan Empat Hukum Rohani dari Campus Cru-
sade. Mata rohani saya terbuka, dan saya memberikan hidup saya kepada
Yesus. Dalam waktu singkat, saya berapi-api dengan gairah bagi Allah. Dia
begitu nyata, dan saya sangat jatuh cinta kepada Yesus dan sungguh ber-
syukur akan kebebasan yang Dia berikan. Saya membagikan tentang Dia ke-
pada siapa saja yang mau mendengarkan, dan bahkan kepada mereka yang
P E R S A H A BATA N | 139
pandangan dan tingkah laku saya lebih dapat diterima dibanding di kelom-
pok persaudaraan.
Dua puluh dua bulan kemudian saya diajak untuk bergabung menjadi
staf gereja kami, salah satu gereja terbesar dan paling dikenal di Amerika
yang memiliki banyak pengaruh internasional. Gereja itu memiliki lebih
dari empat ratus pegawai untuk mendukung pelayanan penjangkauan, dan
diundang untuk masuk ke tim mereka adalah hal yang sungguh luar biasa
bagi saya. Rasanya seperti cara terbaik untuk masuk ke surga! Saya berpikir
penganiayaan saya akan berakhir sekarang karena saya bekerja dengan orang-
orang Kristen. Saya tidak lagi akan mengalami pertempuran sengit seperti
yang terjadi sewaktu kuliah dan di Rockwell International.
Waktu itu, Dallas Cowboys adalah salah satu tim terbaik dalam Liga
Football Nasional. Saya bukanlah penggemar mereka karena saya dibesar-
kan di Michigan, tetapi saya mendengarkan para staf berbicara tentang
tim Cowboys setiap Senin. Mereka akan berkumpul sambil menikmati
kopi mereka dan mengobrol dengan penuh semangat tentang data statistik
pertandingan sehari sebelumnya, permainan yang hebat, kemenangan dan
kekalahan mereka.
Karena penasaran, saya mulai menonton tim Cowboys di televisi. Awal-
nya saya hanya menonton seperempat atau dua pertandingan saja. Saya suka
menonton tim Cowboys karena mereka mengesankan. Ada manfaat lain
juga: saya memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan cerdas mengenai
pertandingan-pertandingan ini dengan orang lain di kantor gereja.
Awalnya kelihatan tidak merugikan ataupun berbahaya. Namun selang
beberapa waktu kemudian, kesukaan saya terhadap tim Cowboys menjadi
semakin kuat, dan saya mulai menonton seluruh pertandingan. Saya bahkan
berbicara dengan TV dengan penuh gairah, bersorak, dan kadang-kadang
berteriak kepada para pemain. Akhirnya ada saat di mana saya tidak pernah
melewatkan waktu untuk menonton setiap pertandingan atau bagian seke-
cil apa pun. Bahkan di luar musim pertandingan, saya dan rekan kerja saya
melanjutkan percakapan tentang cara mereka merekrut pemain dan betapa
hebatnya tim Cowboys tahun depan. Saya sering memikirkan tim ini, bah-
142 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
kan ketika saya tidak sedang membicarakan statistik tim dengan rekan-rekan
kerja, saya sudah menjadi penggemar berat mereka!
Ketika musim pertandingan berikutnya tiba, saya diliputi kegairahan.
Tiap minggu selesai kebaktian, saya buru-buru pulang dan menghidupkan
TV bahkan sebelum mengganti pakaian gereja. Kadang kala saya hanya
duduk terpaku di depan televisi walaupun rasanya tidak nyaman dengan
pakaian yang saya kenakan (setelan jas dan berdasi) dan apalagi jika perlu ke
kamar mandi. Saya benar-benar tidak ingin ketinggalan setiap pertandingan.
Waktu istirahat separuh permainan, barulah saya pergi ke kamar dan
berganti pakaian. Jika Lisa memerlukan bantuan, lupakan saja. “Sayang,
tim Cowboys sedang bertanding.” Kami makan saat istirahat separuh per-
mainan, atau bahkan lebih baik lagi, seusai pertandingan—tidak pernah saat
pertandingan sedang berlangsung.
Saat itu saya sudah tahu semua statistiknya. Saya akan menganalisisnya
dengan cermat dan memikirkan bagaimana tim Cowboys bisa bertanding
lebih baik lagi. Sayalah yang memimpin percakapan di kantor. Saya akan
membanggakan performa para pemain yang berbeda saat pertandingan.
Obrolan kami tidak hanya pada hari Senin tetapi selama seminggu penuh.
Ada beberapa orang di gereja saya yang memiliki tiket tahunan, dan saya
selalu siap apabila ada yang mengajak saya menonton pertandingan.
Marilah kita bergerak maju ke musim pertandingan berikutnya, yaitu
setahun kemudian. Beberapa saat sebelumnya saya sedang mendoakan se-
suatu yang saya pikir cukup sederhana dan tampaknya sepele. Namun, saya
tidak menyadari kalau doa itu akan merubah hidup saya. Doa saya adalah,
“Tuhan, aku mohon agar Engkau menyucikan hatiku. Aku ingin hidup
suci dan dikuduskan bagi-Mu, jadi apabila ada sesuatu dalam hidupku yang
tidak berkenan di hati-Mu, ungkapkanlah dan singkirkanlah.” Saya tidak
mengira betapa dalamnya doa ini dan apa yang akan segera terungkap.
Musim pertandingan akan segera berakhir dan pertandingan penentuan
akan segera tiba. Hari itu adalah waktu pertandingan yang sangat penting.
Tim Cowboys bermain melawan Philadelphia Eagles. Pemenang pertan-
dingan akan melanjutkan ke pertandingan penentuan berikutnya dan yang
P E R S A H A BATA N | 14 3
kalah akan keluar. Saya terpaku di depan televisi, tidak lagi duduk di atas sofa
tetapi berdiri. Pertandingan itu terlalu seru untuk disaksikan sambil duduk.
Waktu itu seperempat final dengan waktu kurang dari delapan menit yang
tersisa sebelum pertandingan berakhir. Tim Cowboys ketinggalan empat
poin dan pemain gelandang utama mereka membawa timnya bergerak ke
tengah lapangan. Saya berjalan mondar-mandir di sela-sela pertandingan,
berteriak frustrasi karena permainan yang jelek atau bereaksi dengan kegi-
rangan pada permainan yang bagus. Ketegangan itu begitu menyenangkan.
Tiba-tiba, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, Roh Allah mendesak
saya untuk berdoa. Ada dorongan mendadak yang meliputi saya: Berdoa,
berdoa, berdoa! Rasanya seperti ada sebuah beban yang kuat dan berat me-
nekan di lubuk hati saya. Saya sudah mulai mengenali bahwa dorongan
seperti ini terjadi apabila Roh Allah ingin Anda menyendiri dan berdoa.
Lisa tidak ada di dekat saya, jadi saya berteriak, “Tuhan, pertandingan-
nya tinggal delapan menit lagi. Aku akan berdoa setelah ini selesai.” Do-
rongan itu berlanjut dan tidak mau berhenti.
Beberapa menit berlalu. Masih mencari-cari bantuan, saya berteriak,
“Tuhan, aku akan berdoa lima jam penuh setelah pertandingan ini berakhir.
Tinggal enam menit lagi!”
Tim tersebut membawa bola ke tengah-tengah lapangan. Saya tahu pasti
mereka akan kembali dan memenangkan pertandingan penting ini. Tetapi,
dorongan untuk berdoa tetap tidak mau pergi dari diri saya. Malah, la-
ma-lama semakin kuat. Saya menjadi kecewa. Saya tidak mau menjauh dari
pertandingan ini. Saya berkata lagi dengan lantang, “Tuhan, saya akan ber-
doa seharian—kalau perlu sampai malam jika itu yang Engkau kehendaki!”
Saya menonton pertandingan itu sampai selesai. Tim Cowboys menang
dan seluruh lapangan gempar oleh luapan sukacita. Saya juga ikut bergabung
dengan sorak kegirangan para penonton. Tetapi, saya sudah berjanji kepada
Allah. Saya segera mematikan televisi. Saya langsung pergi ke kantor saya di
lantai atas, menutup pintu, dan berlutut di atas karpet untuk berdoa. Tetapi
dorongan untuk berdoa sudah tidak ada lagi. Tidak ada lagi beban, bahkan
perasaan sedikit pun. Semuanya lenyap.
14 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Saya diliputi kesedihan karena tidak setia terhadap Dia yang telah memberi-
kan hidup-Nya bagi saya. Semua itu hanya demi sesuatu yang berasal dari
dunia ini—segala sesuatu yang menyita hati, jiwa, dan pikiran mereka yang
tidak memiliki sumber hidup lainnya. Kecintaan saya jelas-jelas tertuju pada
tim football.
Berdasarkan kejadian ini, perhatikan baik-baik perkataan Yakobus:
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa
persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi
barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya
musuh Allah. Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa
alasan berkata: “Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, di-
ingini-Nya dengan cemburu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan
mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang
berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!
(Yakobus 4:4-5, 8)
P E R S A H A BATA N | 14 5
Kesetiaan saya terbagi. Kesetiaan akan terlihat dari keputusan yang kita
ambil dan semata-mata bukan dari perkataan yang kita ucapkan. Ada ba-
nyak orang yang mengaku setia, tetapi perbuatan mereka terbukti lain. Apa-
kah ini sebabnua Firman Tuhan berkata, “Banyak orang menyebut diri baik
hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?” (Amsal 20:6)
Saat itu saya mengatakan dengan sungguh-sungguh, “Yesus adalah
yang terpenting dalam hidup saya, melebihi segala sesuatu atau orang lain!”
Tetapi, pilihan saya terbukti lain. Perbuatan kita adalah level komunikasi
yang lebih tinggi daripada perkataan kita.
Rasul Yohanes memberikan versi Perjanjian Baru dari Amsal 20:6: “...
marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan ...tetapi dengan perbuatan
...” (1 Yohanes 3:18). Sejujurnya tim Dallas Cowboys telah merebut posisi
cinta pertama saya. Saya telah menyebabkan Roh yang hidup di dalam saya
menjadi cemburu. Bahkan setelah saya membaca peringatan dalam Kitab
Suci, saya masih buta terhadap pernyataan itu. Allah bermurah hati dan
menunjukkan kesalahan saya.
Yohanes juga menulis:
Ini bukan lagi Yakobus yang memperingatkan kita, tetapi Yohanes yang
dikasihi Yesus. Perlu diperhatikan juga bahwa inilah kata-kata terakhir yang
ditulisnya dalam suratnya yang panjang. Di zaman itu, para rasul tidak dapat
menelepon, mengirim SMS, Facebook atau surat kilat kepada orang-orang
yang mereka cintai. Surat-menyurat sangat jarang dan membutuhkan upaya
besar untuk mengirimkannya. Jadi jika Anda menulis surat yang terinspirasi
dari Roh Kudus, kemungkinan besar Dia akan memberikan informasi ter-
penting pada akhir surat.
Bersama dengan Yakobus dan Yohanes, Paulus juga mencatat peringatan
agar tidak memberi kesempatan bagi dunia untuk mengambil alih kesetiaan
kita kepada Yesus. Dia berkata:
14 6 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-
roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan
dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita memban-
gkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia? “Segala
sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna.
“Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu
membangun. Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri,
tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.
(1 Korintus 10:21-24)
Saya terkesima oleh ayat-ayat ini, yang sangat cocok bagi kita yang hidup
di masa sekarang. Saya juga senang versi New Living Translation menuliskan
perkataan Paulus: “Beranikah kita membangkitkan kecemburuan Allah?
Apakah kamu kira kita lebih kuat dari Dia? Kamu berkata, ‘Aku diperbo-
lehkan melakukan segala sesuatu’—tetapi tidak semuanya baik untukmu”
(ayat 22-23). Sekali lagi, kita dapat mendengar bahwa Allah sangat cemburu
akan kita.
Pertanyaan yang mungkin muncul sekarang adalah, apakah saya tidak boleh
menonton pertandingan olahraga profesional apa pun? Apakah saya tidak
boleh mengambil bagian dari apa saja yang digandrungi dunia? Jika benar
demikian, bagaimana saya dapat hidup dan berfungsi di dunia ini?
Saya akan memberikan jawaban demikian. Sebagai seorang suami, apa-
kah saya harus menyingkirkan semua kontak dengan wanita lain selain istri
saya? Jawabannya adalah tidak. Saya senantiasa berada dalam sekelompok
wanita. Saya duduk dalam pesawat di dekat mereka—seperti ketika me-
ngetik buku ini, seorang wanita duduk di sebelah saya dalam pesawat. Saya
bekerja dengan para wanita. Saya berinteraksi dengan wanita di banyak tem-
pat dan dalam kondisi yang berbeda.
P E R S A H A BATA N | 147
Sebagai seorang pria yang sudah menikah, saya mencoba bersikap ramah
terhadap wanita, terutama karena banyak sekali dari mereka yang telah di-
sakiti oleh kaum pria. Kerap kali kaum wanita dianggap seperti sepotong
daging untuk memuaskan nafsu pria atau sering kali tidak dianggap sepadan
dengan kaum pria. Hal ini membuat saya marah, karena saya tahu bahwa
Allah menciptakan pria dan wanita menurut gambar dan rupa-Nya. Dia
telah mengaruniakan pria dan wanita; Dia menaruh pikiran Kristus kepada
pria dan wanita menurut janji-Nya. Dia tidak lebih berpihak kepada pria
daripada wanita, jadi mengapa kita berbuat demikian di dalam gereja?
Walaupun demikian, saya berhati-hati agar tidak membuka hati dan
cinta saya secara romantis atau dengan cara yang tidak sepatutnya kepada
wanita lain. Saya sudah membuat perjanjian dengan Lisa. Ketika saya me-
nikahinya, saya menyatakan bahwa saya akan meninggalkan hubungan ro-
mantis dengan setiap wanita lain di bumi ini. Jadi saya memiliki cara yang
layak dalam berhubungan dengan wanita lain.
Marilah kita membandingkannya pada persahabatan dengan dunia.
Saya masih bisa menikmati pertandingan football, walaupun cukup sulit
untuk membuat saya tertarik kepada seluruh pertandingan. Gairah saya
sudah tidak ada di situ lagi seperti yang terjadi ketika pikiran saya terpusat
pada tim Cowboys. Kecintaan saya tertuju untuk memuaskan keinginan
Tuhan kita. Mencintai dan memperhatikan keluarga saya, bekerja untuk
membantu orang lain, bekerja dalam pelayanan kami, dan mendengarkan
hikmat dan nasihat Allah adalah hal-hal yang menyita perhatian dan kasih
sayang saya sepenuhnya.
Adakah saat di mana hal-hal lain berada pada posisi yang salah dalam
kehidupan saya? Oh ya, pernah! Dan karena saya meminta pertolongan Roh
Kudus, maka Dia telah menolong saya untuk mengenali hal-hal ini. Golf,
makanan, film, dan bahkan pekerjaan pelayanan adalah beberapa hal yang
harus saya tangani dan bahkan singkirkan untuk sementara waktu, agar
cinta saya dapat kembali ke posisi yang benar.
Ketika kecintaan saya terhadap golf tidak ada lagi pada tempatnya, Roh
Kudus mendorong saya suatu hari untuk memberikan semua perlengkapan
14 8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
golf saya kepada pendeta lain. Mengapa Roh Kudus meminta saya melaku-
kan hal itu? Intinya, golf bukanlah hal yang di luar kendali pendeta itu,
tetapi sudah di luar kendali saya!
Setelah satu setengah tahun tidak bermain, Tuhan menaruh beban
dalam hati seorang pemain golf profesional untuk memberikan peralatan
golfnya yang bernilai ribuan dollar kepada saya. Saya bingung. Pemain golf
profesional ini, seorang pendoa, berkata, “John, saya tahu saya memang
harus melakukan ini.”
Beberapa bulan kemudian, seorang pendeta yang membantu mendiri-
kan salah satu gereja besar di Korea Selatan memberitahu saya bahwa Allah
menaruh beban dalam hatinya untuk memberikan satu set peralatan golf ke-
pada saya. Saat itu saya benar-benar bingung! Saya bertanya kepada Tuhan,
“Apa yang harus kulakukan dengan seperangkat stik ini?”
“Pergilah bermain golf,” saya mendengar-Nya dalam hati.
“Tetapi Engkau telah memintaku untuk memberikan semua stikku satu
setengah tahun yang lalu,”
Saya mendengar Allah berkata, “Golf tidak lagi berada di tempat yang
salah. Sekarang ini hanyalah rekreasi dan kesenangan bagimu.”
Saya sudah bermain beberapa kali setelah kejadian itu. Allah telah meng-
gunakan permainan ini dengan cara yang luar biasa untuk memberi waktu
istirahat dan kesegaran, dan juga sebagai sarana bagi saya untuk berkomu-
nikasi dengan anak-anak saya, para pemimpin gereja lain dan mitra dalam
pelayanan. Bahkan, dalam kurun waktu tiga tahun sebelum penulisan buku
ini, lebih dari tiga juta dolar telah disumbangkan kepada Messenger Inter-
national untuk kegiatan misi melalui permainan golf bersama teman-teman
dan mitra dan turnamen golf Messenger Cup. Jika saya memutuskan golf
dari kehidupan saya selamanya, hal ini tidak akan terjadi.
Kita tidak perlu takut apabila Allah meminta ketaatan kita. Sebenarnya
mudah sekali untuk taat apabila permintaan-Nya telah sejalan dengan tu-
juan hidup kita; jika tidak, akan menjadi tindakan yang berat.
P E R S A H A BATA N | 14 9
Dukacita Ilahi
Setelah Allah menunjukkan apa yang telah saya perbuat untuk memi-
lih tim Cowboys daripada berdoa, saya mengalami kesedihan dan dukacita
yang mendalam. Saya sadar saya telah melukai Dia yang sudah memberikan
hidup-Nya bagi saya dengan sebuah “hubungan” yang tidak selayaknya.
Baru-baru ini saya berbicara dengan seorang pria yang pernah berse-
lingkuh tetapi sudah dipulihkan. Dia menceritakan bagaimana dia telah ber-
dosa selama enam bulan dan saat bercerita, dia tak henti-hentinya menangis.
Dia adalah laki-laki yang tangguh—mantan pemain football di kampus,
seorang pengusaha sukses dan tentu bukan tipe pria cengeng. Saya terke-
sima ketika mengamati pria kekar ini menangis. Dia menangis bukan karena
merasa tidak diampuni oleh Tuhan atau istrinya. Bahkan, pernikahannya se-
karang lebih kokoh dari sebelumnya. Dia menangis karena kenyataan bahwa
dia telah melakukan perbuatan ini kepada orang yang sangat dia cintai; dia
menangis karena dia telah menimbulkan luka hati yang sangat mendalam
kepada istrinya. Sungguh mengagumkan melihat begitu dalamnya perasaan
dan kasihnya kepada istrinya.
15 0 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
KEBENARA N
YANG D I HI NDAR I
... kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan
tidak seorangpun akan melihat Tuhan.
—I BRANI 12:14
cara hidup mulia, yang didambakan pada berbagai tingkatan. Pada zaman
sekarang, tidak dapat diragukan lagi, kata ini kerap disalahartikan.
Intinya
Inilah intinya: hanya mereka yang berjalan dalam kekudusan yang dapat
melihat Allah—dapat masuk ke hadirat-Nya. Yesus sudah menjelaskannya
lebih dalam ketika Dia berkata, “Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan
melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun
akan hidup. Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dia-
lah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku ... Aku pun akan
mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya” (Yohanes 14:19,
21).
K E B E N A R A N YA N G D I H I N DA R I | 157
Kata menyatakan berarti “membuat jelas atau nyata supaya terlihat atau
dimengerti; menunjukkan secara gamblang.” The Complete Word Study Dic-
tionary mendefinisikan kata ini, emphanizo, sebagai “menjadikan terang,
membuatnya supaya dapat dilihat, menunjukkan.” Bahkan lebih spesifik
lagi menyatakan, “Kepada seseorang ... yang berarti membuat seseorang
dapat dikenal dan dipahami secara intim.”
Yesus menyatakan bahwa kepada orang-orang yang memegang perin-
tah-Nya, Dia akan menampakkan Diri-Nya. Merekalah yang akan melihat
Dia, yang masuk ke hadirat-Nya dan juga yang akan mengenal Dia lebih
intim. Hak istimewa ini tidak dijanjikan kepada segenap orang percaya, tetapi
hanya kepada mereka yang berusaha menaati Firman-Nya—mereka yang
mengejar kekudusan.
Di tahun 1980-an, saya diminta untuk menerima tamu seorang pendeta
senior dari gereja terbesar di dunia. Namanya Dr. David Yonggi Cho, dan
dia berasal dari Seoul, Korea Selatan. Saat itu ada 750,000 jemaat di gere-
janya. Salah satu tanggung jawab saya saat menjadi tuan rumah di gereja
kami di Amerika adalah menjemputnya dari hotel menuju kebaktian. Saat
itu saya baru menjadi orang Kristen selama beberapa tahun, jadi rasanya
sungguh luar biasa mendapatkan kesempatan istimewa ini.
Dr. Cho bepergian bersama sekitar lima belas orang pengusaha dari ge-
rejanya. Pemimpin para pengusaha itu mendekati saya di hari pertemuan
dan berkata, “Mr. Bevere, benarkah Anda yang akan mengantarkan Dr. Cho
ke ibadah malam ini?”
“Ya, pak.”
Dengan tatapan serius, dia berkata, “Mr. Bevere, ada beberapa hal pen-
ting yang harus saya bicarakan dengan Anda. Yang pertama dan paling pen-
ting, jangan berbicara dengan Dr. Cho selama perjalanan menuju kebaktian.
Dia tidak suka berbicara sebelum dia melayani.” Ini bukanlah satu-satunya
instruksi yang diberikan, tetapi merupakan prioritas utama dalam daftar itu.
Saya menjemputnya di hotel malam itu dan menunggu di dalam mobil
sampai orang-orang yang datang bersama dengan Dr. Cho membuka pintu.
Dr. Cho beringsut masuk ke kursi depan di sebelah saya dan hadirat Allah
15 8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari me-
reka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka
Aku akan menerima kamu. (2 Korintus 6:17)
... marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani
dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita
dalam takut akan Allah. (2 Korintus 7:1)
Setelah membaca semua kutipan dalam Perjanjian Baru dari para rasul,
Yesus dan Bapa sendiri, kita pasti bertanya, mengapa bukan aspek penting
dari Kekristenan Perjanjian Baru yang lebih sering dibahas, diajarkan dan
diberitakan? Mungkinkah musuh telah merancang rencana jitu yang men-
dorong kita untuk menerima keselamatan tanpa kekudusan yang murni,
yang akan menahan kita untuk melihat Dia dan karena itu menyebabkan
kita sulit diubahkan? Strategi licik musuh sudah terjadi bukan hanya pada
tingkat personal tetapi juga secara umum. Dalam acara kebaktian kita, mun-
gkinkah kita telah menggantikan hadirat Allah dengan atmosfer?
Salah satu kemajuan pesat dalam gereja selama dua puluh tahun tera-
khir adalah adanya menciptakan atmosfer yang lebih baik dalam kebaktian
penyembahan kita. Bertahun-tahun yang lalu, jika Anda memasuki gereja
pada umumnya, Anda akan mendapati gedung yang bermutu di bawah
standar, dekorasi yang ketinggalan zaman, dan kebaktian yang menjemu-
kan. Musik kita tidak enak didengar, khotbahnya aneh dan tidak relevan,
dan busana kita—kalau boleh dikatakan demikian—sangatlah sederhana.
Hampir segala bentuk pertunjukan musik atau khotbah diperbolehkan asal-
kan dilakukan “dalam nama Tuhan.” Sejujurnya, kita dianggap sangat aneh
oleh masyarakat. Walaupun ada beberapa pengecualian, hal inilah yang di-
anggap umum beberapa dekade yang lalu.
Karena kepemimpinan yang bijaksana, kita sudah mengubah paradigma
ini. Sekarang kita memainkan musik bagus, yang sangat menginspirasi dan
K E B E N A R A N YA N G D I H I N DA R I | 16 1
relevan. Kita merancang gedung gereja yang nyaman, dengan tata suara dan
pencahayaan mutakhir. Kebaktian kita singkat dan relevan, dan kita juga
membuat area anak-anak dan auditorium remaja yang atraktif dan menarik.
Banyak area lobi gereja sekarang memiliki kedai kopi, berbagai area yang ter-
tata apik agar orang-orang dapat berinteraksi, dan toko buku dengan koleksi
lengkap. Kita merancang acara kebaktian kita sedemikian rupa sehingga
tidak lagi memuakkan bagi mereka yang terhilang. Dengan kata lain, kita
menciptakan atmosfer yang menarik di setiap acara kebaktian kita, dan saya
yakin Allah senang dengan kualitas bagus ini.
Tetapi apakah kita telah membuat tampilan luar sebagai tujuan akhir kita?
Atmosfer memang bagus untuk mengantar kita pada apa yang benar-benar
penting: hadirat Allah. Atmosfer adalah buatan manusia. Hollywood, Las
Vegas, Disney, Broadway dan industri hiburan lainnya sangat mahir dalam
menggugah emosi. Apakah kita sudah mengikuti metode mereka? Apakah
kita sudah cukup puas dengan hanya membangkitkan perasaan orang-orang
yang datang ke kebaktian kita? Apakah hadirat Allah memang yang sesung-
guhnya memenuhi gereja kita, atau apakah kita semata-mata menirukan apa
yang orang-orang duniawi lakukan di luar sana?
Inilah realitasnya: agar dapat diubahkan, kita perlu hadirat-Nya!
Mungkinkah karena alasan ini kita memiliki orang-orang yang sungguh
bergairah tentang Kekristenan, mencintai penyembahan, dan terus belajar
tetapi hidup mereka tidak diubahkan? Jika memang demikian, konsekuen-
sinya akan sangat mahal. Orang-orang ini tidak akan diubahkan menyerupai
gambar Yesus. Beberapa tahun yang lalu, kita membiarkan suasana kebaktian
yang buruk tetapi saya ingat pernah berada dalam kebaktian yang dipenuhi
oleh hadirat Allah yang dahsyat. Saya tidak dapat menjelaskan bagaimana
terjadinya, tetapi saya benar-benar diubahkan saat itu.
Jadi sekarang pertanyaannya adalah, mengapa kita tidak dapat memiliki
keduanya yaitu atmosfer dan hadirat-Nya? Kita tidak perlu memilih! Tetapi,
untuk mengalami hadirat Allah, kita harus mengejar kekudusan.
Di sisi lain, rencana musuh kita merancang Kekristenan tanpa keku-
dusan telah menjadikan kabar baik tentang Yesus Kristus seperti agama yang
16 2 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
tidak memiliki kuasa apa pun bagi mereka yang terhilang, sehingga mengi-
kut Yesus menjadi hal yang sama sekali tidak menarik—padahal sebenarnya
inilah kehidupan yang paling mengagumkan yang akan pernah ada.
Karakter Baru
Pengikut dunia ini terikat pada perilaku tersebut karena mereka dikuasai
oleh hasrat dan hawa nafsu kedagingan yang mementingkan diri sendiri.
Orang-orang percaya telah dibebaskan dari perbudakan ini (lihat Roma
6:11-14). Anak Manusia sesungguhnya telah membebaskan kita!
Dalam Perjanjian Lama, umat Allah diperintahkan agar tidak berbuat
dosa tetapi mereka tidak dapat menaatinya karena sifat dasar mereka yang
berdosa (mementingkan diri sendiri). Perjanjian Lama membuktikan de-
ngan jelas bahwa manusia tidak akan pernah dapat hidup baik dalam pan-
dangan Allah dengan kekuatan mereka sendiri. Manusia terbelenggu oleh
hawa nafsu kedagingan dan keinginan mereka yang berlawanan dengan
keinginan Allah.
Sebagai makhluk ciptaan baru, sekarang kita memiliki karakter baru.
Kitahidup, dan diperbarui menurut gambar Yesus dengan kesanggupan
untuk hidup benar. Perhatikan perkataan Paulus:
kuat dalam ciptaan baru atau terus mengikuti keinginan daging. Keputusan
ada di tangan kita.
Pada tahap ini, inilah hal penting yang harus dijelaskan. Ada dua aspek pen-
ting dari kekudusan, dan Perjanjian Baru menjelaskan keduanya. Kerancuan
biasanya terjadi ketika kita menggabungkan kedua aspek ini.
Aspek pertama adalah posisi kita di dalam Kristus. Paulus menulis,
“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,
supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:4). Keku-
dusan ini semata-mata didapatkan karena apa yang sudah Yesus perbuat bagi
kita dan menunjukkan posisi kita di dalam Kristus. Kita tidak akan pernah
bisa meraih posisi ini dengan hasil perbuatan kita; inilah pemberian-Nya
bagi kita.
Lisa menjadi istri saya bukan karena sesuatu yang dia raih melainkan
karena posisi yang dia terima karena saya memberikan hati saya kepadanya.
Dalam janji pernikahan kami, dia juga melakukan hal yang sama untuk
saya. Titik.
Aspek kedua dari kekudusan adalah perbuatan yang dilakukan karena
kita sudah memiliki posisi ini. Sejak Lisa menjadi istri saya, perbuatannya
memancarkan kesetiaannya kepada saya. Dia tidak lagi menggoda atau men-
cari hubungan dengan pria lain. Tindakannya sejalan dengan hubungan
yang tidak tergoyahkan sebagai istri saya. Dan tentu saja, sebagai suami, saya
juga melakukan hal yang sama.
Inilah aspek hubungan kita dengan Allah yang ingin saya jabarkan di
sini. Petrus menegaskan hal ini:
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu
yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah
kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang
kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah
16 8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu
Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut
perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama
kamu menumpang di dunia ini. (1 Petrus 1:14-17)
Sangat jelas Petrus berbicara kepada anak-anak Allah, dan bukan kepada
orang yang terhilang. Kita tahu bahwa Allah akan menghakimi atau mem-
berikan upah sesuai dengan perbuatan kita, yang mengacu pada tindakan
kita, dan bukan posisi kita di dalam Kristus. Darah Yesus telah mengampuni
dosa kita, tetapi ada penghakiman khusus terhadap anak-anak Allaj sehu-
bungan dengan perbuatan kita. Paulus menegaskan hal ini dalam 2 Korintus
5:9-11. Bukan hal yang sepele jika kita sengaja hidup dalam ketidaktaatan.
Jika kita memang sepenuhnya milik-Nya, kita pasti tidak ingin menyakiti
hati-Nya dengan hidup dalam dosa.
Sama seperti Yakobus dan Paulus, Petrus juga meneguhkan bahwa hidup
kita sebelumnya didorong oleh keinginan untuk mementingkan diri sendiri,
dan dia menasihati kita agar hidup kudus dalam segala perbuatan. Saya akan
mengulangi: dia berbicara tentang perbuatan dan gaya hidup kita, bukan
posisi kita di dalam Kristus. Dalam ayat yang sama, Alkitab terjemahan lain
mengatakan bahwa kita harus “hidup kudus dalam segala tindakan dan cara
hidup kita” (ayat 15). Tidak ada yang semu atau rancu tentang penjelasan
Petrus. Sesuai dengan Paulus, Petrus menyatakan bahwa jika kita telah dise-
lamatkan oleh kasih karunia, kita akan dimampukan oleh pemberian karak-
ter baru untuk hidup dengan cara yang berbeda dari dunia ini, yaitu untuk
hidup kudus.
Ingatlah Ibrani 12:14 yang mendorong kita untuk mengejar kekudusan.
Baru-baru ini saya menemukan salah satu khotbah Charles Spurgeon ten-
tang ayat ini yang menyedot perhatian saya. Kutipan berikut ini akan men-
jelaskan kepada Anda alasannya:
Roh Kudus ingin tekankan di sini. Mereka mengatakan bahwa ini ada-
lah kekudusan yang terkait dengan Kristus. Apakah mereka tidak tahu,
saat mereka berbicara demikian, bahwa, secara terang-terangan mereka
telah membicarakan sesuatu yang sesat? ...Kita harus mengejar keku-
dusan—kekudusan yang bersifat praktis; lawan dari kenajisan, seperti
ada tertulis, “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang
cemar, melainkan apa yang kudus.” ...Inilah bentuk kekudusan yang
lain. Kekudusan ini bahkan... bersifat praktis dan penting yang mer-
upakan maksud dari nasihat ini. Hal ini sesuai dengan kehendak Allah,
dan ketaatan kepada perintah Tuhan.13
Seperti yang sudah kita pahami, kekudusan memiliki arti lebih dari sekadar
menjadi milik-Nya. Yang dimaksudkan di sini adalah perbuatan yang se-
cara moral berkenan bagi Allah. Ini menuntun kita kepada definisi lain dari
kekudusan. Kata Yunani hagios juga berarti perilaku yang “suci, tak berdosa,
benar.” Arti kata ini menakutkan bagi beberapa orang, tetapi semestinya
tidak. Saya akan menjelaskan apa yang saya maksud dengan menceritakan
kisah memalukan yang terjadi sewaktu saya masih kecil.
170 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Dalam keluarga kami, saya adalah anak lelaki satu-satunya dari enam
bersaudara, jadi tugas saya di rumah adalah melakukan semua pekerjaan
di luar rumah seperti mencuci mobil, memotong rumput, menyapu daun
kering, menyekop salju, dan lain sebagainya. Karena saya dan teman-
teman saya suka sekali berolahraga, kebiasaan rutin kami adalah selekasnya
menyelesaikan pekerjaan rumah agar kami dapat meluangkan waktu untuk
bertanding.
Saat itu musim semi, rumput-rumput di luar tumbuh kembali setelah
musim dingin yang cukup panjang. Saya dan teman-teman saya berencana
untuk bermain bola sepulang sekolah. Saya telah membiarkan rumput di
halaman rumah tumbuh liar tak terawat. Ayah sudah menyuruh saya malam
sebelumnya sehingga saya harus memotong rumput sebelum dapat bermain
dengan teman-teman—dan tugas ini harus selesai sebelum ayah pulang
kerja.
Sepulang sekolah, saya bergegas pulang, berganti pakaian dan mengam-
bil alat pemotong rumput dari garasi untuk pertama kalinya di musim semi
itu. Saya tentu harus bergerak cepat karena sebentar lagi teman-teman saya
akan siap bermain. Saya menyentakkan kabel start mesin pemotong rum-
put lebih dari satu kali. Mesinnya tetap tidak mau menyala. Saya menekan
tombol choke lebih dari sekali untuk menambahkan bahan bakar ke tangki
karburator. Saya terus menarik kabel itu berkali-kali tetapi hasilnya tetap
sama: tidak mau menyala.
Saya berpikir, saya mungkin telah mengisi tangki karburator hingga
penuh dan perlu menunggu beberapa menit supaya bahan bakarnya mene-
tes keluar.
Saya menunggu dan sementara itu juga mengecek bahan bakar. Kemu-
dian saya mengecek ulang semua tombol untuk memastikan semuanya
diatur pada posisi start. Segala sesuatu kelihatan normal; saya hanya perlu
menunggu beberapa menit. Jadi saya menunggu dan mencoba menstar-
ternya lagi—namun mesinnya tetap tidak mau menyala.
Sekarang saya merasa frustrasi, jadi saya mengecek businya apakah kotor.
Tetapi kondisinya kelihatan bagus. Apa masalahnya? Pikir saya. Setiap menit
K E B E N A R A N YA N G D I H I N DA R I | 17 1
yang berlalu membuat saya lebih jengkel. Jika mesin pemotong rumput ini
tetap tidak mau menyala, saya tidak dapat memotong rumput, ayah saya
tidak akan senang, dan saya tidak dapat bermain dengan teman-teman.
Apa yang harus kuperbuat? Pikir saya. Kalau aku membawa mesin ini
ke bengkel, hari pasti sudah gelap sebelum mesinnya selesai diperbaiki dan
saya akan ketinggalan waktu untuk bermain. Mungkin aku bisa memin-
jam mesin pemotong rumput milik orang lain, tetapi itu juga butuh waktu.
Kami punya gunting pemotong, tetapi akan memakan waktu sampai larut
malam sebelum saya selesai memotong rumput, itu pun hasilnya tidak akan
rata dan halaman rumah akan kelihatan amburadul. Ide yang tidak masuk
akal.
Saya jengkel pada barang rongsokan itu. Gara-gara kamu aku harus
membayar harga dengan kegemaranku, saya menggerutu. Mesin pemotong
itu sudah rusak dan saya baru menyadarinya. Saya dihadapkan pada situasi
sulit. Tidak mungkin saya bisa selesai memotong rumput dan berkumpul
dengan teman-teman tepat pada waktunya.
Kemudian seorang teman yang akan bermain dengan saya singgah dan
berkata, “Sudah siap, John?”
“Belum. Ayahku menyuruh aku memotong rumput dulu sebelum pergi
bermain, dan mesin pemotong rumput ini tidak mau menyala,” jawab saya.
“Tidak ada waktu lagi untuk memperbaikinya, meminjam mesin yang lain,
atau memotong rumput dengan tangan. Aku tidak akan bisa pergi bermain
hari ini.”
Teman saya, yang sedikit lebih cerdas dari saya berkata, “Coba kulihat.”
“Tentu, silakan!” Saya sudah putus asa.
Hal pertama yang dia lakukan adalah membuka tangki bahan bakar.
Dia mengintip ke dalamnya dan mulai tertawa, lantas berkata, “Di sinilah
letak masalahmu, John. Tidak ada bahan bakar sama sekali dalam tangki
ini.”
Saya merasa malu tetapi sekaligus lega.
Dasar bodoh, pikir saya, Seharusnya itulah hal pertama yang harus kamu
periksa! Segera saya mengisi bahan bakar dan mesin pemotong itu langsung
172 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
BAHAN BAKA R
... kami hendak memberitahukan kepada kamu
tentang kasih karunia yang dianugerahkan
kepada jemaat-jemaat di Makedonia ... menurut
kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan
mereka ...
—2 K ORINTUS 8:1-3
Dua Pilihan
Perintah untuk menjadi suci, tidak berdosa dan benar mengundang per-
tanyaan yang sudah sering kita dengar: “Tetapi bagaimana kita dapat hidup
seperti ini?” Kita sudah mencoba dan gagal total dengan menggunakan
kekuatan kita sendiri. Kita ingin menaati hukum Allah yang tinggal di
BA H A N BA K A R | 175
dalam suara hati kita (lihat Roma 2:14-15), namun berulang kali kita gagal.
Kemudian ada kasih karunia. Kita tidak dapat memperolehnya de-
ngan melakukan perbuatan baik sejak dahulu hingga kini. Kita tidak layak
menerimanya bahkan hingga sekarang. Anugerah Allah mengampuni kita
sepenuhnya dan akan selalu mengampuni di saat kita gagal, sebab kita telah
diselamatkan dari dosa-dosa kita!
Walaupun kita memiliki pengetahuan istimewa ini, kita masih saja frus-
trasi oleh ketidakmampuan kita untuk menuruti perintah-Nya. Mengapa
sulit sekali? Kita sudah lahir baru dengan karakter baru, jadi mengapa kita
masih terus gagal?
Saat ini, kita berpikir bahwa kita mungkin memiliki sebuah pilihan,
yang akan memberikan jalan keluar. Kita dapat mengajarkan bahwa keku-
dusan hanya mengacu pada posisi kita di dalam Kristus dan sama sekali
mengabaikan ayat-ayat Kitab Suci yang menyerukan kepada kita agar hidup
kudus, sehingga meringankan hukuman apa pun. Kita dapat berdalih tidak
adanya perubahan karena, pada dasarnya, kita adalah manusia biasa dan
akan terus berbuat kesalahan. Fokus kita semata-mata akan bertumpu ke-
pada doktrin kasih karunia versi ringkas—bagaimana kasih karunia telah
menutupi dosa-dosa masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Jika kita
hanya mengajarkan dan mempercayai hal ini saja, maka kita memupuk rasa
aman yang palsu, karena kita telah membungkam hati nurani kita. Tetapi
jika kita mendengarkan suara hati kita dengan sungguh-sungguh, kita akan
mendengarnya berseru, “Pasti masih banyak lagi!”
Sayangnya, banyak di antara kita telah puas dengan pilihan ini, sehingga
mengabaikan banyak sekali ayat-ayat Kitab Suci dalam Perjanjian Baru
yang menyerukan kepada kita untuk memiliki gaya hidup saleh. Saya dapat
memberikan daftar banyak ayat sesuai topik ini, tetapi saya akan memu-
lainya hanya dengan satu bagian:
Di tahun 2009, ada sebuah survei yang dilakukan terhadap ribuan orang
Kristen di seluruh Amerika. Mereka yang disurvei adalah orang-orang yang
sudah lahir baru, memercayai Alkitab dari berbagai gereja. Pertanyaan yang
diajukan dalam survei ini adalah, “Berikanlah tiga atau lebih definisi atau
penjelasan tentang kasih karunia Allah.” Mayoritas jawaban mereka adalah
keselamatan, karunia yang tidak layak diterima, dan pengampunan dosa.
BA H A N BA K A R | 17 7
bungan kesempurnaan antara Donald Trump, Steve Jobs, dan Bill Gates.”
Apakah jawabannya menurut Anda? “Saya mau. Ayo kita lakukan!”
teriaknya kegirangan. Apakah yang akan dia lakukan setelah menerima
kemampuan penuh dari orang-orang ini? Dia akan memikirkan cara-cara
berinvestasi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya dan akan menjadi
sangat sukses.
Kasih karunia tidak memberikan kita kepenuhan LeBron James, Steve
Jobs, Donald Trump, Bill Gates—atau Albert Einstein, Johann Sebastian
Bach, Roger Federer, atau tokoh-tokoh hebat lainnya sepanjang sejarah.
Tidak. Yang diberikan kepada kita adalah kepenuhan Yesus Kristus sendiri!
Bisakah Anda memahami betapa hebatnya pernyataan ini?
Mungkin hal ini mengejutkan, tetapi dalam Perjanjian Baru, Allah tidak
memperkenalkan kasih karunia sebagai pemberian cuma-cuma, keselamatan
atau pengampunan dosa! Saya akan menjelaskannya. Saya sungguh-sungguh
bersyukur atas semua karunia yang luar biasa ini, tetapi semua itu dibahas
nanti dalam Perjanjian Baru. Allah memperkenalkan kasih karunia sebagai
pemberian kepenuhan Yesus Kristus. Ini berarti memiliki karakter dan kua-
sa-Nya! Inilah alasan mengapa Yohanes dengan tegas menyatakan, “Karena
sama seperti Dia [Yesus], kita juga ada [sama] di dalam dunia ini” (1 Yohanes
4:17).
Pernahkah Anda mendengar seorang pendeta berkata, “Kita memang
tidak berbeda dengan orang berdosa, hanya saja kita sudah diampuni,” atau
“Kita hanyalah cacing-cacing yang tidak layak,” atau “Kita adalah manusia
dengan sifat dosa dan terbelenggu olehnya”? Bagaimana orang-orang yang
membaca Alkitab bisa mengatakan hal ini? Bahkan alam semesta pun me-
ngajarkan kepada kita hal yang lebih baik.
Pernahkah Anda mendengar seekor singa melahirkan tupai? Pernahkan
Anda mendengar seekor kuda pacuan unggulan melahirkan cacing? Kitab
Suci menyatakan bahwa kita adalah tulang dari tulang-Nya dan daging dari
daging-Nya (lihat Efesus 5:30). Seperti kita ketahui, “Saudara-saudaraku
yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah” (1 Yohanes 3:2). Bukan
nanti, saat kita masuk ke surga, tetapi sekarang kita adalah anak-anak Allah.
18 2 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Bagaimana mungkin Allah dapat melahirkan cacing yang tidak layak? Kita
lahir dari Allah—kita memiliki benih-Nya di dalam diri kita, kita memiliki
sifat-sifat ilahi-Nya. Sebagaimana adanya Dia, demikian juga kita di dunia
ini! Bukan di kehidupan berikutnya, tetapi di dunia ini!
Mari kita memperhatikan kembali kata-kata Petrus:
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa
persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? ...Tetapi
kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari
pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang cong-
kak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (Yakobus 4:4, 6)
Bacalah perkataan itu sekali lagi dengan teliti: “Tetapi kasih karunia, yang
dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu” untuk menentang
keinginan mementingkan diri sendiri. Amplified Bible menulisnya demikian,
“Tetapi Dia menganugerahkan kita kasih karunia yang melimpah.” Kuasa
BA H A N BA K A R | 18 3
yang tidak layak kita terima ini memberikan kepada kita kemampuan yang
tidak kita miliki sebelumnya: kemampuan untuk hidup kudus.
Kasih karunia ini, diberikan kepada mereka yang merendahkan diri
mereka karena memercayai Firman-Nya, melimpahkan kuasa ilahi-Nya ke
dalam diri kita. Orang-orang yang tinggi hati berfokus pada kemampuan
mereka; orang-orang yang rendah hati bergantung pada kuasa Allah. Kakak
sulung Daud, Eliab, adalah orang congkak yang tidak bergantung kepada
kuasa Allah ketika berhadapan dengan raksasa Goliat dengan kekuatannya
sendiri (lihat 1 Samuel 16-17). Daud adalah orang yang rendah hati, yang
menghadapi raksasa itu dengan kekuatan Allah. Dan kita sudah tahu hasil
dari masing-masing situasi yang berbeda itu.
Yesus memberikan teladan dalam bergantung kepada kasih karunia
Allah. Di taman Getsemani, Dia sedang mengalami pergumulan hebat.
Kedagingan-Nya ingin menolak apa yang sudah Allah Bapa perintahkan,
tetapi Dia merendahkan diri-Nya sendiri dengan berdoa sementara mu-
rid-murid-Nya tertidur. Dia memohon kekuatan untuk dapat menghadapi
pergumulan paling hebat melawan keinginan-Nya sendiri. Itulah waktunya
membutuhkan pertolongan, dan Dia datang dengan keberanian untuk
mendapatkan kuasa kasih karunia Allah Bapa untuk melewati pergumu-
lan itu. Murid-murid-Nya telah gagal, tetapi mereka sudah diperingatkan
terlebih dahulu oleh Yesus: “Roh memang penurut, tetapi daging lemah”
(Matius 26:41)!
Dalam kisah saya tentang tugas memotong rumput sebelum bermain
bola sebelumnya, saya tidak membeli atau berhak atas mesin pemotong
rumput atau bahan bakarnya. Itu semua adalah pemberian ayah saya. Mesin
pemotong rumput itu bisa mewakili karakter baru kita, yang diberikan ke-
pada kita cukup sekali saja. Dengan mesin itu, saya memiliki potensi untuk
memotong rumput. Tetapi tanpa bahan bakar, sama buruknya dengan tidak
mempunyai mesin pemotong rumput. Bahan bakar itu merupakan kuasa
dari kasih karunia. Bahan bakar itu bukan pemberian sekali saja—saya me-
merlukannya setiap kali saya harus memotong rumput.
18 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Mari kita meninjau kembali perkataan Paulus kepada jemaat di Efesus. Ka-
ta-katanya memiliki makna yang lebih dalam lagi setelah apa yang baru saja
kita bahas.
Harus ada perbedaan jelas antara orang yang terhilang dengan orang-
orang percaya, bukan saja dalam hal-hal yang kita percayai tetapi juga cara
hidup kita karena kita sudah memiliki sifat baru. Tetapi kita harus me-
ngenakannya. Dengan kata lain, kita harus merendahkan diri kita dengan
memercayai dan berserah kepada kuasa kasih karunia. Anggaplah seperti
ini. Ayah saya bisa saja memberikan mesin pemotong rumput, tetapi tidak
ada gunanya jika saya tidak mengisinya dengan bahan bakar, menghidup-
kan mesinnya, dan menggunakannya. Inilah yang dimaksud dengan me-
ngenakan karakter baru kita. Kita memakainya!
Paulus melanjutkan penjelasannya tentang bentuk tindakan praktisnya:
Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang
lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah,
janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum
BA H A N BA K A R | 18 5
Perintah
Para rasul memberikan perintah Yesus kepada kita. Saya mengulang per-
kataan Yohanes: “Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu
18 6 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
kita sudah memiliki sifat-sifat ilahi dan kuasa kasih karunia untuk men-
jalankan perintah-perintah-Nya.
Jangan Berdusta
Marilah kita membahas setiap larangan yang baru saja saya sebutkan di atas.
Saya mendengar dan menyaksikan konsekuensi menyedihkan dari ba-
nyak kisah ketidakjujuran di antara orang-orang Kristen sepanjang perjala-
nan saya. Baru-baru ini saya membawa lima belas pengusaha ke Machu
Picchu untuk mendaki selama empat hari menelusuri Jejak suku Inca. Sung-
guh momen yang luar biasa dapat menikmati pemandangan dan pelayanan
dan—singkatnya—olahraga yang sangat menantang.
Dalam pendakian beberapa jam dengan setiap orang, saya mendengar
kisah yang berulang kali terjadi tentang pengalaman mereka dengan pe-
ngusaha Kristen lainnya yang telah berbohong hanya demi mendapatkan
penjualan atau transaksi. Janji-janji kosong dan komitmen yang dilanggar
sepertinya kejadian yang sudah lazim terjadi, dan bukannya pengecualian,
ketika bertransaksi dengan saudara seiman. Saya diberitahu tentang orang-
orang Kristen yang menggunakan material di bawah standar, melanggar
kode etik, menyalahi aturan, menawarkan jasa layanan yang tidak dipenuhi,
mengabaikan garansi, dan lain-lain.
Salah satu orang itu menceritakan kisah tentang seorang teman yang
bekerja membangun rumah tinggal. Mereka berdua sedang membangun
rumah di area pengembangan yang sama. “Saudara dalam Kristus” ini meng-
gali banyak lubang di tanah milik orang lain—termasuk tanah yang sedang
dikerjakan oleh teman mendaki saya—tempat dia membuang sisa material
bangunan. Kemudian dia menutupi lubang itu dan bukannya membayar
untuk membuang material itu ke tempat yang selayaknya. Saya mendengar
kisah-kisah lain yang lebih buruk lagi selama perjalanan itu, tetapi kisah
yang satu ini sangat menonjol karena “saudara dalam Kristus” ini adalah
pemimpin pujian dalam sebuah gereja injili dalam komunitas kami.
18 8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Dusta tidak hanya terjadi dalam dunia perdagangan tetapi juga di dalam
pemerintahan, dunia pendidikan, pelayanan gereja, kedokteran, di antara
anggota keluarga dan sesama teman. Kita berdusta untuk mempertahankan
harga diri, melindungi reputasi kita, mendorong kita pada posisi yang di-
inginkan, mempercepat proses menuju hasil yang diinginkan. Berdusta san-
gat memikat karena dapat mempercepat proses sesuatu yang seharusnya kita
peroleh jika kita mengandalkan Allah untuk menyediakannya.
Seberapa sering kita berkata kepada orang lain bahwa kita mendoakan
mereka padahal sebenarnya tidak? Kita menjanjikan anak-anak kita sesuatu
yang tidak kita penuhi. Kita membatalkan janji yang kita ucapkan sendiri.
Kita membual demi melancarkan tujuan kita. Semua ini adalah dusta dan
akhirnya akan menyakiti orang lain.
Saya akan menekankan kembali poin penting ini: manfaat dari melaku-
kan perintah Yesus adalah janji hadirat-Nya. Pemazmur menekankan kebe-
naran ini ketika bertanya, “TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam
kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?” (Mazmur
15:1). Kemudian dia memberikan jawaban: mereka “yang berpegang pada
sumpah, walaupun rugi” (ayat 4). Alkitab The Message mencatatnya sebagai,
“berpeganglah pada sumpah, walaupun rugi.”
Jika kita mengabaikan perintah Paulus kepada jemaat di Efesus supaya
mereka tidak berdusta, kita dapat kembali kepada perintah Yakobus. Dia
menulis, “Janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta mela-
wan kebenaran!” (3:14). Dan Paulus juga memberikan perintah yang sama
kepada jemaat di Kolose: Jangan lagi kamu saling mendustai (3:9). Perhati-
kanlah! Paulus yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu tentang ke-
limpahan kasih karunia, memberikan kita larangan. Jika kita memisahkan
banyak pernyataan dalam Perjanjian Baru—baik oleh Paulus ataupun para
rasul lainnya—kita akan mendakwa mereka sebagai orang-orang yang me-
nentang kasih karunia, padahal sebenarnya tidak demikian.
Jika seluruh bahasan kita hanya terfokus pada kasih karunia yang
menaungi kita, tanpa mengajarkan orang-orang percaya tentang kuasa per-
buatan yang menyertai kasih karunia—dalam hal ini, jangan berdusta—
BA H A N BA K A R | 18 9
Jangan Mencuri
Jangan mencuri. Seberapa sering kita meminjam uang dan tidak memba-
yarnya kembali? Seberapa sering kita terbelit banyak hutang? Kita percaya
bahwa berkat Allah suatu hari nanti akan dinyatakan, jadi kita terus meng-
abaikan hikmat Allah dan terperosok lebih dalam lagi ke dalam hutang.
Akhirnya kita mungkin akan menyatakan pailit, istilah yang diterima oleh
umum yang akan membebaskan kita dari kewajiban untuk membayar
hutang-hutang kita terhadap orang lain.
Seberapa sering kita menggunakan fasilitas perusahaan untuk kepent-
ingan pribadi? Inilah yang dinamakan penggelapan. Kita akan menyatakan
dengan penuh percaya diri, “Saya orang Kristen yang diselamatkan oleh
kasih karunia Allah.” Tetapi kita tidak menuruti perintah Yesus lewat para
rasul-Nya.
Seorang pendeta tempat saya bekerja menghadiri setiap kebaktian,
menyaksikan banyak mukjizat terjadi dan membual kepada saya tentang
bagaimana dengan mudahnya dia dapat berdoa selama masa puasa yang
panjang. Tetapi di samping itu, dia menggelapkan ribuan dolar dari gereja.
Akhirnya dia tertangkap. Ini hanya satu kisah tentang orang Kristen yang
mencuri dan berusaha membenarkan tindakannya.
Berapa banyak dari kita yang tidak jujur dalam laporan pajak kita,
menunda untuk melaporkan pendapatan kita? Dalam kasus ini, ada per-
intah Paulus lainnya yang diabaikan: “Itulah juga sebabnya maka kamu
membayar pajak” (Roma 13:6). Kita membenarkan tindakan pencurian
kita dengan alasan pemerintahan kita yang tidak becus dalam menjalankan
tugasnya. Kapan kita akan belajar bahwa perbuatan salah dengan alasan apa
pun tetap saja tidak benar?
percakapan yang sia-sia keluar dari mulutmu” (Efesus 4:29). Sudah terlalu
sering saya melayani orang-orang yang telah dihujat oleh sesama orang Kris-
ten lainnya. Mereka terluka karena perkataan pedas dan menyakitkan hati.
Jiwa mereka terluka dan butuh waktu untuk sembuh.
Kerap kali saya mendengar percakapan yang sia-sia di antara sesama
orang percaya, bahkan cerita dan gurauan yang menyinggung ras tertentu di
kantor-kantor gereja. Bahkan kata-kata kotor dari mimbar gereja juga sering
terdengar.
Baru-baru ini saya makan malam bersama pasangan muda yang meng-
gembalakan sebuah gereja besar. Mereka mengagumi dan menghormati
pelayanan global tertentu. Mereka diberi kesempatan untuk makan malam
bersama salah satu pemimpin organisasi ini. Selama acara makan malam,
pemimpin organisasi ini beberapa kali menyebutkan kata-kata yang sangat
jorok. Pasangan muda ini masih terkejut walaupun beberapa bulan telah
berlalu.
Apa yang telah terjadi? Apakah kita sudah menjadi begitu dingin sehingga
kita menanggalkan perbuatan kudus? Apakah kita telah mengorbankan ke-
saksian kita supaya lebih relevan? Saya setuju 100 persen bahwa kita harus
berpikiran relevan, progresif, dan maju, tetapi bukan dengan cara berkom-
promi dengan Firman Allah.
Kita harus bertanya: para rasul melihat pentingnya memberikan pe-
rintah yang membimbing kita untuk hidup kudus, jadi mengapa kita tidak
menyuarakan perintah itu? Apakah kita merasa tahu lebih banyak daripada
mereka? Apakah kita tahu lebih banyak daripada Yesus?
Apakah musuh telah memikat kita sama seperti yang dia lakukan terha-
dap Hawa? Kali ini memang agak berbeda. Hawa tahu betul perintah untuk
tidak makan dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Musuh
mengambil risiko ketahuan secara terang-terangan menyangkal Firman
Allah. Itulah tugas yang sangat pelik baginya.
19 2 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Kita telah membuat segala sesuatunya lebih mudah bagi iblis. Kita be-
gitu mudahnya melupakan beberapa bagian Firman Allah. Apakah Anda
ingat bagaimana Allah memerintahkan, “Semua pohon dalam taman ini
boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan ten-
tang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya”? (Kejadian
2:16-17). Sebaliknya, beberapa orang di masa sekarang akan mengatakan,
“Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas.”
Titik. Akhir cerita. Mereka mengabaikan perintah yang melarang “jangan-
lah kaumakan”—larangan—karena berkaitan dengan perbuatan yang tidak
kudus.
Intinya, kita telah menyepelekan kasih karunia Allah. Kita memang
telah menyatakannya dengan benar bahwa kasih karunia Allah menyelamat-
kan, mengampuni, dan merupakan pemberian cuma-cuma sebagai per-
nyataan kasih-Nya. Namun, kita belum menyatakan bahwa kasih karunia
telah mengubah karakter kita dan memberi kuasa kepada kita untuk hidup
berbeda dari kehidupan kita sebelumnya. Kita menghindar untuk mem-
beritakan kepada orang-orang bahwa sekarang mereka diberi kuasa untuk
menanggalkan perbuatan yang tidak saleh. Akibat dari aksi diam ini, banyak
orang percaya yang tidak tahu akan kekudusan dan kehilangan kesempatan
untuk berada dalam hadirat Allah.
Baru-baru ini saya tengah membaca Alkitab di pagi hari. Saat itu saya sedang
membaca kitab Mazmur dan Ibrani. Saya sudah selesai membaca bagian
Mazmur dan mulai membalikkan halaman ke kitab Ibrani ketika saya mera-
sakan dorongan kuat oleh Roh Kudus yang mengatakan, “Tidak, jangan
baca Ibrani. Bacalah kitab Wahyu.”
Saya sudah mulai membaca kitab Wahyu beberapa minggu yang lalu,
juga atas dorongan Roh Kudus. Saya membaca dua pasal pertama, tetapi
sayangnya, saya kehilangan minat untuk membacanya. Hari berikutnya saya
kembali ke daftar bacaan Alkitab sesuai jadwal. Saat itu, dua minggu kemu-
BA H A N BA K A R | 19 3
dian, saya kembali ke bagian yang saya tinggalkan pada pasal tiga dalam
kitab Wahyu. Saya dikejutkan oleh perkataan Yesus kepada jemaat di Sardis:
“Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah ham-
pir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna
di hadapan Allah-Ku.” (ayat 2)
19 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Ingatlah,Yesus berbicara kepada gereja dan bukan kepada kota itu, yaitu
Sardis. Namun apabila perkataan-Nya hanya ditujukan kepada gereja berse-
jarah ini, mereka tidak mungkin dicantumkan dalam Alkitab. Faktanya
pesan itu memiliki makna profetik di masa sekarang, dan ditujukan kepada
semua orang percaya, sama seperti pertama kali disampaikan kepada jemaat
di kota itu. Perintah ini juga ditujukan kepada kita, karena Firman Allah
itu hidup. Jadi mulai saat ini, saya akan merujuk kepada pernyataan Yesus
dalam konteks tersebut.
Yesus memerintahkan kita agar kembali kepada apa yang kita percayai
sejak awal. Dengan kata lain, kita telah menyimpang dari kehidupan yang
kudus. Kita membuat doktrin kasih karunia yang memperbolehkan kita
hidup sama seperti orang tidak percaya dalam komunitas kita. Walaupun
kelihatannya ajaran itu baik, tetapi apakah ini disebut Firman Allah?
Yesus memerintahkan gereja ini agar bertobat dan kembali kepada Fir-
man-Nya. Ada guru-guru di zaman modern ini yang mengajarkan bahwa
sekali kita menjadi orang Kristen, kita tidak perlu lagi memohon pengam-
punan karena seluruh dosa kita di masa lampau, sekarang dan di masa depan
dengan sendirinya telah diampuni. Jika memang benar demikian, lalu me-
ngapa Yesus memerintahkan kita, gereja-Nya, untuk bertobat dan kembali
kepada-Nya?
BA H A N BA K A R | 19 5
Jika Anda melihat berbagai ajaran kasih karunia yang tidak sesuai, yang
telah memikat banyak orang saat ini, banyak di antaranya dikembangkan
oleh para pemimpin yang sebenarnya dibesarkan dengan doktrin legalisme
—ajaran yang menyimpang tentang kekudusan. Memang benar, kekudusan
kerap disalahartikan di banyak gereja, tetapi ini tidak mengubah fakta bahwa
kekudusan sangat penting dalam kehidupan Kristen. Sepanjang sejarah ge-
reja, panggilan untuk hidup kudus telah menjadi bagian penting dalam misi
kita secara umum dan tugas kita masing-masing. Kita harus kembali kepada
fondasi kita: apa yang kita “dengar dan percayai sejak awal.”
Yesus melanjutkan:
Penghapusan nama Anda dari Kitab Kehidupan adalah hal yang sangat
serius. Namun, kata-kata ini diucapkan langsung oleh Juruselamat kita.
Penting sekali bagi kita untuk mendengarkan dan memperhatikan dengan
saksama apa yang Roh Allah katakan melalui Firman Allah, dan tidak meng-
abaikan ajaran-ajaran yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita per-
cayai sebelumnya atau yang tidak biasanya diajarkan.
Allah telah membenarkan kita; kita tidak dapat berbuat apa pun untuk
memperoleh posisi ini di dalam Kristus. Tetapi, gaya hidup yang sesuai den-
gan perbuatan kudus juga sangat penting dalam pandangan-Nya.
Paulus menulis, “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan
semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan ke-
fasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana,
adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini” (Titus 2:11-12). Ini adalah
perintah yang jelas. Jadi mengapa kita tidak memberitakan kebenaran ini
dari mimbar kita?
Marilah kita tidak pernah berhenti mengajarkan bahwa kita tidak
dapat memperoleh kemurahan, pengampunan atau keselamatan dari Allah.
Marilah kita tetap menyerukan kabar baik. Namun demikian, marilah
kita berhenti menyepelekan kasih karunia-Nya. Marilah kita menyatakan
seluruh kebenaran ini!
11
biasanya tidak berbicara seperti ini karena saya tidak dapat meyakinkan
orang-orang dengan khotbah saya. Saya menyerahkan seluruh “keyakinan”
itu kepada Roh Kudus.”
Saya mencoba menepis kegelisahan dalam hati saya tetapi tidak berhasil.
Sebelumnya saya mendengar banyak pemimpin lain menggunakan kata-kata
yang sama. Secara logika kedengarannya memang benar, jadi mengapa saya
gusar? Kemudian saya teringat perkataan Paulus kepada anak didiknya yang
bernama Timotius. Selesai kebaktian saya mencari ayat itu:
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nya-
takanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah... (2 Timotius 4:2)
Saya akan menyampaikan konteks dari ayat ini terlebih dahulu. Saat
Paulus menulis surat ini, Timotius sedang menggembalakan sebuah gereja
besar di Efesus. Pasal dalam kitab Perjanjian Baru ini berisi tulisan terakhir
Paulus, bukan hanya ditujukan kepada anak didiknya tetapi juga kita semua.
Saya membayangkan dia dapat merasakan akhir ajalnya sudah dekat dan
memilih topik dan pesannya dengan cermat.
Saya tidak ingin hanya memiliki pengetahuan yang dangkal tentang apa
yang dimaksud Paulus dengan “nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan
nasihatilah” jadi saya memulai penyelidikan. Pertama-tama saya mengambil
The Amplified Bible untuk mencari penjelasan, tetapi sebelum saya tiba di
ayat yang saya kutip di atas, ayat sebelumnya menarik perhatian saya:
Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang
hidup dan yang mati, aku BERPESAN dengan sungguh-sungguh ke-
padamu... (2 Timotius 4:1)
Paulus bersikap sangat tegas kepada pendeta muda ini (dan dengan kita),
memastikan agar perintahnya tidak dianggap sebagai pilihan. Sebagaimana
Rick sudah menjelaskan, Paulus membuat pesan ini di hadapan Allah dan
Yesus Kristus. Dengan kata lain, Allah akan menghakimi Timotius, serta
para pelayan lain, jika dia tidak melaksanakan mandat ini. Inilah mandatnya:
“Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak
pernah aku tidak taat. Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada
orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah
Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus ber-
tobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang sesuai dengan pertobatan itu.” (Kisah Para Rasul 26:19-20)
BA I K ATAU B E R G U N A? | 20 1
Feliks meminta Paulus datang karena dia dan istrinya tertarik untuk
mendengarkan ajaran Paulus tentang kehidupan kekal. Dua topik utama
yang dia bahas di hadapan pasangan yang belum menerima keselamatan
itu adalah disiplin moral dan penghakiman yang akan datang. Begitu te-
gasnya perkataan Paulus sehingga membuat mereka sangat tidak nyaman.
Bagaimanakah taktik ini jika dibandingkan dengan taktik modern yang
kita pakai dalam menjangkau orang-orang yang terhilang? Ada beberapa
pemimpin gereja yang tujuan utama mereka adalah menjangkau orang-
orang yang sedang mencari kebenaran ini agar datang kembali di kebaktian
minggu depan. Memang upaya menjaring orang-orang agar kembali ke ge-
reja minggu berikutnya adalah hal yang terpuji, tetapi ini bukanlah tujuan
utama. Tujuan Paulus bukanlah untuk membangkitkan keinginan dalam
20 2 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Mari kita bertanya lagi, mengapa sangat mudah untuk mengayunkan pen-
dulum ke arah yang saling berlawanan—menjauhi bentuk legalisme yang
kita benci ke titik di mana sekarang kita mengabaikan elemen penting dari
Injil?
Banyak pemimpin agama saat ini dibesarkan oleh apa yang sekarang kita
sebut sebagai, bapa-bapa gereja yang keras. Di abad dua puluh, bapa-bapa
gereja ini tidak takut melawan dan menyingkapkan dosa; mereka memang-
gil kita untuk hidup kudus. Di masa itu tidak banyak gereja besar seperti
sekarang. Ajaran yang tegas dan meyakinkan dari Firman Allah kerap kali
membuat para pencari kebenaran yang tidak tulus pergi menjauh.
Pada waktu tertentu setelah itu, sebagai langkah strategis, beberapa pemi-
mpin gereja memutuskan bahwa banyak pengikut dapat dibangun dengan
beralih pada ajaran yang secara eksklusif bersifat positif dan menyegarkan
jiwa. Kita meremehkan pernyataan bersalah, teguran, dan koreksi, namun
mencari ajaran Alkitab yang membesarkan hati. Kita tidak lagi memperin-
gatkan orang-orang bagaimana hidup mereka tidak lagi taat kepada Firman
Allah. Ini telah menjadi strategi kita di abad dua puluh satu. Tetapi, dengar-
kanlah pesan Paulus kepada Timotius:
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nya-
takanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesa-
baran dan pengajaran. (2 Timotius 4:2)
Inilah arti dari tiga kata Yunani yang sangat penting dalam ayat ini—
elegcho, epitimao, dan parakaleo. Definisi Strong’s untuk kata elegcho adalah
“menghukum, menunjukkan kesalahan, menegur, mengkritik.” The Com-
plete Word Study Dictionary lebih spesifik lagi dalam mendefinisikannya:
“Dalam Perjanjian Baru, menghukum, membuktikan seseorang bersalah
dan kemudian mempermalukan dia.” Kata-kata yang sangat keras!
20 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Ada dua hal penting di sini. Yang pertama, ganjaran (disiplin) memang
menyakitkan! Dorongan tidak menyakitkan; namun teguran, koreksi dan
menyatakan kesalahan sungguh menyakitkan. Yang kedua, ganjaran yang
disebutkan oleh penulis kitab Ibrani di sini adalah untuk melatih kita hidup
kudus.
Pertanyaan yang harus kita tanyakan sekarang adalah, bagaimana Allah
melatih kita? Jika kita kembali ke tulisan Paulus kepada Timotius, semuanya
akan terlihat jelas:
20 6 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Saya menyadari ini berbeda sekali dengan tata cara gereja kita di abad
kedua puluh satu ini sehingga mungkin akan mengejutkan. Tetapi apakah
BA I K ATAU B E R G U N A? | 207
kita menginginkan gereja yang kokoh atau gereja yang salah arah? Apakah
kita mau membangun jemaat yang sehat atau sesat? Perintah ini diberikan
supaya kita tidak, tanpa sadar, terseret jauh dari kehendak Allah. Apabila kita
ingin berjalan dengan aman bersama Yesus, kita harus berpegang teguh ke-
pada Firman-Nya. Tidak mungkin kita dapat menyesuaikan kebiasaan kita
saat ini dengan perintah-perintah dari Perjanjian Baru. Marilah kita mem-
buat perubahan dan perhatikan munculnya sebuah gereja yang sehat!
Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran
sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehen-
daknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (2 Timotius 4:3)
Selamat datang masa itu! Mari kita bertanya, manakah yang lebih ban-
yak diminati: khotbah yang memberi dorongan, gembira, positif, ringan?
Ataukah khotbah yang berisi peringatan, teguran, koreksi, menyatakan ke-
salahan, dan menunjukkan dosa?
Semua orang, termasuk saya, akan lebih senang mendengarkan khot-
bah yang berisi pesan pertama tersebut. Saya adalah orang yang positif, jadi
sudah sewajarnya saya akan cenderung menyukai khotbah-khotbah yang
ringan. Jika boleh memilih, setiap manusia normal akan memilih hal yang
sama.
Jika ada dua gereja yang bersebelahan, dan Anda tahu bahwa di salah
satu gereja tersebut, Anda akan mendengarkan khotbah yang langsung me-
negur perbuatan dosa, dan di gereja yang lain Anda hanya akan mendengar
kata-kata positif, yang membesarkan hati, Anda pasti akan memilih gereja
yang kedua. Inilah hal yang dikatakan Paulus yang akan terjadi—orang-
20 8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
orang akan memilih yang baik dan bukan Allah. Pertanyaan yang tepat
bukan lagi manakah yang lebih diminati orang, tetapi manakah yang lebih
bermanfaat?
Jujur saja. Kebanyakan orang tidak mau mendengarkan pilihan penting
ini di antara beberapa khotbah. Tetapi pertimbangkanlah contoh ini. Seo-
rang pria bernama Steve didiagnosa mengidap penyakit kanker. Tumor itu
masih stadium awal dan jika segera dioperasi, akan mencegah ancamannya.
Doktor berkata, “Kita dapat mengangkatnya dengan prosedur sederhana.”
Kemudian Steve mencari pendapat lain. Dokter yang kedua tidak
menghiraukan riset medis atau pelajaran yang dia terima selama menjadi
mahasiswa kedokteran. Dia hanya mencintai profesinya sebagai dokter dan
menolong orang dengan caranya sendiri. Dia menasihati Steve supaya tidak
khawatir. Segala sesuatunya sangat baik dan dia memiliki masa depan yang
cerah. Dokter ini dengan sangat antusias menyatakan, “Steve, kesehatanmu
dalam kondisi yang bagus.”
Steve keluar dari ruang dokter kedua dengan lega. Dia berpikir, Sung-
guh dokter yang baik. Dia berbicara hal-hal yang baik tentang diriku. Aku
merasa dikuatkan. Steve memang merasa agak jengkel dengan dokter per-
tama karena bersikap begitu negatif dan menganjurkan dia untuk melewati
prosedur yang tidak menyenangkan, menyakitkan, dan biayanya selangit.
Gara-gara dia, Steve menyadari bahwa kondisinya serius. Cara dia berbicara
sangat tajam dan dia tidak mengatakan hal-hal yang membesarkan hati.
Berkat pendapat dokter kedua, Steve percaya bahwa tidak ada yang
perlu dikhawatirkan. Namun, dua tahun kemudian Steve sakit parah dan
hanya akan hidup beberapa minggu sebelum diperkirakan akan meninggal
karena tumor kecil itu sudah tumbuh besar hingga mengancam nyawanya.
Tumor sudah menyebar ke beberapa organ vital dalam tubuhnya. Tidak ada
pengobatan apa pun yang dapat menyelamatkan Steve sekarang.
Dua tahun sebelumnya, memang lebih mudah untuk mendengarkan
dokter yang bersikap positif. Jika demikian, apakah yang lebih dibutuhkan
saat itu—kebenaran atau sanjungan, tindakan penyembuhan atau perkataan
positif? Steve diberitahu kalau dia sehat, padahal sebenarnya tidak. Sekarang
BA I K ATAU B E R G U N A? | 20 9
nasi sudah menjadi bubur. Sudah terlambat untuk bertindak. Dia berharap
seandainya dia tunduk pada kebenaran itu.
Apakah demikian posisi kita secara rohani di gereja-gereja Barat, baik
sebagai pemimpin ataupun jemaat?
Ada saat dalam sejarah Israel ketika para pemimpin agama secara khu-
sus menerapkan ajaran positif semata. Mereka menghindari konfrontasi
dan hanya berbicara dengan cara yang membesarkan hati. Allah menya-
takan pendapat-Nya tentang ajaran mereka: “Mereka mengobati luka puteri
umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai
sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera” (Yeremia 8:11). Yang menarik
di sini, pesan yang mereka sampaikan pada dasarnya tidak jauh berbeda de-
ngan pesan yang disampaikan oleh dokter kedua kepada Steve.
Tidak sudi menerima koreksi atas kebenaran adalah masalah yang klise. Di
periode yang berbeda, raja Israel merencanakan sebuah gagasan. Dia me-
manggil ratusan penasihat spiritual dan menanyakan kepada mereka apakah
rencananya akan berjalan dengan sukses. Para penasihat ini memiliki ke-
sempatan besar untuk berbicara jujur kepada sang raja, tetapi satu demi satu
menjawab, “Ya, Anda akan berhasil.” Mereka terus memprediksi hal baik
yang akan dihasilkan oleh tindakannya itu.
Raja Yehuda juga hadir disitu, dan hatinya lebih lunak terhadap per-
kataan Allah. Dia menantikan kebenaran, yang memberinya pengertian.
Dia tidak mengerti suara Tuhan, bahkan meskipun seluruh penasihat spir-
itualnya mengatakan hal yang sama. Dia terus mencari firman yang akan
berbicara kepada hatinya yang sensitif.
Akhirnya raja Yehuda bertanya kepada pemimpin bangsa Israel itu,
“Tidak adakah penasihat lain yang akan bicara dengan benar?”
Raja Israel menjawab, “Masih ada seorang lagi yang dengan peran-
taraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia,
sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan ma-
2 10 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Unsur Utama
Saya akan memberikan ilustrasi lain. Seorang penjual mobil bekas yang licik
dan tidak jujur akan memberikan Anda informasi yang ingin Anda dengar.
Dia akan tersenyum, tertawa bersama Anda, mengatakan betapa baiknya
Anda, betapa sangat cerdiknya Anda karena mobil yang Anda pilih adalah
mobil dengan harga paling miring disana. Anda mungkin berpikir, Wow,
istriku saja tidak bicara begitu manisnya kepadaku! Alasannya adalah karena
istri Anda mencintai Anda; pria ini menyanjung-nyanjung demi mendapat-
kan uang Anda. Ini membawa kita kepada unsur terpenting dalam menyu-
sun ajaran kita: kasih. Dalam tubuh Kristus, ajaran kita harus diliputi kasih
dan berasal dari hati yang penuh dengan belas kasihan.
Seorang pemuda datang kepada saya di meja tanya-jawab selesai acara
pertemuan. Dia tersenyum dan berkata, “Sama seperti Anda, saya terpang-
gil untuk berbicara secara profetik, memberitakan tindakan koreksi kepada
gereja.”
Cara dia mengatakannya membuat saya tidak enak. Saya merasakan
kalau dia hanya ingin memaki orang dan bukan karena dia benar-benar pri-
hatin atas keselamatan mereka.
“Apakah Anda ingin tahu rahasia berbicara secara profetik?” saya ber-
tanya kepadanya.
Wajahnya bersinar, mengharapkan sebuah petunjuk untuk pelayanan
yang sukses.
“Setiap kali Anda menyampaikan kata-kata yang menantang atau te-
guran, Anda harus benar-benar mengasihi orang yang bicara dengan Anda,”
saya berkata.
Dia menatap saya dengan ekspresi terkejut. Setelah beberapa saat dia
menjawab, “Saya rasa Tuhan masih harus bekerja lebih dahulu pada diri
saya.” Saya sangat bangga terhadapnya karena pengakuannya.
2 12 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Sering kali saya juga bergumul untuk memberitakan ajaran yang ber-
sifat menegur. Saya sangat mencintai orang-orang, saya mencintai gereja,
dan saya mencintai para pemimpin Allah. Saat saya menulis buku ini atau
berbicara untuk mengoreksi seseorang, hati saya menderita karena saya ingin
mendorong dan menguatkan. Tetapi di sisi lain, saya tahu bahwa kasih sejati
bukan memuji-muji; tetapi berbicara kebenaran. Kasih sejati menyatakan
hal-hal yang diperlukan untuk menyehatkan para pendengarnya. Paulus
menulis bahwa kita harus memberitakan kebenaran dalam kasih, dan de-
ngan demikian, akan membuat para pendengar tumbuh dan menjadi de-
wasa dalam Kristus (lihat Efesus 4:15).
Ada pendeta-pendeta yang mengajarkan ajaran korektif, yang me-
nekankan kekudusan dengan cara yang tidak baik. Mereka hanya memiliki
sedikit atau bahkan tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap hadirin yang
mendengarkan. Sangat tragis dan mahal harganya. Kita semua harus dimo-
tivasi, digerakkan dan bahkan dipenuhi dengan kasih kepada orang-orang
yang mendengarkan kita, atau sebaiknya kita tidak bicara sama sekali. Kita
seharusnya menginginkan kesejahteraan mereka melebihi segalanya. Kita
tidak berbicara dengan sikap “Saya sudah memperingatkan Anda sebelum-
nya” atau “Saya lebih tahu daripada kamu” atau “Saya lebih baik daripada
kamu.” Kita harus berkomunikasi dengan sungguh-sungguh, menginginkan
yang terbaik bagi mereka. Kita harus menjunjung tinggi para pendengar kita
atau orang-orang yang kita jumpai dalam berbagai situasi melebihi diri kita
sendiri. Inilah hati Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus.
12
Hal pertama dalam daftar baru kita adalah jangan ada percabulan. Sebagai
anak-anak Allah, kita tidak boleh berbuat zina, terlibat dalam homoseksual,
atau melakukan aktivitas seksual lainnya kecuali jika kita sudah menikah.
Sudah terlalu sering saya menjumpai pasangan yang hidup bersama yang
mengaku Kristen. Ini bukanlah kejadian yang jarang dijumpai—tetapi sebe-
narnya sudah merajalela di dalam gereja. Banyak pasangan seperti ini yang
menghadiri gereja injili, sangat sering membagikan iman mereka, dan kerap
kali bersukacita atas “apa yang Tuhan kerjakan” dalam hidup mereka. Tidak
ada tanda-tanda pengakuan bersalah, penyesalan atau kesusahan. Mereka
hanya tidak percaya bahwa hidup bersama sebelum menikah itu salah. Me-
ngapa? Mungkin karena mereka belum mendengar ajaran-ajaran dari mim-
bar seperti yang diajarkan oleh Paulus, Petrus, Yakobus, Yohanes dan Yudas,
yang memanggil mereka untuk hidup kudus dan tidak bercela. Khotbah
2 16 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
memiliki kesadaran yang terbatas akan apa yang benar-benar baik dan jahat.
Perbuatan mereka seharusnya tidak meggusarkan hati kita, karena mereka
berpikir dan bertindak menurut apa yang diperintahkan oleh kebiasaan
mereka. Yang membuat saya terusik adalah orang-orang percaya yang me-
ngadopsi hal-hal duniawi yang dianggap baik, kemudian dianggap sebagai
hal-hal yang berkenan bagi Allah. Secara statistik, dalam gereja ada pening-
katan yang mendukung gaya hidup dan pernikahan homoseksual. Gereja
mendukung mereka tidak hanya dengan apa yang mereka ajarkan, tetapi
juga dengan apa yang tidak mereka beritakan. Dengarkan perkataan berikut
ini dengan seksama:
pun yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud
Allah kepadamu.”
Pendeta ini memandang saya dengan terkejut dan berkata, “John, saya
pernah membaca ini, tetapi tidak pernah menyadari sebelumnya.” Pada
akhir pembicaraan kami dia berkata, “Saya minta maaf telah menuduh
Anda.” Saya menghormati ketulusannya.
Dalam paragraf ini saya ingin berbicara langsung kepada para pemimpin
gereja. Walaupun kata-kata ini ditujukan Paulus kepada para pemimpinnya
di Efesus, kita juga akan didapati bersalah apabila kita yang mengajar dan
berkhotbah tidak menyatakan seluruh nasihat Allah kepada anak-anak-Nya.
Jika kita hanya berbicara hal-hal yang “menyanjung” saja, kita menahan se-
bagian besar nasihat Allah. Sebagai konsekuensinya, orang-orang akan cen-
derung melakukan hal-hal duniawi yang dianggap baik, tidak jauh berbeda
dengan anak yang kurang disiplin akan melakukan hal-hal yang bodoh.
Intinya adalah: tanggung jawab mereka ada di tangan kita.
Saya akan menceritakan satu contoh lagi. Saya menyaksikan seo-
rang pendeta mengumumkan kepada jemaatnya dalam siaran khotbah di
situs gerejanya, bahwa dia adalah seorang homoseksual. Dia menceritakan
bagaimana dia sudah lelah bersembunyi; dia tidak ingin orang lain juga ter-
libat dalam gaya hidup ini untuk terus-menerus menghadapi kecaman (dia
menyebutnya “penghakiman”).
Secara sistematis dia menyebutkan setiap ayat dalam Alkitab yang me-
nyatakan pandangan Allah tentang homoseksualitas dan mengabaikannya.
Kemudian dia berkata kepada segenap penonton, “Rasul Paulus kenyata-
annya memang hebat dalam hal realitas ‘dalam Yesus’ tetapi buruk dalam
hal hubungan”—sehingga membungkam ajaran Paulus tentang seksualitas.
Pendeta ini kemudian menjelaskan bahwa Paulus telah mengacaukan pasal
pertama dalam kitab Roma ketika dia menyatakan secara tidak langsung
bahwa jika kita tidak menyembah Allah, kita akan berakhir dalam homo-
seksual (lihat Roma 1:21-27). Menurut pendeta ini, perkataan Paulus tidak
mungkin benar karena, menurutnya, “Separuh pemimpin pujian di Ame-
rika adalah homoseksual.” (Saya ingin tahu riset manakah yang telah meng-
BIMBINGAN HIDUP KUDUS | 2 19
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang me-
malukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang
wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggal-
kan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala
dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka
melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu
mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk
kesesatan mereka. Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tun-
tutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal
demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya
sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.
(Roma 1:26-27, 32)
Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak
akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang
cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,
pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:9-10)
Tentu saja ada dosa-dosa lain yang berbahaya. Tetapi kita tidak boleh
mengabaikan pesan ayat-ayat ini tentang perbuatan seksual yang sesat.
Petunjuk dunia ini adalah racun yang mematikan. Jika kita tidak me-
nyatakan kebenaran tentang percabulan dari atas mimbar, orang-orang tidak
akan menyadari apa sajakah perbuatan yang benar dan akan dikelabui oleh
si jahat. Mereka akan menerima apa yang dianggap dunia baik, bahkan
berpikir bahwa Allah mengizinkannya.
Dalam daftar larangan berikutnya adalah jangan ada kenajisan. Kita harus
menjauhi segala bentuk pornografi, video cabul, atau pikiran yang berzina.
Yesus berkata, “Setiap orang yang memandang perempuan serta meng-
inginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Matius 5:28).
Pemazmur menulis, “Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; per-
buatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku” (Mazmur 101:3).
Pornografi memberikan stimulasi dan kepuasan sementara karena sifat-
nya yang menarik keinginan daging kita, tetapi akan mengikis kemampuan
BIMBINGAN HIDUP KUDUS | 22 1
kita untuk dapat berhubungan intim dengan pasangan kita dan dengan
Allah. Lambat laun, pornografi akan membuat kita tidak puas terhadap pa-
sangan kita—dan juga terhadap diri kita sendiri. Walaupun pornografi se-
pertinya membakar api gairah, namun sebenarnya menyalakan sumbu yang
akhirnya menyebabkan ledakan kebingungan, perasaan bersalah, malu, dan
kegelisahan.
Baru-baru ini, situs pornografi adalah destinasi paling populer di dunia
maya—sekarang mereka sudah dikalahkan oleh situs sosial media. Lebih
dari satu dalam sepuluh situs dunia maya berisi pornografi. Lebih dari empat
puluh juta orang Amerika mengunjungi situs-situs ini secara teratur dan se-
tiap detiknya 28,258 pemakai Internet melihat situs porno.15
Ini bukan saja permasalahan bagi kaum pria. Kurang lebih satu dari
lima wanita melihat pornografi di dunia maya setiap minggu secara tera-
tur, dan banyak yang menyatakan perasaan yang tidak berdaya melawan
masturbasi.16 Baik pria maupun wanita memuaskan kecanduan mereka di
saat tidak tersambung ke internet dengan majalah atau buku-buku erotis,
terutama yang terakhir ini lebih populer di kalangan wanita.17
Bagaimana dengan gereja? Majalah Christianity Today melakukan sur-
vei kepada para pendeta apakah mereka mengunjungi situs porno dalam
setahun terakhir. Lima puluh empat persen menjawab iya. Mereka adalah
para pemimpin gereja kita! Statistik lain menunjukkan bahwa 50 persen dari
pria–pria injili adalah pecandu pornografi18, dan pemungutan suara yang di-
laporkan oleh CNN menunjukkan bahwa 70 persen pria Kristen bergumul
dengan hal itu.19
Jadi kita harus bertanya, apakah ajaran-ajaran yang kebanyakan bersifat
menyanjung dari mimbar sudah memberi jawaban terhadap epidemi ini,
yang saat ini mencapai level tertinggi sepanjang masa?
Saya bergumul dengan pornografi sampai usia dua puluh tujuh, periode
itu termasuk tahun-tahun awal saya memulai pelayanan. Saya yakin bahwa
setelah menikah dengan seorang wanita cantik, dosa ini akan berhenti;
namun justru tidak demikian dan bahkan semakin parah. Dosa ini memi-
sahkan saya dan Lisa. Saya tidak dibebaskan sampai saat musim gugur tahun
222 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Ayolah Yakobus, jangan terlalu bersikap negatif! Apakah rasul ini me-
mang galak, keras, dan kaku? Atau mungkinkah karena dia sungguh-sung-
guh mencintai jemaat di sana? Apakah ini alasan dia mengajarkan kebenaran
yang menyadarkan dan bukan memberikan ajaran yang populer dan me-
nyanjung? Mungkinkah ini alasan mengapa Allah memerintahkan dia
menulis bagian dari Perjanjian Baru dan bukan memilih seorang pembicara
yang lebih dapat memotivasi pada zamannya?
Dalam daftar berikutnya: jangan terlibat dalam perkataan yang sia-sia atau
kasar, mengatakan lelucon atau cerita cabul. Ini termasuk menonton video
atau mendengarkan musik atau jenis audio lain yang sejenis.
Saya pernah diminta untuk menolong para pemuda pada berbagai tim
pelayanan yang kisruh gara-gara pemimpin mereka menggunakan bahasa
kasar, menceritakan lelucon cabul atau berbicara tidak jauh berbeda dari
gaya bicara orang duniawi yang masih terhilang. Mengapa pemimpin-pe-
mimpin ini berbuat demikian? Mungkinkah karena kita tidak memperin-
gatkan para pemimpin dan umat Allah bahwa, “Ini bukanlah perbuatan
yang tepat bagi warga Kerajaan Allah”?
Paulus menulis kepada jemaat Kolose, “Hendaklah kata-katamu senan-
tiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu
harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kolose 4:6). Kata-kata kita se-
harusnya penuh kasih.
BIMBINGAN HIDUP KUDUS | 225
Jangan Mabuk
salah dengan alkohol.22 The National Institute on Alcohol Abuse and Alco-
holism melaporkan bahwa pada tahun 2012, 25 persen penduduk dari usia
delapan belas atau lebih menyatakan bahwa mereka telah terlibat dalam
pesta minuman keras dalam satu bulan terakhir. Ini sungguh mengejutkan
—satu dari empat orang hanya dalam kurun waktu sebulan! Saya bisa mem-
berikan data statistik lebih banyak lagi, tetapi hal yang penting adalah warga
Amerika memiliki kecenderungan terhadap penyalahgunaan alkohol.
Penyalahgunaan alkohol tersebar bukan hanya di Amerika Serikat. Pada
tahun 2012, 6 persen dari angka kematian di dunia (3,3 juta jiwa) dapat
dikaitkan dengan konsumsi Alkohol. Secara global, penyalahgunaan alkohol
adalah penyebab kelima dalam kematian dini dan cacat fisik. Di antara usia
lima belas sampai empat puluh sembilan tahun, inilah penyebab utama!23
Karena epidemi ini, sebagai umat percaya yang bertanggung jawab,
kita harus mengarahkan logika kita selangkah lebih jauh lagi dan mem-
pertimbangkan implikasi yang lebih luas dari perintah Paulus terkait de-
ngan memakan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Dalam
perkataannya, “Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi
saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi,
supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku” (1 Korintus
8:13). Paulus menjelaskan bahwa bukanlah perbuatan dosa jika memakan
daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Namun, jika perbua-
tan ini menyebabkan saudara kita yang lebih lemah tersinggung dan tersan-
dung, dia berkata bahwa dia tidak akan memakannya lagi.
Argumen dapat digunakan untuk mendukung hak orang Kristen untuk
mengonsumsi alkohol dalam jumlah kecil, tetapi sebagai orang percaya—
dan terutama kita sebagai pemimpin gereja—apakah kita mau mengambil
risiko menjadi batu sandungan atau membantu membujuk orang-orang
yang baru saja keluar dari perangkap alkoholisme untuk kembali terlibat
dalam kecanduan, terutama apabila kita hidup dalam masyarakat yang sarat
dengan penyalahgunaan alkohol? Jika pendeta senior yang minum-minum
di restoran itu menerima hikmat ini, barangkali pengusaha itu dapat terhin-
dar dari pesta minuman keras tiga hari yang berakhir tragis.
228 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Kita telah membaca satu pasal dari kitab Efesus ini. Ada banyak perintah
lain dalam Perjanjian Baru. Sekali lagi, ingatlah bahwa ini bukan daftar
untuk dipatuhi agar Anda dapat diselamatkan; tetapi, gaya hidup ini berkai-
tan dengan orang-orang yang hidup dalam manifestasi hadirat Allah.
Dengarkan bagaimana Paulus menyimpulkan daftar larangannya:
MOT I VASI K I TA
Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan
kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah
mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran
yang telah kamu terima. Aku menganggap sebagai
kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan
semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah
tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera
menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang
telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus,
Tuhan kita. Tetapi aku akan berusaha, supaya juga
sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat
semuanya itu.
—2 P ETRUS 1:12-15
P anggilan untuk hidup kudus bukanlah usulan atau anjuran. Ini bukan
sesuatu yang kita perjuangkan dengan susah payah tetapi kenyataan-
nya tidak dapat kita raih. Ini adalah perintah dan kita diharapkan untuk
mematuhinya.
232 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka terse-
satlah mereka... (2 Petrus 2:15)
garuh nabi-nabi palsu ini. Keselamatan kita berdasarkan hal ini. Kemudian
dia dengan tegas menulis tentang para korban yang akan terjerat untuk me-
masuki ajaran dan gaya hidup palsu dari para pembawa pengaruh ini:
Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruse-
lamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kece-
maran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan
mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka
adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran
dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus
yang disampaikan kepada mereka. (2 Petrus 2:20-21)
Perintah Tuhan tidaklah berat untuk dilaksanakan karena sifat baru kita,
disertai dengan kuasa kasih karunia, akan memampukan kita untuk me-
matuhinya. Tetapi marilah kita berpikir realistis. Kita mungkin memiliki
kemampuan tersebut, tetapi apakah yang akan memotivasi kita untuk me-
megang perintah untuk hidup kudus di tengah-tengah medan perang? Jawa-
236 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Saya akan memberikan sebuah ilustrasi. Pernahkan Anda jatuh cinta? Ketika
saya bertunangan dengan istri saya, Lisa, saya sungguh-sungguh mabuk ke-
payang dengannya. Dia selalu memenuhi benak saya. Saya melakukan segala
upaya agar dapat menghabiskan waktu bersama dia. Saya ingat sebuah ke-
jadian ketika kami melewatkan waktu bersama-sama selama beberapa jam.
Akhirnya saya mengucapkan selamat tinggal, tetapi Lisa memanggil saya tak
lama kemudian dan berkata, “John, jaketmu ketinggalan di rumah.” Saya
gembira karena jaket saya tertinggal sehingga saya punya kesempatan untuk
melihatnya lagi.
238 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Kekuatan yang memotivasi lainnya adalah ketakutan yang kudus, yaitu nilai
kebajikan yang dikutip oleh Paulus agar menjaga kita tetap berada pada
jalur kudus:
... marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani
dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita
dalam takut akan Allah. (2 Korintus 7:1)
tanyaan saya tentang definisi ini adalah, “Mengapa Paulus mengatakan takut
dan gentar sebanyak empat kali dalam Perjanjian Baru jika tujuannya hanya
untuk menyembah?” Gentar lebih dari sekadar menyembah.
Definisi Strong’s untuk kata Yunani tromos (gentar) adalah “gemetar keta-
kutan.” Dalam hal ini, kita diperintahkan untuk “mengerjakan keselamatan
kita dengan gemetar ketakutan.” Ada rasa hormat yang sangat mendalam dan
bahkan kengerian yang sehat tercakup di sini—lebih dari sekadar pengertian
umum kita tentang penyembahan.
Tentang makna ketakutan, Anda mungkin pernah mendengar jawaban
ini: “Itu ajaran Perjanjian Lama. Kita tidak lagi memiliki takut akan Allah
karena Dia tidak memberikan kepada kita roh ketakutan tetapi kasih.” Mer-
eka yang mengatakan ini telah mencampuradukkan roh ketakutan dengan
takut akan Allah.
Ketika Musa membawa bangsa Mesir ke gunung Sinai dan Allah menya-
takan hadirat-Nya di sana, bangsa Israel berlari mundur dan dengan penuh
ketakutan berseru kepada Musa, memintanya memohon kepada Allah agar
tidak memperlihatkan kebesaran kuasa-Nya kepada mereka. Dengarkanlah
jawaban Musa kepada bangsa Israel:
“Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk men-
coba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu,
agar kamu jangan berbuat dosa.” (Keluaran 20:20)
oleh Adam dan Hawa setelah mereka jatuh dalam dosa terhadap Allah ada-
lah bersembunyi dari hadirat-Nya (lihat Kejadian 3:8). Di sisi lain, orang
yang takut akan Allah tidak akan menyembunyikan apa pun; bahkan, dia
takut berada jauh dari Allah!
Oleh sebab itu, pengertian pertama tentang takut akan Allah adalah sa-
ngat ketakutan berada jauh dari Allah. Takut akan Allah berarti memuliakan
Dia. Kita sangat menghormati, memuliakan, meninggikan, dan menyem-
bah Dia melebihi segala sesuatu atau siapa pun.
Ketakutan yang kudus memberikan tempat kemuliaan bagi Allah yang
layak Dia terima; kita gemetar dan gentar di hadapan-Nya karena merasa
sangat takjub. Kita dengan teguh menyambut keinginan-Nya dengan cara
menjunjung tinggi kehendak-Nya di atas segalanya, termasuk kehendak kita
sendiri. Kita mencintai apa yang Dia cintai dan membenci apa yang Dia
benci. Apa yang penting bagi-Nya juga penting bagi kita. Inilah alasan me-
ngapa kita diperingatkan demikian, “Takut akan TUHAN ialah membenci
kejahatan” (Amsal 8:13).
Keluaran 20:20 menyatakan bahwa ketakutan ilahi akan menjauhkan
kita dari perbuatan dosa. Sejalan dengan hal ini, kita juga dinasihati, “karena
takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan” (Amsal 16:6). Paulus juga
menulis bahwa kekuatan itulah yang mendorong kita untuk menjauhi dosa
(lihat 2 Korintus 7:1).
Firman ini menjadi nyata ketika saya mengunjungi seorang penginjil
televisi terkenal dalam tahanan. Dia adalah pendeta paling terkenal di muka
bumi ini pada tahun 1980-an. Dia telah melakukan tindakan kriminal me-
lawan pemerintah negeri ini dan berselingkuh.
Pria ini sudah mendekam dalam penjara selama hampir lima tahun,
tetapi pada awal masa tahanannya, dia mengalami perjumpaan dengan
Yesus di dalam selnya yang memutarbalikkan hidupnya. Salah satu buku
saya telah menyentuh hatinya yang dalam, dan dia memohon saya agar pergi
mengunjunginya.
Saya tidak akan pernah melupakan waktu pria itu masuk ke ruang
tunggu tahanan. Dia merangkul saya sambil berurai air mata lebih dari
M OT I VA S I K I TA | 24 3
satu menit. Kemudian dia menggenggam bahu saya dan bertanya dengan
sungguh-sungguh, “Apakah Anda yang menulis buku itu ataukah orang lain
yang menuliskannya untuk Anda?”
“Tidak, Pak. Sayalah yang menulis setiap kata demi kata.”
Dengan gembira dia menukas, “Banyak sekali yang harus kita bicarakan
dan waktu kita hanya sembilan puluh menit saja.” Dia langsung duduk dan
membagikan kisahnya.
Salah satu kalimat pertamanya adalah, “John, bukan penghakiman
Allah yang membawa saya ke penjara tetapi kemurahan-Nya, karena apabila
saya terus hidup dengan cara hidup sebelumnya, saya pasti akan berakhir di
neraka selama-lamanya.” Pernyataannya mengejutkan saya. Pernyataannya
mencengangkan. Saya terpukau oleh keterbukaan dan kerendahan hatinya.
Setelah dua puluh menit lebih mendengarkan kisahnya, saya menga-
jukan sebuah pertanyaan yang mengusik hati saya. Saya tahu dia sangat
mencintai Yesus pada awal pelayanannya dan sungguh berapi-api bagi Allah.
Saya ingin tahu bagaimana dia kehilangan gairahnya.
Akhirnya saya hanya bertanya, “Kapankah Anda kehilangan cinta pada
Yesus? Pada waktu apa?” Saya ingin mengetahui tanda-tanda pudarnya cinta
kita terhadap-Nya, terutama sebagai seorang pendeta.
“Saya tidak pernah kehilangan,” jawabnya tegas.
Saya tertegun dan sedikit gusar dengan jawabannya. Bagaimana dia bisa
berkata demikian?
Saya membalas, “Apa maksud Anda? Anda berselingkuh. Anda meng-
gelapkan uang—Anda dipenjara. Bagaimana Anda bisa berkata bahwa
Anda tidak kehilangan cinta Anda terhadap Yesus?”
Sekali lagi, dia menatap saya lekat-lekat dan tanpa ragu berkata, “John,
saya mencintai Yesus selama kejadian itu berlangsung.”
Saya terdiam, dan saya yakin raut muka saya menunjukkan kebi-
ngungan. Kemudian dia berkata, “John, saya mencintai Yesus, tetapi saya
tidak takut akan Dia.”
Hening selama beberapa saat. Dia membiarkan perkataannya dipahami
baik-baik. Saya sudah terguncang secara emosi. Lalu dia memecahkan ke-
24 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
sunyian dengan berkata lirih, “John, ada jutaan orang Amerika yang sama
seperti saya. Mereka mencintai Yesus tetapi tidak takut akan Allah.”
Pertemuan itu adalah momen yang mengubah kehidupan saya karena ak-
hirnya membangkitkan kehausan saya untuk menggali lebih banyak jawa-
ban lagi. Bagaimana mungkin seorang pria yang mencintai Allah dapat jatuh
ke dalam dosa berulang kali dan bahkan najis? Bagaimana mungkin jutaan
orang yang mencintai Allah dapat menjalani hidup yang tidak kudus? Me-
reka menyembah Allah, aktif di gereja setempat dan sangat bergairah ten-
tang segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah; namun mereka melakukan
seks bebas, terbelenggu oleh pornografi, berulang kali berbohong, minum
alkohol berlebihan, bercerai tanpa alasan Alkitabiah—dan itu baru daftar
pendek. Mereka mencintai Yesus, seperti pria ini, jadi mengapa mereka tidak
menuruti firman-Nya? Yesus berkata bahwa jika mereka mencintai Dia, kita
akan mendapat kekuatan untuk menaati-Nya. Apakah ada sesuatu yang
terlewatkan?
Mungkinkah jawabannya dikarenakan mereka mencintai satu pribadi
yang sebenarnya tidak mereka kenal? Apakah penginjil televisi itu dan rang-
kaian tata ibadah yang dia maksud telah menciptakan gambaran Yesus,
namun sebenarnya bukanlah Yesus yang sebenarnya? Apakah Yesus fiktif ini
yang akhirnya memenuhi apa yang diinginkan sifat kedagingan mereka?
Pertimbangkanlah ini: ada banyak orang di negara ini yang begitu terpe-
sona oleh para atlet dan selebriti Hollywood. Nama-nama mereka sering ter-
dengar dalam rumah kita, dan media massa telah membeberkan kehidupan
pribadi mereka lewat berbagai macam wawancara televisi, surat kabar dan
artikel majalah. Saya mendengarkan para penggemar berbicara seolah-olah
selebriti ini adalah teman dekat mereka. Sepertinya orang-orang merasa ter-
libat secara emosional dalam masalah rumah tangga mereka dan bahkan ikut
berdukacita saat tragedi menghantam mereka, seolah-olah mereka adalah
bagian dari keluarga.
M OT I VA S I K I TA | 24 5
Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tum-
buh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya,
roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pen-
genalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan
TUHAN... (Yesaya 11:1-3)
Karakteristik Roh Allah terakhir yang ditulis di sini adalah “Roh... takut
akan Tuhan.” Saya sendiri percaya bahwa inilah aspek terpenting yang harus
kita minta. Ada dua alasan mengapa saya mempercayai hal ini. Yang per-
tama, kita tahu bahwa takut akan Tuhan adalah awal hikmat, nasihat, pen-
gertian, dan pengetahuan (lihat Mazmur 111:10; Amsal 1:7; Amsal 8 dan
9). Yang kedua—dan yang paling meyakinkan—takut akan Tuhan adalah
kesukaan Yesus. Bukankah kesukaan-Nya harus menjadi kesukaan kita?
Kenyataannya, kita tahu bahwa Yesus telah didengarkan karena kesalehan-
Nya (lihat Ibrani 5:7). Berdoa adalah satu hal penting, tetapi doa yang di-
dengarkan adalah hal yang berbeda.
24 8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Takut akan Tuhan dan cinta akan Tuhan adalah hasil dari dipenuhi den-
gan Roh Kudus, karena Paulus menulis, “kasih Allah telah dicurahkan di
dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Roma 5:5). Saya mendorong Anda agar
dengan tulus meminta dipenuhi Roh ketakutan yang kudus dan kecintaan
akan Allah yang menggebu-gebu.
Bejana Kotor
Sekarang kita sampai pada krisis global yang merajalela. Kita memiliki keku-
rangan besar dalam gereja di abad kedua puluh satu. Bukan kekurangan
tempat, tetapi wadah yang bersih, di mana Allah dapat menuangkan Roh-
Nya ke dalamnya. Marilah kita kembali ke kata-kata terakhir yang ditulis
Paulus. Dengan tegas dia berkata:
Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah:
“Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan “Setiap orang yang
menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.”
(2 Timotius 2:19)
Paulus membahas apa saja yang dapat membuat kita tetap teguh, baik
sebagai gereja maupun individu. Ada dua pernyataan yang ditulis pada
fondasi yang dia sebutkan. Alkitab versi The New King James mengatakan
kata-kata ini adalah “dimeteraikan” di atas fondasi; versi The Message menya-
takan kata-kata itu adalah “diukir” di atasnya.
Yang pertama, Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya. Perkataan ini
menghibur kita. Setelah kita menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada-Nya,
Dia tidak melupakan kita. Kita menjadi biji mata-Nya.
Ukiran kedua di atas fondasi tersebut adalah, “Setiap orang yang menye-
but nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.” Sekali lagi kita me-
lihat kata hendaklah (must) dan bukanlah seharusnya (should). Perkataan ini
sangat tegas memberitahukan pentingnya meninggalkan kehidupan yang
tidak kudus. Mengapa? Jawabannya ada dalam dua ayat berikutnya:
M OT I VA S I K I TA | 24 9
Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas
dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai
untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang ku-
rang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat,
ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia diku-
duskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk
setiap pekerjaan yang mulia. (2 Timotius 2:20-21)
Kata Yunani untuk perabot berarti “bejana” atau “wadah”. Jika kita
adalah wadah yang bersih, kita siap untuk dipakai Tuhan. Kita siap untuk
dipenuhi dengan hadirat-Nya yang penuh kuasa.
Setiap pagi saya menikmati sarapan yang sama, tak peduli saya sedang
berada di mana. Saya mengawali dengan segelas air jeruk lemon hangat dii-
kuti oleh secangkir teh melati. Lima belas menit kemudian, semangkuk gan-
dum, biji chia, bubuk flax dan biji hemp dicampur dengan susu almond dan
sirup maple asli. Untuk sarapan ini, saya memerlukan beberapa wadah—
cangkir teh, gelas, dan mangkuk. Inilah faktanya: saya tidak pernah meng-
gunakan cangkir, gelas, atau mangkuk kotor untuk sarapan saya. Saya selalu
mencari wadah yang bersih. Saya menikmati cita rasa sarapan saya, jadi saya
tidak ingin makanan itu tercemar. Faktanya adalah jika ada kotoran dalam
sebuah wadah, baik mangkuk, piring, cangkir, atau gelas, kotoran itu akan
mengotori makanan sedap yang dimasukkan ke dalam wadah itu. Mengapa
Allah ingin mencurahkan Roh-Nya ke dalam wadah yang kotor?
Menurut perkataan Paulus, kita memiliki tanggung jawab untuk
menyucikan diri kita. Dia tidak berkata, “Darah Yesus menyucikan kita
dari semua dosa masa lalu, sekarang ataupun yang akan datang, jadi ja-
nganlah khawatir akan kebiasaanmu yang berdosa karena sekarang engkau
sudah dibayar lunas.” Tidak. Dia menyatakan, “Jika seorang menyucikan
dirinya [dari hal-hal yang tercela dan najis, yang memisahkan dirinya dari
hubungan dengan pengaruh yang mencemari dan jahat], ia akan menjadi
perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak
25 0 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia”
(ayat 21).
Kita harus menyucikan diri kita sendiri. Titik. Paulus tidak memba-
has hubungan posisi kita di dalam Yesus oleh karena pekerjaan-Nya. Dia
membahas perbuatan kita. Dengarkanlah kata-katanya sekali lagi: “Seorang
menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah
untuk maksud yang mulia.”
Sekali lagi kita melihat bahwa hadirat Allah—Roh-Nya—tidak akan
dicurahkan ke dalam bejana yang kotor tetapi ke dalam bejana yang bersih.
Konsekuensi
—tidak begitu kuat sekarang ini. Hadirat Allah berkurang pesat di Barat di
awal abad kedua puluh satu ini.
Mengapa demikian? Jika kita memberitakan Firman yang tidak me-
nekankan transformasi, akhirnya kita akan mendapati berkurangnya wadah
bersih, yang kemudian menyebabkan menurunnya manifestasi hadirat Allah
di bumi ini. Ingatlah, saat Yesus mati di kayu salib, tirai di Bait Allah ter-
koyak dari atas sampai bawah. Hadirat Allah serta merta keluar dari wadah
buatan manusia dan hendak dicurahkan ke dalam bejana yang tidak dibuat
oleh tangan, yaitu hati pria dan wanita yang sudah lahir baru.
Roh Allah tidak bergerak keluar dari Bait Allah untuk masuk ke ma-
tahari yang terbenam, pohon, pemandangan yang indah, lagu, video atau
media lainnya. Dia bergerak masuk ke bejana yang terbuat dari darah dan
daging. Jika bejana itu kotor, hadirat Allah dalam masyarakat berkurang dan
hingga akhirnya, kedurhakaan tidak akan begitu terbendung.
Kita dapat mengubah penurunan drastis ini, tidak dengan cara memilih
kandidat yang baik dalam kursi pemerintahan, melobi untuk menentang
pemerintah kita, memecat karyawan media yang ada, melakukan aksi protes
di depan klinik aborsi, atau banyak aksi lainnya. Satu-satunya cara untuk
melawan kedurhakaan adalah dengan berserah kepada kuasa kasih karunia
Allah dan hidup beriman. Dengan cara ini kita memberikan suara dan pe-
ngaruh yang jauh lebih kuat kepada Roh Kudus dalam masyarakat kita.
Kurangnya pemberitaan tentang kekudusan yang benar telah mem-
buat kita membayar harga yang mahal baik dalam tingkat pribadi, kelom-
pok, maupun nasional. Kita dapat mengubahnya! Pendeta, pemimpin
dan seluruh umat Allah—marilah kita berdiri teguh bersama-sama untuk
menyatakan seluruh ajaran Allah dari Kitab Suci. Marilah kita membangun
fondasi dan rangka yang kuat dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita.
Marilah kita melihat kedurhakaan terhalang maju dalam masyarakat kita
dengan kuasa Roh Kudus yang menahan, yang akan membuahkan tuaian
jiwa bagi kerajaan Allah.
14
PA R AMET ER K I TA
“Karena setiap orang yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, sehingga ia
berkelimpahan.”
—M ATIUS 25:29
Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. (Efesus 2:10)
Kita diciptakan dalam Kristus Yesus bukan hanya untuk menjadi anak
Allah, tetapi juga untuk menjadi warga kerajaan Allah yang produktif.
25 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Dalam situasi Abram dan Sarai, mereka berdua telah membatasi Allah,
yang sering terjadi saat kita memilih untuk berjalan menurut kehendak kita
sendiri. Jadi marilah kita meneliti Firman Allah untuk memandu kita dalam
mengambil pilihan.
Di tahun-tahun pertama setelah kami menikah, saya dan Lisa hidup di dua
kota, Dallas dan Orlando. Kami hampir tidak mampu membayar kedua
rumah pertama kami. Awalnya kami tinggal di apartemen selama beberapa
tahun karena tidak punya cukup uang untuk membangun rumah kami
sendiri. Kami sering mengunjungi rumah-rumah contoh—tetapi hanya se-
batas angan belaka.
Setelah kami mampu membeli sebuah rumah, faktor yang menentukan
adalah harganya. Kami tidak mampu membeli rumah karena pendapatan
saya hanya $18.000 per tahun di Dallas dan $27.000 per tahun di Or-
lando. Tetap tinggal di apartemen juga bukan pilihan yang bagus karena saat
itu kami sudah mempunyai dua orang anak dan mendambakan halaman
tempat mereka dapat bermain. Di kedua kota tersebut, kami melihat-li-
hat beberapa daerah dengan harga terjangkau yang lokasinya tidak jauh
dari gereja kami dan tempat saya bekerja. Dalam dua persoalan tersebut,
kami mendapati bahwa pilihan yang paling ekonomis adalah pengemban-
gan rumah sistem paket murah. Kedua kontraktor rumah memiliki sekitar
setengah lusin denah rumah yang boleh kami pilih, dan pada tiap kesem-
patan, kami memilih yang paling murah.
Di rumah yang satu, kami sungguh senang ketika tiba harinya memilih
bahan interior rumah. Agen penjualan mengajak kami ke sebuah gedung
pameran besar yang menyediakan banyak material bagus. Ada beberapa
jenis marmer dan ubin batu alam, bermacam-macam lantai kayu, lemari
bagus, dan beragam karpet bulu. Kami juga dapat melihat desain ornamen
ukir yang indah dan batu perapian yang unik.
256 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Dapat Melakukan
Kita hidup di dunia yang serupa dengan pengalaman kami di gedung pa-
meran bahan bangunan. Orang-orang sering diperingatkan, “Kamu tidak
mampu.” “Jangan berharap terlalu banyak.” “Itu ide yang terlalu muluk.”
“Menyesuaikan saja dan bersikaplah normal.” Atau, “Itu di luar kemam-
puanmu.” Daftar perintah larangan ini tidak ada habisnya. Kerap kali
logikanya kelihatan masuk akal dan berasal dari penasihat yang baik, tetapi
apakah kebenarannya?
Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang
kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja
di dalam kita. (Efesus 3:20)
Kata kunci dalam ayat ini adalah dapat. Saya akan memberikan ilustrasi
dengan sebuah skenario.
Seorang jutawan besar mendatangi tiga pengusaha muda dan menawar-
kan: “Saya mau membiayai bisnis impianmu. Saya tidak mengharapkan
balasan apa pun; saya hanya ingin kalian berhasil. Saya dapat memberikan
sebanyak mungkin modal yang kalian perlukan untuk memulai usaha.”
Yang pertama adalah seorang wanita yang memutuskan untuk mem-
bangun toko kue. Dia memerlukan etalase, dua buah oven, loyang, per-
alatan, mesin kasir, bahan-bahan makanan, dan beberapa barang lainnya.
Dia mengajukan rencananya kepada jutawan itu dan meminta $100.000.
Tanpa pikir panjang, sang jutawan langsung mentransfer dana ke rekening
wanita itu.
Berikutnya adalah seorang pemuda. Dia memutuskan untuk memban-
gun perumahan. Dia perlu membeli beberapa bidang tanah, material ban-
gunan, peralatan, truk bak terbuka, dan sebuah ruangan kantor kecil. Dia
menyusun rencana usahanya dan mengajukan $250.000. Sekali lagi, sang
jutawan langsung mentransfer dana ke rekening pemuda itu.
Pengusaha ketiga adalah seorang wanita muda yang ingin membangun
kompleks bisnis yang dilengkapi dengan pusat perbelanjaan dan taman
hiburan. Dia menemukan sebidang tanah seluas 405 hektare di tengah kota.
Ini adalah lokasi perumahan paling bagus dan sudah dipasarkan cukup lama
karena hanya sedikit orang yang sanggup membeli properti itu. Dia menga-
jukan tawarannya dan diterima.
Dia meminta sekelompok tim arsitek untuk mewujudkan impiannya.
Dia menggambarkan dua gedung perkantoran dua belas lantai bersebelahan
yang unik, lengkap dengan halamannya. Di bagian lain dia merencanakan
sebuah pusat perbelanjaan terbuka yang bagus, dipenuhi dengan toko ritel
kelas atas dan rumah makan berkelas. Di atas toko-toko ritel itu akan didiri-
kan kondominium mewah. Dia juga meminta agar hotel mewah berbintang
lima dibangun di tengah-tengah proyek itu. Bagian terakhir dari sebidang
tanah itu dikhususkan untuk taman hiburan megah. Dia memagari ping-
gir jalan dengan pepohonan rindang, menempatkan jalur khusus untuk pe-
25 8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
ngendara sepeda, dan yang paling istimewa, dia merencanakan sebuah kebun
bunga dan pepohonan yang menakjubkan di sebelah pusat perbelanjaan.
Visinya adalah untuk memikat para pengusaha sukses, penghuni, dan
tamu hotel ke kebunnya. Dia menawarkan pusat perbelanjaan kelas atas,
suasana tentram, pengalaman unik di taman hiburan, dan rumah makan
berkualitas terbaik. Hotelnya akan menawarkan akomodasi terhebat bagi
tamu-tamu para pemilik usaha. Dia juga menginginkan kompleksnya men-
jadi area tujuan wisata. Itulah harapannya untuk menarik banyak orang dari
seluruh negeri untuk datang ke sana dan beristirahat, berbelanja, menikmati
taman hiburan dan dimanjakan oleh fasilitas hotelnya yang sangat istimewa.
Dia membahas rencananya bersama para arsitek hingga sempurna dan
benar-benar menjadi sebuah karya seni. Kemudian wanita muda itu men-
datangi sang jutawan, menunjukkan rencananya dan memohon $245 juta.
Sama halnya dengan dua pengusaha lainnya, sang jutawan langsung mengi-
rim dana itu ke rekeningnya.
Tiga tahun kemudian sang jutawan memanggil ketiga pengusaha itu
dalam sebuah pertemuan. Dia menginginkan presentasi tentang progres
mereka. Satu demi satu memberikan laporannya. Toko kue menerima
pendapatan bersih sekitar beberapa ribu dolar per bulan. Pembangun peru-
mahan telah mendirikan empat rumah dan mendapat laba bersih lebih dari
dua ratus ribu dolar dalam jangka waktu tiga tahun.
Pengusaha muda ketiga berdiri dan menyampaikan laporan tentang
kompleksnya. Saat itu dia mencapai tingkat hunian 90 persen di hotelnya
dan tingkat hunian 87 persen di area gedung perkantoran. Kondominium-
nya sudah laku keras. Pusat perbelanjaannya sudah terisi 98 persen dengan
toko-toko dan restoran kelas atas. Pendapatan bersihnya adalah beberapa
juta dolar per bulan. Dia juga melaporkan bahwa kota itu telah menetap-
kan tanggal untuk menganugerahkan penghargaan sipil karena kompleks
itu telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, dari beberapa segi:
estetika, lapangan kerja, wisata belanja, dan pajak pemerintah. Dia juga
menggunakan beberapa persen dari keuntungannya untuk membuka dan
membiayai dapur umum di daerah-daerah miskin di kota itu.
PA R A M E T E R K I TA | 259
Tetapi tidak berhenti di situ saja. Dia juga melaporkan bahwa sejum-
lah besar persentase keuntungan sebanyak jutaan dolar akan dialokasikan
untuk mendirikan kompleks yang sama di tiga kota yang berbeda, yang
akan siap dibuka untuk umum dalam waktu enam bulan berikutnya se-
lama satu setengah tahun ke depan. Dia melatih tiga tim manajemen yang
akan mengawasi beberapa kompleks baru. Dia mengharapkan keuntungan
selama lima tahun ke depan itu dapat digunakan sebagai modal investasi
untuk membangun lima kompleks lagi di lokasi penting lainnya.
Setelah mendengarkan presentasi dari pengusaha terakhir, dua pengu-
saha pertama terdiam dan wajah mereka muram. Sang jutawan memper-
hatikan perubahan air muka mereka dan menanyakan mengapa mereka
murung.
Wanita muda pemilik toko kue berbicara pertama kali. “Pak, tentu
saja dia lebih berhasil dibandingkan kami, karena dia meminta uang lebih
banyak dari Anda. Dia mampu melakukan yang lebih besar karena Anda
memberinya lebih banyak.”
Sang jutawan berpaling ke arah sang pembangun rumah. “Apakah Anda
setuju dengannya?”
Pria muda itu berkata, “Benar, Pak, saya setuju. Dia mempunyai dana
lebih untuk mengerjakan usahanya.”
Sang jutawan memerintahkan asisten pribadinya untuk mengambil
catatan dari pertemuan pertama mereka. Beberapa menit kemudian, sang
asisten kembali dengan semua catatannya.
Dermawan itu berkata kepada asistennya, “Tolong bacakan kata-kata
saya kepada ketiga pengusaha ini tiga tahun yang lalu.”
Asisten itu membacakan: “Saya ingin membiayai bisnis impian Anda.
Saya dapat memberikan sebanyak mungkin modal yang Anda perlukan
untuk memulai usaha.”
Sang jutawan menatap ke arah dua pengusaha yang berwajah muram
dan bertanya, “Mengapa kalian merasa iri terhadap apa yang dia terima?
Mengapa kalian mengira dia memiliki lebih banyak keuntungan daripada
kalian? Saya memberitahu kalian masing-masing bahwa saya dapat mem-
26 0 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Kelimpahan
Sebagai orang Kristen, tanpa sadar kita telah sering berpikir bahwa seharus-
nya kita tidak perlu terlalu berkelimpahan. Tetapi apakah pemikiran seperti
ini sesuai dengan ajaran Firman Allah ? Yesus menyatakan:
Allah tidak memiliki masalah dengan kelimpahan. Yang Dia benci ada-
lah kelimpahan yang menguasai kita. Apakah perbedaannya? Seseorang yang
dikuasai oleh kelimpahan akan mengejar berkat, harta benda, keuangan, ke-
mampuan, atau kekuasaan hanya demi memuaskan hawa nafsunya. Atau,
dia menyimpan seluruh kekayaan ini karena ketakutan.
Banyak orang yang mendengarkan ajaran kemakmuran di akhir abad
kedua puluh yang memiliki hawa nafsu demikian. Ketamakan mereka
membuat banyak pemimpin dan orang percaya menghindari ajaran Allah
yang benar tentang kelimpahan. Banyak yang kemudian menghina kata
kemakmuran. Tetapi faktanya adalah, kita memerlukan kelimpahan untuk
melakukan pekerjaan yang lebih besar dan makin efektif dalam membangun
jiwa-jiwa bagi kerajaan Allah. Apakah ini alasan mengapa Allah menyatakan,
“Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik (to prosper)
dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik
saja” (3 Yohanes 2).
Dalam ilustrasi kita tadi, sang jutawan besar tidak memberikan setiap
pengusaha $245 juta seperti yang dia berikan kepada wanita muda terakhir.
Dia memberikan masing-masing sesuai dengan visi mereka. Jika Anda me-
neliti perumpamaan yang berisi pernyataan Yesus tentang kelimpahan, se-
tiap hamba tidak memulai dengan jumlah uang yang sama. Mereka diberi
jumlah yang berbeda: “Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seo-
rang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut ke-
sanggupannya” (Matius 25:15). Kesanggupan mereka sesuai dengan apa
yang dapat mereka perkirakan.
Dalam contoh saya tadi, wanita pertama hanya dapat membayangkan
toko kue yang kecil. Pemuda kedua hanya dapat membayangkan beberapa
rumah per tahun. Kemampuan wanita muda ketiga—sesuai dengan apa
yang dia impikan—membutuhkan lebih banyak lagi.
Menggunakan kuasa dengan baik adalah memanfaatkannya untuk
membangun jiwa-jiwa dan kerajaan Allah. Jika kita meneliti perumpamaan
ini lebih cermat, kita akan menemukan fakta yang menarik. Dua hamba
yang pertama setia kepada tuan mereka. Mereka melipatgandakan apa yang
26 2 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
telah diberikan kepada mereka. (Dalam cerita kita tentang ketiga pengu-
saha, hanya satu yang melipat-gandakan.) Tuan dalam perumpamaan Yesus
menyebut pelipatgandaan mereka baik (lihat Matius 25:21, 23).
Hamba yang menyimpan uang yang telah dipercayakan kepadanya dise-
but pemalas. Sang tuan mengambil satu-satunya kantung perak miliknya
dan memberikannya kepada hamba yang memiliki lebih. Sang tuan mem-
buat sepuluh kantung perak hamba itu menjadi sebelas kantung. Ini jauh
dari pandangan sosialisme; dan kalau boleh jujur, lebih bersifat kapitalisme.
Kita berpikir, boleh dikatakan seorang Kristen yang baik akan bertahan
hidup. Dengan kata lain, mereka cukup puas dengan apa yang mereka mi-
liki untuk memenuhi kebutuhan, padahal kenyataannya ini disebut pemalas.
Perintah Allah yang pertama kepada manusia adalah “berkembangbiaklah
dan bertambah banyaklah” (Kejadian 1:22). Dia tidak hanya berbicara ten-
tang keturunan. Dia menyatakan, “Segala sesuatu yang telah Kuberikan
kepadamu, Aku menghendaki kamu mengembang-biakkannya dan mem-
persembahkannya kembali kepada-Ku.”
Allah telah mempercayakan kepada saya kemampuan untuk mengajar.
Oleh kasih karunia-Nya (kuasa yang bekerja dalam tim kami, mitra kami,
istri saya dan saya), karunia itu telah berlipat ganda dan dipersembahkan
kembali kepada-Nya melalui pengajaran ke seluruh penjuru dunia, penu-
lisan buku, pengiriman pesan ke situs online, memberikan jutaan sumber
kepada para pendeta dan pemimpin secara global, lewat blogging, pembi-
naan guru-guru lain—dan ini bukan daftar lengkapnya. Sejauh ini Allah
telah mengerjakan jauh lebih banyak dari apa yang saya impikan sewaktu
masih muda. Tetapi, saya bisa menanggapi semua ini dengan dua cara. Yang
pertama, kekhawatiran saya adalah, apakah saya telah membatasi Dia dalam
hal-hal tertentu? Yang kedua dan sukacita saya adalah: wow! Lihatlah kua-
sa-Nya yang bekerja! Dua pemikiran ini menjaga saya tetap rendah hati dan
sekaligus bergairah.
PA R A M E T E R K I TA | 26 3
Bejana Kita
Ada lebih banyak lagi yang dapat Dia kerjakan melalui kita. Entah sadar atau
tidak, kita semua memiliki berbagai batasan. Menurut Efesus 3:20, batasan
ini dipengaruhi oleh apa yang dapat kita “minta atau pikirkan,” dalam usaha
kita untuk membantu orang lain. Pesan Allah bagi kita sudah jelas, “Kasih
karunia-Ku yang ada di dalammu jauh melampaui batasan yang kau diri-
kan.” Yesus mengatakannya demikian: “Tidak ada yang mustahil bagi orang
yang percaya!” (Markus 9:23).
Batasan kita—apa yang dapat kita kuasai—menentukan seberapa ba-
nyak yang akan kita ambil dari sumber tak terbatas ini. Dalam cerita sang
jutawan dan para pengusaha tersebut, bejana orang pertama adalah visi yang
membutuhkan $100.000, orang kedua membutuhkan $250.000, dan orang
ketiga membutuhkan $245 juta.
Sejujurnya, ukuran bejana kitalah yang membatasi Allah. Apakah mung-
kin Allah bertanya kepada kita, “Mengapa kamu hanya berpikir secukupnya
saja untuk memenuhi kebutuhanmu? Mengapa kamu hanya memikirkan
dirimu dan keluargamu? Mengapa kamu tidak menggunakan potensi yang
telah Kuberikan kepadamu? Dari sudut pandang-Ku, mentalitas seperti itu
bukanlah baik, tetapi malas.”
Inilah alasan mengapa Paulus dengan gigih berdoa agar kita dapat me-
ngetahui dan mengerti:
Dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan
kekuatan kuasa-Nya... (Efesus 1:19)
Camkan bahwa kuasa itu ada di dalam kita. Ini bukan kekuatan yang
kadangkala dapat kita terima dari takhta surga. Inialah kuasa-Nya yang
sudah ada di dalam kita.
Kuasa ini juga untuk kita, membantu kita berkembang, menolong kita
berbuah, membuat kita lebih efektif dalam menolong orang lain. Oleh
karena itu, kita akan bersinar bagai terang yang menyilaukan.
Kuasa ini tak lain adalah kasih karunia Allah!
Kasih karunia Allah begitu melimpah. Kita sebenarnya tidak layak untuk
beroleh pemberian keselamatan, pengampunan dosa, karakter baru, dan
kekuatan untuk hidup beriman. Kasih karunia Allah juga memampukan
kita untuk berkembang biak, berbuah dan memerintah atas hidup kita.
Kasih karunia Allah memang sungguh menakjubkan! Dengarkan perkataan
Paulus baik-baik:
Ulangan 28:13). Bukan hanya kita harus dapat berdiri tegak mengatasi
kondisi hidup yang sulit, kita juga harus bersinar lebih cemerlang diban-
dingkan mereka yang tidak mengadakan perjanjian dengan Allah. Kita
adalah para pemimpin di tengah-tengah dunia yang gelap. Kepala menga-
tur arah, jalan, dan tren sedangkan ekor hanya mengikuti. Kita seharusnya
menjadi pemimpin dalam segala aspek di masyarakat, bukanlah pengikut.
Apakah ini kenyataannya? Ataukah kita sudah kehilangan apa yang diang-
gap Allah baik?
Saya akan memberikan penjelasannya. Jika profesi Anda di bidang
medis, dengan kasih karunia Allah, Anda memiliki kemampuan untuk
menemukan cara baru dan inovatif dalam menyembuhkan sakit-penyakit.
Potensi Anda tak terukur dan tak terbatas. Rekan kerja Anda seharusnya
terheran-heran melihat penemuan Anda, dan pekerjaan Anda seharusnya
dapat menginspirasi mereka. Inovasi dan hikmat Anda akan membuat me-
reka menggaruk-garuk kepala sambil berkata, “Dari mana dia mendapat
ide-ide ini?” Bukan hanya Anda dapat bersinar, tetapi juga akan melipatgan-
dakan produktivitas di bidang Anda. Orang lain berharap dapat mengikuti
jejak Anda dan akan ingin mengetahui sumber kemampuan Anda.
Jika Anda seorang desainer situs web, kreasi Anda harus baru dan ino-
vatif, sedemikian sehingga orang lain akan berusaha menirukan Anda. Anda
dan umat percaya lain di bidang Anda seharusnya membuat tren baru yang
akan diikuti oleh masyarakat. Anda akan dicari-cari banyak orang dan terke-
nal karena inovasi Anda. Anda bergerak sangat jauh ke depan sehingga orang
lain di bidang Anda akan menggaruk-garuk kepala dan bertanya satu sama
lain, “Dari mana dia mendapatkan semua kreativitas ini?” Anda berkem-
bang biak dengan cara membagikan pengetahuan Anda kepada orang lain
dan mengembangkan industri Anda dan memberi bagi kerajaan Allah.
Jika Anda seorang guru sekolah negeri, dengan kekuatan kasih karunia
yang ada dalam diri Anda, Anda akan mengembangkan cara-cara baru
yang kreatif dan inovatif untuk menyampaikan pengetahuan, pengertian,
dan hikmat kepada siswa-siswi Anda yang belum pernah dipikirkan oleh
guru-guru lain dalam sistem pendidikan Anda. Anda telah menetapkan
26 6 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
standar dan menginspirasi para siswa sedemikian rupa sehingga orang lain
akan terkagum-kagum. Rekan sesama guru akan membahas di antara me-
reka, “Dari mana dia mendapat ide-ide ini?” Anda akan berlipat ganda de-
ngan cara membagikan kemampuan Anda kepada siswa-siswi dan dengan
mengembangkan guru-guru lain.
Sebagai pengusaha, Anda akan memunculkan produk-produk inovasi
dan teknik penjualan yang melebihi orang lain. Anda akan terlibat dalam
pengembangan strategi pemasaran yang jauh lebih unggul. Dengan sigap
Anda dapat mengetahui mana yang menguntungkan dan mana yang tidak.
Anda tahu kapan waktu membeli dan kapan menjual, kapan masuk dan
kapan keluar. Para pengusaha lain akan menggaruk-garuk kepala berusaha
mencari tahu bagaimana cara Anda bisa begitu sukses. Anda akan berkem-
bang biak dengan cara mengembangkan para pengusaha muda dan mem-
beri dengan murah hati untuk membangun kerajaan Allah.
Prinsip yang sama juga berlaku apabila Anda seorang musisi, ahli riset,
atlet, ilmuwan, polisi, awak pesawat, ibu rumah tangga, atau apabila Anda
bekerja di media massa, militer, atau bidang kehidupan lainnya. Semua ini,
baik yang muluk atau tidak, adalah contoh dari mandat kita.
Masing-masing kita terpanggil di beberapa sektor yang berbeda dalam
masyarakat. Di mana pun kita ditempatkan, kita seharusnya memanifesta-
sikan pimpinan dan kepemimpinan. Bisnis kita seharusnya tetap bertahan
di saat yang lainnya berjuang keras. Komunitas kita seharusnya lebih aman,
menyenangkan, dan makmur. Tempat kerja kita seharusnya berkembang
pesat. Musik kita seharusnya baru dan orisinal, yang akan ditiru oleh musisi
sekuler. Sama halnya dengan desain grafis, video, and arsitektur kita. Kreati-
vitas kita seharusnya memberi inspirasi dan dicari-cari oleh banyak orang di
setiap level.
Permainan kita, baik di bidang olahraga, hiburan, seni, media, atau
bidang lainnya, seharusnya kelihatan menonjol. Ketika orang benar meme-
rintah, kota, provinsi dan negara kita seharusnya menjadi makmur. Seko-
lah tempat kita mengajar dan memimpin seharusnya lebih unggul. Ketika
orang-orang percaya terlibat, seharusnya ada kelimpahan kreativitas, inovasi,
PA R A M E T E R K I TA | 26 7
Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu,
karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk
menempatkannya atas seluruh kerajaannya. (Daniel 6:3)
Dengan pemahaman di atas, kita dapat membaca perkataan Yesus: “Di an-
tara mereka... tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes”
(Lukas 7:28). Artinya Yohanes Pembaptis lebih besar lagi daripada Daniel.
Jangan membandingkan mereka berdua menurut pekerjaan mereka. Yo-
hanes berada dalam pelayanan; Daniel bekerja di kantor pemerintah sipil.
Tetapi dengan jelas Yesus menyatakan bahwa Yohanes lebih unggul. Kemu-
dian Dia melanjutkan perkataan-Nya:
“Namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya
[Yohanes]” (Lukas 7:28).
Mengapa yang terkecil dalam kerajaan Allah lebih besar daripada Yo-
hanes? Yesus saat itu belum disalibkan untuk membebaskan umat manusia,
jadi Yohanes belum memperoleh roh yang terlahir baru. Tidak dapat dika-
takan bahwa, “Karena sama seperti Dia [Yesus], Yohanes Pembaptis juga ada
di dalam dunia ini” (lihat 1 Yohanes 4:17). Tetapi ayat ini ditujukan untuk
kita! Yohanes tidak dibangkitkan dan duduk bersama Kristus di surga (lihat
Efesus 2:6). Ayat ini juga ditujukan bagi kita! Inilah sebabnya mengapa yang
terkecil dalam kerajaan Allah sekarang lebih besar daripada Yohanes. Apakah
kita memahami hal ini?
Beberapa peneliti percaya bahwa ada sekitar dua miliar orang Kristen
yang pernah ada di bumi ini sejak kebangkitan Yesus sampai saat ini. Walau-
pun peluangnya tipis, tetapi jika Anda adalah yang terkecil dari dua miliar
orang Kristen tersebut, Anda masih lebih besar dari Yohanes Pembaptis—
yang juga berarti Anda lebih besar daripada Daniel.
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah, apakah Anda benar-benar
mengerti siapakah diri Anda? Dan apakah Anda membedakan diri Anda
dari orang lain? Apakah Anda sepuluh kali lebih cerdas, baik, bijaksana,
kreatif, dan inovatif dibandingkan dengan rekan kerja Anda yang tidak
memiliki hubungan perjanjian dengan Allah melalui Yesus Kristus? Jika
270 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
tidak, mengapa? Apakah mungkin karena kita tidak percaya akan standar
kasih karunia Allah yang jauh lebih besar?
Marilah kita merenungkan ini lebih jauh lagi. Yesus menyatakan bahwa
kita adalah “terang dunia” (lihat Matius 5:14). Keberadaan kita yang dikait-
kan sebagai terang di tengah-tengah kegelapan tidak hanya disebutkan satu
kali saja dalam Perjanjian Baru (lihat Matius 5:14-16; Yohanes 8:12; Kisah
Para Rasul 13:47; Roma 13:12; Efesus 5:8, 14; Kolose 1:12; Filipus 2:15; 1
Tesalonika 5:5 dan 1 Yohanes 1:7; 2:9-10). Kebenaran ini seharusnya men-
jadi tema yang mendasari kehidupan kita di dalam Kristus.
Apakah yang dimaksud menjadi terang dunia? Kebanyakan orang men-
ganggapnya sebagai perbuatan kita—tingkah laku manis, baik hati, dan
ramah—dan juga fakta bahwa kita mampu mengutip Yohanes 3:16 di luar
kepala. Bagaimana jika Daniel melihat arti terang dengan cara demikian?
Bagaimana jika tujuannya setiap hari saat memasuki gedung pemerintahan
adalah memperlakukan orang dengan baik dan berkata kepada sesama rekan
kerjanya, “Hai para pemimpin Babilonia. Mazmur 23 berkata, ‘TUHAN
adalah gembalaku, takkan kekurangan aku ...’”
Bagaimana tanggapan para pemimpin dan gubernur ketika Daniel
meninggalkan kantor untuk berdoa pada jam makan siang? (Dia melakukan
kebiasaan ini setiap hari). Saya yakin kedengarannya akan seperti demikian,
“Rasanya sungguh melegakan orang fanatik itu sudah keluar kantor. Ku-
harap dia berdoa sepanjang siang. Dasar orang aneh!”
Mengapa mereka membuat peraturan agar Daniel tidak dapat berdoa?
(lihat Daniel 6:6-8). Mungkinkah karena dia sepuluh kali lebih cerdas, bi-
jaksana, inovatif, dan kreatif dari mereka semua? Karena dia mendapat pro-
mosi melebihi mereka masing-masing sampai akhirnya dia menjadi kepala
atas semua pemimpin di sana, mungkin mereka merasa sedikit iri hati.
Para pemimpin itu heran dan mungkin saling berunding dan berkata,
“Sulit dimengerti! Kita dilatih oleh para guru, ilmuwan dan pemimpin yang
berpengetahuan luas, paling berbakat dan bijaksana dari seluruh penjuru
dunia. Dia berasal dari negara kecil yang tak berarti, jadi dari mana datang-
nya ide-ide itu? Bagaimana mungkin dia bisa lebih baik dari kita? Pasti
PA R A M E T E R K I TA | 27 1
karena doa yang dia biasa lakukan tiga kali sehari. Jadi marilah kita mem-
buat peraturan yang melarang dia berdoa sehingga dia tidak terus-menerus
mengungguli kita.” (Tentu saja tujuan lain ialah untuk menjebloskan dia ke
penjara.)
Daniel adalah orang yang sangat cemerlang karena dia seseorang yang
luar biasa mengagumkan. Kualitasnya yang istimewa membuat dia bersinar
terang di mata rekan-rekannya. Mereka tidak menyukainya karena iri. Tetapi,
saya membayangkan banyak orang, termasuk sang raja, dapat melihat bukti
Allah yang hidup dalam kecakapan Daniel, dan itulah yang menyebabkan
mereka tertarik dan memuliakan Allah Daniel.
Bukan pengetahuan Daniel akan Firman Tuhan atau karena dia orang
baik dan berdoa tiga kali sehari yang membuat orang lain memperhati-
kannya. Tetapi karena dia bekerja sangat baik di bidangnya dan memiliki
karakter-karater ilahi. Semua fondasi, struktur dan material tahap penyele-
saiannya luar biasa istimewa.
Secara pribadi saya menyaksikan kuasa kasih karunia Allah dalam hidup
saya. Salah satu mata pelajaran terburuk saya semasa SMA adalah bahasa
Inggris dan menulis kreatif. Saya bergumul setiap kali diberi tugas menulis
karangan sebanyak tiga halaman. Biasanya saya butuh waktu berjam-jam
untuk menulis, tetapi itu pun setelah saya menghabiskan separuh buku
catatan. Saya terpaksa merobek dan membuang lembar demi lembar buku
itu gara-gara tulisan yang amburadul. Nilai saya 370 dari 800 poin dalam
SAT untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Supaya Anda paham betapa
jeleknya nilai itu, seumur hidup saya baru bertemu dengan satu orang yang
nilainya lebih rendah dari saya!
Ketika Allah menunjukkan kepada saya dalam doa di tahun 1991
bahwa Dia ingin saya menulis buku, saya pikir Dia menganggap saya orang
lain. Seperti halnya Sarah dalam Perjanjian Lama, saya tertawa. Bagaimana
mungkin saya dapat menulis satu bab, apalagi satu buku? Faktor yang tidak
272 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
saya perhitungkan saat itu adalah kasih karunia Allah yang ada di dalam saya
yang tak terukur, tak terbatas dan melebihi segalanya.
Sepuluh bulan sejak menerima perintah Allah untuk “menulis sebuah
buku”, dua wanita dari negara bagian yang berbeda mendatangi saya dalam
jangka waktu dua minggu dan mengatakan: “John, Allah ingin Anda menu-
lis.Bahkan, jika Anda tidak mau melakukannya, Dia akan memberikan
pesan-Nya lewat orang lain.” Setelah kejadian ini, saya menulis kontrak
dengan Allah dan menyatakan ketergantungan saya sepenuhnya kepada
kasih karunia-Nya. Saya akan menceritakan kisah ini dalam bab berikutnya,
tetapi yang ingin saya sampaikan di sini adalah sekarang ada sembilan belas
buku yang sudah dicetak, dan jutaan kali cetak ulang telah didistribusikan
ke seluruh dunia ke dalam lebih dari sembilan puluh bahasa.
Kasih karunia tidak hanya memampukan saya dalam hal menulis tetapi
juga dalam berbicara. Pertama kali Lisa mendengar saya berbicara di muka
umum setelah kami menikah, dia tertidur di bangku depan. Buruk sekali.
Salah seorang teman baiknya yang duduk di sebelahnya ikut tertidur pulas
sehingga saya dapat melihat air liurnya menetes keluar dari mulutnya yang
menganga. Sungguh dukungan yang luar biasa! Sekarang orang-orang tidak
lagi tertidur ketika saya berbicara di depan umum. Sebelumnya saya berbi-
cara dengan kekuatan saya sendiri; sekarang saya belajar untuk memercayai,
bergantung, dan berserah penuh kepada kasih karunia-Nya.
Sebelumnya saya gagal dalam dua bidang itu. Sekarang, melalui dua hal
itulah Allah memberikan hak istimewa kepada saya untuk melayani jutaan
orang.
segala kuasa. Hidup Anda seharusnya tidak seperti kejadian yang saya dan
Lisa alami di gedung pameran itu ketika kami harus memilih material untuk
rumah baru kami. Anda tidak memiliki batasan apa pun karena identitas
Anda dan apa yang Anda kerjakan berada dalam kasih karunia Allah! Jadi
izinkanlah Roh Kudus memperluas visi Anda. Mimpikanlah hal-hal besar,
percayalah dan bergeraklah maju dengan tindakan yang seturut dengan visi
itu.
Ada satu faktor lagi yang sangat penting dalam mewujudkan hal-hal
yang kita bicarakan dalam bab ini. Tanpa adanya pemahaman akan sifat ini,
kemungkinan besar kita akan menjadi frustrasi dan bahkan kehilangan arah
dalam perjalanan kita untuk menjadi efektif dan berkembang. Dalam bab
berikutnya, kita akan membahas satu segi yang disebut pengertian.
15
PENGER T IAN
Makanan keras adalah untuk orang-orang
dewasa, yang karena mempunyai panca indera
yang terlatih untuk membedakan yang baik
dari pada yang jahat.
—I BRANI 5:14
M ereka yang sudah lanjut usia adalah orang-orang yang sudah dewasa,
bukan secara fisik tetapi secara rohani. Secara fisik, kita dilahirkan se-
bagai bayi dan bertumbuh menjadi dewasa. Demikian juga kita lahir secara
rohani seperti seorang bayi dan diharapkan tumbuh dewasa, menjadi seperti
Kristus.
Ada perbedaan signifikan di antara kedua hal di atas. Kedewasaan fisik
terikat oleh waktu. Pernahkan Anda mendengar anak berusia dua tahun set-
inggi enam kaki? Butuh waktu lima belas sampai dua puluh tahun untuk
mencapai ketinggian itu. Tetapi, pertumbuhan rohani tidak terikat oleh
waktu. Pernahkah Anda menemui orang-orang percaya yang baru berusia
satu tahun dalam Kristus tetapi lebih dewasa dibandingkan dengan mereka
yang sudah diselamatkan selama dua puluh tahun?
276 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Pengertian
Bagaimana kita dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, teru-
tama di saat tipu daya merajalela seperti sekarang ini? Bagaimana agar kita
tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama seperti Hawa saat dia memercayai
yang jahat adalah hal yang baik, menyenangkan, dan bijaksana? Jawabannya
adalah, dengan pengertian. Jadi bagaimanakah kita mengembangkannya?
Melalui takut akan Allah dengan sungguh-sungguh.
Nabi Maleakhi menubuatkan bahwa di hari-hari terakhir akan ada dua
kelompok orang percaya—mereka yang takut akan Allah dan yang tidak.
Di tengah-tengah kesusahan, mereka yang tidak memiliki takut akan Allah
akan mengomel, membandingkan dan bersungut-sungut. Mereka tidak sen-
ang karena mereka harus melayani Allah tetapi mengalami pertentangan,
PENGERTIAN | 27 7
penderitaan, dan kesukaran, sedangkan mereka yang jahat dan tidak memi-
liki hubungan dengan Allah makin bertambah kaya.
Mereka yang takut akan Allah akan melewati kesulitan yang sama tetapi
sikap mereka berbeda. Mereka berbicara tentang kebaikan Allah. Mereka
menghadapi pertentangan dengan memercayai firman-Nya tentang kondisi
sulit yang mereka hadapi. Mereka lebih mementingkan keinginan, rencana,
dan kerajaan Allah dibandingkan dengan ketidaknyamanan mereka yang
bersifat sementara. Mereka tahu dan berdiri teguh dalam kesetiaan-Nya.
Sikap mereka demikian:
dikia, dan lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Tetapi, jika tujuan utama
Anda adalah menyenangkan hati Allah, Anda akan memiliki kemampuan
untuk membedakan manakah yang baik dan yang jahat—kemampuan
untuk menangani kelimpahan Anda dengan benar.
Kuncinya dapat ditemukan dalam pengertian, dan tingkat kemam-
puan kita untuk membedakan sepadan dengan takut akan Allah. Saya akan
mengulanginya: semakin kita takut akan Allah, semakin kita dapat bijaksana
dalam membedakan antara yang baik dan yang jahat. Pada awal pemerin-
tahannya, Salomo memohon, “Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang
faham menimbang perkara... dengan dapat membedakan antara yang baik
dan yang jahat” (1 Raja-Raja 3:9).
Hikmat Salomo dalam menjalankan pemerintahan sungguh luar biasa.
Pada periode ketika dia masih mengikut Tuhan, dia menulis, “Jikalau eng-
kau berseru kepada pengertian, ... jikalau engkau mencarinya seperti mencari
perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau
akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat
pengenalan akan Allah” (Amsal 2:3-5).
Namun, sesudah Salomo kehilangan rasa takut akan Allah, dia menjadi
bingung dan tidak dapat membedakan antara yang baik dan jahat. Bagi-
nya segala sesuatu menjadi “sia-sia” dan “menjaring angin.” Seluruh kitab
Pengkhotbah adalah gambaran seorang pria yang bingung dan kalut yang
telah kehilangan takut akan Allah dan, akhirnya, pengertiannya. Dia berada
dalam kondisi jiwa yang menyedihkan. Selama bertahun-tahun, hati saya
hancur setiap kali menyaksikan para pemimpin dan orang percaya yang juga
tidak lagi memiliki takut akan Tuhan dan terjerat oleh tipu daya karena me-
reka telah kehilangan pengertian mereka.
Seperti pernyataan sebelumnya, takut akan Allah memotivasi kita untuk
bekerja sama dengan kasih karunia Allah untuk menyucikan kita dari kena-
jisan. Menariknya lagi, pengertian kita bergantung pada hidup kudus. Jadi
sekali lagi, kita dapat melihat kekudusan sebagai struktur yang mendukung
segala keputusan hidup kita, baik yang berhubungan dengan karier, hu-
bungan, keuangan, kegiatan sosial atau aspek kehidupan kita lainnya.
PENGERTIAN | 27 9
Gairah kita yang pertama dan utama seharusnya adalah untuk takut
akan Allah. Jika ini menjadi prioritas tertinggi kita, kelimpahan harta benda
tidak akan menyesatkan kita. Kita tahu bahwa, “Siapa mempercayakan diri
kepada kekayaannya akan jatuh” (Amsal 11:28). Tetapi dalam kitab yang
sama kita membaca, “Padaku ada nasihat dan pertimbangan... Karena aku
para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi”
(Amsal 8:14, 16). Dan sekali lagi, “Ganjaran kerendahan hati dan takut
akan TUHAN adalah kekayaan” (Amsal 22:4). Kekayaan sejati adalah sum-
ber daya yang akan memampukan Anda untuk memenuhi tugas yang sudah
diberikan Allah kepada Anda di bumi ini, dan ini selalu bertujuan agar Anda
berdampak bagi orang lain, yaitu untuk membangun kerajaan Allah.
Pertanyaan yang harus Anda tanyakan dengan jujur kepada diri Anda
setiap pagi adalah, apakah hari ini saya dimotivasi oleh takut akan Tuhan
atau untuk mendapatkan kelimpahan? Jika target Anda adalah ketakutan
ilahi, ini akan melindungi Anda dari tipu daya terlibat dalam kejahatan
untuk mendapatkan apa yang kelihatan baik.
Saya akan menjelaskannya: sumber penghasilan, uang, kekayaan,
dan kelimpahan semuanya baik. Tetapi jika itu adalah target Anda, Anda
tidak akan memiliki pengertian untuk mengenali apakah cara-cara untuk
mendapatkan hal-hal tersebut adalah jahat. Sebuah kisah Alkitab akan
membantu menjelaskan bagaimana cara kerjanya.
Di Israel ada kebiasaan untuk membawa korban atau hadiah kepada nabi
mereka. Sebagai anak muda, calon raja Saul dan hambanya pergi mencari
keledai-keledai ayahnya yang hilang. Karena pencarian mereka tidak mem-
buahkan hasil, hambanya mengusulkan agar mereka pergi ke kota terdekat
dan memeriksa apakah seorang nabi bernama Samuel yang tinggal di sana
dapat menolong mereka menemukan keledai-keledai itu. Saul langsung
menjawab, “Kalau kita pergi, apakah yang kita bawa kepada orang itu? Sebab
roti di kantong kita telah habis, dan tidak ada pemberian untuk dibawa ke-
28 0 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
pada abdi Allah itu. Apakah yang ada pada kita?” (1 Samuel 9:7). Inilah
kebiasaan saat itu ketika akan bertemu seorang nabi.
Mari kita menuju periode yang berbeda dalam sejarah Israel. Seorang
panglima raja bernama Naaman datang ke rumah nabi Elisa. Dia menerima
beberapa instruksi yang, apabila akhirnya ditaati, mendatangkan kesem-
buhan total dari kusta. Dia kembali kepada Elisa untuk berterima kasih dan
memberinya hadiah. Nabi itu membalas, “Demi TUHAN yang hidup, yang
di hadapan-Nya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan mene-
rima apa-apa” (2 Raja-Raja 5:16). Naaman mendesak dia untuk menerima
pemberiannya, tetapi sekali lagi Elisa menolak.
Asisten pribadi Elisa, Gehazi, menyaksikan seluruh kejadian itu. Dia
mengawasi dengan tercengang saat Naaman pergi tanpa memberi hadiah
sesuai dengan tradisi. Setelah Elisa pergi dari hadapannya, Gehazi mengejar
rombongan Naaman. Naaman melihatnya dan menyuruh keretanya ber-
henti untuk menanyakan kepada Gehazi apakah ada yang tidak beres.
Gehazi meyakinkan dia bahwa semuanya baik-baik saja tetapi kemu-
dian berbohong kepada Naaman, dengan mengatakan bahwa Elisa tiba-tiba
membutuhkan sesuatu. Kata-kata yang dipakainya adalah, “Baru saja datang
kepadaku dua orang muda dari pegunungan Efraim dari antara rombongan
nabi. Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan dua potong pa-
kaian” (2 Raja-Raja 5:22).
Naaman menyambutnya dengan memberi dua kali lebih banyak dari
apa yang “diperlukan.” Mereka berpisah, Gehazi kembali dan diam-diam
menyimpan hadiah itu di antara barang miliknya.
Gehazi kembali kepada Elisa dan berdiri di hadapannya. Elisa menanya-
kan dari manakah dia. Dia berdusta dengan bersikeras mengatakan dia tidak
pergi kemana-mana. Elisa kemudian menyatakan:
“Bukankah hatiku ikut pergi, ketika orang itu turun dari atas keretanya
mendapatkan engkau? Maka sekarang, engkau telah menerima perak
dan dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun
anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak pe-
PENGERTIAN | 28 1
Ada banyak sekali kisah yang dapat saya bagikan untuk menggambarkan
bagaimana mengejar kekayaan duniawi melebihi takut akan Tuhan telah
menjegal banyak pemimpin dan orang percaya. Saya menyaksikan banyak
orang yang akhirnya membayar harga sangat mahal. Pada mulanya, kesem-
patan untuk beruntung kelihatan sangat memikat, masuk akal, dan baik.
Di tahap-tahap awal, sepertinya usaha mereka diberkati dan kesuksesan
ada di ujung jalan. Kemudian segalanya berubah menjadi buruk dan akibat
jangka panjangnya sangat merugikan. Saya menyaksikan banyak pernikahan
hancur, pelayanan tercerai-berai, usaha gagal, keuangan berantakan, kom-
plikasi kesehatan, persahabatan retak—yang disertai dengan hilangnya in-
tegritas diri dan kepercayaan orang-orang yang dicintai.
28 2 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Saya akan membagikan kisah tentang bagaimana saya pernah jatuh ke dalam
perangkap yang memikat, yang berkompromi dengan ketaatan saya. Pe-
layanan kami saat itu masih berada pada tahap awal, kurang dari dua tahun.
Kegiatan satu-satunya mencakup kunjungan saya ke gereja-gereja kecil de-
ngan kehadiran jemaat berjumlah seratus orang atau kurang dari itu. Sering
kali sarana transportasi kami adalah Honda Civic, dengan dua bayi di kursi
belakang. Kami hanya memiliki sedikit ruang untuk koper dan dua kotak
berisi kaset yang akan tersedia untuk pertemuan kami.
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, Allah memerintahkan saya
suatu pagi untuk menulis. Saya menunda untuk taat karena dua alasan. Yang
28 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
pertama, seperti yang saya katakan sebelumnya, menulis kreatif adalah salah
satu pelajaran terburuk saya di SMA; dan yang kedua, siapa yang bersedia
menerbitkan buku yang ditulis oleh seorang penulis tak dikenal? Namun
akhirnya, saya taat dan mulai menulis.
Dibutuhkan waktu setahun untuk menyelesaikan buku itu, dengan
kerja keras selama berjam-jam. Kemudian saya mendatangi dua penerbit
dan menyerahkan naskah saya kepada mereka yang berjudul Kemenangan
di Padang Gurun (“Victory in the Wilderness”). Satu redaksi mengatakan
bahwa buku itu “seperti khotbah.” Yang satunya bahkan tidak menjawab
sama sekali. Saya berkecil hati. Lisa dan saya memutuskan untuk melakukan
pilihan satu-satunya: publikasi sendiri. Kami mengumpulkan dana untuk
mencetak beberapa ribu eksemplar dan menjualnya di gereja-gereja kecil
yang kami kunjungi. Orang-orang yang membaca buku itu menyukainya,
jadi saya menulis buku kedua di tahun berikutnya. Sekali lagi, kami tidak
memiliki pilihan selain mempublikasikannya sendiri.
Beberapa bulan setelah buku kedua dicetak, seorang editor akuisisi dari
sebuah penerbit nasional menelepon kantor kami. Setelah memperkenalkan
diri, dia menceritakan alasannya menelepon dengan bersemangat. “John,
seseorang telah memberikan buku Anda yang berjudul Kemenangan di
Padang Gurun. Penerbit kami percaya pada ajarannya dan kami ingin mem-
bantu Anda untuk menyebarkannya kepada banyak orang.” Kami berun-
ding selama beberapa menit. Dia menjabarkan berbagai macam cara yang
akan mereka gunakan untuk menjual buku itu dan membanggakan tim
pemasaran dan publikasi mereka. Kedengarannya terlalu baik untuk dapat
dipercaya; akhirnya buku itu akan tersedia di seluruh negeri.
Namun, setelah meletakkan gagang telepon, saya merasa gelisah. Per-
cakapan itu rasanya tidak pas dalam roh saya. Esok harinya saya berdoa dan
sangat kuat merasakan Allah berkata, “Jangan terima tawaran mereka.”
Saya menceritakan hal itu kepada Lisa. Setelah membahasnya, dia setuju
dengan saya bahwa walaupun tawaran itu kedengarannya bagus, dia juga
merasa ragu-ragu.
PENGERTIAN | 28 5
Siang hari itu, Lisa berkata, “Sayang, perasaan saya tidak enak saat men-
doakan hal ini.” Saat itu juga saya yakin bahwa saya tidak boleh menerimanya.
Hari berikutnya, editor akuisisi tersebut menelepon lagi. Walaupun saya
sudah mengetahui kehendak Allah dalam hal ini, saya masih ingin mende-
ngarkan apa yang dikatakan editor itu. Walaupun saya tidak menyadarinya
saat itu, keinginan saya untuk mengulur-ulur diskusi ini adalah indikasi
adanya sebuah masalah. Mengapa ketaatan yang sederhana saja tidak cukup
bagi saya? Mengapa saya harus mendengarkan lebih banyak alasannya
untuk mempublikasikan dengan mereka? Mungkinkah karena dia sedang
menanamkan keinginan yang salah dalam hati saya? Apakah ego aya sedang
dibuai?
Editor itu dengan bersemangat membagikan kegembiraan perusahaan-
nya yang ingin menyebarkan pesan saya. Dia mendesak bahwa pesan saya
diperlukan dan itu adalah sabda dari Allah bagi negeri kami. Perusahaan
mereka bekerja sama dengan semua distributor ternama dan dengan mudah
dapat menyebarkan buku saya di setiap toko buku Kristen, dan banyak toko
buku sekuler, di seluruh negeri. Dia menceritakan kisah beberapa penulis
tak dikenal lainnya yang mempublikasikan dengan mereka dan bagaimana
pesan mereka sekarang sudah tersebar luas di seluruh Amerika. Mereka telah
menjadi pembicara konferensi populer. Menurut dia itu dikarenakan pe-
ngaruh yang dimiliki oleh perusahaannya.
Pria itu terus menelepon saya tiap dua hari sekali selama dua minggu
berikutnya karena saya tidak mau berkata, “tidak.” Semakin lama saya men-
dengarkan, semakin kedengaran masuk akal untuk mempublikasikannya
dengan mereka. Akhirnya sampai pada batas di mana tidak ada lagi peringa-
tan dalam hati saya. Kesaksian Roh Kudus dalam batin saya telah terdiam.
Saya telah mengizinkan sanjungan dan logika manusia untuk membungkam
perintah Allah dalam hal ini. Singkat kata, pengertian saya telah diberangus.
Keluaran 23:8 menyatakan, “Suap membuat buta mata orang-orang
yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.” San-
jungan adalah satu bentuk suap, dan itu sudah membutakan saya. Saya
memilih kesempatan dan kelimpahan melebihi takut akan Tuhan.
28 6 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Jika semua ini belum cukup, kami mengalami banyak masalah lain
yang sepertinya sulit dipecahkan. Hidup kami sungguh sukar dalam tiga
bulan itu. Mungkinkah ini alasan mengapa Daud menulis, “Sebelum aku
tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu”?
(Mazmur 119:67).
Allah cukup bermurah hati dalam situasi ini dan Dia mengizinkan saya
menyadari ketololan saya. Saya mengutamakan kesuksesan pelayanan saya
melebihi ketaatan kepada-Nya. Saya mengakui kesalahan saya kepada Allah
dan istri saya. Saya diampuni dan dipulihkan. Kemurahan hatinya sungguh
luar biasa!
Namun, saya masih terperangkap. Kami perlu sebuah mukjizat agar
dapat keluar dari kontrak dengan penerbit itu. Saya dan Lisa saling ber-
pegangan tangan dan berdoa memohon campur tangan Allah.
Dalam dua minggu, penerbit itu menulis surat dan menyatakan bahwa
mereka akan membatalkan kontrak. Saya merasa lega tetapi ada harga yang
harus dibayar: seluruh penderitaan berat itu membuat kami harus memba-
yar lebih dari $4.000. Jumlah yang sangat besar bagi seorang pendeta muda
—bahkan, hampir sama dengan anggaran belanja selama setengah bulan.
Sampai suatu saat John menyela saya dengan mengatakan, “Saya hanya
ingin memberitahu Anda kalau penerbit kami tidak dapat mencetak buku
ini karena kami hanya mencetak kurang lebih dua puluh empat buku setiap
tahun, yang hanya ditulis oleh penulis atau pendeta terkenal.”
“Saya tidak meminta Anda menerbitkan pesan ini,” jawab saya. “Saya
hanya menjawab pertanyaan Anda tentang apa yang saya ajarkan akhir-akhir
ini.”
“Tentu saja,” dia berkata. “Silakan dilanjutkan.”
Saya terus membagikan selama lima atau sepuluh menit lagi tentang
perangkap sakit hati.
Setelah saya selesai, John bertanya, “Bisakah Anda mengirimkan nas-
kahnya kepada saya?”
Karena terkejut saya membalas, “Bukannya Anda tadi berkata bahwa
Anda tidak dapat mencetak ini?”
“Ajaran ini harus disebarkan, dan saya ingin menyerahkannya kepada
pemilik redaksi kami.”
Penerbitnya menerima pesan ini, dan buku itu diberi judul “Umpan
dari Setan” (The Bait of Satan). Dalam beberapa waktu, buku ini paling
laris di tingkat internasional. Selama penulisan kali ini, buku itu telah terjual
lebih dari satu juta eksemplar dan sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari
enam puluh bahasa.
Saya tidak pernah melupakan hari ketika penerbit kedua menelepon
saya dan mengatakan bahwa mereka benar-benar menginginkan naskah itu
dan akan mengirimkan kontraknya secepat mungkin. Saya meletakkan tele-
pon, berdoa dan dengan jelas mendengar Allah berkata di dalam hati saya,
“Penerbit yang pertama adalah ide kamu. Penerbit kali ini adalah ide-Ku.”
Pengalaman ini dengan jelas menggambarkan kepada saya perbedaan
antara kebaikan dan Allah. Seperti sudah sering terjadi, kesempatan untuk
kebaikan datang terlebih dahulu. Baru kemudian tibalah kesempatan dari
Allah. Hal yang sama terjadi pada Abram dan Sarai: Ismail muncul pertama
kali, baru kemudian Ishak.
PENGERTIAN | 28 9
Apakah yang telah membuat saya menyetujui keputusan buruk dengan pe-
nerbit pertama? Jawaban yang jujur adalah fokus saya saat itu ialah kelim-
pahan—menyampaikan pesan itu kepada banyak orang—dan bukan karena
takut akan Tuhan. Ini membuka pintu bagi logika dan kesuksesan semu
yang menolak dan membungkam pernyataan Allah di dalam hati saya.
Ketaatan adalah bukti nyata takut akan Tuhan yang sejati. Ketika kita
takut akan Allah, maka kita akan...
• Mematuhi-Nya seketika itu juga
• Mematuhi-Nya walaupun kelihatannya tidak masuk akal
• Mematuhi-Nya walaupun menyakitkan
• Mematuhi-Nya walaupun kita tidak melihat manfaatnya
• Mematuhi-Nya sampai akhir
Penelitian tentang tindakan Abraham menunjukkan bahwa dia meng-
genapi setiap kriteria ini. Mari kita kembali pada ujian terbesarnya.
Suatu malam Allah memerintahkan dia untuk mengorbankan anaknya
Ishak. Apakah dia benar-benar mendengar-Nya? Apakah ini mimpi buruk?
Tidak mungkin, pikirnya. Bagaimana mungkin? Aku mencintai anakku. Aku
tidak bisa membunuh Ishak. Para raja dan bangsa-bangsa telah dijanjikan
akan datang melalui keturunannya. Bagaimana mungkin janji ini bisa ter-
genapi kalau aku membunuhnya?
Abraham berseru, “Apa! Bagaimana mungkin Engkau menyuruhku
melakukan hal ini? Engkau berjanji bahwa bangsa-bangsa akan datang
melalui keturunannya!” Tidak ada respons ilahi, hanya kebisuan.
Emosi Abraham bergejolak. Saya yakin dia tidak dapat tidur pulas
malam itu. Berapa banyak dari kita akan menghabiskan waktu beberapa
minggu, berbulan-bulan bahkan tahunan untuk merenungkan perintah itu,
dan akhirnya meyakinkan diri kita sendiri kalau itu tidak masuk akal?
Tetapi Abraham berbeda. Kita membaca, “Keesokan harinya pagi-pagi
bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya” (Kejadian 22:3). Dia
taat seketika itu juga.
29 0 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah” (Kejadian
22:12).
Bagaimana malaikat itu tahu kalau Abraham takut akan Allah? Karena
dia langsung taat, walaupun tidak masuk akal, walaupun menyakitkan dan
tanpa adanya manfaat yang dijanjikan, dan dia membulatkan tekad. Dia
adalah orang yang memiliki banyak harta benda, dengan harta yang paling
berharga baginya ialah anaknya. Tetapi kekayaan bukanlah fokus Abraham.
Prioritasnya adalah ketaatan kepada Allah.
Takut akan Allah membekali kita untuk menghadapi kelimpahan,
kekayaan, dan harta benda dengan sikap sehat. Inilah yang dimaksud Fir-
man Tuhan yang berkata, “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah
payah tidak akan menambahinya” (Amsal 10:22).
Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu,
kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus
kepada mereka. (Markus 14:10)
ngarkan Yesus bernicara tentang kerajaan Allah. Dia mendengar Petrus dan
murid yang lainnya mengakui—bahkan menyembah—Yesus sebagai Me-
sias. Kuasa Yesus ada di hadapannya setiap hari.
Tetapi, saat Yesus dijatuhi hukuman mati, Yudas menyadari bahwa dia
telah salah berpikir, menyesali perbuatannya dan menggantung diri. Hasil
perbuatannya tidak dapat mencapai apa yang dia idam-idamkan selama ini.
Kedua orang ini, Abraham dan Yudas, jelas menggambarkan perbedaan
antara seseorang yang takut akan Allah dan yang tidak. Satu orang memiliki
pengertian; yang lainnya hidup dalam tipu daya. Pilihan mereka masing-
masing hanya mencerminkan apa yang ada dalam hati mereka. Hasil akhir
dari kedua orang ini sangatlah berbeda. Mereka berdua diingat orang, tetapi
dengan alasan yang berbeda.
Kita semua akan diingat; tidak diragukan lagi, karena kita semua ada-
lah makhluk abadi. Pertanyaan yang harus kita tanyakan kepada diri kita
sendiri adalah, bagaimana kita ingin diingat? Ketakutan Anda akan Allah
yang akan menentukan jawabannya.
Kita memerlukan hati yang suci agar pemikiran kita benar dan tidak mudah
terpengaruh. Kemudian, jika tiba saatnya untuk menentukan apakah sebuah
tindakan terinspirasi atau semata-mata kelihatan seperti kebaikan sesaat, kita
tidak akan disesatkan. Kita akan mengambil keputusan bijaksana dalam hal
pasangan hidup, orang-orang yang berhubungan dengan kita, teman dekat
kita, karier, kesempatan, investasi, cara kita mendidik anak-anak, gereja tem-
pat kita melayani, pendidikan yang kita terima, dan banyak keputusan lain
yang kita hadapi dalam hidup ini.
Ketika Salomo sampai pada akhir hidupnya, setelah mengalami
kemuliaan besar dan kebodohan yang lebih besar lagi, dia berseru, “Akhir
kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah
pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku
29 4 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” (Peng-
khotbah 12:13-14).
Salomo telah menjadi orang gila, kehilangan pengertiannya dan tidak
lagi dapat membedakan antara yang benar-benar baik dan yang jahat. Allah
memberikan kepada kita gambaran sepintas lalu tentang kegilaannya lewat
kitab Pengkhotbah. Tetapi kabar baiknya adalah kita dapat melihat sekilas
saat Salomo kembali kepada pengertiannya yang benar. Dia menyadari
bahwa tidak ada hal lain yang lebih penting dalam hidup ini selain senan-
tiasa memiliki takut akan Allah. Dalam kata-katanya sendiri, “Demikianlah
seluruh kisahnya.”
Jadi teman-teman sekalian, jika Anda ingin memandang segala sesuatu
sebagaimana Allah memandang, untuk mengenal dan mengetahui hikmat
yang tertinggi, maka pilihlah takut akan Tuhan. Anda tidak akan pernah
menyesali keputusan Anda.
16
G AMBAR AN L UAS
“Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke
dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus
mereka ke dalam dunia”
—Y OHANES 17:18
rapa bagian Kitab Suci secara terpisah, dan bukan menerima nasihat Firman
Allah seluruhnya sebagai otoritas akhir yang surga kehendaki bagi kita.
Kecenderungan ini sedapatnya dan harus dihentikan. Sudah waktunya
bagi kita untuk sekali lagi menggali Kitab Suci dan dengan jujur meminta
Roh Kudus untuk membimbing kita untuk mengetahui kebenaran. Kita
tidak boleh lagi membaca Kitab Suci tentang apa yang telah kita percayai
sebelumnya, tetapi dengan jujur, dengan pikiran dan hati terbuka dan
memercayai apa yang kita baca, meminta Roh Allah untuk menyingkap-
kan atau menyingkirkan setiap asumsi bersifat prasangka yang pernah ada
sebelumnya.
Pemimpin Gereja. Saya mendorong Anda untuk mengajarkan seluruh
nasihat Allah. Pastikan bahwa motivasi utama Anda adalah untuk me-
nyampaikan kebenaran kepada domba-domba Anda dan dengan tulus
menjangkau mereka yang terhilang dengan seluruh ajaran Alkitab tentang
keselamatan, bukan untuk menjaring banyak pengikut. Jika tujuan utama
Anda agar mereka datang kembali pada ibadah minggu berikutnya, mo-
honlah pengampunan dari Roh Kudus dan arahkan fokus kembali kepada
strategi utama Anda untuk menggembalakan jemaat Allah dengan kebe-
naran. Tetaplah menggunakan metode yang relevan, baru, dan inovatif tetapi
juga selalu menggunakan pesan yang abadi.
Orang Percaya. Di mana saja lingkup pengaruh Anda—baik di ruang
kelas, laboratorium, kantor, ladang, rumah, atau tempat usaha—dengan
hati yang penuh kasih, hiduplah dan sampaikanlah kebenaran dalam
seluruh hubungan Anda dengan orang lain. Biarkan mereka terkagum dan
menyatakan bahwa mereka melihat Yesus di dalam diri Anda. Izinkan me-
reka mengalami hadirat-Nya dalam hidup Anda. Jika Anda mengejar keku-
dusan, Anda akan memancarkan kemuliaan-Nya.
Jika kita tidak hidup menurut perintah Kristus, kita akan kehilangan
hadirat-Nya dan Dia tidak akan dinyatakan kepada dunia melalui gere-
ja-Nya. Sejujurnya, kita mengalami sengsara. Dan bahkan jauh melebihi
kita, mereka yang ada di komunitas kita juga menderita. Pertama, karena
pewahyuan Yesus tertahan, sehingga mereka yang terhilang ditolak ber-
29 8 | K E BA I K A N TA N PA A L L A H?
Kebaikan Tanpa Allah? lebih dari sekadar buku. Ini merupakan ajaran
yang dapat menginspirasi banyak orang agar bergabung dalam gerakan
kekudusan. Sekarang Anda tahu betapa melimpahnya hidup ini di bawah
naungan kuasa Yesus dan hidup dalam kasih karunia-Nya. Saya ingin mem-
bekali Anda untuk membawa pewahyuan ini ke lingkungan pengaruh Anda.
Anda dapat terlibat gerakan ini dengan menghubungkan teman, ke-
luarga dan komunitas Anda dengan apa yang telah Anda pelajari. Hanya
diperlukan satu orang, Paulus, untuk mengajar segelintir orang di sebuah
sekolah kecil yang akhirnya dapat menjangkau semua orang di Asia hanya
dalam waktu dua tahun! Mereka menjadi pembawa hadirat Allah (lihat Kisah
Para Rasul 19:1-10). Apakah yang akan Allah kerjakan melalui kita jika kita
bersatu untuk bersama-sama melayani Dia dengan penuh semangat?
Peluang untuk membagikan pesan ini ada dalam kehidupan Anda se-
hari-hari. Anda dapat menggunakannya untuk:
• Pendalaman Alkitab kelompok kecil
• Pendalaman Alkitab Gereja
• Klub buku di kantor
• Kelas Sekolah Pelayanan
• Dan masih banyak lagi!
Jika Anda ingin menggunakan salah satu ide ini atau salah satu penga-
jaran Anda, tim saya berkomitmen untuk mendukung Anda. Kami akan
menciptakan solusi khusus untuk Anda berikut buku sumber dengan harga
khusus, materi gratis, dan banyak lagi. Selain buku ini, kami telah menyusun
kurikulum Kebaikan Tanpa Allah? sebanyak enam sesi lengkap dengan sesi
audio dan video – yang seluruhnya bertujuan untuk membekali Anda agar
dapat menyampaikan pesan ini kepada setiap hati dan kehidupan orang-
orang di sekitar Anda. Silakan menghubungi kami, dan kami akan bekerja
sama dengan Anda untuk menentukan materi dan pendekatan mana yang
paling tepat untuk menjawab kebutuhan Anda.
Terima kasih atas kerjasama Anda untuk membagikan Firman Allah ke-
pada seluruh umat manusia di mana saja!
Hormat saya,
John Bevere
MINGGU 1
Baca Pasal 1-3
Minggu ini berhubungan dengan sesi video 1
SAAT TEDUH
Kisah tentang taktik iblis untuk mengelabui Hawa di Taman Eden sangat
menyedihkan. Ketika Hawa tertipu dan percaya bahwa Allah telah mena-
han sesuatu yang baik darinya, dia tidak sedang mengatasi kekecewaan. Dia
tidak meratapi kehilangan atau pulih dari penganiayaan. Namun dia ting-
gal dalam lingkungan yang sempurna di mana dia menikmati pemeliharaan
penuh dan hubungan yang erat dengan Allah.
Menerima Allah sebagai sumber dari segala sesuatu yang baik dimulai
dengan memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah sendiri itu baik adanya.
Ini saja sudah cukup menantang di taman Eden. Sekarang, kita berhadapan
dengan banyak faktor lain yang dapat menantang iman kita terhadap ke-
baikan Allah.
Tidak seperti Hawa, Anda pasti sudah mengalami kekecewaan, kehi-
langan, penganiayaan, kekacauan, kekurangan, atau penderitaan. Pengaruh
dari pengalaman ini mungkin tanpa diketahui, selama tidak ada konflik an-
tara keinginan kita dan perintah Allah bagi kita. Namun begitu pencobaan
datang, segala masalah kebimbangan yang belum terselesaikan mulai ber-
bisik di pikiran kita. Kita mulai berpikir bahwa Allah telah menahan sesuatu
dari kita, dan kita mulai curiga bahwa tidak ada gunanya melakukan segala
sesuatu menurut cara-Nya. Tetapi kita ingat Amsal 14:12: “Ada jalan yang
disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Tidak ada hal di luar
kehendak Allah bagi kita, yang akan membawa kita kepada kehidupan kekal,
sukacita, kepenuhan, atau berkat—tak peduli seberapa baik kelihatannya.
Selama beberapa minggu ke depan, saya mendorong Anda untuk secara
jujur meneliti iman Anda akan kebaikan Allah. Mintalah pertolongan Roh
Kudus jika Anda terikat kepada setiap kenangan atau pikiran yang mungkin
S A AT T E D U H DA N P E R TA N YA A N D I S K U S I | 305
menyebabkan Anda tidak percaya atau tidak taat kepada Allah. Kemudian,
carilah dan nyatakanlah ayat-ayat firman Tuhan yang menunjukkan kebe-
naran Allah dalam situasi Anda secara khusus. Dengan rendah hati, undang-
lah Roh Allah untuk memperbarui pikiran Anda dengan Firman-Nya.
Kebenaran-Nya akan membawa Anda kepada kebebasan!
Renungan
Penerapan
MINGGU 2
Baca Pasal 4-5
Minggu ini berhubungan dengan sesi video 2
SAAT TEDUH
Renungan
Penerapan
Di bagian akhir pelajaran ini, kita akan membahas cara Allah me-
mampukan kita untuk hidup dalam ketaatan tanpa jatuh ke dalam
bentuk legalisme atau penghinaan. Tetapi minggu ini, saya men-
dorong Anda untuk bertanya jujur kepada diri Anda sendiri, Su-
dahkah saya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Ketuhanan Yesus?
Kita semua memiliki beberapa area kesalahan. Jadi ini usul saya
kepada Anda: carilah seseorang yang Anda kasihi dan percayai—
pasangan, sahabat karib, atau pemimpin yang percaya kepada Anda
dan menginginkan yang terbaik bagi Anda. Ceritakanlah apa yang
Anda pelajari minggu ini tentang prinsip Ketuhanan dan mintalah
S A AT T E D U H DA N P E R TA N YA A N D I S K U S I | 309
MINGGU 3
Baca Pasal 6-7
Minggu ini berhubungan dengan sesi video 3
1. Tujuan hidup yang baik akan menjadi berbahaya jika tujuan itu
menggantikan keinginan kita untuk mengenal dan memuliakan
Allah. Diskusikan tujuan-tujuan berikut ini. Dalam hal apakah
tujuan itu dianggap baik? Sebaliknya, bagaimana tujuan itu dapat
membuat kita kehilangan arah apabila kita menjadikannya sebagai
tujuan utama?
2. Kestabilan finansial
3. Popularitas
4. Pengaruh
5. Kemurahan hati
6. Prestasi Kemanusiaan
7. Pelayanan yang Efektif
8. Bayangkan Anda berada bersama Musa ketika Allah menawarkan
untuk mengirim bangsa Israel ke Tanah Perjanjian tanpa hadirat-Nya.
Saat itu, apa yang Anda pikirkan yang akan membantu Musa dalam
mengambil keputusan?
9. Apakah tanda-tanda apabila hubungan seseorang dengan Allah lebih
mengutamakan apa yang dapat Dia berikan kepada mereka dan
bukan karena siapa diri-Nya? Jika hubungan Anda dengan Allah
menunjukkan tanda-tanda ini, bagaimana Anda akan mengalihkan
haluan Anda?
10. Ceritakan perspektif Anda tentang makna menjadi efektif dalam
menjangkau dunia tanpa harus menjadi sahabat dunia.
11. Legalisme adalah bentuk lain dari kehidupan duniawi. Jadi
bagaimana Anda dapat menjaga persahabatan kita dengan Allah
tanpa jatuh ke dalam pemikiran agamawi?
S A AT T E D U H DA N P E R TA N YA A N D I S K U S I | 3 11
SAAT TEDUH
Salah satu ujian iman terbesar, yang kedengarannya biasa saja yaitu men-
gambil jalan pintas.
Musa menghadapi jalan pintas ketika berada di padang gurun. Dia telah
berjalan dari Mesir menuju gunung Sinai bersama sekelompok orang yang
bersungut-sungut dan suka memberontak, dan prospek untuk memasuki
Tanah Perjanjian pasti kelihatan menarik. Tetapi apakah Musa berkata “ya”
terhadap janji itu tanpa hadirat Allah?
Ribuan tahun kemudian, Yesus juga menemui jalan pintas di padang
gurun. Ketika Yesus hendak memulai masa pelayanan umum-Nya, iblis
memberi-Nya kesempatan untuk menghindar dari kesulitan yang akan ter-
jadi dan melompat langsung untuk mendapatkan kekuasaan di atas bang-
sa-bangsa. Satu-satunya yang harus Yesus lakukan adalah menyembahnya.
Apakah Yesus akan berkompromi untuk mendapatkan dengan mudah apa
yang akan Allah berikan melalui kesengsaraan?
Fakta bahwa Iblis mencoba taktik ini kepada Anak Allah membuktikan
bahwa dia tahu betapa efektifnya cara itu. Kita akan meninjau kisah ini lagi;
tetapi hal yang penting sekarang adalah: Yesus bukanlah satu-satunya yang
dapat menolak trik iblis. Musa menimbang-nimbang pilihan antara tinggal
di padang gurun dengan Allah atau memasuki Tanah Perjanjian tanpa Dia,
dan dia memilih untuk tinggal di padang gurun. Mengapa? Karena dia tahu
dia akan kehilangan sesuatu.
Saya harap Anda dapat menjawab ya pada pertanyaan ini dengan
sepenuh hati, “Apakah hadirat Allah adalah tujuan utama Anda?” Supaya
jawaban Anda lebih dari sekadar latihan kecerdasan, pertama-tama Anda
3 12 | S A AT T E D U H DA N P E R TA N YA A N D I S K U S I
Renungan
Penerapan
WEEK 4
Baca Pasal 8-9
Minggu ini berhubungan dengan sesi video 4
1. Tidak aneh lagi apabila seseorang berpikir bahwa benak mereka sudah
tertuju kepada pengenalan akan Allah, tetapi ternyata mereka telah
beralih ke hal lainnya. Bagaimana seseorang dapat mulai mengetahui
ke arah mana pikiran mereka sebenarnya tertuju?
2. Dalam berbagai kebudayaan moderen, manusia berperilaku sangat
ekstrem supaya kelihatan seperti atau mirip dengan selebriti atau
orang ternama lainnya yang sebenarnya tidak mereka kenal. Sebalik-
nya, Allah menjanjikan bahwa barang siapa yang mencari Dia akan
menemukanNya. Menurut Anda, mengapa manusia menolak pe-
rubahan gaya hidup yang dapat membantu mereka mengenal Allah
sedangkan mereka mau mengubah diri mereka secara drastis untuk
mengenal orang lain?
3. Bisakah Anda pikirkan cara untuk memastikan bahwa Anda mencari
hadirat Allah dan bukan hanya mencari atmosfer yang baik? Berikan
pendapat untuk lingkungan pribadi maupun kelompok.
4. Hal penting dalam membahas kekudusan adalah dalam hal hubungan
dengan Allah karena kekudusan pada intinya adalah untuk mengenal
Allah. Untuk melatih prinsip ini, cobalah membaca Sepuluh Perintah
Allah yang ada di kitab Keluaran 20:1-17 dilihat dari segi relasi. Apa-
kah yang dijelaskan perintah-perintah ini tentang Allah?
5. Inilah tantangan yang sulit: cobalah memikirkan kekudusan dari
sudut pandang Allah. (Tidak masuk akal, benar, tetapi cobalah
semampu Anda!). Setelah mengenal siapakah Allah dan rencana-Nya
bagi kita, mengapa penting sekali bagi umat-Nya agar menjadi kudus
dalam sikap dan perbuatan?
S A AT T E D U H DA N P E R TA N YA A N D I S K U S I | 3 15
SAAT TEDUH
Saya sengaja menunggu sampai batas ini dalam pelajaran kita untuk mem-
bahas topik kekudusan karena saya ingin memastikan Anda mengerti bahwa
ini bukan tentang kontrol, rasa bersalah atau ketaatan kepada standar yang
dibuat oleh manusia. Ini semata-mata tentang hubungan.
Misalkan Anda memiliki anggota keluarga yang sangat Anda cintai tetapi
dia selalu tidak hormat, destruktif, dan tidak dapat dipercaya. Walaupun
Anda mengasihi orang ini, saya kira akan sulit bagi Anda untuk menikmati
saat kebersamaan bersama mereka. Jika mereka tidak ingin berubah, Anda
harus menetapkan beberapa batasan yang sehat dalam hubungan Anda,
salah satunya mungkin untuk tidak bertemu dengan mereka setiap hari.
Seperti yang telah kita bahas minggu lalu, Allah adalah Pribadi yang
hadirat-Nya kita cari. Tetapi Allah juga sepenuhnya kudus. Mungkin sulit
atau tidak sehat bagi kita untuk berada di sekeliling orang yang berperilaku
buruk, tetapi sebenarnya sangat mustahil bagi seseorang untuk tinggal dalam
hadirat Allah tanpa kekudusan. Itulah sebabnya mengapa hidup kudus sa-
ngatlah penting!
Bacalah Ibrani 12:14 sekali lagi: “kejarlah kekudusan, sebab tanpa keku-
dusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” Kata yang diterjemahkan
kejarlah berarti “untuk melakukan sesuatu dengan sekuat tenaga dan de-
ngan tujuan atau cita-cita yang pasti.”25 Perhatikan dua elemen dalam kejar:
sekuat tenaga dan tujuan pasti. Tujuan kita, seperti yang telah kita tetap-
kan sebelumnya, adalah untuk berada dalam hadirat Allah. Jadi sekarang,
marilah kita mengalihkan perhatian kita pada upaya mengejar hidup kudus.
3 16 | S A AT T E D U H DA N P E R TA N YA A N D I S K U S I
Renungan
... Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu
merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan
yang diwajibkan bagi kita. (Ibrani 12:1)
Penerapan
MINGGU 5
Baca Pasal 10-12
Minggu ini berhubungan dengan sesi video 5
SAAT TEDUH
Ada perbedaan jelas antara dua ajaran tentang kasih karunia saat ini.
Keduanya dapat diringkas dengan pertanyaan sederhana: apakah Anda ingin
merasa senang atau Anda ingin menjadi baik? (dan menjadi baik saya arti-
kan menjadi milik Tuhan).
Menerima ajaran Perjanjian Baru tentang kasih karunia bukan berarti
kita harus memilih untuk menderita. Justru sebaliknya, Yesus menjelas-
kan misinya kepada umat manusia demikian: “Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yo-
hanes 10:10). Sukacita abadi akan selalu ditemukan di dalam Kristus. Ini
kita dapatkan dengan menyelaraskan prioritas kita dengan prioritas surgawi.
Allah tidak akan pernah meningkatkan kenyamanan kita melebihi kebaikan
kita. Tetapi akankah kita berbuat demikian?
Kenyataannya, kita dapat memilih pesan kasih karunia manakah yang
akan kita percayai. Kita dapat membaca Kitab Suci dan memutuskan untuk
mendengarkan hal-hal yang sesuai dengan cara berpikir kita. Kita dapat
berpaling dari ajaran yang sulit dan hanya mendengarkan orang-orang me-
nyampaikan apa yang ingin kita dengar. Seperti kisah pria dengan kedua
dokter sebelumnya, kita dapat memilih untuk hidup dengan diagnosis yang
menurut kita paling menyenangkan.
Jika kita memilih jalan ini, kita akan merasa senang! Tetapi marilah kita
mendengarkan perkataan Yesus yang sering kita dengar: “Apa gunanya seo-
rang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?” (Markus
8:36). Jadi kembali lagi pada pertanyaan kita sebelumnya, apakah Anda
ingin merasa senang atau ingin menjadi baik?
320 | S A AT T E D U H DA N P E R TA N YA A N D I S K U S I
Saya harap Anda mulai menyadari bahwa pesan kasih karunia yang
memberi kuasa adalah berita yang sangat luar biasa. Ketika kita percaya
bahwa kasih karunia semata-mata menutupi kesalahan kita, kita terus-me-
nerus tersandung dalam hidup ini, dilemahkan oleh kebiasaan dosa dan
terusik oleh ketakutan dan kebohongan. Tetapi jika kita menerima kasih
karunia yang berkuasa, kita dapat hidup seperti Yesus: bebas, percaya diri,
penuh belas kasihan, berkuasa, dan diberkati. Kasih karunia Allah bukanlah
beban yang menekan kita. Seperti rasul Yohanes pernah berkata:
Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perin-
tah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua
yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang
mengalahkan dunia: iman kita. (1 Yohanes 5:3-4)
Jika Allah memang baik, dan jika Dia memang menginginkan yang ter-
baik bagi kita, kita tidak perlu ragu—perintah-Nya adalah jalan yang terbaik!
Dan puji syukur karena kekuatan kasih karunia-Nya yang bekerja di dalam
kita, kita mengetahui bahwa perintah-Nya bukanlah beban. Luar biasa!
Renungan
Penerapan
MINGGU 6
Baca Pasal 13-16
Minggu ini berhubungan sesi video 6
SAAT TEDUH
Selama pelajaran ini, kita telah meneliti beberapa topik berat, di antaranya
adalah: Ketuhanan, kekudusan dan sifat kasih karunia yang sejati. Anda
telah menjawab beberapa pertanyaan yang menantang tentang perspektif
Anda dan kehidupan yang Anda jalani selama ini. Sekarang saya ingin meng-
alihkan perhatian Anda ke depan pada kehidupan yang dapat Anda alami.
Lihat Efesus 3:20 dari Alkitab The Message:
Renungan
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah di-
dengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati
manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang menga-
sihi Dia.” (1 Korintus 2:9)
Penerapan
terBrook Press, 2011). Ini berdasarkan pesan yang sering saya sam-
paikan dalam pelayanan khotbah saya, dan saya menyusun ulang
inti pesan itu di sini.
25. Johannes P. Louw dan Eugene Albert Nida, Greek-English Lexicon of
the New Testament: Based on Semantic Domains (New York: United
Bible Societies, 1996), 662.
KEBAIKAN TANPA ALLAH?
Buku yang Anda pegang sekarang adalah bagian dari Kurikulum Pengajaran
Kebaikan Tanpa Allah? oleh John. Dengan membaca buku ini dan menggu-
nakan materi pendukung yang disertakan dalam DVD ROM dan yang diunduh
dari CloudLibrary.org, Anda akan dapat mempelajari setiap bagian dari seri
pengajaran yang dinamis dan mengubahkan kehidupan ini. Pelajarilah dengan
baik, ia akan memengaruhi dan meningkatkan kehidupan perjalanan keroha-
nian Anda, yang memampukan Anda melakukan lebih banyak lagi bagi Allah.
Silakan menggandakan
akan DVD ROM ini
ini, menyalin mater
materi di dalamnya, dan
mengirimkannya melalui email ke sahabat. Anda juga dapat menyalinnya ke
dalam dokumen pengolah kata, mengirimkan bahan pengajaran ini ke gereja
Anda dan mengungggahnya di Internet untuk kegunaan lainnya. Distribusikan
materi ini ke tempat-tempat yang haus akan Firman Allah dan memerlukan
kehidupan Kristen mereka dikuatkan.
- File-file dalam CD ROM ini tidak dapat diputar pada video player
biasa. Karena file-filenya campuran, antara lain video, audio dan file
teks, maka mereka hanya dapat diputar dan ditampilkan pada kom-
puter atau peralatan digital.
- File video MP4 dapat dimuat dan dimainkan di tablet/komputer sabak
atau komputer.
- File audio MP3 dapat dimuat di player audio digital, telepon pintar
atau komputer.
- File digital PDF dapat dimuat di tablet atau komputer Anda. File-file
ini mudah dibaca, dicetak dan digandakan. Ukuran filenya cukup kecil
sehingga mudah diemailkan kepada teman. Anda bahkan dapat me-
nyalin dan rekatkan pada dokumen Anda.
CloudLibrary.org