Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :

VERAMAIFITA JULIYANTI

(1807031)

Dosen Pengampu : Ns Wijanarko Heru, MH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMI 2020/2021
A. Konsep Dasar

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus

lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan

diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014). Menurut Price (dalam Nurarif A.H., &

Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas

(Trianto, 2014).

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut

(Aspiani, 2014) :

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik

karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :

(Aspiani, 2014)

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko

tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat

dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah


tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi

untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah


meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki

lebih tinggi dari pada perempuan.

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan

berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita

dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,

ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih

banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang

tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang

dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah

bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding

pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam

keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan

dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat

dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan

merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari

dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok

berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,

atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien

sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk

11
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan

pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa

terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh

hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat

stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat

aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke

ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan

pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara

langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung

meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat

dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena

diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak


di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor inibermula
saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smelttzer, 2014).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yanng mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi angiotensin 2, saat
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mengakibatkan


keadaan hipertensi (Price).

4. Pathway Hipertensi
5. Manifestasi klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan
yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri
kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital
terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung,
penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup
pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi
dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang
berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan
pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah),
penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien
dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke
hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram
otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah
membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder (Adrian, 2019).

6. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah

sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80

mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Klasifikasi Hipertensi

N o. Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 < 80
2, Normal 120- 129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 ( berat ) 180- 209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Nurarif,2015
20
7. Komplikasi

Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):

a. Penyakit jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.

 Ginjal

Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-

kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya

membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid

plasma berkurang dan menyebabkan edema.

 Otak

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik

apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga

aliran darah ke daerah- daerah yang diperdarahi berkurang.

 Mata

Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga kebutaan.

 Kerusaka pada pembuluh darah arteri

Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang

sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer

Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga memperburuk

luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh darah otak

yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid.

Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai hal yaitu

gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma intrakranial,

thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor,

sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi perdarahan,

usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa, Saleh, & Rahardjo, n.d.)
21
8. Pemeriksaan penujang hipertensi

a. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan

gagal ginjal akut.

3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)

b. EKG

1) Hipertrofi ventrikel kiri

2) Iskemia atau infark miocard

3) Peninggian gelombang P

4) Gangguan konduksi

c. Foto Rontgen

1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.

2) Pembendungan, lebar paru

3) Hipertrofi parenkim ginjal

4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)


2. 1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak dan dewasa

akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku

yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai

usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses

alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami

proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.

Dimana saat ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara

bertahap ( Azizah, 2011)

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang melalui

tahap tahap kehidupannya yaitu nenonatus toddler, praschool, remaja,dewasa dan


lansia terhadap beberapa ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis

(Padila, 2013). Menurut komisi nasional lansia dengan semakin meningkatnya

penduduk lansia, dibutuhkan perhatian dari semua pihak dalam mengantisipasi

berbagai permasalahan yang berkaitan penuaan penduduk. Penuaan penduduk

membawa berbagai implikasi baik dari aspek social, ekonomi, hukum, politik dan

terutama kesehatan (Komisi Lansia, 2010).

2. 3. Batasan Lanjut Usia


a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis menjadi 4 kelompok
yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi:


1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) lebih dari 80 (very old).
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

2.4 Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang Terjadi pada Lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan

psikologis.

a. Perubahan Fisik

1. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan

tampilan dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya

pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan
diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan

masa lemak bertambah.

2. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya

penebalan dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah

(kontraksi dan volume) elastisistas pembuluh darah menurun serta

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat.

3. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang

mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru,

otototot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu

meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan

jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun dan terjadinya

penyempitan pada bronkus.

4. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi

fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih

tipis, jumlah serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan

rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, vaskularisasi

menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras

dan rapuh serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.

5. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem

saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat

dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan

stress, berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga

menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks.


6. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi

fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih

tipis, jumlah serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan

rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, vaskularisasi

menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras

dan rapuh serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.

7. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem

saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat

dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan

stress, berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga

menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks.

8. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause

yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat

mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis), persendian

membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut

dan mengalami sklerosis.

9. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan

asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut

menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun

sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim

pencernaan.

10. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke

ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus

menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.


11. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat

menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi

retensi urine.

12. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang

dapat menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran

mengalami kekakuan.

13. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun

terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang

pandang menurun, dan katarak

b. Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap

kehilangan fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan

kepuasan hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi

memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur dan

budaya yang ikut menumbuhkan anggapan negatif tersebut, dimana lansia

dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun

terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi

c. Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir,

mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan

baru merrupakan hal yang sering terjadi

d. Perubahan Sosial, Post power syndrome, single woman,single parent,

kesendirian, kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul

perasaan kapan meninggal


27

2.5. Tipe Lansia

a. Tipe arif Bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan memenuhi undangan dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi ruangan.

c. Tipe Tidak Puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak

menuntut.

d. Tipe Pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan

kaki, pekerjaan apa saja dilakukan

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif

acuh tak acuh. Tipe lain dari usia lanjut : Tipe optimis, Tipe konstruktif,

Tipe dependen (ketergantungan), Tipe defensif (bertahan) tipe militan dan

serius, tipe marah / frustasi (kecewa akibat kegagalam dalam melakukan

sesuatu), Tipe putus asa (benci pada diri sendiri.


B. Konsep keperawatan

Pengkajian

1. pengumpulan data

a. Identitas

Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab.

b. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit

kepala,kelelahan,pundak terasa berat.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama.

d. Aktivitas / istirahat

1. Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma jantung, dan

takipnea.
e. Sirkulasi

1. Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan

penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi.

2. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah) diperlukan

untuk menegakkan diagnosis. Hipertensi postural mungkin berhubungan

dengan regimen obat.

f. Integritas Ego

1. Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan

keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)

2. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,

tangisan meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan

pola bicara.

g. Eliminasi

Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.

h. Makanan/cairan

Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam,

tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju,

telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual,

muntah dan perubahan BB meningkat / turun, riwayat penggunaan obat

diuretik.
i. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipita ( terjadinya saat

bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam, gangguan

penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).

j. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala

oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

k. Pernapasan

1. Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea,

orthopnea, dispnea, batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum, riwayat

merokok.

2. Tanda : distress respirasi atau penguunaan otot aksesori pernapasan, bunyi

nafas tambahan (krakles / mengi), sianosis

i. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi postural.

2. Pola fungsi kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan

2. Pola nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu

makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,mual/muntah, dan makanan

kesehatan
3. Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya

masalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan kateter.

4. Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy,

jumlah tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia

5. Pola aktivitas dan istirahat

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi.

Riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan

Tabel 2.2 Pengkajian Indeks KATZ

Skor INTERPRETASI

A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK), berpindah,

kekamar kecil, berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi

tersebut

C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi

tambahan

D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,berpakaian dan

satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,

kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian, kekamar

kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut


Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan

lain sebagai C,D dan E

6. Pola hubungan dan peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap

anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya

rumah, dan masalah keuangan.

Tabel 2.3 Pengkajian APGAR Keluarga (Tabel APGAR Keluarga)

No Item Penilaian Selalu Kadang- Tidak

(2) kadang pernah

(1) (0)

1. A : adaptasi

Saya puas bisa kembali pada keluarga

(teman-teman) saya untuk membantu

apabila saya mengalami kesulitan

( adaptasi )

2. P : Partnership

Saya puas dengan cara keluarga

( teman-teman ) saya membicarakan

sesuatu dan mengungkapkan masalah

dengan saya ( hubungan )

3. G : Growth

Saya puas bahwa keluarga


( teman-teman ) saya menerima dan

mendukung keinginan saya untuk

melakukan aktivitas

( pertumbuhan )

4. A : Afek

Saya puas dengan cara keluarga

( teman-teman ) saya mengekspresikan

afek dan berespon terhadap emosi saya

seperti, marah sedih, atau mencintai

5. R : Resolve

Saya puas dengan cara teman dan

keluarga saya dan saya menyediakan

waktu bersama-sama mengekspresikan

afek dan berespon

Keterangan :

Total nilai < 3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi

Total nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang

Total nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga

7. Pola sensori dan kognitif

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori meliputi

pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan, dan pembau. Pada klien

katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan

memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah

tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata.
Tabel 2.4 Pengkajian Status Mental

Tabel Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)

Skor
+ - No Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Kapan anda lahir?
6 Berapa umur anda?
7 siapa presiden Indonesia
sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama anak anda?
10 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Kesalahan Total
Kesimpulan :

1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi Intelektual Utuh

2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan Intelektual Ringan

3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan Intelektual Sedang

4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan Intelektual Berat

Keterangan :

a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek hanya

berpendidikan SD

b. Bisa dimaklumi bilang kurang dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek

mempunyai pendidikan lebih dari SD

c. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan untuk subyek kulit hitam

dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.


34
8. Pola persepsi dan konsep diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap

kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran harga diri,

peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka makhluk bio-psiko-

sosio- kultural-spritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.

Pengkajian tingkat depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back

9. Pola seksual dan reproduksi

Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.

10. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani

stress

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual

( Aspiani, 2014 ).

C. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut ( D.0077 )

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan

actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga

berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

- Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia, neoplasma).

Batasan Karakteristik : Kriteria Mayor :

a. Subjektif : mengeluh nyeri.

b. Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis : waspada, posisi menghindar

nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

Kriteria Minor :

Subjektif : tidak ada


Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafus makan berubah, proses berfikir
35
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis

Kondisi Klinis Terkait :

 Kondisi pembedahan

 Cedera traumatis

 Infeksi
 Sindrom koroner akut
 Glaukoma

2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat menggangu metabolisme

tubuh

Penyebab : peningkatan tekanan darah Batasan Karakteristik :

-Kriteria Mayor :

-Subyektif : (tidak tersedia)

-Objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba

dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.

-Kriteria Minor :

-Subyektif : parastesia , nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)

2) Objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle- brachial <0,90 , bruit femoralis
Kondisi klinis terkait :

1) Tromboflebitis

2) Diabetes mellitus

3) Anemia

4) Gagal jantung kongestif

5) Kelainan jantung congenital

6) Thrombosis arteri

7) Varises

8) Thrombosis vena dalam

9) Sindrom kompartemen
36

3. Hipervolemia (D.0022)

Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler.


Penyebab: gangguan mekanisme regulasi Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
Subyektif : ortopnea , dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu singkat, jugular
venous
pressure (JVP) dan/atau Central Venous pressure (CVP) meningkat , refleks hepatojugular positif.
Kriteria Minor :
Subyektif : (tidak tersedia)
Objektif : Distensi vena jugularis,suara nafas tambahan, hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake
lebih banyak dari output, kongesti paru.
Batasan karakteristik :
Kondisi klinis terkait :
Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
Hipoalbuminemia
Gagal jantung kongesif
Kelainan hormone
Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati
Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena, phlebitis)
Imobilitas

4. Intoleransi aktivitas (D.0056)


Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari- hari
Penyebab : kelemahan. Batasan karakteristik : Kriteria Mayor :
Subyektif : mengeluh lelah
Objektif : frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi istirahat
Kriteria Minor :
Subyektif : dispnea saat / setelah aktivitas , merasa tidak nyaman setelah beraktivitas , merasa lelah.
Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
gambaran EKG menunjukan aritmia
Gambaran EKG menunjukan iskemia
Sianosis Kondisi Klinis Terkait
Anemia
Gagal jantung kongesif
Penyakit jantung koroner
Penyakit katup jantung
Aritmia
Penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK)
Gangguan metabolic
Gangguan musculoskeletal

5. Defisit Pengetahuan ( D.0111)

Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu.

Penyebab : kurang minat dalam belajar


35

Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :

1. Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

2. Objektif : menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran , menunjukan persepsi yang keliru

terhadap masalah.

Kriteria Minor :

1. Subjektif : ( tidak tersedia )

2. Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat , menunjukan perilaku berlebihan

( mis . apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria )

Kondisi klinis terkait

1. Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien


2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis

6. Ansietas ( D.0080)

Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas

dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk

menghadapi ancaman.

Penyebab : kurang terpapar informasi.

Batasan Karakteristik :

Kriteria Mayor :
40

1. Subjektif : merasa bingung , merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

, sulit berkonsentrasi.

2. Objektif : tampak gelisah , tampak tegang , sulit tidur .

Kriteria Minor :

1. Subjektif : mengeluh pusing , Anoreksia , palpitasi ,merasa tidak berdaya.

2. Objektif : freuensi nafas meningkat , frekuensi nadi meningkat, tekanan darah

meningkat , diaphoresis , tremor , muka tampak pucat , suara bergetar , kontak mata

buruk, sering berkemih , berorrientasi pada masa lalu.

Kondisi Klinis Terkait :

1. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)


2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

Intervensi keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun

Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)

1 Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2

2 Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang

3. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)

1 Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,

intensitas nyeri

2 Identifikasi skala nyeri


41
3 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

4 Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis: akupuntur,terapi

musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)

5 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,

pencahayaan,kebisingan)

6 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

7 Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer meningkat

Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)

1) Nadi perifer teraba kuat

2) Akral teraba hangat

3) Warna kulit tidak pucat

Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )

1) Memonitor tekanan darah

2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)

3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)

4) Memonitor suhu tubuh

5) Memonitor oksimetri nadi

6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital

7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

C Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan

meningkat

Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)

4) Terbebas dari edema

2. keluaran urin meningkat


41

1) Mampu mengontrol asupan cairan

Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)

1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea, edema, JVP/CVP

meningkat, suara nafas tambahan)

2) Monitor intake dan output cairan

3) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, hipovolemia, hipokalemia,

hiponatremia)

4) Batasi asupan cairan dan garam

5) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam

6) Ajarkan cara membatasi cairan

7) Kolaborasi pemberian diuretic


b. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas meningkat


Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)

1) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari

2) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan

3) pasien mengatakan keluhan lemah berkurang Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)
1) Monitor kelelahan fisik dan emosional

2) Monitor pola dan jam tidur

3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah


42

stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)

4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan

5) Anjurkan tirah baring

6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara

8) meningkatkan asupan makanan

c. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat pengetahuan meningkat Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)
1) Pasien melakukan sesuai anjuran
Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan
2) Pasien mengajukan pertanyaan Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih
dan sehat
3) sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
29

kesepakatan

5) berikan kesempatan untuk bertanya

6) jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


7) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

8) ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
d. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun


Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)

1) Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya

2) Pasien tampak tenang

3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )
1) identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.

Kondisi, waktu, stressor)

2) gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman

3) informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan , dan prognosis


30

DAFTAR PUSTAKA

Definisi hipertensi (Aspiani, 2014). Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H.

(2016).

Etiologi hipertensi (Aspiani, 2014)

Patofisiologi (Udjianti, 2010). (Padila, 2013). (Syamsudin, 2011).

Manifestasi klinis (Aspiani, 2014) (Brunner dan Suddarth, 2014)

Klasifikasi hipertensi Menurut (WHO, 2018) (Aspiani,2014)

Komplikasi dan penatalaksanaan (Aspiani,2014)

Pengkajian keperawatan (Deswani, 2011) (Wijaya, 2013),

Anda mungkin juga menyukai