Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MENGANALISIS BUTIR TES


EVALUASI HASIL BELAJAR-C

DOSEN PENGAMPU: Mega Silfia Dewi, S.Pd.,M.Pd.T

DISUSUN OLEH :
INSANUL ADLI (5203131019)
PTE

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
ENIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ANALISIS BUTIR TES ”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas pada mata kuliah evaluasi hasil belajar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, 28 oktober 2021

Penulis

Insanul Adli

2|ANALISIS BUTIR TES


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................4

1.2 Tujuan..........................................................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................................4

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN............................................................................................6

2. 1 Pengertian Analisis Butir Tes......................................................................................6

2.2 Tujuan Analisis Butir Tes............................................................................................7

2.3 Kelompok Peserta Tes.................................................................................................7

2.4 Analisis Butir Pada Teori Ujian Klasik.......................................................................7

2.4.1 Tingkat Kesukaran...............................................................................................8

2.4.2 Daya Beda..........................................................................................................13

2.4.3 Analisis Pengecoh..............................................................................................17

BAB III PENUTUP..................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan................................................................................................................19

3.2 Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

3|ANALISIS BUTIR TES


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses belajar mengajar. Sistem penilaian yang baik akan
mendorong guru menggunakan strategi mengajar yang lebih baik dan
memotivasi anak untuk belajar lebih giat. Penilaian biasanya dimulai dengan
kegiatan pengukuran. Pengukuran (measurement) merupakan cabang ilmu
statistika terapan yang bertujuan untuk membangun dasar-dasar pengembangan
tes yang lebih baik sehingga menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal,
valid, dan reliabel.

Proses belajar mengajar dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan


atau bersifat mekanis saja tetapi mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam
usaha untuk mencapai misi dan tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang
dilakukan sudah sesuai dengan tujuan? Untuk mengetahui apakah tujuan
pendidikan sudah tercapai perlu diadakan tes. Sebuah tes yang dapat baik
sebagai alat pengukur harus dianalisis terlebih dahulu. Dalam menganalisis
butir soal dalam tes harus memperhatikan daya serap, tingkat kesukaran, daya
beda, fungsi pengecoh. Hal tersebut dilakukan agar tes yang diberikan kepada
siswa sesuai dengan daya serap siswa, tingkat kesukarannya, dan soal yang
diberikan pun harus valid. Sehingga, tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:

a. Mendeskripsikan pengertian analisis butir tes.


b. Mengetahui cara menghitung indeks kesukaran butir tes.
c. Mengetahui cara menghitung indeks daya beda butir tes.
d. Menganalisis keefektifan jawaban pengecoh.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan tujuan penyusunan makalah maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut :

4|ANALISIS BUTIR TES


a. Apakah yang dimaksud dengan analisis butir tes ?
b. Bagaimana cara menghitung indeks kesukaran butir tes ?
c. Bagaimana cara menghitung indeks daya beda butir tes ?
d. Bagaimana cara menganalisis keefektifan jawaban pengecoh ?

5|ANALISIS BUTIR TES


BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN


2. 1 Pengertian Analisis Butir Tes
Analisis butir tes adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.

Item analisis merupakan bagian integral dari validitas dan reliabilitas sebuah tes,
dan item analisis ini dilakukan oleh seorang evaluator, biasanya sesudah semua item
yang telah diberikan pada siswa dikembalikan, dan skornya sudah ditentukan. Disamping
itu, ketika seorang guru hendak melakukan analisis item suatu tes, sebaiknya ia
memerhatikan apakah tes yang hendak dianalisis direncanakan mengacu pada bentuk tes
normatif( norm referenced test ) atau pada bentuk kriterion ( criterion referenced mastery
test ). Perhatian terhadap acuan dengan melihat apakah mengacu pada acuan normatif
atau acuan kriterion, karena analisis item yang digunakan dalam normatif pada
prinsipnya tidak secara langsung dapat dipakai pada tes yang berbentuk kriterion
( criterion referenced mastery test ). Hal ini dikarenakan pada tes kriterion ini
direncanakan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa sebagai konsekuensi hasil
belajar bisa ditampilkan. Pada tes yang berbentuk kriterion, indeks kesulitan dan indeks
pembeda tidak terlalu bermanfaat. Hal ini berbeda dengan tes normatif yang berusaha
menentukan posisi atau rangking siswa dengan siswa lainnya dalam satu grup kelas yang
sama. Item analisis merupakan suatu hal yang diperlukan kehadirannya.
Menurut Thorndike dan Hagen ( 1977 ) , analisis tehadap soal-soal ( items ) tes
yang telah dijawab oleh murid-murid mempunyai dua tujuan penting. Pertama, jawaban-
jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu
dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing ke arah cara
belajar yang lebih baik. Kedua, jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan
perbaikan ( review ) soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan
basis bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk ditahun berikutnya. Jadi tujuan khusus
dari item analysis ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari
kemungkinan sebab-sebab mengapa item itu tidak baik. Dengan membuat analisis soal,
sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat diperoleh dari tiap soal,
yaitu :

6|ANALISIS BUTIR TES


a. Sampai dimana tingkat atau taraf kesukaran soal itu ( difficulty level of an item ).
b. Apakah soal itu mempunyai daya pembeda ( discriminating power ) sehingga
dapat membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang
bodoh.
c. Apakah semua alternatif jawaban ( options ) menarik jawaban-jawaban, ataukah
ada yang demikian tidak menarik sehingga tidak perlu dimasukkan kedalam soal.

2.2 Tujuan Analisis Butir Tes


Analisis butir tes dilakukan dengan tujuan mencari butir tes yang berkualitas
untuk diguankan sebagai perangkat ukur hasil belajar atau instrumen penelitian dalam
bidang kognitif. Disamping itu analisis butir juga digunakan untuk menemukan butir
mana yang menyebabkan reliabilitas pengukuran menjadi rendah. Melakukan uji coba,
analisis butir dapat digunakan untuk melakukan pembuangan, perbaikan, atau
penggantian butir sehingga alat ukur menjadi berkualitas.

Faedah mengadakan analisis soal yaitu :

1. Membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek.


2. Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-
soal untuk kepentingan lebih lanjut.
3. Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.

2.3 Kelompok Peserta Tes


Kemampuan peserta tes ( M ) dapat dikelompokkan menjadi kelompok tinggi,
kelompok sedang, dan kelompok rendah. Dalam analisis butir, pengelompokkan ini
diperlukan. Pembagian kelompok berdasarkan skor kemampuan peserta tes dan ada
beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu :

1. Kelompok tinggi ( Mt ) 50% dan kelompok rendah ( Mr ) 50%.


2. Kelompok tinggi ( Mt ) 33% dan kelompok rendah ( Mr ) 33% sisanya kelompok
sedang ( Ms ) 34%.
3. Kelompok tinggi ( Mt ) 27% dan kelompok rendah ( Mr ) 27% sisanya kelomopok
sedang (Ms ) 46%.
4. Kelompok tinggi ( Mt ) 20 % dan kelompok rendah ( Mr ) 20% dan sisanya
kelompok sedang ( Ms ) 60%.

7|ANALISIS BUTIR TES


2.4 Analisis Butir Pada Teori Ujian Klasik
Teori tes klasik adalah teori mengenai analisis butir tes dimana analisis dilakukan
dengan memperhitungkan kedudukan butir dalam suatu kelas atau kelompok ,Analisis
butir digunakan untuk menentukan kualitas butir pada suatu perangkat tes. Butir tes
berkualitas rendah akan menurunkan kualitas ujian. Analisis butir pada teori ujian klasik
terdiri atas tingkat kesukaran, daya beda, dan distraktor.

2.4.1 Tingkat Kesukaran


Tingkat kesukaran ( difficulty index ) adalah derajat kesukaran atau taraf
kesukaran butir dalam suatu tes bagi peserta dan dinyatakan dengan p ( proporsi ).
Dengan kalimat yang sederhana, tingkat kesukaran adalah seberapa sukar suatu butir
dijawab oleh peserta tes atau responden. Tingkat kesukaran butir tes merupakan
perbandingan antara peserta tes yang menjawab benar dan jumlah seluruh responden
yang menjawab butir tes. Secara teoritis, bahwa p adalah probabilitas empiris yang
dijawab benar oleh peserta tes pada suatu butir tes tertentu dibagi dengan jumlah
seluruh kelompok peserta tes. Besarnya nilai tingkat kesukaran berkisar 0,00 sampai
dengan 1,00 sesuai dengan proporsi. Pembagian tingkat kesukaran menurut
Witherington adalah :

Rentang Tingkat Kesukaran


0,00≤ p ≤ 0,24 Sukar
0,25 ≤ p ≤ 0,74 Sedang
0,75 ≤ p ≤ 1,00 Mudah

P: 0,0
0,1
0,2 Sukar

0,3
0,4
0,5
Sedang
0,6
0,7

0,8
Mudah
0,9

8|ANALISIS BUTIR TES


1,0

Berikut ini akan dibahas analisis tingkat kesukaran butir dengan berbagai cara
yaitu sebagai berikut :

a. Analisis Tingkat Kesukaran


Analisis tingkat kesukaran merupakan teknik analisis tingkat kesukaran
butir tes berdasarkan kelompok atau skor yang diperoleh pada sekelompok peserta
tes tertentu. Ada beberapa cara penghitungan yang dapat digunakan untuk analsis
tingkat kesukaran butir, antara lain :
1) Proporsi sederhana jawaban benar (p);
2) Proporsi dengan pinalti;
3) Skala linier;
4) Indeks davis;
5) Skala delta.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, penghitungan tingkat


kesukaran butir tes akan disajikan satu per satu sebagai berikut .

1) Proporsi sederhana jawaban benar (p)


Teknik analisis tingkat kesukaran butir tes berdasarkan pada proporsi
jawaban benar (p) yang diberikan oleh peserta tes dan proporsi jawaban salah
(q). Penghitungan tingkat kesukaran mempergunakan proporsi dilakukan
dengan menghitung butir tes yang dijawab benar oleh peserta tes dibagi
dengan jumlah seluruh peserta tes atau responden. Penghitungan tingkat
kesukaran dengan proporsi sederhana ini dibagi menjadi dua, yaitu proporsi
seluruh kelompok dan kelompok tinggi – rendah.
a) Seluruh Kelompok
Tingkat kesukaran suatu butir tes ditentukan berdasarkan pembagian jumlah
butir yang dijawab benar dengan jumlah seluruh peserta tes. Rumus
penghitungan tingkat kesukaran adalah :
f i( x=1)
pi =
M
Keterangan :

f i = Peserta yang menjawab benar

9|ANALISIS BUTIR TES


pi = taraf kesukaran butir tes ke – i

M = jumlah peserta

b) Kelompok Tinggi – Rendah


Penghitungan tingkat kesukaran pada cara ini langkah yang pertama adalah
membagi peserta yang menjawab benar suatu butir tes menjadi dua bagian,
yaitu kelompok tinggi dan kelompok rendah. Rumus penghitungan tingkat
kesukaran (p) adalah :
pi=0,5 ( p Ti + p Ri)
f i ( x=1)
pTi =
M
Keterangan :

f i = Peserta yang menjawab benar

pTi = taraf kesukaran butir tes untuk kelompok tinggi ke – i


M = jumlah peserta tes
f i (x=1)
p Ri=
M
Keterangan :

f i = Peserta yang menjawab benar

p Ri = taraf kesukaran butir tes untuk kelompok rendah ke – i


M = jumlah peserta tes
2) Proporsi dengan Penalti (Hukuman)
Penghitungan tingkat kesukaran proporsi dengan penalti memiliki perbedaan
dengan proporsi sederhana terletak pada jumlah jawaban, yaitu penalti bagi
mereka yang salah menjawab dan tidak ada pinalti bagi mereka yang tidak
menjawab. Oleh karena itu, dalam penghitungan ini terdapat tiga kelompok
peserta, yaitu mereka yang menjawab benar, menjawab salah, dan tidak
menjawab.
a) Seluruh Kelompok
Adapun rumus penalti dan proporsi tingkat kesukaran adalah :
1
Jawaban salah, kena penalti sebesar ¿
k−1

10 | A N A L I S I S B U T I R T E S
1 f
pi =
M −M g (
f b− s
k −1 )
q i=1− p
Keterangan :
K = jumlah pilihan jawaban
M = jumlah peserta tes
M g = peserta tidak menjawab
f b = frekuensi jawaban benar
f s = frekuensi jawaban salah
pi = proporsi jawaban benar
q i = proporsi jawaban salah
b) Kelompok Tinggi – Rendah
Penghitungan tingkat kesukaran cara ini, langkah pertama adalah membagi
peserta yang menjawab benar suatu butir tes menjadi dua bagian, yaitu
kelompok tinggi dan kelompok rendah. Langkah kedua, menghitung
proporsi tingkat kesukaran butir. Rumus untuk penghitungan proporsi
penalti tingkat kesukaran (p) kelompok tinggi – rendah adalah :
Kelompok Tinggi :
1 f
p Ri=
M −M g (
f b− s
k−1 )
Kelompok Rendah :
1 f
p Ri=
M −M g (
f b− s
k−1 )
Proporsi tingkat kesukaran :
pi=0,5 ( p Ti + p Ri)
3) Skala Linear
Penghitungan tingkat kesukaran butir tes pada teknik ini dengan
mentransformasikan nilai p menjadi nilai z dan menggunakan tabel distribusi
normal. Nilai p yang diperoleh dikoreksi sehingga menjadi pb dengan rumus :
ap−1
pbi=
a−1
Keterangan :
P = jumlah yang menjawab benar butir ke – i
pbi = p terkoreksi pada butir ke – i

11 | A N A L I S I S B U T I R T E S
a = jumlah pilihan jawaban
4) Tingkat Kesukaran dengan Indeks Davis
Penghitungan tingkat kesukaran dengan skala linier ada kemungkinan
diperoleh hasil bertanda negatif sehingga menyulitkan dalam mengambil
kesimpulan. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, digunakan Indeks Davis yang
mengacu pada tabel probabilitas normal baku dengan rumus :
D=21,063 z +50
Untuk memperoleh nilai D secara cepat dapat dilakukan dengan melihat tabel
khusus yang disediakan. Tingkat kesukaran suatu butir tes mencapai
maksimum jika terdapat kecocokan di antara kemampuan (ability) responden
dengan tingkat kesukaran butir tes, yaitu :
Tingkat kesukaran maksimum : p=q=0,5
Pada tes yang berbentuk pilihan ganda, ada dua macam kemungkinan, yaitu
0,5 kemungkinan dijawab salah dan 0,5 kemungkinan dijawab benar karena
terkaan. Jumlah pilihan (n) atau alternatif jawaban dapat dihitung tingkat
kesukaran maksimum suatu tes, hasilnya tampak pad tabel berikut :
Jumlah Opsi dan tingkat Kesukaran Maksimum

Jumlah Pilihan Jawaban Tingkat Kesukaran


Maksimum
2 0,5+0,250=0,750
3 0,5+0,167=0,667
4 0,5+0,125=0,625
5 0,5+0,100=0,600

5) Tingkat Kesukaran dengan Skla delta


Penghitugan tingkat kesukaran butir tes skala delta berdasarkan proporsi
sederhana yang selanjutnya hasil penghitungan ditransformasikan ke distribusi
probabilitas normal baku (tabel z) dengan menggunakan tabel. Nilai z
digunakan sebagai indeks tingkat kesukaran butir akan identik dengan
probabilitas menjawab butir tes, maka semakin banyak yang menjawab benar
suatu butir tes, maka semakin besar nilai z atau semakin kekiri posisi nilai z
dan butir tes semakin mudah dan berlaku juga untuk kebalikannya. Untuk
menghindarkan nilai minus dan melebarkan bentangan, maka diperbesar
dengan mengalikan 4z sehingga membentang dari -12 hingga +12 dan digeser

12 | A N A L I S I S B U T I R T E S
sejauh 13 satuan ke kanan. Dengan demikian, tingkat kesukaran butir tes
bernilai positif, skala baru ini dinamakan dengan skala delta (Δ) sehingga
skalanya menjadi :
Δ = 13 + 4z
Bentagan skala delta dari 1 sampai 25, dengan nilai tengah (median) sebesar
13, sedangkan nilai z membentang dari -3 hingga +3.

2.4.2 Daya Beda


Daya beda (D) butir tes adalah kemampuan butir tes untuk mengetahui
seberapa besar suatu butir tes dapat membedakan (diskriminasi) antara peserta tes
yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Daya
beda dapat diketahui melalui besar kecilnya angka indeks diskriminasi dari setiap
butir tes. Adapun pembagian daya beda menurut Ebel, Robert (1979:267) sebagai
berikut :

Pembagian daya beda butir

Indeks Daya Beda Keterangan


0,70 ≤ D≤ 1,0 Butir memiliki daya beda baik sekali
0,40 ≤ D≤ 0,69 Butir memiliki daya beda cukup baik
0,30 ≤ D≤ 0,39 Butir memerlukan revisi sedikit atau tidak
0,20 ≤ D≤ 0,29 Butir memerlukan revisi atau disisihkan
0,00 ≤ D≤ 0,19 Butir direvisi total atau disisihkan

Penghitungan daya beda suatu butir tes dapat dilakukan dengan berbagi
cara, yaitu sebagai berikut :

a. Analisis Daya Beda


Penghitungan daya beda dilakukan dengan cara membagi kelompok menjadi
dua bagian, yaitu sebagian kelompok tinggi dan sebagian kelompok rendah.
Pembagian kelompok tinggi dan rendah disarankan adalah 27% karena hasilnya
lebih teliti dibandingkan 50% atau yang lainnya. Adapun teknik
penghitungannya sebagai berikut.
1) Penghitungan daya beda dengan kelompok tinggi – rendah cara 1
Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :
f Ti(x=1) f Ri ( x=1)
D i= −
MT MR
Keterangan :

13 | A N A L I S I S B U T I R T E S
f Ti = frekuensi yang menjawab benar butir tes ke – i untuk kelompok tinggi
f Ri = frekuensi yang menjawab benar butir tes ke – i untuk kelompok
rendah
M T = jumlah seluruh peserta kelompok tinggi
M R = jumlah seluruh peserta kelompok rendah
2) Penghitungan daya beda dengan kelompok tinggi – rendah cara 2
Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :
f Ti (x=1)
D i=
f Ti ( x=1 ) +f Ri (x=1)
3) Penghitungan daya beda dengan kelompok tinggi – rendah cara 3
Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :
f Ti ( x=1 )−f Ri (x=1)
D i=
1
(M T + M R )
2
Karena M T =M R , maka ½ ( M T + M R )=M T =M R , dengan demikian maka
indeks daya beda jenis pertama sama dengan indeks daya beda jenis ketiga.
4) Penghitungan daya beda dengan rumus Chi – Kuadrat
Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :
a) f Bi positif, maka rumus :
f Bi −1
x 2=
f Bi
√ (
f Bi 1−
M −M g )
b) f Bi negatif, maka rumus :

f Bi + 1
x 2=
f Bi
√ (
f Bi 1−
M −M g )
Keterangan :
f Bi =f Ti ( x=1 )−f Ri ( x=1)
M = banyaknya peserta
M g = banyaknya peserta yang tidak menjawab
5) Penghitungan daya beda dengan koefisien korelasi butir – total dan
koefisien biserial titik

14 | A N A L I S I S B U T I R T E S
Korelasi butir – total merupakan korelasi yang didasarkan pada skor
butir dan skor total atau skor responden untuk semua butir yang dijawab
benar. Koefisien korelasi akan bertanda positif tinggi jika skor butir tinggi
berpasangan dengan total skor tinggi. Sebaliknya, skor yang satu tinggi dan
yang lainnya rendah, maka korelasi akan bertanda negatif. Skor yang tinggi
pada suatu butir tes berpasangan dengan skor total yang tinggi, dan skor
rendah berpasangan dengan skor total yang rendah.dalam perhitungan
korelasi butir, pasangan yang demikian menunjukkan butir memiliki daya
untuk membedakan responden yang berkemampuan tinggi dan
berkemampuan rendah.
Pada korelasi butir total diperoleh nilai koefisien korelasi tinggi jika
skor X tinggi berpasangan dengan A tinggi dan X rendah berpasangan
dengan A rendah, ini berarti daya beda tinggi.

Peserta Butir Total


12345.....i.....N
1 Xi1 A1
2 Xi2 A2
3 Xi3 A3
4 Xi 4 A4
. . .
M Xℑ AM

Korelasi butir – total piA

Penghitungan korelasi butir total untuk data dengan skor politomi


menggunakan koefisien korelasi butir total linier profuct moment dari
pearson. Rumus korelasi butir – total adalah :

M ∑ X i A−∑ X i ∑ A
ρ XiA =
√ ¿¿ ¿

Penghitungan korelasi butir total untuk data dengan skor dikotomi


menggunakan koefien korelasi biserial titik. Penghitungan daya beda

15 | A N A L I S I S B U T I R T E S
mempergunakan rumus koefisien korelasi point biserial menurut Thorndike L
(1982:71) adalah :

μ pi −μ qi
ρ pbis = √ pi q i
σt

Keterangan :

μ pi = rata – rata skor total responden yang menjawab benar

μqi = rata – rata skor total responden yang menjawab salah

σ t = simpangan baku skor total semua responden

pi = proporsi jawaban benar butir tes tertentu

q i = proporsi jawaban salah butir tes tertentu

ρ pbis = koefisien korelasi biserial

Penggunaan skor untuk penghitungan daya beda dengan menggunakan


rumus korelasi butir – total ada beberapa kritik dari para ahli sehingga perlu
dilakukan koreksi. Berdasarkan kritik tersebut, perlu adanya koreksi terhadap r
(rho) yang disebut ρkoreksi . Adapun cara yang digunakan, yaitu melakukan
pengurangan terhadap skor total dengan skor butir tes tersebut atau skor butir
dikeluarkan dari skor total ( A - Xi ). Dengan demikian, terjadilah korelasi
antara skor butir dan skor sisa bukan lagi dengan skor total.

Responden Butir Jumlah A Sisa A – Butir


123....i
1 X1 A1 A 1− X 1
2 X2 A2 A2− X 2
3 X3 A2 A3 −X 3
...
M XM AM A M −X M

Penghitungan yang digunakan dalam melakukan koreksi terhadap


harga korelasi butir – sisa dilakukan oleh Hwnryson dengan rumus sebagai
berikut :

16 | A N A L I S I S B U T I R T E S
N ρbis σ A −√ pi qi
ρ pbis k =
√ N −1 σ 2A −∑ pi qi

b. Analisis Daya Beda Acuan Kriteria


Untuk menghitung daya beda acuan kriteria ada beberapa cara antara lain :
1) Pre – tes dan Post – tes
Prosedur yang digunakan dalam penghitungan daya beda, yaitu
mengurangkan hasil perbandingan jawaban benar suatu butir tes dengan
jumlah seluruh responden hasil pre – tes dengan post – tes.
Ps ( fx i=1) P a (fx i=1)
D= −
M M
Keterangan :
Ps ( fx i=1) = jumlah jawaban benar post – tes
Pa ( fx i=1) = jumlah jawaban benar pre – tes
M = jumlah responden
2) Indeks Perbedaan Tuntas dan Tak Tuntas dari Brennan
Penghitungan daya beda yang dikemukakan Brennan didasarkan pada hasil
perbandingan dari dua kombinasi ( benar – tuntas ) dengan penjumlahan dua
kombinasi, yaitu benar – tuntas dan salah – tuntas dikurangi dengan hasil
perbandingan dari dua kombinasi ( benar – tak tuntas ) dengan penjumlahan
dua kombinasi, yaitu benar – tak tuntas dan salah – tak tuntas.

Ujian
Tak tuntas Tuntas
butir Benar a b
Salah c d

b a
D= −
b+ d a+c

2.4.3 Analisis Pengecoh


Analisis pengecoh atau distraktor tujuannya adalah mengetahui kemampuan
responden yang sebenarnya dengan jalan memberikan pilihan alternatif yang
memungkinkan untuk dipilih, terutama bagi responden yang tidak memahami butir
tes tersebut. Butir tes yang berbentuk pilihan ganda hanya ada satu pilihan jawaban
yang benar dan pilihan jawaban lainnya digunakan untuk pengecoh. Pilihan
17 | A N A L I S I S B U T I R T E S
jawaban yang terbaik sebagai pengecoh adalah pilihan jawaban dalam suatu butir
tes memiliki kemiripan atau kesetaraan antara yang satu dan lainnya. Tujuan
dilakukannya analisis pengecoh atau distraktor pada tes pilihan ganda adaah
mengetahui apakah semua pilihan jawaban telah dipilih oleh peserta tes. Jika
terdapat pengecoh yang tidak dipilih oleh peserta tes, maka pengecoh tersebut tidak
efektif atau keberadaan pengecoh tidak ada fungsinya.

Keberadaan pengecoh digunakan untuk menjebak terutama bagi mereka


yang berkemampuan rendah untuk memilih jawaban yang salah. Adapun yang
berkemampuan tinggi tidak terkecoh oleh pilihan jawaban yang salah. Disamping
itu, keberadaan pengecoh pada tes pilihan ganda bertujuan untuk mencegah peserta
tes melakukan tebakan, terutama untuk tes yang menggunakan hukuman berupa
pengurangan skor. Ada bebarapa cara penghitungan yang dapat digunakan untuk
mengecek keberfungsian pengecoh, antara lain sebagai berikut :

1) Analisis Pengecoh ( Distraktor ) Proporsi Persentasi


Distraktor berjalan dengan baik jika dapat menggiring peserta tes untuk memilih
atau sekurang – kurangnya telah dipilih oleh peserta minimal 5% dari jumlah
keseluruhan peserta tes. Teknik yang dilakukan melalui penghitungan proporsi
dengan rumus :
fx i
ρx i= x 100%
M
Keterangan :
M = jumlah responden
ρx i = proporsi masing – masing pilihan jawaban suatu butir tes
fxi = frekuensi masing – masing pilihan jawaban suatu butir tes

18 | A N A L I S I S B U T I R T E S
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis butir tes adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun. Teori tes
klasik adalah teori mengenai analisis butir tes dimana analisis dilakukan dengan
memperhitungkan kedudukan butir dalam suatu kelas atau kelompok ,Analisis butir
digunakan untuk menentukan kualitas butir pada suatu perangkat tes. Butir tes
berkualitas rendah akan menurunkan kualitas ujian. Analisis butir pada teori ujian klasik
terdiri atas tingkat kesukaran, daya beda, dan distraktor.

o Tingkat kesukaran adalah seberapa sukar suatu butir dijawab oleh peserta tes
atau responden. Tingkat kesukaran butir tes merupakan perbandingan antara
peserta tes yang menjawab benar dan jumlah seluruh responden yang
menjawab butir tes. Tingkat kesukaran butir tes dapat dihitung dengan
berbagai rumus.
o Daya beda (D) butir tes adalah kemampuan butir tes untuk mengetahui
seberapa besar suatu butir tes dapat membedakan (diskriminasi) antara peserta
tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan
rendah. Daya beda dapat diketahui melalui besar kecilnya angka indeks
diskriminasi dari setiap butir tes.
o Analisis pengecoh atau distraktor tujuannya adalah mengetahui kemampuan
responden yang sebenarnya dengan jalan memberikan pilihan alternatif yang
memungkinkan untuk dipilih, terutama bagi responden yang tidak memahami
butir tes tersebut.

3.2 Saran
Dengan dibuat makalah ini semoga pembaca lebih memahami tentang analisis
butir tes dalam pembelajaran matematika khususnya mampu mendeskripsikan pengertian
analisis butir tes, mengetahui cara menghitung indeks kesukaran butir tes, mengetahui
cara menghitung indeks daya beda butir tes, menganalisis keefektifan jawaban pengecoh.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

19 | A N A L I S I S B U T I R T E S
itu, penulis meminta saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan dalam
makalah singkat ini

20 | A N A L I S I S B U T I R T E S
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. DASAR – DASAR EVALUASI PENDIDIKAN Edisi Kedua.
Jakarta : Bumi Aksara.

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Sukardi, H. M. 2010. Evaluasi Pendidikan :Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta ; Bumi


Aksara

Muliani, T, Dina H . 2016. Pengembangan Instrumen Tes Geometri dan Pengukuran pada
jenjang SMP. Jurnal Pendidikan Matematika. No(2).Vol(2). Hal. 2442-3041.

21 | A N A L I S I S B U T I R T E S

Anda mungkin juga menyukai