Anda di halaman 1dari 13

1

MUATAN TEKNIS SUBSTANTIF LEMBAGA


DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1
A. Sejarah Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan

Ditjen PP dapat dikatakan merupakan penjelmaan dan penyempurnaan dari


suatu unit kerja khusus yang telah ada sebelumnya di DepKumHAM. Agaknya akan
terlalu panjang untuk menelusuri sejarah perkembangan unit ini, mulai dari unit yang
bernama "Direktorat Perundang-undangan" yang berada di Ditjen Kumdang, yang
kemudian dipindahkan ke BPHN dengan nama "Pusat Perancangan" pada sekitar
tahun 1985, dan yang akhirnya ditarik-kembali ke bawah ke Ditjen Kumdang pada
tahun 1990 dengan nama "Direktorat Perancangan Peraturan Perundang-undangan
[Direktorat PP]".

Sejarah perkembangan Ditjen PP boleh dikata diawali dari perubahan-perubahan


yang terjadi pada unit kerja yang paling akhir, yaitu Direktorat PP. Berbagai
pemikiran mengenai perlunya pengembangan unit perundang-undangan ke tingkat
eselon I mulai terjadi dan dilakukan di unit Direktorat PP. Pemikiran mengenai hal
tersebut sebagian disebabkan oleh situasi dan kondisi pada masa terjadinya
reformasi ketatanegaraan di berbagai bidang, termasuk bidang hukum. Beban kerja
untuk melaksanakan reformasi di bidang hukum sangat berat sehingga di
DepKumHAM dirasa perlu untuk membentuk suatu unit kerja setingkat eselon I yang
dilengkapi dengan berbagai unit kerja eselon II penunjangnya agar dapat secara
lebih baik menangani berbagai masalah di bidang perundang-undangan.
Jika diperbandingkan dengan berbagai unit yang ada sebelumnya, Direktorat PP
mempunyai suatu ciri khusus, yaitu adanya sumber-daya manusia perancang
perundang-undangan. Para perancang ini memperoleh keterampilan dasarnya di
Belanda. Mereka inilah yang kemudian menjadi perancang senior yang menjadi
tulang-punggung kegiatan penyusunan rancangan peraturan dan pembahasannya di
DPR saat ini, dengan dibantu oleh para perancang yunior yang pengadaan dan
pengembangannya ikut dibantu oleh para perancang senior tersebut.
Pelaksanaan kegiatan di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan
terdiri dari, antara lain:

 Pemberian Saran dan Tanggapan Terhadap Rancangan yang berasal dari


Instansi Lain;
 Rekomendasi Persetujuan Usul Prakarsa Penyusunan RUU;

1
Diunduh dari http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/struktur-djpp/ditjen-pp.html pada tanggal 11
Nopember 2018
2

 Penyusunan Rancangan Peraturan (UU, PP dan lainnya);


 Sosialisasi Rancangan Undang-Undang;
 Publikasi Peraturan Perundang-undangan;
 Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Perancang.

B. Organisasi dan Tata Kerja


Dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor 29 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM disebutkan bahwa
Direktorat Jenderal Peraturan perundang-undangan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia mempunyai tugas mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peraturan perundang-
undangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dan untuk melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Peraturan


perundang-undangan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang perancangan, harmonisasi, pengundangan
dan publikasi, litigasi peraturan perundang-undangan, fasilitasi perancangan
peraturan perundang-undangan di daerah sesuai permintaan daerah, dan
pembinaan perancang peraturan perundang-undangan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perancangan, harmonisasi, pengundangan
dan publikasi, litigasi peraturan perundang undangan, fasilitasi perancangan
peraturan perundang-undangan di daerah sesuai permintaan daerah, dan
pembinaan perancang peraturan perundang-undangan;
c. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perancangan,
harmonisasi, pengundangan dan publikasi, litigasi peraturan perundang-
undangan, fasilitasi perancangan peraturan perundangundangan di daerah
sesuai permintaan daerah, dan pembinaan perancang peraturan perundang-
undangan;
d. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perancangan,
harmonisasi, pengundangan dan publikasi, litigasi peraturan perundang-
undangan, fasilitasi perancangan peraturan perundang-undangan di daerah
sesuai permintaan daerah, dan pembinaan perancang peraturan perundang-
undangan;
3

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Peraturan Perundangundangan;


dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Susunan organisasi di Direktorat Perundang-undangan terdiri atas 7 unit


eselon II yaitu:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Perancangan Peraturan Perundang-undangan;
3. Direktorat Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan I;
4. Direktorat Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan II;
5. Direktorat Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan Pembinaan
Perancang Peraturan Perundang-undangan;
6. Direktorat Pengundangan, Penerjemahan, dan Publikasi Peraturan
Perundang-undangan; dan
7. Direktorat Litigasi Peraturan Perundang-undangan.

C. Bagan Organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Peraturan


Perundang-undangan
4
5
6
7
8

D. Standar Pelayanan di lingkungan Direktorat Jenderal Peraturan


Perundang-undangan

1. Proses Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan


9

2. Proses Pengundangan
Proses akhir dari pembuatan peraturan perundang-undangan adalah
pengundangan dan penyebarluasan yang memerlukan penanganan secara
terarah, terpadu, terencana, efektif dan efesien serta akuntabel.
Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia. Maksudnya agar supaya setiap orang dapat
mengetahui peraturan perundang-undangan, pemerintah wajib
menyebarluaskan peraturan perundang-undangan yang telah diundangkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan Berita Negara Republik
Indonesia. Dengan penyebarluasan diharapkan masyarakat mengerti, dan
memahami maksud-maksud yang terkandung dalam peraturan perundang-
undangan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan dimaksud.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan berwenang melakukan
pengundangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Pelaksanaan pengundangan
peraturan perundang-undangan berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor : M.01-HU.03.02 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan
dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan yang
dalam tugas pokok dan fungsinya dilaksanakan oleh Direktorat Publikasi,
Kerja Sama dan Pengundangan Peraturan Perundang-undangan yang
membawahi Subdirektorat Pengundangan Peraturan Perundang-undangan.
Pengundangan peraturan perundang-undangan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia meliputi:
1. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
2. Peraturan Pemerintah;
10

3. Peraturan Presiden mengenai:


1) pengesahan perjanjian antara negara Republik Indonesia dan negara lain
atau badan internasional; dan
2) pernyataan keadaan bahaya.
4. Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku harus diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Dalam hal peraturan perundang-undangan yang ada penjelasannya, maka
pengundangannya ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Berita Negara Republik
Indonesia meliputi peraturan yang dikeluarkan oleh:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
2. Dewan Perwakilan Rakyat;
3. Mahkamah Agung;
4. Mahkamah Konstitusi; dan
5. Menteri, Kepala Badan, lembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk
oleh undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang.
Dalam hal peraturan perundang-undangan yang ada penjelasannya, maka
pengundangannya ditempatkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia.
Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia dalam bentuk lembaran lepas dan himpunan.
Tata Cara Pengundangan Peraturan Perundang-undangan
1. Naskah Peraturan Perundang-undangan yang akan diundangkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia wajib disampaikan kepada Direktorat Jenderal
Peraturan Perundang-undangan disertai dengan 3 (tiga) naskah asli dan 1
(satu) softcopy.
11

2. Penyampaian dilakukan oleh pejabat yang berwenang dari instansi yang


bersangkutan atau petugas yang ditunjuk disertai surat pengantar untuk
diundangkan.
3. Pengundangan dilakukan dengan memberi nomor dan tahun pada Lembaran
Negara Republik Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, dan
memberi nomor pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia dan
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Selanjutnya Direktur Jenderal
Peraturan Perundang-undangan mengajukan kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia untuk ditandatangani.
4. Naskah peraturan perundang-undangan yang telah ditandatangani Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, selanjutnya disampaikan kepada instansi
pemohon 2 (dua) naskah asli dan 1 (satu) untuk Direktorat Jenderal Peraturan
Perundang-undangan sebagai arsip.
5. Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia dalam bentuk lembaran lepas dilakukan
dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal peraturan perundang-undangan diundangkan.
6. Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia dalam bentuk himpunan dilakukan pada
akhir tahun.
12

Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan


1. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan melalui
media cetak, media elektronik, dan cara lainnya.
2. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan melalui media cetak
berupa lembaran lepas maupun himpunan.
3. Penyebarluasan Lembaran Negara Republik Indonesia dalam bentuk
lembaran lepas yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan
untuk disampaikan kepada kementrian/Lembaga yang memprakarsai atau
menetapkan peraturan perundang-undangan tersebut, dan masyarakat yang
membutuhkan.
4. Penyebarluasan Lembaran Negara Republik Indonesia dalam bentuk
himpunan yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan
untuk disampaikan kepada Lembaga Negara, Kementerian/Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan pihak terkait.
5. Penyebarluasan melalui media elektronik dilakukan melalui situs web
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan dapat diakses melalui
website: www.djpp.kemenkumham.go.id, atau lainnya.
13

6. Penyebarluasan dengan cara sosialisasi dapat dilakukan dengan tatap muka


atau dialog langsung, berupa ceramah workshop/seminar, pertemuan ilmiah,
konfrensi pers, dan cara lainnya

3. Proses Litigasi di Mahkamah Konstitusi

Anda mungkin juga menyukai