Anda di halaman 1dari 73

Proposal Tesis

PENGARUH FOOT BATH TERHADAP PENURUNAN GEJALA NEUROPATI PADA


PASIEN YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI
ADAM MALIK MEDAN

Disusun Oleh:

DORA HASTURA
(177046001)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul

“Pengaruh Foot Bath Terhadap Penurunan Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Prodi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan proposal penelitian ini, penulis telah memperoleh beberapa

arahan dan bimbingan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Setiawan, S.Kp., MNS., P.hD selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., P.hD selaku Ketua Program Studi Magister

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Siti Saidah Nst, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan proposal ini.

5. Prof. Dr., dr., Kiking Ritarwan, Sp.S(K)., MKT selaku dosen pembimbing 2 dan

pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dan karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan proposal penelitian. Semoga tesis

ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Februari 2021

Penulis

Dora Hastura
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1


Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................... 5
Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

BAB 2 KONSEP TEORITIS .................................................................. 9


Konsep Kanker Payudara ............................................................... 9
Defenisi Kanker Payudara ....................................................... 9
Manifestasi Klinis Kanker Payudara ......................................... 9
Faktor Resiko Kanker Payudara................................................ 9
Patofisiologi Kanker Payudara.................................................. 10
Gejala Klinis Kanker Payudara ................................................. 11
Penatalaksanaan Kanker Payudara ............................................ 12
Konsep Kemoterapi ....................................................................... 13
Defenisi Kemoterapi ................................................................ 13
Tujuan Kemoterapi ................................................................... 14
Jenis-jenis Kemoterapi ............................................................. 15
Cara Kerja Kemoterapi ............................................................. 1117
Efek Samping Kemoterapi ........................................................ 17
Kemoterapi Berdasarkan Emetogenik ....................................... 18
Konsep Neuropati Perifer ............................................................... 18
Defenisi Neuropati Perifer ....................................................... 18
Mekanisme Neuropati Perifer ................................................... 19
Manifestasi Klinis Neuropati Perifer ........................................ 19
Klasifikasi Neuropati ................................................................ 21
Pengukuran Neuropati Perifer ................................................... 22
Konsep Rendam Kaki Dengan Air Hangat (Foot Bath) .................. 23
Defenisi Rendam Kaki Dengan Air Hangat (Foot Bath) ........... 23
Manfaat Rendam Kaki Dengan Air Hangat (Foot Bath) ............ 24
Metode Melakukan Terapi Rendam Kaki (Foot Bath)............... 24
Konsep Teori Keperawatan ............................................................ 26
Kerangka Konseptual ..................................................................... 28
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ................................................. 29

Jenis Penelitian .............................................................................. 29


Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 30
Populasi dan Sampel .................................................................... 30
Metode Pengumpulan Data ........................................................... 33
Variabel dan Defenisi Operasional ................................................. 35
Metode Pengukuran ...................................................................... 36
Metode Analisa Data ..................................................................... 37
Pertimbangan Etik ......................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1: Tingkatan emetogenesis obat-obatan antineoplasma ....................... 18
Tabel 3.1 : Definisi Operasional ...................................................................... 35
Tabel 3.2 : Instrumen Karakteristik Responden .............................................. 36
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1 : Kerangka Konseptual ................................................................... 28
Skema 3.1 : Rancangan Penelitian ................................................................... 29
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar persetujuan


Lampiran 2 : Penjelasan tentang penelitian
Lampiran 3 : Kuesioner data demografi
Lampiran 4 : Lembar observasi
a. Lembar observasi kelompok kontrol
b. Lembar observasi kelompok intervensi
Lampiran 5 : SOP Foot Bath
Lampiran 6 : Instrumen penelitian
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kanker payudara merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang abnormal

didalam jaringan payudara yang berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk

menyerang dan berpindah antar sel dan jaringan tubuh (Infodatin Kemenkes RI, 2019). Penyakit

kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan diseluruh dunia, meningkatnya angka

kematian akibat kanker payudara salah satunya karena terdeteksi pada stadium lanjut (WHO,

2019). Dari data American Cancer Society (2019) menunjukkan bahwa angka penderita kanker

payudara di Amerika Serikat terdapat 268.600 (30%), California 27.700 orang, dan New York

17.490 orang.

Data WHO tahun 2020 menunjukkan penderita kanker payudara di Indonesia sebanyak

65.858 (16,6%) sedangkan di Sumatera Utara sebanyak 2.682 orang (0.4%) (Kemenkes RI, 2015).

Dan data dari Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2020 terdapat 657 pasien

yang menderita kanker payudara.

Penanganan yang dilakukan pada pasien yang menderita kanker payudara salah satunya

adalah kemoterapi. Kemoterapi merupakan salah satu prosedur pengobatan dengan menggunakan

bahan kimia yang sangat kuat untuk menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker

dalam tubuh (Byju, Pavithran, dan Antony, 2018). Data dari WHO tahun 2019 menunjukkan

bahwa angka pasien yang menjalani kemoterapi tertinggi terdapat di negara-negara berkembang

seperti Afrika (62,4%), Asia Tenggara (49%) dan Mediterania Timur (14,9%). Dan di Indonesia

terdapat ± 396.914 orang pasien yang menerima kemoterapi. Data dari rekam medik RSUP Haji

Adam Malik Medan pada tahun 2020 terdapat 924 orang pasien yang menerima kemoterapi.
Pada saat melakukan tindakan kemoterapi disertai berbagai intervensi lainnya yang

dilakukan hingga mencapai waktu empat sampai enam bulan, pasien akan mengalami berbagai

ketidaknyamanan fisiologis dan psikologis yang mengganggu kualitas hidup bahkan

mengakibatkan depresi akibat dari tindakan kemoterapi dengan berbagai keluhan yang dapat

dialami oleh pasien (Yang et al, 2010).

Efek samping dari pengobatan kemoterapi salah satunya adalah neuropati perifer, yang

dilaporkan sekitar 64% dialami oleh pasien yang menjalani kemoterapi setelah pengobatan dengan

agen kemoterapi neurotoksik, yaitu taxanes, platinum dan alkaloid vinca (Seretny et al, 2014) dan

dapat terjadi pada seluruh jenis kanker yang mendapatkan agen kemoterapi tersebut, yang ditandai

dengan rasa nyeri yang diakibatkan kerusakan sistem saraf perifer dan saraf pusat dengan keluhan

pasien rasa sakit terbakar, dingin dan mati rasa (Park dan Park, 2015). Neuropati perifer akibat

kemoterapi merupakan sekelompok gejala neuromuskular yang diakibatkan dari kerusakan saraf

yang disebabkan oleh terapi obat yang digunakan pada pengobatan kanker (Tofthagen et al, 2011).

Penggunaan senyawa kemoterapi juga telah terbukti menyebabkan kerusakan atau

disfungsi selubung myelin dan juga menyebabkan penurunan kadar kalsium dan magnesium dalam

darah, padahal kalsium sangat diperlukan oleh tubuh kita yang memiliki fungsi utama untuk

pembekuan darah, kontraksi otot dan transmisi sinyal pada sel saraf. Defisiensi kalsium dan

kerusakan atau disfungsi selubung myelin dapat menyebabkan sensasi terbakar, menusuk atau

kesemutan yang tidak normal yang disebut paresthesia (Tofthagen et al, 2011 dan Park, Park,

2015).

Dari keluhan yang dialami pasien yang menerima kemoterapi dapat menyebabkan

pengurangan dosis agen kemoterapi, keterlambatan jadwal perawatan bahkan pasien melakukan

penghentian pengobatan dan pada akhirnya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup secara
keseluruhan sehingga mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas (Smith et al, 2017

dan Miltenburg dan Boogerd, 2014).

Prevalensi kejadian neuropati perifer setelah menerima kemoterapi pada bulan pertama

didapatkan 68,1% pada bulan ke dua 60,6% dan bulan ke tiga 30% dan berasumsi bahwa neuropati

perifer akan mempengaruhi lebih banyak orang, hal ini di karenakan kasus dengan kanker akan

terus meningkat setiap hari dengan pengobatan kemoterapi yang semakin baru (Seretny et al,

2014). Hasil Penelitian Milterburg dan Boogerd (2014) terdapat 64 % pasien yang mengalami

neuropati perifer dan berdasarkan penelitian Chen, et al (2010) didapatkan bahwa laju kejadian

neuropati perifer mencapai 3,8 hingga 68% pada pasien kemoterapi.

Penanganan nonfarmakologi neuropati perifer pada pasien yang menerima kemoterapi

diantaranya terapi hangat, terapi pijat, aromaterapi dan pengurangan stress berbasis kesadaran

yang biasanya digunakan untuk menangani nyeri karena kanker dan dilaporkan bahwa 54,8 % dari

pasien yang diberikan intervensi tersebut memberikan banyak manfaat (Gatlin dan Schulmeister,

2007).

Terapi non farmakologi sangat diperlukan untuk perawatan yang lebih baik yaitu salah

satunya dengan menggunakan terapi air hangat seperti rendam kaki, karena air hangat mampu

meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan suhu kulit dengan memperluas pembuluh darah

perifer (Park dan Park, 2015). Terapi foot bath disebut juga Abzan istilah ini yang di keluarkan

oleh Persian Medicine yaitu merendam seluruh tubuh atau sebagian dari tubuh ditempatkan dalam

wadah terpapar udara, uap atau air dengan suhu berbeda sebagai tujuan terapeutik dengan

perendaman air hangat dapat membuka pori-pori tubuh yang mengarah ke transmisi materi yang

lebih baik termasuk untuk pengobatan eksternal ke dalam dan internal membuang yang tidak baik

keluar tubuh (Vakilinia et al, 2020).


Keuntungan menggunakan foot bath atau perendaman kaki dengan air hangat adalah suatu

perawatan non invasif, alami, aman, tanpa biaya, efesien dan mudah diterapkan sehari-hari tanpa

efek samping serta memberikan rasa lebih nyaman dan karena persiapannya lebih sedikit

dibandingkan merendam seluruh tubuh dengan air hangat (Park dan Park, 2015).

Menurut Ren et al (2011) bahwa disekitar kaki terdapat 65 zona refleks khususnya pada

bagian pergelangan kaki dan dengan menerapkan stimulasi air hangat dan tekanan terkontrol pada

area tertentu mampu memperlancar aliran darah serta merangsang sistem saraf pusat pasien dengan

mengaplikasikan air hangat pada titik penting di area kaki dan terapi ini dapat dilakukan pada

semua jenis kanker yang mendapat kemoterapi. Akibat dari kemoterapi bermacam-macam respon

yang dapat ditimbulkan pada masing-masing individu sehingga pada pasien yang mendapatkan

kemoterapi dan mengalami neuropati perifer dapat diaplikasikan foot bath karena dengan

rendaman air hangat dapat merangsang sistem saraf (kaitan antara Footh bath dan neuropati).

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan

Sumatera Utara untuk berbagai masalah pasien termasuk kanker. Berdasarkan pengamatan peneliti

di ruang kemoterapi RSUP Haji Adam Malik Medan, terapi foot bath atau perendaman kaki

dengan air hangat belum pernah dilakukan sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan

dalam menurunkan gejala neuropati perifer akibat kemoterapi.

Melihat salah satu komplikasi yang terjadi pada pasien yang menjalani kemoterapi yaitu

neuropati perifer yang berdampak pada status kesehatan lainnya, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Pengaruh Foot Bath Terhadap Penurunan Gejala Neuropati Pada

Pasien Yang Menjalani Kemoterapi.

Rumusan Masalah
Neuropati merupakan salah satu keluhan yang dialami oleh pasien yang menjalani tindakan

kemoterapi, dimana tindakan ini diberikan pada pasien yang telah didiagnosis kanker payudara

dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien tersebut, bukan hanya neuropati yang dikeluhkan oleh

pasien tetapi ada banyak keluhan lainnya yang mengganggu citra diri, peran dan gangguan

psikologis.

Perawatan sangat diperlukan pada pasien yang menjalani kemoterapi khususnya yang saat

ini dibutuhkan adalah perawatan yang sederhana dan tidak rumit seperti terapi non farmakologi

karena dianggap lebih aman daripada pemberian obat-obatan, dan merupakan salah satu terapi

komplementer yang diberikan yaitu terapi foot bath yang mampu memberikan efek postif pada

pasien neuropati karena dimana terapi air hangat mampu memperlancar aliran darah dan

menstimulus sistem saraf pusat sehingga mampu meringankan gejala neuropati.

Rendam kaki dengan menggunakan air hangat dapat diaplikasikan pada semua jenis kanker

yang mendapatkan kemoterapi karena dengan perendaman air hangat mampu merangsang saraf

sistem saraf pusat pasien dengan mengaplikasikan air hangat pada titik penting di area kaki dan

memperlancar aliran darah.

Berdasarkan proses terjadinya neuropati yang dapat terjadi pada semua pasien yang

menjalani kemoterapi maka dirumuskan dengan pertanyaan penelitian “Apakah Ada Pengaruh

Foot Bath Terhadap Penurunan Gejala Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi?”

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Foot Bath Terhadap

Penurunan Gejala Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi.

Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui gejala neuropati yang dialami pasien kemoterapi sebelum diberikan intervensi

pada kelompok kontrol dan intervensi.

b. Mengetahui gejala neuropati yang dialami pasien kemoterapi setelah diberikan intervensi pada

kelompok kontrol dan intervensi.

c. Mengetahui gejala neuropati yang dialami pasien kemoterapi sebelum dan setelah diberikan

intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi.

d. Mengetahui gejala neuropati yang dialami pasien kemoterapi pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Pengaruh Foot Bath Terhadap Penurunan Gejala

Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi.

Manfaat Penelitian

Bagi Pasien

Hasil dari penelitian ini dapat menambah informasi bahwa dengan terapi

foot bath dapat menurunkan gejala neuropati pada pasien yang menjalani kemoterapi.

Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang pengaruh foot bath

pada pasien yang menjalani kemoterapi dengan gejala neuropati, serta dapat menjadi acuan

pelaksanaan asuhan keperawatan dalam memantau gejala neuropati dan menyarankan terapi foot

bath sebagai terapi komplementer pada pasien yang menjalani kemoterapi.


Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan perawat dapat memberikan edukasi terapi

foot bath pada pasien yang menjalani kemoterapi untuk meringankan gejala neuropati,

meningkatkan kualitas hidup pasien, menurunkan tingkat stress dan memperbaiki kualitas tidur

pasien.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan acuan

dalam meneliti pasien kemoterapi pada penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
BAB 2

KONSEP TEORITIS

Konsep Kanker Payudara

Defenisi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang umum pada wanita. Kanker

payudara adalah penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang abnormal didalam jaringan

payudara yang berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk menyerang dan

berpindah antar sel dan jaringan tubuh (Infodatin Kemenkes RI, 2019). Tumor ganas (kanker)

dapat menyerang jaringan sekitarnya atau menyebar (bermetastasis). Kanker payudara hampir

seluruhnya terjadinya pada wanita, tetapi pria juga bisa terkena kanker payudara (American

Cancer Society, 2019).

Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Umumnya, lesi tidak nyeri tekan, terfiksasi, dan keras dengan batas tidak teratur, sebagian

besar terjadi dikuadran luar atas. Beberapa wanita tidak memiliki gejala dan tidak ada benjolan
yang teraba tapi memiliki mamografi yang abnormal. Tanda-tanda lanjut mungkin termasuk

lesung kulit, retraksi puting, atau ulserasi kulit (Smeltzer et al, 2010).

Faktor Resiko Kanker Payudara

Faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara yang sedang hingga

meningkat adalah: a) Jenis kelamin: wanita 100 kali lebih mungkin terkena kanker payudara

daripada pria; b) Usia: usia adalah salah satu faktor kanker payudara. Wanita yang berusia 30-an

kira-kira 1 banding 250, sedangkan untuk wanita berusia 70-an kira-kira 1 banding 30. Sebagian

besar kanker payudara didiagnosa setelah menopause dan 75% terjadi setelah usia 50 tahun. Usia

dianggap sebagai kerusakan DNA yang terakumulasi selama hidup; c) Gaya hidup: kanker

payudara terjadi lebih sering pada populasi kaya dan barat, seperti Australia dan pada subpopulasi

dangan status social ekonomi yang lebih tinggi di Negara-negara yang menunjukkan bahwa faktor

gaya hidup yang terkait dengan westernisasi dan kemakmuran yang dikaitkan dengan peningkatan

resiko kanker payudara; d) Riwayat keluarga: wanita yang ibunya atau saudara perempuannya

dengan kanker payudara memiliki resiko dua kali lipat dari yang tidak memiliki riwayat (RR2).

Resiko meningkat dengan jumlah kerabat tingkat pertama terpengaruh, resikonya tiga kali lipat

bagi wanita yang tidak memiliki kerabat tingkat pertama yang terkena dampak (RR3); e) Kondisi

payudara: wanita yang didiagnosis dengan kanker payudara invasive beresiko dua sampai enam

kali lipat dari populasi yang terkena kanker pada payudara kontralateral (payudara lain); f)

estrogen endogen; wanita pasca menopause dengan tingkat tinggi estrogen (wanita dengan kadar

diatas 20%) memiliki resiko kanker payudara dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita dengan estrogen yang rendah (wanita dengan kadar dibawah 20%) (Severi dan Banlietto,

2009).

Patofisiologi Kanker Payudara


Proses terjadinya kaker payudara dan masing-masing etiologi Antara lain obesitas, radiasi,

hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga

merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker

payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada system duktal. Mula-mula

terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi

karsinoma in situ dan menginvasi stroma (Smeltzer et al, 2007).

Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai

menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu,

kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan

jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu snediri. Gajala kedua yang paling sering terjadi adalah

cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah

berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price dan Wilson, 2005;

Smeltzer dan Bare, 2004).

Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya,

dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase

ke organ yang dekat maupun yang jauh Antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe

aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ

pulmo mengakibatkan ekpansi paru tidak optimal.

Gejala Klinis Kanker Payudara

Wanita dengan kanbker payudara kadang tidak merasakan gejala apapun meskipun

ditubuhnya telah tumbuh kanker, atau tubunhnya menunjukkan gejala kanker payudara tetapi

bukan karena kanker payudara, tetapi akibat kondisi medis lain. Gejala klinis yang dialami wanita

dengan kanker payudara yaitu: a) Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada
putting susunya. Adanya benjolan-benjolan kecil. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar

payudara atau didaerah ketiak. Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.

Benjolan itu awalnya kecil, semakin lama akan semakin membesar, lalu melekat pada kulit atau

menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Perubahan pada kulit

payudara diantaranya berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk. Payudara terasa panas, memerah dan

bengkak; b) Puting susu terasa mengeras. Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit

terus-menerus), mengeluarkan cairan dan darah. Kulit atau putting susu menjadi tertarik kedalam

(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit

kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu semakin lama

akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara; c)

Adanya perdarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila

tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ketulang-tulang,

kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan

penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Black dan Hawks, 2014; Bonadoma et al, 2015).

Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi

pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi).

Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit

serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi

dilakukan secara individual yaitu; a) Pembedahan: tumor primer biasanya dihilangkan dengan

pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada

tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat

mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker
atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup,

pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormone atau kemoterapi; b)

Terapi radiasi: terapi raidiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh

sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan; c) Terapi hormone: terapi hormonal dapat

menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormone dan dapat dipakai sebagai terapi

pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir; d) Terapi imunologi: sekitar 15-25%

tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan

dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibody yang secara khusus dirancang untuk

menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien

sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab; e)

Kemoterapi: obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak

dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau

dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang

diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja

(Elizabeth, 2011).

Konsep Kemoterapi

Definisi Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pemberian obat untuk membunuh sel kanker tidak seperti radiasi

atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi bersifat sistemik dan menyebar ke suluruh tubuh dan

dapat mencapai sel kanker jauh atau metastase ke tempat lain (Loprinzi, Hershman, Staff, 2020).

Tindakan kemoterapi diberikan kepada pasien sebagai adjuvan atau terapi neoadjuvan untuk

pasien yang didiagnosa kanker dan juga diberikan untuk tujuan perawatan paliatif (Tan & Fatma,

2014).
Kemoterapi adalah suatu pengobatan kanker menggunakan bahan kimia untuk membunuh

sel kanker. Obat-obatan anti kanker ini menghancurkan sel-sel kanker dengan menghentikan

pertumbuhan dan reproduksi kanker akan tetapi sel-sel yang normalpun akan rusak akibat efek

samping kemoterapi. Secara umum pemberian kemoterapi dikombinasikan dengan dua atau lebih

obat kemoterapi dengan alasan bahwa obat yang berbeda meningkatkan efek masing-masing dan

menciptakan efek gabungan yang lebih baik daripada pemberian tunggal (American Cancer

Society, 2016).

Menurut National Cancer Institute (2018), kemoterapi merupakan perawatan yang

menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh

sel-sel atau dnegan menghentikannya membelah. Kemoterapi dapat diberikan melalui mulut,

injeksi, atau infus, atau pada kulit, tergantung pada jenis dan stadium kanker yang sedang dirawat.

Ini dapat diberikan sendiri atau dengan perawatan lain, seperti operasi, terapi radiasi atau terapi

biologis.

Tujuan Kemoterapi

Menurut Cancer Council Australia (2016), tujuan kemoterapi adalah sebagai berikut: a)

Untuk mencapai penyembuhan, dalam banyak kasus tujuan kemoterapi adalah untuk

menyebabkan tanda-tanda dan gejala kanker dapat mengurangi atau menyembuhkan. Perawatan

dapat disebut kemoterapi kuratif. Ini bida diberikan sendiri atau dengan perawatan lain seperti

operasi dan radioterapi; b) Untuk membantu penanganan lainnya: kemoterapi kadang-kadang

diberikan sebelum atau sesudah penanganan lainnya dengan tujuan untuk mengurangi kanker

sehingga pengobatan utama lebih efektif. Jika kemoterapi diberikan setelah perawatan utama

(terapi adjuvan) tujuannya adalah untuk menyingkirkan sel kanker yang tersisa; c) Untuk

mengendalikan kanker: jika kemoterapi tidak mengalami penyembuhan maka pengendalian


pertumbuhan kanker dan menghambat penyebarannya dalam jangka waktu panjang. Ini bias

disebut kemoterapi paliatif; d) Untuk meredakan gejala: dengan mengecilkan kanker yang

menyebabkan rasa sakit dan gejala lainnya, kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup, disebut

kemoterapi paliatif; e) Untuk menghentikan kanker kembali: kemoterapi diberikan selama

berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah kemoterapi awal telah mencapai penyembuhan kanker,

disebut kemoterapi perawatan. Tujuannya untuk mencegah atau menunda kembalinya kanker.

Jenis-jenis Kemoterapi

Menurut UI Cancer Information Service (2016) jenis-jenis kemoterapi terbagi atas: 1).

Agen alkilasi: kelompok obat ini bekerja langsung pada DNA untuk menjaga agar sel tidak

berproduksi sendiri. Obat-obatan ini akan membunuh sel disemua fase sel. Bebrapa contoh agen

alkilasi adalah Chlorambucil, Cyclophosphamide, Cisplatin, dan Carcoplatin; 2) Nitrosoureas:

sekelompok obat yang bertindak sama dengan agen alkilasi. Obat-obatan ini memperlambat atau

menghentikan enzim yang membantu memperbaiki DNA. Obat ini akan bekerja sampai ke otak

meskipun banyak obat-obatan kemoterapi. Contohnya adalah Carmustine dan Lomustine; 3). Anti

metabolit: adalah obat yang menganggu RNA dan DNA sel. Anti metabolit bekerja ketika sel

membelah. Contohnya adalah Fluorauracil, Methotrexate dan Fludarabine; 4) Tanam alkaloid

dan produk alami: obat-obatan yang terbuat dari produk alami. Kelompok ini memblokir

kemampuan sel untuk membelah dan menjadi dua sel, dan memperbaiki kerusakan sel. Contohnya

adalah Vincristine, Paclitaxel dan Topotecan; 5) Antibiotik anti tumor: adalah obat anti-neoplastik

yang terbuat dari mikro organisme. Antibiotik ini tidak bertindak seperti antibiotic yang digunakan

untuk mengobati infeksi. Mereka dapat bekerja disemua fase siklus sel. Mereka bias memecah

untaian DNA atau memperlambat atau menghentikan sintesis DNA yang dibutuhkan sel untuk

tumbuh. Contohnya adalah Bleomycin, Doxorubicin dan Mitoxantrone; 6) Agen hormonal, ada
dua jenis agen hormonal yang digunakan dalam pengobatan kanker yaitu hormon kortikosteroid

digunakan untuk mengobati beberapa kanker (leukemia, multiple myeloma, dan limfoma). Steroid

juga digunakan untuk mengurangi pembengkakan disekitar tumor otak dan sumsum tulang

belakang. Steroid digunakan dengan obat kemoterapi lainnya dalam kombinasi kemoterapi.

Contoh kortikosteroid adalah Prednisone dan Dexamethasone; 7) pengubah respons biologis

adalah obat yang memperkuat system kekebalan tubuh untuk melawan pertumbuhan kanker. Agen

lain menghentikan atau memperlambat pertumbuhan kanker dengan mengganggu proses yang

diperlukan untuk tumbuh atau menyebar. Kelompok obat anti kanker yang berkembang ini sering

dianggap terpisah dari kemoterapi. Contoh-contoh pengubah respons biologis adalah Herceptin

dan Avastin, Erbitux dan Rituxan.

Cara Kerja Kemoterapi

Sebagian besar obat kemoterapi memasuki aliran darah dan melakukan perjalanan ke

seluruh tubuh untuk mencapai sel-sel kanker di organ dan jaringan. Sebagian kemoterapi diberikan

langsung dilokasi kanker daripada melalui lairan darah. Obat kenoterapi merusak sel saat

membelah. Ini membuat obat-obat efektif terhadap sel-sel kanker, yang membelah jauh lebih cepat

daripada kebanyakan sel normal. Namun, beberapa sel normal seperti folikel rambut, sel darah,

dan sel didalam mulut atau usus membelah dengan cepat. Efek samping terjadi ketika kemoterpi

merusak sel-sel normal tersebut (Cancer Council Australia, 2016).

Efek Samping Kemoterapi

Ada banyak jenis obat kemoterapi dan setiap pasien akan diberikan campuran yang berbeda

tergantung pada jenis kanker yang mereka miliki. Obat kanker tersebut akan mengalir melalui
pembuluh darah dan merusak sel-sel kanker sehingga tidak dapat menyebar dan membuat lebih

banyak sel kanker. Obat kemoterapi dapat membunuh beberapa sel sehat pada tubuh. Tetapi sel-

sel sehat biasanya dapat memperbaiki diri dan kembali normal setelah waktu yang singkat.

Sel-sel kanker cenderung tumbuh cepat dan obat-obatan kemo membunuh sel-sel yang

tumbuh cepat. Teteapi karena obat-obatan ini menyebar ke seluruh tubuh maka dapat

mempengaruhi sel-sel normal dan sel sehat yang juga cepat tumbuh. Keruskan sel-sel sehat

menyebabkan efek samping. Sel normal yang kemungkinan besar rusak oleh kemo adalah; a) Sel-

sel pembentuk darah di sumsum tulang; b) Folikel rambut; c) Sel-sel di mulut, saluran pencernaan,

dan system reproduksi. Bebrapa obat kemoterapi dapat merusak sel-sel di jantung, ginjal, kandung

kemih, paru-paru dan system saraf (American Cancer Society, 2016).

Kemoterapi Berdasarkan Emetogenik

Obat kemoterapi dibagi kedalam empat level berdasarkan emetogenik atau persentase

kejadian mual muntah pada penggunaan agen kemoterapi, yaitu level minimal jika kurang dari

10%, level rendah jika diantara 10-30%, level sedang jika 31-90% dna level tinggi jika lebih dari

90% (Hesketh, 2008). Klasifikasi tersebut dapat digambarkan pada table 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Tingkatan emetogenesis obat-obat antineoplasma


Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Minimal Rendah Sedang Tinggi

Bevacizumab Bortezomib Carboplatin Carmustine


Bleomycin Cetuximab Cyclophosphamide Cisplatin
Busulfan Cytarabine Cytarabine Cyclophosphamide
Cladribine (±100 mg/m2 area Daunorubicin Decarbazine
Fludarabine permukaan tubuh) Doxorubicin Mechhlorthamine
Vinblastine Docetaxel Epirubicin Streptozocin
Vincristine Etoposide Idarubicin
Vinorelbine Fluorouracil Ifosfamide
Gemcitabine Irinotecan
Ixabepilone Oxaliplatin
Lapatinib
Methotrexate
Mitomycin
Mitoxantrone
Paclitaxel
Pemetrexed
Temsirolimus
Topotecan
Trastuzumab

Konsep Neuropati Perifer

Defenisi Neuropati Perifer

Neuropati perifer merupakan gangguan pada saraf dapat berupa kondisi lemah, mati rasa

yang biasanya terjadi pada bagian kaki dan tangan, neuropati perifer akibat kemoterapi atau

disebut juga dengan Chemotherapy Induced Peripheral Neurophaty (CIPN) adalah gejala

neuromuskular yang dihasilkan dari kerusakan saraf yang disebabkan oleh terapi obat yang

digunakan selama pengobatan kanker (Tofthagen, 2011).

Neuropati perifer yang diinduksi kemoterapi (CIPN) adalah komplikasi umum dan

berpotensi membatasi dosis dari banyak agen sitotoksik yang efektif, termasuk beberapa jenis

kemoterapi seperti taxanes yang banyak digunakan sebagai bagian dari kombinasi kemoterapi

adjuvan dan neoadjuvan (Bhatnagar et al, 2014).

Mekanisme Neuropati Perifer

Neuron yang berdiameter besar dikelilingi oleh lapisan isolasi atau selubung mielin dan

disebut dengan serat A-Aplha atau serat A-Beta. Selubung mielin membantu memfasilitasi

transmisi impuls di sepanjang saraf. Banyak agen kemoterapi diyakini menyebabkan kerusakan

atau disfungsi selubung myelin. Sehingga dapat menyebabkan sensasi terbakar, menusuk, atau

kesemutan yang tidak normal yang disebut paresthesia. Kerusakan terhadap sistem saraf diyakini

dapat menyebabkan sensitisasi dan hipereksitabilitas nosiseptor perifer. Dan neuropati sensorik
irevesibel dapat disebabkan oleh degenerasi aksonal dan cedera ganglion akar dorsal dan

berhubungan dengan kemoterapi neurotoksis seperti cisplatin, pacliataxel dan oxaliplatin

(Tofhagen, 2011).

Manifestasi Klinis Neuropati Perifer

Manifestasi klinis neuropati perifer akibat kemoterapi meliputi gejala neuropati yang

dirasakan seperti nyeri atau tidak adanya rasa nyeri dan gangguan dalam melakukan kegiatan

sehari-hari hal ini berdasarkan Tofthagen (2011).

a) Neuropati yang menimbulkan rasa nyeri; mengacu pada sekelompok gejala neurologis yang

ditandai dengan nyeri, ketidaknyamanan atau sensasi berlebihan yang disebut juga dengan

nyeri neuropati atau nyeri yang disebabkan oleh lesi primer atau disfungsi sistem saraf dan

digambarkan dengan menggunakan berbagai istilah termasuk nyeri seperti tertusuk tajam,

kesemutan, terasa terbakar, nyeri seperti tertembak dan tersengat listrik tetapi meski demikian

tidak semua pasien yang mengalami nyeri Chemoterapy Induksi Peripher neuropathy (CIPN)

atau neuropati perifer akibat kemoterapi mengidentifikasi gejala neurologis yang tidak nyaman

sebagai nyeri.

b) Neuropati tanpa rasa nyeri; yang mengacu pada sekelompok gejala neurologis yang ditandai

dengan hilangnya sensasi atau kehilangan fungsi seperti mati rasa, kelemahan otot, hilangnya

refleks tendon dalam, kehilangan keseimbangan dan hilangnya keterampilan motorik halus dan

neuropati tanpa rasa nyeri diperkirakan memiliki efek yang lebih besar pada fungsi fisik dari

pada neuropati yang disertai rasa sakit.

Berdasarkan Chan dan Ismail (2014) manifestasi klinis yang dapat timbul akibat dari

kemoterapi adalah penekanan sumsum tulang, neuropati, gangguan pencernaan, kerontokan

rambut, kelelahan dan gangguan kulit.


Faktor resiko yang memicu terjadinya tingkat keparahan neuropati akibat kemoterapi

adalah usia, riwayat alkoholisme, diabetes mellitus, neuropati dengan riwayat keturunan dan terapi

sebelumnya dengan terapi neurotoksik dan perkembangan neuropati yang semakin parah dapat

menyebabkan nyeri yang signifikan, kesulitan untuk melakukan pergerakan, gangguan aktivitas

sehari-hari yang dapat mengakibatkan pengurangan dan penundaan dosis yang cepat sehingga

berpotensi mengurangi efek positif dari pengobatan kemoterapi (Bhatnagar et al, 2014).

Gejala biasanya digambarkan sebagai mati rasa dan kesemutan dalam, terutama dibagian

distal ekstremitas bawah. Pasien juga dapat melaporkan nyeri kaki yang bersifat tajam yang terjadi

intermiten. Hilangnya refleks tendon dalam dan sensasi nyeri dan perubahan suhu, hal yang paling

memperparah adalah dengan perkembangan neuropati akibat kemoterapi dapat menyebabkan

sindrom nyeri yang signifikan, kesulitan dengan ambulasi, dan gangguan pada aktivitas rutin

sehari-hari yang mengakibatkan pengurangan dan penundaan dosis yang cepat yang berpotensi

mengurangi kemanjuran pengobatan kanker stadium awal dan pengobatan dengan farmakologis

memiliki tingkat keberhasilan yang bervariasi dan memiliki efek samping tersendiri (Bhatnagar et

al, 2016).

Klasifikasi Neuropati

a) Polineuropati Neuropati

Jenis ini menyebabkan kerusakan fungsional yang simetris, biasanya disebabkan oleh

kelainan-kelainan difus yang mempengaruhi seluruh susunan saraf perifer, seperti gangguan

metabolik keracunan, keadaan defisiensi, dan reaksi imunoalergik. Bila gangguan hanya

mengenai akar saraf spinalis maka disebut poliradikulopati dan bila saraf spinalis juga ikut

terganggu maka disebut poliradikuloneuropati. Gangguan saraf tepi terutama bagian distal

tungkai dan lengan, sensorik dan motorik. Gangguan distal lebih dahulu berupa gangguan
sensibilitas berupa gambaran kaus kaki dan sarung tangan (glove and stocking pattern), tungkai

terkena lebih dahulu. Gangguan saraf otak dapat terjadi pada polineuropati yang berat seperti

kelumpuhan nervus fasialis bilateral dan saraf-saraf bulbar misalnya poliradikuloneuropati

(Sndrom Guillain Barre).

b) Radikulopati Lesi utama yaitu pada radiks bagian proksimal, sebelum masuk ke foramen

intervertebralis. Pada kasus ini dijumpai proses demielinisasi yang disertai degenerasi aksonal

sekunder. Demielinisasi diduga sebagai akibat reaksi alergi. Gangguan sensorik sangat

bervariasi, kadang-kadang berupa gangguan segmental, pola kaus kaki dan juga dapat normal

tanpa kelainan. Kelemahan otot dapat terjadi pada bagian proksimal maupun distal pada

tungkai. Atrofi tidak begitu nyata dibandingkan pada poli neuropati. Refleks-refleks dapat

menurun sampai menghilang

c) Mononeuropati Lesi bersifat fokal pada saraf tepi atau lesi bersifat fokal majemuk yang

berpisah-pisah (mononeuropati multipleks) dengan gambaran klinis yang simetris atau tidak

simetris. Penyebabnya adalah proses fokal misalnya penekanan pada trauma, tarikan, luka,

penyinaran, berbagai jenis tumor, infeksi fokal, dan gangguan vascular.

Pengukuran Neuropati Perifer

Chemotherapy Induced Peripheral Neuropathy Assessment Tool (CIPNAT) merupakan

alat ukur untuk mengetahui bagaimana neuropati yang di alami oleh seseorang yang menerima

kemoterapi yang berisi 11 pertanyaan dengan sub pertanyaan yang di ukur dari 0-10 dan dinilai

tingkatannya dengan ringan, sedang dan berat.

Alat ukur yang khusus untuk pasien dengan neuropati akibat kemoterapi ini dikembangkan

pada tahun 2008 oleh Tofhagen, Cindy dengan pengukuran secara multidimensional dari

Chemotherapy Induced Peripheral Neuropathy Assessment Tool termasuk karakter dari neuropati
yang dirasakan, intensitas, waktu kapan saja keluhan tersebut terjadi, distress dan pengaruhnya

terhadap aktivitas yang di alami.

Konsep Rendam Kaki Dengan Air Hangat (Foot Bath)

Defenisi Rendam Kaki Dengan Air Hangat (Foot Bath)

Foot bath (rendam kaki) berarti merendam kaki dengan air hangat yaitu air hangat 41°C

lebih efektif daripada suhu 40°C, rendam kaki tidak hanya meningkatkan mikrosirkulasi, juga

meningkatkan permeabilitas kulit untuk meningkatkan penyerapan obat-obatan secara efisien

meningkatkan konsentrasi obat yang efisien di ekstremitas bawah dan menjadi alternatif yang lebih

baik supaya tidak mengkonsumsi onat-obatan farmakologi lebih sering (Fan et al, 2018; Yang et

al, 2016).

Menurut Vakilinia (2020) Rendam kaki dapat disebut juga dengan "Abzan" yang

merupakan modalitas unik pengobatan dari persia yang merupakan perangkat sederhana yang

digunakan untuk pencegahan dan/ atau perawatan berbagai masalah medis. Dalam metode Abzan,

seluruh tubuh atau bagian-bagian tubuh ditempatkan di dalam wadah, terpapar udara, uap atau

asap atau terbenam dalam berbagai larutan obat dengan berbeda suhu untuk tujuan terapeutik.

Mempertimbangkan bahwa Abzan juga telah diperkenalkan di persia sebagai salah satu cara

terbaik untuk meredakan berbagai jenis rasa sakit.

Terapi air hangat, seperti rendam kaki dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan

meningkatkan suhu kulit dengan memperluas pembuluh darah perifer. Rendam kaki lebih banyak

memberikan rasa nyaman dan lebih efisien dan membutuhkan persiapan yang lebih sedikit

dibandingkan dengan merendam seluruh tubuh dalam air (Park dan Park, 2015).

Manfaat Rendam Kaki Dengan Air Hangat (Foot Bath)


Rendam Kaki Dengan Air Hangat (Foot bath) memiliki banyak manfaat sebagai terapi

komplementer yang dapat dilakukan dalam praktik keperawatan, foot bath dengan metode

rendaman air hangat dianggap sebagai metode yang cocok untuk menimbulkan kenyamanan dan

relaksasi hasil dari rendam air hangat yang dapat membantu pada aktivitas saraf otonom dan fungsi

kekebalan tubuh dengan cara menginduksi peningkatan aktivitas parasimpatis dan penurunan

aktivitas simpatik, menunjukkan bahwa rendam kaki dengan air hangat yang menggunakan wadah

seperti waskom mampu memberikan keadaan yang rileks, selain dari efek fisiologis tersebut, foot

bath juga memberikan kenyamanan, tidur berkualitas sehingga mampu meningkatkan kualitas

hidup pasien yang mendapatkan terapi foot bath (Orita et al, 2016).

Metode Melakukan Terapi Rendam Kaki (Foot Bath)


Dalam melakukan perendaman kaki harus memperhatikan beberapa hal yang sangat

penting untuk menghasilkan efek positif dari terapi komplementer. Di bawah ini merupakan

tekhnik mengaplikasikan terapi rendam kaki menurut Park (2015); Vakilinia, et al (2020)

1. Tahap pertama isi waskom dengan air berisi 5 liter air hangat, perhatikan suhu air yang

dapat ditoleransi yaitu pada 40°C-45°C lebih tinggi dari suhu tubuh agar stabil untuk

pasien dengan gangguan sensasi yang meningkatkan fungsi metabolisme dengan

merangsang sel dengan waktu perendaman kaki adalah 15 menit, pada saat itulah tubuh

menjadi hangat dan menghasilkan keringat di ketiak, dahi, dan punggung. Pengukuran

suhu air dengan (termometer digital untuk suhu air). Level air diisi sampai ke tulang

pergelangan kaki (Malleolus Lateral dari fibula).

2. Tahap kedua lakukan dengan rendam kaki pertama dilakukan pada pagi hari dengan

menjelaskan tujuan penelitian, dan penggunaan peralatan rendam kaki didemonstrasikan

kepada pasien dan keluarga oleh peneliti.


3. Tahap ke tiga pasien dianjurkan untuk duduk dikursi dengan penyangga punggung dan

lutut dipegang dengan sudut terbuka dan celana ditarik hingga sekitar 5 cm di atas

pergelangan kaki dan kedua kaki diletakkan di atas waskom.

4. Tahap ke empat menjelaskan kembali kepada pasien saat ingin pulang untuk tetap

melakukan terapi rendam kaki dilakukan setiap hari di rumah sekali dalam sehari dan

Peneliti memantau pasien melalui telepon apakah tindakan sudah dilakukan saat berada di

rumah pasien pada hari perawatan yang bertujuan mendorong kepatuhan.

5. Tahap ke lima jika pasien melakukan kemoterapi siklus berikutnya maka setelah satu bulan

tindakan dilakukan oleh peneliti menjumpai kembali pasien yang menjadi responden dan

mengevaluasi kembali skala neuropati pasien.

6. Pasien disarankan untuk mengeringkan kaki dan memakai kaus kaki tidur setelah

melakukan rendam kaki dan minum air hangat untuk menjaga suhu tubuh jika haus setelah

melakukan tindakan rendam kaki.

Konsep Teori Keperawatan

Teori keperawatan yang digunakan dalam peelitian ini adalah teori Kolcaba. Kolcaba

menggunakan pendekatan kenyamanan dengan menggunakan tiga ide sebelumnya yaitu relief

(kelegaan) yang merupakan arti kenyamanan dari penelitian Orlando yang mengemukakan bahwa

perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien, yang kedua ease (ketentraman)

merupakan arti kenyamanan menurut Henderson yang mendeskripsikan 13 fungsi dasar manusia

yang harus dipertahankan, yang ketiga transcendence yang dijabarkan oleh Paterson dan Zderad
yang mengemukakan bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi kesulitan (Aligood,

2014).

Menurut Kolcaba (2001) yang menyatakan teori kenyamanan bahwa perawat harus mampu

membuat dan memanipulasi lingkungan sekitar pasien seperti suara, suasana dan furniture rumah

sakit untuk membentuk kenyamanan pasien dan konteks kenyamanan dapat dilihat melalui fisik,

psiko spiritual, lingkungan dan sosial yang dinilai dari 3 ide yang dikemukakan oleh Kolcaba yaitu

relief, ease, transcendence.

Berdasarkan teori kenyamanan ini, alat ukur pencapaian kenyamanan melingkupi

penerima, pasien, pekerja, komunitas, usia yang dimana meliputi beberapa hal yang diukur untuk

menyatakan status kenyamanan seseorang yaitu: a) Kebutuhan Perawatan Kesehatan yang

merupakan kebutuhan kenyamanan yang berkembang dari situasi stress dalam asuhan

keperawatan yang tidak dapat dicapai dengan sistem dukungan penerima secara umum; b)

Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan ditujukan untuk mencapai

kebutuhan kenyamanan penerima asuhan yang terdiri dari fisiologis, sosial, budaya, ekonomi,

psikologis, spiritual, lingkungan dan intervensi fisik; c) Variabel yang mengintervensi merupakan

interaksi yang mempengaruhi persepsi penerima mengenai kenyamanan sepenuhnya. Hal ini

mencakup pengalaman sebelumnya termasuk usia, sikap, status emosional, latar belakang budaya,

sistem pendukung, prognosis, ekonomi, edukasi dan keseluruhan elemen lainnya dari pengalaman

penerima; d) Rasa nyaman yang merupakan status yang diungkapkan atau dirasakan penerima

terhadap intervensi kenyamanan yang didapatkan. Hal ini merupakan pengalaman yang holistik

dan memberikan kekuatan ketika seseorang membutuhkannya; e) Perilaku mencari bantuan

menjabarkan tujuan hasil yang ingin dicapai tentang makna sehat yaitu sikap penerima

berkonsultasi mengenai kesehatannya dengan perawat dan dijabarkan kembali oleh Schlotfeldt dan
dijelaskan menjadi internal, eksternal atau peacful death (kematian yang damai); f) Integritas

institusional yang merupakan komunitas, perusahaan, sekolah, rumah sakit, regional, negara dan

negara yang memiliki kualitas yang lengkap, utuh, berkembang, etik, tulus akan memiliki

integritas kelembagaan. Ketika institusi tersebut menunjukkan hal tersebut, hal ini akan

menciptakan dasar praktik dan kebijakan yang tepat; g) Praktik terbaik merupakan intervensi yang

diberkan petugas kesehatan sesuai dasar keilmuan dan praktik untuk mendapatkan hasil yang

terbaik untuk pasien dan keluarga; h) Kebijakan terbaik atau kebijakan regional dimulai dari

adanya protokol prosedur dan medis yang mudah untuk di akses, diperoleh, dan diberikan.

Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian yaitu dasar dari model konseptual tertentu yang

menghubungkan dengan suatu penelitian yang bertujuan untuk menganilasa hasil dari sebuah

penelitian (Polit dan Beck, 2010). Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Terapi Foot Gejala Neuropati


Bath

Skema 2.1 Kerangka Konseptual


BAB 3

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu quasi experimental dimana

metode penelitian yang digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat atau mencari pengaruh

dari suatu intervensi terhadap populasi tanpa adanya randomisasi penentuan subjek penelitian.

Penelitian dengan metode quasi experimental menggunakan pre test post test with control group

design (Polit dan Beck, 2010).

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi,

dimana kelompok kontrol tidak diberikan intervensi penelitian hanya dengan asuhan keperawatan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur rumah sakit sedangkan untuk kelompok intervensi

merupakan responden yang diberikan perlakuan sesuai dengan intervensi dalam penelitian.

Hal ini sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh foot bath terhadap

penurunan gejala neuropati pada pasien yang menjalani kemoterapi. Adapun desain penelitian

digambarkan dalam skema berikut:

Pre test Intervensi Post test

R1 : X1 X X2
X5
R2 : X3 X4

Skema 3.1. Rancangan penelitian

Keterangan:
R1 : Responden kelompok yang menerima intervensi foot bath
R2 : Responden kelompok yang tidak menerima intervensi foot bath
X1 : Pengkajian gejala neuropati sebelum intervensi foot bath pada
kelompok intervensi
X2 : Pengkajian gejala neuropati setelah diberikan intervensi foot bath
pada kelompok intervensi
X : Intervensi aplikasi foot bath dengan air hangat
X3 : Pengkajian gejala neuropati sebelum dilakukan intervensi sesuai
SOP Rumah Sakit
X4 : Pengkajian gejala neuropati sesudah dilakukan intervensi keperawatan
sesuai SOP Rumah Sakit pada pasien yang menjalani terapi kemoterapi.
X5 : Perbedaan gejala neuropati pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi setelah dilakukan intervensi

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di unit kemoterapi RSUP Haji Adam Malik Medan dengan

alasan RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit dengan tipe A dan melayani banyak

pasien kemoterapi dan dapat memenuhi jumlah responden penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan izin pelaksanaan penelitian dari pihak

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan dengan alasan agar intervensi yang dilakukan dapat

lebih maksimal dan diberikan 4 kali dalam 1 minggu kepada pasien yang sedang menjalani terapi

kemoterapi.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah seluruh agregasi dimana peneliti tertarik untuk menelitinya, populasi tidak

terbatas bukan hanya pada manusia tetapi dapat juga terdiri dari rumah sakit, catatan file medis di

rumah sakit, semua sampel darah yang diambil dari pasien, organisasi dan apapun yang unit hal

yang membuat peneliti tertarik (Polit dan Beck, 2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker 924 yang menjalani kemoterapi

di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Sampel

Sampling adalah proses memilih sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi dan

sampel menjadi bagian dari populasi (Polit dan Beck, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan non probability sampling dengan tekhnik consecutive

sampling dengan mengambil semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria inklusi sampel

sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: (1) pasien yang telah didiagnosis kanker

payudara; (2) pasien yang menerima obat kemoterapi dengan senyawa platinum dan taxanes; (3)

pasien stadium III-V; (4) pasien yang sudah menjalani kemoterapi minimal 3 bulan; (5) mengalami

neuropati pada bagian ekstremitas bawah; (6) pasien yang setuju untuk berpartisipasi dalam

penelitian. Kriteria eksklusi adalah: (1) adanya luka terbuka di area aplikasi intervensi; (2) ada
alergi terhadap terapi yang diberikan; (3) memiliki masalah dermatologi; (4) tidak dapat

berkomunikasi.

Untuk pengecualian responden dalam kelompok kontrol agar tidak berpengaruh dari

kelompok intervensi maka pasien dengan kelompok intervensi yang mendapat terapi foot bath dan

pasien yang menjadi kelompok kontrol diberikan intervensi keperawatan sesuai dengan asuhan

keperawatan di RS Haji Adam Malik Medan.

Perhitungan besar sampel menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap

rerata dua populasi independen (Sostroasmoro dan Ismael, 2014) sebagai berikut:

(𝑍𝛼+𝑍𝛽)s 2
𝑛 = 𝑛₂ = 2 [ ]
x₁−x₂

Keterangan:

s = simpang baku kedua kelompok (dari pustaka)

x₁ -x₂ = perbedaan klinis yang diinginkan, (clinical judgment)

Zα = kesalahan tipe I (5%)

Zβ = kesalahan tipe II (10%)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Park dan Park

(2015) yang bertujuan membandingkan hasil dari foot bath dan foot massage pada pasien dengan

CIPN sebelum dan sesudah implementasi. Simpang baku kedua kelompok (s) adalah 0.28 (dari

penlitian Park dan Park, 2015), perbedaan klinis yang diinginkan (x₁ -x₂ ) = 0.20, Zα = 1.96 dan

Zβ = 0.842. Perhitungan untuk besar sampel adalah sebagai berikut:

(1,96+0.842) 0,28 2
= 2[ ]
0,20

(2,802) 0,28 2
= 2[ ]
0,20
0,78456 2
= 2[ ]
0,20

0,6155
=2
0,04

1,2310
= 0,04

= 30,77

n = n₂ = 30, 77

Untuk mengantisipasi kemungkinan subyek terpilih drop out, loss to follow up, peneliti

menambahkan sejumlah subyek agar besar sampel tetap terpenuhi dengan formula sederhana yang

disebutkan dalam (Sostroasmoro dan Ismael, 2014) sebagai berikut:


𝑛
𝑛′ = (1−𝑓)

Keterangan:

n = besar sampel yang dihitung

f = perkiraan proporsi drop out (10%/ 0,1)

Dengan formula diatas, maka dapat dihitung jumlah subyek yang diteliti (n) = 30,77 / (1-0,1) = 33

orang untuk kelompok kontrol dan 33 orang untuk kelompok intervensi.

Metode Pengumpulan Data

Tahap Persiapan

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan setelah dilakukan setelah melalui prosedur

etichal clearance dan kemudian dilanjutkan dengan mengurus izin tempat penelitian dengan

mengajukan surat permohonan penelitian dari pimpinan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang ditujukan ke RSUP HAM Medan. Tahap berikutnya peneliti

mengidentifikasi sampel penelitian berdasarkan kriteria yang telah dibuat sebelumnya.

Pengumpulan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sampel.
Tahapan berikutnya peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan penelitian dan

prosedur intervensi yang akan dilakukan dan penandatanganan informed consent oleh responden

meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan cara meminta

responden menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan oleh

peneliti. Pada lembar informed consent juga dicantumkan alamat lengkap dan usia pasien.

Selanjutnya peneliti mengisi format pengkajian karakteristik pasien.

Mengidentifikasi responden penelitian dengan cara mengevaluasi kemampuan aktivitas

responden pada saat pertama kali berjumpa, serta mengidentifikasi berdasarkan kriteria inklusi

yang sudah ditetapkan

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:

1. Pre test

Sebelum melakukan intervensi, peneliti terlebih dahulu mengisi format pengkajian

karakteristik pasien, dan mencatat alamat lengkap pasien, kemudian peneliti membuat

kontrak waktu dengan repsonden untuk melakukan pengukuran gejala neuropati

menggunakan kuesioner CIPNAT selanjutnya mendokumentasikannya dalam lembar

tabulasi data.

2. Intervensi

Mengkaji gejala neuropati pasien sebelum intervensi dilakukan, penelitian dilaksanakan di

ruang unit kemoterapi pada saat menjalani terapi kemoterapi dengan alasan agar responden

lebih kooperatif terhadap peneliti. Pada tahap ini peneliti meminta bantuan dari kepala

ruangan unit kemoterapi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan untuk dapat

menganjurkan responden untuk mengikuti program yang diberikan oleh peneliti dan

membuat responden menjadi lebih tenang. Penelitian ini dilakukan pengukuran gejala
neuropati 1 kali setelah dilakukan intervensi baik perendaman kaki dengan air hangat dan

asuhan keperawatan sesuai SOP RS HAM.

3. Post test

Perendaman kaki dengan air hangat yang diberikan dengan cara merendam kaki ke dalam

air hangat dengan suhu 40°C - 45°C dengan durasi 15 menit yang dilakukan pada saat

pasien sedang menjalani terapi kemoterapi dan setelah pemberian selama 1 bulan maka di

ukur kembali gejala neuropati pasien dengan menggunakan kuesioner CIPNAT,

pengukuran dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Variabel dan Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Defenisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Variabel Intervensi yang Memberikan Diberikan -
Independen diberikan kepada intervensi intervensi
Foot Bath responden dalam dengan cara dan tidak
bentuk air yang merendam diberikan
hangat di pada area intervensi
aplikasikan kaki yang
dengan cara dilakukan
merendam pada oleh peneliti
area kaki
Variabel Neuropati perifer Kuesioner Numerik Ratio
Dependen: merupakan untuk Skor
Neuropati kerusakan pada mengukur
Perifer sistem derajat
neuromuskular dengan
sebagai akibat Chemothera
dari terapi obat- py induced
obatan seperti Peripheral
pada pengobatan Neuropathy
kemoterapi. Assessment
Tool
(CIPNAT)

Metode Pengukuran

Instrument

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gejala neuropati pasien kanker yang menjalani

terapi kemoterapi adalah dengan menggunakan Chemotherapy Induced Peripheral Neuropathy

Assessment Tool (CIPNAT) (Tofhagen, 2011).

Instrumen karakteristik responden

Tabel 3.2 Instrumen Karakteristik Responden:

No Karakteristik Instrumen Hasil Ukur Analisis


Responden
1. Usia Lembar 1. 18-35 tahun Analisis
observasi 2. 36-50 tahun deskriptif
3. 51-65 tahun (univariat)
2. Lama menjalani Lembar 1. 1-5 tahun Analisis
observasi 2. > 5 tahun deskriptif
kemoterapi (univariat)

3. Jenis kelamin Lembar 1. Laki-laki Analisis


observasi 2. perempuan deskriptif
(univariat)
4. Lama kemoterapi Lembar 1. < 3 tahun Analisis
observasi 2. < 4 tahun deskriptif
(univariat)
Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat valid suatu alat ukur atau

sejauh mana sebuah instrument mampu melakukan pengukuran terhadap apa yang seharusnya

diukur (Polit dan Beck, 2012). Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

kuesioner Chemotherapy Induced Peripheral Neuropathy Assessment Tool (CIPNAT) yang sudah

diuji validnya oleh Kutluturkan, Ozturk, Arikan, Kahraman, Ozcan dan Ucar pada tahun 2014

dengan koefisien korelasi: r = 0.92, P < 0.001 sehingga peneliti tidak perlu melakukan uji validitas

untuk instrument tersebut.

Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana alat ukur tersebut

konsistensi terhadap objek yang diukur. Reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran

menghasilkan data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang. Uji

reliabilitas dengan metode ini sering dilakukan pada jenis instrumen pedoman observasi (Polit dan

Beck, 2012).

Adapun variabel yang akan diteliti yaitu gejala neuropati yang akan ditanyakan kepada

pasien melalui kuesioner Chemotherapy Induced Peripheral Neuropathy Assessment Tool

(CIPNAT) yang sudah diuji reliabilitasnya oleh Kutluturkan, Ozturk, Arikan, Kahraman, Ozcan

dan Ucar pada tahun 2014 dengan interrater reliability secara statistik signifikan (κ = 0.401, P <

0.001), dimana nilai Cohen’s Kappa 0.4 hingga 0.6 dianggap baik, sehingga peneliti tidak

melakukan uji reliabilitas untuk instrumen tersebut.

Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari :


Pengolahan data

Data yang telah terkumpul melalui lembar observasi diolah melalui empat tahapan yaitu :

Editing

Proses editing dilakukan setelah pengumpulan data dilakukan dengan memeriksa kembali

kelengkapan, kejelasan dan relevansi format pengkajian karakteristik responden dan lembar

observasi sesuai dengan kebutuhan peneliti. Proses ini dilakukan selama berada dengan konsumen

atau dilapangan sehingga apabila ada data yang meragukan, salah atau tidak diisi dapat

dikonfirmasi langsung kepada responden.

Coding

Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasikan data, memberikan kode untuk

masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa

kelengkapannya. Data-data yang berupa angka atau tulisan dikategorikan dalam skor yang telah

ditetapkan peneliti.

Entry Data

Setelah melakukan coding maka langkah selanjutnya adalah melakukan entry data dari

instrument penelitian kedalam komputer melalui program statistik.

Cleaning

Kegiatan membersihkan data dengan melakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang

sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak.

Analisa data

Analisa Univariat

Tahap selanjutnya adalah analisa data. Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan

peneliti adalah analisa univariat. Analisa univariat bertujuan untuk mendeskriptifkan

karakteristik responden dan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Variabel

yang berbentuk kategorik (usia, jenis kelamin, lama mengalami kemoterapi dan derajat neuropati
perifer) disajikan berupa nilai dalam bentuk frekuensi dan persentase.

Rumus presentase:
𝑓
% = 𝑛 𝑥100%

Keterangan

f : jumlah responden pada suatu kategori

n : jumlah responden

Analisa Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui perbedaan skala neuropati perifer sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi. Uji yang digunakan adalah jenis uji t dependent dan uji t

independent (paired t test). Uji t independent digunakan untuk menguji beda mean dari hasil

pengukuran untuk membandingkan dua kelompok yang berbeda, dan uji t dependent digunakan

untuk membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi pada masing masing

kelompok (Polit dan Beck, 2012). Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan

uji normalitas data menggunakan Uji Shapiro Wilk. Data yang berdistribusi normal akan dilakukan

uji beda dua mean (uji t test) yaitu t tidak berpasangan/independen. Uji statistik ini dinyatakan

bermakna jika nilai p value <0,05 pada tingkat kepercayaan 95%.

Asumsi Uji Statisti

Uji stastistik parametrik diperlukan asumsi tentang distribusi variabel-variabel dan estimasi

sebuah parameter. Uji asumsi perbedaan dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan tes

parametrik, berada pada ditribusi yang normal dengan menampilkan kurval normal dan linear serta

homogenitas (Polit dan Beck, 2010). Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel untuk mengetahui

perbandingan skala neuropati sebelum dan sesudah diberikan terapi foot bath.
Adapun asumsi yang harus dipenuhi pada uji parametrik dengan menggunakan dependent t test

dan independent t test adalah : 1). Kelompok data berpasangan dan yang bebas, 2). Data

perkelompok berdistribusi normal, 3). Varian antar kelompok sama atau homogen, 4). Variabel

yang diuji haruslah bertipe interval atau rasio.

Pertimbangan Etik

Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti memperhatikan prinsip-prinsip dasar etik

penelitian yang terdiri dari beneficience, respect for human dignity dan justice (Polit dan Beck,

2012). Pertimbangan etik terkait penelitian ini dilakukan melalui persetujuan dari komite etik

penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Asas manfaat (beneficience)

Asas manfaat merupakan salah satu prinsip etik yang paling mendasar, dalam hal ini peneliti

harus menghindari segala macam resiko yang dapat menyebabkan kerugian dan memaksimalkan

manfaat untuk responden penelitian (Polit dan Beck, 2012).

Dalam penelitian ini menggunakan aplikasi foot bath yaitu perendaman air hangat di bagian

kaki pasien yang paling dominan terjadi neuropati perifer yaitu pada ekstremitas bawah dan atas

apabila pada saat intervensi terjadi alergi atau efek yang tidak di inginkan maka intervensi di

hentikan dan segera dikeringkan.

Bebas dari kerugian dan ketidaknyamanan

Dalam penelitian, peneliti memiliki kewajiban untuk menghindari dan mencegah kerugian

dan ketidaknyamanan baik fisik, emosional, sosial serta keuangan responden (Polit dan Beck,

2012). Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan (informed
concent) pasien atau keluarga sebagai salah satu langkah peneliti untuk mencegah terjadinya

kerugian dan ketidaknyamanan pada pasien.

Bebas dari eksploitasi

Responden yang terlibat dalam penelitian ini mendapat jaminan bahwa partisipasi, informasi

serta data yang diberikan tidak akan menimbulkan kerugian pada responden dimasa yang akan

datang (Polit dan Beck, 2012). Peneliti memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga bahwa

informasi dan data yang diberikan hanya utuk kepentingan penelitian dan hasil yang didapatkan

digunakan untuk peningkatan kepentingan pelayanan kesehatan.

Asas menghargai hak asasi manusia (Respect for human dignity)

Hak untuk membuat keputusan (the right to self determination). Responden dalam suatu

penelitian merupakan individu yang memiliki otonomi untuk menentukan aktifitas yang akan

dilakukan dalam artian bahwa responden memiliki hak untuk memutuskan apakah akan

berpartisipasi dalam penelitian atau tidak serta menarik diri dari proses selama penelitian

berlangsung tanpa adanya rasa khawatir mendapatkan sanksi atau tuntutan hukum, bebas dari

paksaan serta ancaman (Polit dan Beck, 2012). Selama proses penelitian berlangsung, peneliti

sangat menghargai dan menerima semua keputusan pasien yang dalam hal ini diwakilkan oleh

keluarga sehingga pasien atau keluarga terlibat dalam penelitian secara sukarela.

Hak untuk memperoleh informasi (the right to full disclosure)

Dalam penelitian responden mempunyai hak dalam membuat suatu keputusan serta

mendapatkan informasi terkait penelitian yang akan menjadi dasar penting dalam informed

concent (Polit dan Beck, 2012). Sebelum penelitian dilakukan peneliti memberikan penjelasan

tentang penelitian yang akan diikuti oleh pasien setelah penjelasan diberikan, pasien atau keluarga
diberikan kesempatan untuk bertanya serta memutuskan apakah pasien dapat terlibat dalam

penelitian.

Asas keadilan (Justice)

Hak untuk mendapatkan tindakan yang adil (the right to fair treatment)

Dalam penelitian prinsip memperlakukan secara adil artinya memilih responden berdasarkan

pada kriteria-kriteria sampel dan bukan berdasarkan maksud atau posisi tertentu. Responden

diperlakukan sama tanpa adanya unsur diskriminasi sehingga peneliti harus menghargai perbedaan

baik dalam hal keyakinan, budaya serta sosial ekonomi responden (Polit dan Beck, 2012). Pada

aplikasi penelitian kriteria sampel telah diidentifikasi terlebih dahulu sehingga pasien yang dipilih

adalah pasien yang memang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

Hak untuk mendapatkan privasi (the right to privacy)

Responden memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan mengenai data atau informasi

dirinya untuk dijaga kerahasiaannya (Polit dan Beck, 2012). Dalam penelitian ini peneliti

menghargai privasi pasien, untuk menjaga privasi tersebut pada lembar pengumpulan data pasien

tidak perlu mencantumkan nama.


DAFTAR PUSTAKA
Azhary, hend, dkk. 2010. Peripheral Neuropathy: Differential Diagnosis and Management-
American Family Physician;81(7):887-892.

Bakogeorgos, M., & Georgoulias, V. (2017). Risk-reduction and treatment of chemotherapy-


induced peripheral neuropathy. Expert review of anticancer therapy, 17(11), 1045-1060.

Ben-Horin, I., Kahan, P., Ryvo, L., Inbar, M., Lev-Ari, S., & Geva, R. (2017). Acupuncture
and reflexology for chemotherapy-induced peripheral neuropathy in breast
cancer. Integrative cancer therapies, 16(3), 258-262.

Bhatnagar, B., Gilmore, S., Goloubeva, O., Pelser, C., Medeiros, M., Chumsri, S., ... & Bao,
T. (2014). Chemotherapy dose reduction due to chemotherapy induced peripheral
neuropathy in breast cancer patients receiving chemotherapy in the neoadjuvant or adjuvant
settings: a single-center experience. Springerplus, 3(1), 1-6.

Fan, G., Huang, H., Lin, Y., Zheng, G., Tang, X., Fu, Y., ... & Qiu, X. (2018). Herbal
medicine foot bath for the treatment of diabetic peripheral neuropathy: protocol for a
randomized, double-blind and controlled trial. Trials, 19(1), 1-8.

Frida, Meiti. 2018. Clinical Approach and Electrodiagnostic in Peripheral Neuropathy in


Elderly. Padang:Department of Neurology, Medical Faculty of University of Andalas, Dr.
M. Djamil Hospital.

Greenberg, David.A, Aminoff, Michael.J, Simon, Roger.P. 2002. Clinical Neurology


Greenberg 5th ed. San Francisco

Iqbal, Z., Azmi, S., Yadav, R., Ferdousi, M., Kumar, M., Cuthbertson, D. J., ... & Alam, U.
(2018). Diabetic peripheral neuropathy: epidemiology, diagnosis, and
pharmacotherapy. Clinical therapeutics, 40(6), 828-849.
Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, pp.33-
35 5.
Harsono.2015. Buku Ajar Neurologi Klinik. Yogyakarta: UGM Press, 84-89

Kutlutürkan, S., Öztürk, E. S., Arıkan, F., Kahraman, B. B., Özcan, K., & Uçar, M. A.
(2017). The psychometric properties of the Turkish version of the chemotherapy-induced
peripheral neuropathy assessment tool (CIPNAT). European Journal of Oncology
Nursing, 31, 84-89.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. PMK No. 5 ttg Panduan Praktik Klinis Dokter
di FASYANKES Primer. Jakarta: Kemenkes RI
Miltenburg, N.C., Boogerd, W., 2014. Complications of treatment chemotherapy-induced
neuropathy: a comprehensive survey. Cancer Treat. Rev. 40, 872–882.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2013. Standar Pelayanan Medik Neurologi.
Jakarta: Perdossi

Park, R., & Park, C. (2015). Comparison of foot bathing and foot massage in chemotherapy-
induced peripheral neuropathy. Cancer nursing, 38(3), 239-247.

Ren, K., Qiu, J., Wang, X., Niu, F., & Jiang, T. (2012). The effect of a sweet potato, footbath,
and acupressure intervention in preventing constipation in hospitalized patients with acute
coronary syndromes. Gastroenterology Nursing, 35(4), 271-277.
Seretny, M., Currie, G.L., Sena, E.S., Ramnarine, S., Grant, R., MacLeod, M.R., . . . Fallon, M.
(2014). Incidence, prevalence, and predictors of chemotherapy-induced peripheral neuropathy: A
systematic review and meta-analysis. Pain, 155, 2461–2470. doi:10.1016/j .pain.2014.09.020

Tofthagen, C. S., McMillan, S. C., & Kip, K. E. (2011). Development and psychometric
evaluation of the chemotherapy-induced peripheral neuropathy assessment tool. Cancer
Nursing, 34(4), E10-E20.
Yayasan Spiritia. 2014. Lembar Info Neuropati Perifer. Jakarta: Yayasan Spiritia

Vasquez, S., Guidon, M., McHugh, E., Lennon, O., Grogan, L., & Breathnach, O. S. (2014).
Chemotherapy induced peripheral neuropathy: the modified total neuropathy score in
clinical practice. Irish journal of medical science, 183(1), 53-58.

Vaghasloo, M. A., Aliasl, F., Mohammadbeigi, A., Bitarafan, B., Etripoor, G., & Asghari, M.
(2020). Evaluation of the efficacy of warm salt water foot-bath on patients with painful
diabetic peripheral neuropathy: A randomized clinical trial. Complementary therapies in
medicine, 49, 102325.

Wardani, E. M., Zahroh, C., & Ainiyah, N. (2019). Diabetic Foot Spa Implementation in
Early Neuropathy Diagnosis Based on Blood Glucose Levels, Foot Sensitivity and the Ankle
Brachial Index in Patients with Diabetes Mellitus. Jurnal Ners, 14(1), 106-110.

Yang, H. L., Chen, X. P., Lee, K. C., Fang, F. F., & Chao, Y. F. (2010). The effects of warm-
water footbath on relieving fatigue and insomnia of the gynecologic cancer patients on
chemotherapy. Cancer nursing, 33(6), 454-460.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN

Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengerti

bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi foot bath terhadap

terhadap penurunan neuropati pada pasien yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan.

Saya ikut berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksaan dari pihak manapun dan

keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat bermanfaat bagi saya untuk kenyamanan saya untuk

menurunkan rasa kebas pada ekstremitas bawah (neuropati perrifer). Saya mengerti bahwa resiko

yang akan terjadi sangat kecil. Saya berhak utuk menghentikan keikutsertaan dalam penelitian ini

tanpa adanya hukuman atau kehilangan hak untuk tidak mendapatkan pelayanan keperawatan yang

profesional. Saya mengerti bahwa seluruh data mengenai penelitian ini akan dijamin

kerahasiannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.

Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa unsur paksaan

dari siapapun, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Medan, 2021
Responden

( )
Tanda tangan
Lampiran 2
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Judul Penelitian : Pengaruh Foot Bath Terhadap Penurunan Gejala

Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Peneliti : Dora Hastura

No. Handphone : 082165398983

Peneliti merupakan mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui “Pengaruh Foot

Bath Terhadap Penurunan Gejala Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi di Rumah

Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

Bapak/ Ibu yang berpartisipasi dalam penelitian ini akan diberikan penjelasan terlebih

dahulu bahwa proses penelitian akan dibagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Pada masing-masing kelompok akan di mulai dengan penjelasan, pengisian lembar data

responden, lalu pengukuran pre intervensi kemudian dilakukan intervensi dan terakhir dilakukan

pengukuran post intervensi. Hasil pengukuran pre dan post akan dicatat dalam lembar hasil

pengukuran. Nilai yang diukur adalah skala pruritus yang dialami pasien. Bila selama penelitian

ini Bapak/ Ibu merasa tidak nyaman, maka Bapak/ Ibu berhak menanyakan kembali atau berhenti

sebagai responden. Peneliti akan menjunjung tinggi hak Bapak/ Ibu dengan cara menjaga

kerahasiaan data yang diperoleh dan data yang telah dikumpulkan digunakan hanya untuk

keperluan penelitian. Peneliti menghargai keinginan Bapak/ Ibu untuk tidak berpartisipasi atau

berhenti kapan saja dalam penelitian ini.


Demikian penjelasan penelitian ini disampaikan dan peneliti mengharapkan partisipasi

Bapak/ Ibu. Atas partisipasi Bapak/ Ibu diucapkan terimakasih.


Lampiran 3
No. Responden

Kuesioner Data Demografi

Jenis kelamin : Laki- Laki Perempuan


Usia :
Jenis kanker :
Frekuensi kemoterapi ke :
Lama kemoterapi : Bulan

Lampiran 4

Lembar Observasi Kelompok Kontrol

Hasil Pengukuran Skala Neuropati Pada pasien Yang Menjalani Kemoterapi di Rumah

Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan


Hasil Skala Neuropati Perifer

Sampel Penelitian Sebelum Intervensi Setelah Intervensi

Responden 1

Responden 2

Responden 3

Responden 4

Responden 5

Responden 6

Responden 7

Responden 8

Responden 9

Responden 10

Responden 11

Responden 12

Responden 13

Responden 14

Responden 15

Responden 16

Responden 17

Responden 18

Responden 19

Responden 20

Responden 21
Responden 22

Responden 23

Responden 24

Responden 25

Responden 26

Sampai responden 33

Lembar Observasi Kelompok Intervensi

Hasil Pengukuran Skala Neuropati Pada pasien Yang Menjalani Kemoterapi di Rumah

Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan

Skala Neuropati

Sampel Penelitian Sebelum Terapi Skala Neuropati

Foot Bath Perifer setelah Terapi

Foot Bath
Responden 1

Responden 2

Responden 3

Responden 4

Responden 5

Responden 6

Responden 7

Responden 8

Responden 9

Responden 10

Responden 11

Responden 12

Responden 13

Responden 14

Responden 15

Responden 16

Responden 17

Responden 18

Responden 19

Responden 20

Responden 21

Responden 22

Responden 23
Responden 24

Responden 25

Responden 26

Sampai responden 33
Lampiran 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI FOOT BATH PADA PASIEN YANG MENJALANI KEMOTERAPI

Dalam melakukan perendaman kaki harus memperhatikan beberapa hal yang sangat penting

untuk menghasilkan efek positif dari terapi komplementer. Di bawah ini merupakan tekhnik

mengaplikasikan terapi rendam kaki menurut Park (2015); Vakilinia, et al (2020).

No Standar Operasional Prosedur Tekhnik Foot Bath

1. Tahap pertama isi waskom dengan air berisi 5 liter air hangat, perhatikan suhu air yang

dapat ditoleransi yaitu pada 40°C-45°C lebih tinggi dari suhu tubuh agar stabil untuk

pasien dengan gangguan sensasi yang meningkatkan fungsi metabolisme dengan

merangsang sel dengan waktu perendaman kaki adalah 15 menit, pada saat itulah

tubuh menjadi hangat dan menghasilkan keringat di ketiak, dahi, dan punggung. Level

air diisi sampai ke tulang pergelangan kaki

(Malleolus lateral dari fibula)

\
2. Lakukan dengan rendam kaki pertama dilakukan pada pagi hari dengan menjelaskan

tujuan penelitian, dan penggunaan peralatan rendam kaki didemonstrasikan kepada

pasien dan keluarga oleh peneliti

3. Pasien dianjurkan untuk duduk dikursi dengan penyangga punggung dan lutut

dipegang dengan sudut terbuka dan celana ditarik hingga sekitar 5 cm di atas

pergelangan kaki dan kedua kaki di letakkan di atas waskom.


4. Menjelaskan kembali kepada pasien saat ingin pulang untuk tetap melakukan terapi

rendam kaki dilakukan setiap hari di rumah sekali dalam sehari dan Peneliti memantau

pasien melalui telepon apakah tindakan sudah dilakukan saat berada rumah pasien

pada hari perawatan yang bertujuan mendorong kepatuhan.

5. Mengeringkan kaki dan memakai kaus kaki tidur setelah melakukan rendam kaki dan

minum air hangat untuk menjaga suhu tubuh jika haus setelah melakukan tindakan

rendam kaki.
Lampiran 6
Kuesioner CIPNAT
Petunjuk
Neuropati perifer yang diinduksi kemoterapi (CIPN) terjadi dengan jenis kemoterapi tertentu yang
mempengaruhi sistem saraf. Pertanyaan-pertanyaan berikut dirancang untuk membantu kita
belajar lebih lanjut tentang gejala kemoterapi yang menginduksi neuropati perifer yang mungkin
sedang Anda alami. Kami sangat tertarik mempelajari gejala yang terjadi pada Anda yang telah
berkembang sejak menerima kemoterapi.
Untuk nomor 1-9 pertama baca pertanyaan dibagian atas halaman. Jika Anda menjawab ya
maka lanjutkan sisa pertanyaan pada nomor tersebut. Jika Anda menjawab tidak, lewati ke
halaman berikutnya. Jika Anda memiliki gejala sebelum memulai kemoterapi dan belum ada
perubahan, jawablah tidak dan pindah ke halaman berikutnya.
Untuk nomor 10-11, jika Anda telah menjawab ya untuk semua pertanyaan di halaman
sebelumnya, lingkari angka 0-10 yang sesuai dengan seberapa banyak gejala yang Anda laporkan
mengganggu kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas tertentu. Jika Anda biasanya tidak
berpartisipasi dalam aktivitas yang terdaftar, harap jawab dengan melingkari 0.
Jika Anda menjawab tidak pada pertanyaan pertama pada setiap halaman sebelumnya,
Anda tidak perlu menyelesaikan halaman 10-11. Harap jawab setiap pertanyaan yang berlaku
untuk Anda.
Jika Anda memiliki masalah fisik yang membuat Anda tidak bisa menulis, seseorang akan
membacakan pertanyaan untuk Anda dan meminta tanggapan Anda. Jika lebih mudah bagi Anda,
orang lain di tim peneliti atau anggota keluarga atau teman dapat mengajukan pertanyaan kepada
Anda dalam survei. Kami telah mencoba membuatnya sesingkat dan semudah mungkin
diselesaikan. Jika Anda lelah, silakan istirahat dan kembali lagi nanti. Informasi yang Anda
berikan sangat berharga bagi kami. Terima kasih.

1. Pertanyaan
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami kebas di tangan Anda?
(Lingkari salah satu)
a. Tidak (Lanjut ke halaman selanjutnya)
b. Ya (jawab pertanyaan dibawah)
B. Seberapa luas bagian tangan yang mati rasa/ kebas? (Lingkari salah satu)
a. Hanya Ujung Jari
b. Ujung jari dan Jari
c. Seluruh tangan
d. Seluruh tangan dan bagian lengan
C. Yang Terburuk, Seberapa parah mati rasa yg dialami di tangan? (Lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
D. Paling buruk, seberapa mengganggu mati rasa
semuanya parahdi tangan? (lingkari salah satu) parah
parah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

E. Seberapa sering Anda mengalami mati rasa/kebas di tangan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Mingg Hari Jam
F. Kapan mati rasa/ kebas di tangan paling
u parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari d. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari e. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari

2. Pertanyaan
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami mati rasa/ kebas di kaki? (lingkari
salah satu)
a. Tidak (Lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Seberapa luas bagian kaki yang mati rasa/kebas? (Lingkari salah satu)
a. Hanya jari kaki
b. Jari kaki dan punggung kaki
c. Jari kaki, punggung kaki, dan telapak kaki
d. Seluruh kaki
e. Seluruh kaki/dari bagian kaki

C. Yang terburuk, seberapa parah mati rasa/kebas yang anda rasakan? (lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

D. Paling buruk, seberapa mengganggu mati rasa/kebas di kaki? (lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

E. Seberapa sering Anda mengalami mati rasa/kebas di kaki? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam

F. Kapan mati rasa/ kebas di kaki paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari
b. Siang Hari
c. Sore Hari
d. Malam
e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
f. Tidak dapat diperkirakan

3. Pertanyaan 3
A. Sejak memulai kemoterapi, sudahkah Anda mengalami kesemutan di tangan? (lingkari
salah satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Seberapa luas bagian tangan yang mengalami kesemutan? (lingkari salah satu)
a. Hanya ujung jari
b. Ujung jari dan jari
c. Seluruh tangan
d. Seluruh tangan dan bagian lengan
C. Yang Terburuk, Seberapa parah kesemutan yg dialami di tangan anda? (Lingkari salah
satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

D. Paling buruk, seberapa mengganggu kesemutan di tangan anda? (lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

E. Seberapa sering Anda mengalami mati kesemutan di tangan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan kesemutan di tangan paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam

4. Pertanyaan 4
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami kesemutan di kaki? (lingkari
salah satu)
a. Tidak (Lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Seberapa luas bagian kaki yang mati rasa/kebas? (Lingkari salah satu)
a. Hanya Jari Kaki
b. Jari kaki dan punggung kaki
c. Jari kaki, Punggung kaki, dan telapak kaki
d. Seluruh kaki
e. Seluruh kaki/dari pinggul sampai telapak kaki

C. Yang Terburuk, Seberapa parah kesemutan yang anda rasakan? (Lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu kesemutaan di kaki? (lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

E. Seberapa sering Anda mengalami kesemutan di kaki? (Lingkari salah satu)

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan kesemutan di kaki paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam

5. Pertanyaan 5
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda merasa semakin sensitif terhadap suhu
dingin?
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Bagian mana dari tubuh anda yang peka terhadap rasa dingin? (Lingkari sebanyak
mungkin)
a. Tangan f. Perut
b. Lengan g. Tenggorokan
c. Kaki bagian bawah h. Rahang
d. Kaki bagian atas i. Mulut
e. Punggung j. Seluruh tubuh

C. Yang Terburuk, Seberapa parah kepekaan terhadap rasa dingin yang anda rasakan?
(Lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu sensitivitas terhadap rasa dingin? (lingkari salah
satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

E. Seberapa sering Anda Seberapa sering Anda memiliki sensitivitas dingin? (Lingkari
salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan sensitivitas dingin paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam

6. Pertanyaan 6
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami nyeri (mis. Rasa terbakar, rasa
menembak, menusuk, sensasi seperti listrik)? (lingkari salah satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (jawab pertanyaan di bawah ini)

B. Bagian mana dari tubuh anda yang mengalami nyeri? (Lingkari sebanyak mungkin)
a. Tangan bagian bawah e. Rahang
b. Lengan f. Leher
c. Kaki bagian bawah g. Lainnya.....
d. Kaki bagian atas

C. Yang Terburuk, Seberapa parah rasa nyeri yang anda rasakan? (Lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu rasa nyeri yang anda rasakan? (lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

E. Seberapa sering Anda merasakan nyeri? (Lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam

F. Lingkari kata-kata yang menggambarkan rasa nyeri anda alami (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Tajam
b. Tertembak
c. Terbakar
d. Tersengat
e. Tertusuk
f. Terkena jarum
g. lain______________________

G. Kapan rasa nyeri paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam

7. Pertanyaan 7
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami nyeri otot atau sendi? (lingkaran
satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)

B. Bagian tubuh mana yang terasa sakit? (Lingkari sebanyak mungkin)


a. Otot e. Kaki bagian bawah
b. Sendi f. Kaki bagian atas
c. Tangan bagian bawah g. Punggung
d. Lengan h. Seluruh Tubuh

C. Yang Terburuk, Seberapa parah rasa sakit yang anda rasakan? (Lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu rasa sakit yang anda rasakan? (lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

E. Seberapa sering Anda merasakan sakit? (Lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan rasa nyeri paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam

8. Pertanyaan 8
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah lengan / tangan atau kaki / kaki Anda terasa lemah?
(lingkari salah satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)

B. Bagian mana dari tubuh Anda yang terasa lemah? (lingkari sebanyak mungkin)
a. Tangan bagian bawah
b. Lengan/ tangan bagian atas
c. Kaki bagian bawah
d. Kaki bagian atas

C. Yang Terburuk, Seberapa parah kelemahan yang anda rasakan? (Lingkari salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

D. Paling buruk, seberapa mengganggu rasa lemah yang anda rasakan? (lingkari salah
satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

E. Seberapa sering Anda merasakan lemah pada bagian ektremitas anda? (Lingkari salah
satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan rasa lemah paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam

9. Pertanyaan 9
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda memiliki masalah dengan keseimbangan
Anda? (lingkari salah satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)

B. Yang Terburuk, Seberapa parah masalah dengan keseimbangan anda? (Lingkari salah
satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

C. Paling buruk, seberapa mengganggu masalah dengan keseimbangan anda? (lingkari


salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah

D. Seberapa sering Anda merasakan masalah dengan keseimbangan anda? (Lingkari


salah satu)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam

EKapan masalah keseimbangan paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
e. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
f. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
g. Sore Hari
h. Malam

10. Pertanyaan 10
Jika Anda menjawab ya untuk salah satu gejala sebelumnya, berapa gejala yang anda
rasakan mengganggu, seperti :
A. Berpakaian (Mengancingkan, menutup retsleting)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
B. Berjalan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
C. Mengambil Sesuatu

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
D. Memegang benda

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu

E. Mengemudi

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu

F. Bekerja

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
G. Melakukan hobi/ aktivitas santai

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
H. Berlatih

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
I. Aktivitas Seksualitas

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
J.mengganggu
Berjalan

J. Sedang Tidur

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
K. Berhubungan dengan orang lain

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
L.mengganggu
Berj
L. Menulis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu

M. Kegiatan Biasa di Rumah Tangga

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
N. Menikmati Hidup
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu

11. Pernahkah Anda mengalami cedera tubuh (bahkan minor) karena gejala yang Anda
laporkan sebagai bagian dari survei ini (mati rasa, lemah, masalah keseimbangan, dll)?
Tidak Ya, jelaskan……………………………….

Anda mungkin juga menyukai