Disusun Oleh:
DORA HASTURA
(177046001)
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul
“Pengaruh Foot Bath Terhadap Penurunan Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Selama proses penulisan proposal penelitian ini, penulis telah memperoleh beberapa
arahan dan bimbingan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Setiawan, S.Kp., MNS., P.hD selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., P.hD selaku Ketua Program Studi Magister
4. Dr. Siti Saidah Nst, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan proposal ini.
5. Prof. Dr., dr., Kiking Ritarwan, Sp.S(K)., MKT selaku dosen pembimbing 2 dan
pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dan karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan proposal penelitian. Semoga tesis
Penulis
Dora Hastura
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker payudara merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang abnormal
didalam jaringan payudara yang berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk
menyerang dan berpindah antar sel dan jaringan tubuh (Infodatin Kemenkes RI, 2019). Penyakit
kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan diseluruh dunia, meningkatnya angka
kematian akibat kanker payudara salah satunya karena terdeteksi pada stadium lanjut (WHO,
2019). Dari data American Cancer Society (2019) menunjukkan bahwa angka penderita kanker
payudara di Amerika Serikat terdapat 268.600 (30%), California 27.700 orang, dan New York
17.490 orang.
Data WHO tahun 2020 menunjukkan penderita kanker payudara di Indonesia sebanyak
65.858 (16,6%) sedangkan di Sumatera Utara sebanyak 2.682 orang (0.4%) (Kemenkes RI, 2015).
Dan data dari Rekam Medik RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2020 terdapat 657 pasien
Penanganan yang dilakukan pada pasien yang menderita kanker payudara salah satunya
adalah kemoterapi. Kemoterapi merupakan salah satu prosedur pengobatan dengan menggunakan
bahan kimia yang sangat kuat untuk menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker
dalam tubuh (Byju, Pavithran, dan Antony, 2018). Data dari WHO tahun 2019 menunjukkan
bahwa angka pasien yang menjalani kemoterapi tertinggi terdapat di negara-negara berkembang
seperti Afrika (62,4%), Asia Tenggara (49%) dan Mediterania Timur (14,9%). Dan di Indonesia
terdapat ± 396.914 orang pasien yang menerima kemoterapi. Data dari rekam medik RSUP Haji
Adam Malik Medan pada tahun 2020 terdapat 924 orang pasien yang menerima kemoterapi.
Pada saat melakukan tindakan kemoterapi disertai berbagai intervensi lainnya yang
dilakukan hingga mencapai waktu empat sampai enam bulan, pasien akan mengalami berbagai
mengakibatkan depresi akibat dari tindakan kemoterapi dengan berbagai keluhan yang dapat
Efek samping dari pengobatan kemoterapi salah satunya adalah neuropati perifer, yang
dilaporkan sekitar 64% dialami oleh pasien yang menjalani kemoterapi setelah pengobatan dengan
agen kemoterapi neurotoksik, yaitu taxanes, platinum dan alkaloid vinca (Seretny et al, 2014) dan
dapat terjadi pada seluruh jenis kanker yang mendapatkan agen kemoterapi tersebut, yang ditandai
dengan rasa nyeri yang diakibatkan kerusakan sistem saraf perifer dan saraf pusat dengan keluhan
pasien rasa sakit terbakar, dingin dan mati rasa (Park dan Park, 2015). Neuropati perifer akibat
kemoterapi merupakan sekelompok gejala neuromuskular yang diakibatkan dari kerusakan saraf
yang disebabkan oleh terapi obat yang digunakan pada pengobatan kanker (Tofthagen et al, 2011).
disfungsi selubung myelin dan juga menyebabkan penurunan kadar kalsium dan magnesium dalam
darah, padahal kalsium sangat diperlukan oleh tubuh kita yang memiliki fungsi utama untuk
pembekuan darah, kontraksi otot dan transmisi sinyal pada sel saraf. Defisiensi kalsium dan
kerusakan atau disfungsi selubung myelin dapat menyebabkan sensasi terbakar, menusuk atau
kesemutan yang tidak normal yang disebut paresthesia (Tofthagen et al, 2011 dan Park, Park,
2015).
Dari keluhan yang dialami pasien yang menerima kemoterapi dapat menyebabkan
pengurangan dosis agen kemoterapi, keterlambatan jadwal perawatan bahkan pasien melakukan
penghentian pengobatan dan pada akhirnya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup secara
keseluruhan sehingga mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas (Smith et al, 2017
Prevalensi kejadian neuropati perifer setelah menerima kemoterapi pada bulan pertama
didapatkan 68,1% pada bulan ke dua 60,6% dan bulan ke tiga 30% dan berasumsi bahwa neuropati
perifer akan mempengaruhi lebih banyak orang, hal ini di karenakan kasus dengan kanker akan
terus meningkat setiap hari dengan pengobatan kemoterapi yang semakin baru (Seretny et al,
2014). Hasil Penelitian Milterburg dan Boogerd (2014) terdapat 64 % pasien yang mengalami
neuropati perifer dan berdasarkan penelitian Chen, et al (2010) didapatkan bahwa laju kejadian
diantaranya terapi hangat, terapi pijat, aromaterapi dan pengurangan stress berbasis kesadaran
yang biasanya digunakan untuk menangani nyeri karena kanker dan dilaporkan bahwa 54,8 % dari
pasien yang diberikan intervensi tersebut memberikan banyak manfaat (Gatlin dan Schulmeister,
2007).
Terapi non farmakologi sangat diperlukan untuk perawatan yang lebih baik yaitu salah
satunya dengan menggunakan terapi air hangat seperti rendam kaki, karena air hangat mampu
meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan suhu kulit dengan memperluas pembuluh darah
perifer (Park dan Park, 2015). Terapi foot bath disebut juga Abzan istilah ini yang di keluarkan
oleh Persian Medicine yaitu merendam seluruh tubuh atau sebagian dari tubuh ditempatkan dalam
wadah terpapar udara, uap atau air dengan suhu berbeda sebagai tujuan terapeutik dengan
perendaman air hangat dapat membuka pori-pori tubuh yang mengarah ke transmisi materi yang
lebih baik termasuk untuk pengobatan eksternal ke dalam dan internal membuang yang tidak baik
perawatan non invasif, alami, aman, tanpa biaya, efesien dan mudah diterapkan sehari-hari tanpa
efek samping serta memberikan rasa lebih nyaman dan karena persiapannya lebih sedikit
dibandingkan merendam seluruh tubuh dengan air hangat (Park dan Park, 2015).
Menurut Ren et al (2011) bahwa disekitar kaki terdapat 65 zona refleks khususnya pada
bagian pergelangan kaki dan dengan menerapkan stimulasi air hangat dan tekanan terkontrol pada
area tertentu mampu memperlancar aliran darah serta merangsang sistem saraf pusat pasien dengan
mengaplikasikan air hangat pada titik penting di area kaki dan terapi ini dapat dilakukan pada
semua jenis kanker yang mendapat kemoterapi. Akibat dari kemoterapi bermacam-macam respon
yang dapat ditimbulkan pada masing-masing individu sehingga pada pasien yang mendapatkan
kemoterapi dan mengalami neuropati perifer dapat diaplikasikan foot bath karena dengan
rendaman air hangat dapat merangsang sistem saraf (kaitan antara Footh bath dan neuropati).
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan
Sumatera Utara untuk berbagai masalah pasien termasuk kanker. Berdasarkan pengamatan peneliti
di ruang kemoterapi RSUP Haji Adam Malik Medan, terapi foot bath atau perendaman kaki
dengan air hangat belum pernah dilakukan sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan
Melihat salah satu komplikasi yang terjadi pada pasien yang menjalani kemoterapi yaitu
neuropati perifer yang berdampak pada status kesehatan lainnya, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Pengaruh Foot Bath Terhadap Penurunan Gejala Neuropati Pada
Rumusan Masalah
Neuropati merupakan salah satu keluhan yang dialami oleh pasien yang menjalani tindakan
kemoterapi, dimana tindakan ini diberikan pada pasien yang telah didiagnosis kanker payudara
dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien tersebut, bukan hanya neuropati yang dikeluhkan oleh
pasien tetapi ada banyak keluhan lainnya yang mengganggu citra diri, peran dan gangguan
psikologis.
Perawatan sangat diperlukan pada pasien yang menjalani kemoterapi khususnya yang saat
ini dibutuhkan adalah perawatan yang sederhana dan tidak rumit seperti terapi non farmakologi
karena dianggap lebih aman daripada pemberian obat-obatan, dan merupakan salah satu terapi
komplementer yang diberikan yaitu terapi foot bath yang mampu memberikan efek postif pada
pasien neuropati karena dimana terapi air hangat mampu memperlancar aliran darah dan
Rendam kaki dengan menggunakan air hangat dapat diaplikasikan pada semua jenis kanker
yang mendapatkan kemoterapi karena dengan perendaman air hangat mampu merangsang saraf
sistem saraf pusat pasien dengan mengaplikasikan air hangat pada titik penting di area kaki dan
Berdasarkan proses terjadinya neuropati yang dapat terjadi pada semua pasien yang
menjalani kemoterapi maka dirumuskan dengan pertanyaan penelitian “Apakah Ada Pengaruh
Foot Bath Terhadap Penurunan Gejala Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi?”
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Foot Bath Terhadap
Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui gejala neuropati yang dialami pasien kemoterapi sebelum diberikan intervensi
b. Mengetahui gejala neuropati yang dialami pasien kemoterapi setelah diberikan intervensi pada
c. Mengetahui gejala neuropati yang dialami pasien kemoterapi sebelum dan setelah diberikan
d. Mengetahui gejala neuropati yang dialami pasien kemoterapi pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Pengaruh Foot Bath Terhadap Penurunan Gejala
Manfaat Penelitian
Bagi Pasien
Hasil dari penelitian ini dapat menambah informasi bahwa dengan terapi
foot bath dapat menurunkan gejala neuropati pada pasien yang menjalani kemoterapi.
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang pengaruh foot bath
pada pasien yang menjalani kemoterapi dengan gejala neuropati, serta dapat menjadi acuan
pelaksanaan asuhan keperawatan dalam memantau gejala neuropati dan menyarankan terapi foot
foot bath pada pasien yang menjalani kemoterapi untuk meringankan gejala neuropati,
meningkatkan kualitas hidup pasien, menurunkan tingkat stress dan memperbaiki kualitas tidur
pasien.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan acuan
dalam meneliti pasien kemoterapi pada penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
BAB 2
KONSEP TEORITIS
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang umum pada wanita. Kanker
payudara adalah penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang abnormal didalam jaringan
payudara yang berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk menyerang dan
berpindah antar sel dan jaringan tubuh (Infodatin Kemenkes RI, 2019). Tumor ganas (kanker)
dapat menyerang jaringan sekitarnya atau menyebar (bermetastasis). Kanker payudara hampir
seluruhnya terjadinya pada wanita, tetapi pria juga bisa terkena kanker payudara (American
Umumnya, lesi tidak nyeri tekan, terfiksasi, dan keras dengan batas tidak teratur, sebagian
besar terjadi dikuadran luar atas. Beberapa wanita tidak memiliki gejala dan tidak ada benjolan
yang teraba tapi memiliki mamografi yang abnormal. Tanda-tanda lanjut mungkin termasuk
lesung kulit, retraksi puting, atau ulserasi kulit (Smeltzer et al, 2010).
Faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara yang sedang hingga
meningkat adalah: a) Jenis kelamin: wanita 100 kali lebih mungkin terkena kanker payudara
daripada pria; b) Usia: usia adalah salah satu faktor kanker payudara. Wanita yang berusia 30-an
kira-kira 1 banding 250, sedangkan untuk wanita berusia 70-an kira-kira 1 banding 30. Sebagian
besar kanker payudara didiagnosa setelah menopause dan 75% terjadi setelah usia 50 tahun. Usia
dianggap sebagai kerusakan DNA yang terakumulasi selama hidup; c) Gaya hidup: kanker
payudara terjadi lebih sering pada populasi kaya dan barat, seperti Australia dan pada subpopulasi
dangan status social ekonomi yang lebih tinggi di Negara-negara yang menunjukkan bahwa faktor
gaya hidup yang terkait dengan westernisasi dan kemakmuran yang dikaitkan dengan peningkatan
resiko kanker payudara; d) Riwayat keluarga: wanita yang ibunya atau saudara perempuannya
dengan kanker payudara memiliki resiko dua kali lipat dari yang tidak memiliki riwayat (RR2).
Resiko meningkat dengan jumlah kerabat tingkat pertama terpengaruh, resikonya tiga kali lipat
bagi wanita yang tidak memiliki kerabat tingkat pertama yang terkena dampak (RR3); e) Kondisi
payudara: wanita yang didiagnosis dengan kanker payudara invasive beresiko dua sampai enam
kali lipat dari populasi yang terkena kanker pada payudara kontralateral (payudara lain); f)
estrogen endogen; wanita pasca menopause dengan tingkat tinggi estrogen (wanita dengan kadar
diatas 20%) memiliki resiko kanker payudara dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita dengan estrogen yang rendah (wanita dengan kadar dibawah 20%) (Severi dan Banlietto,
2009).
merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker
payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada system duktal. Mula-mula
terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu,
kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan
jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu snediri. Gajala kedua yang paling sering terjadi adalah
cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah
berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price dan Wilson, 2005;
dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase
ke organ yang dekat maupun yang jauh Antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe
aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ
Wanita dengan kanbker payudara kadang tidak merasakan gejala apapun meskipun
ditubuhnya telah tumbuh kanker, atau tubunhnya menunjukkan gejala kanker payudara tetapi
bukan karena kanker payudara, tetapi akibat kondisi medis lain. Gejala klinis yang dialami wanita
dengan kanker payudara yaitu: a) Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada
putting susunya. Adanya benjolan-benjolan kecil. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar
payudara atau didaerah ketiak. Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.
Benjolan itu awalnya kecil, semakin lama akan semakin membesar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Perubahan pada kulit
payudara diantaranya berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk. Payudara terasa panas, memerah dan
bengkak; b) Puting susu terasa mengeras. Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit
terus-menerus), mengeluarkan cairan dan darah. Kulit atau putting susu menjadi tertarik kedalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu semakin lama
akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara; c)
Adanya perdarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila
tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ketulang-tulang,
kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan
penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Black dan Hawks, 2014; Bonadoma et al, 2015).
pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi).
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit
dilakukan secara individual yaitu; a) Pembedahan: tumor primer biasanya dihilangkan dengan
pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada
tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat
mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker
atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup,
pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormone atau kemoterapi; b)
Terapi radiasi: terapi raidiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh
sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan; c) Terapi hormone: terapi hormonal dapat
menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormone dan dapat dipakai sebagai terapi
pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir; d) Terapi imunologi: sekitar 15-25%
tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan
dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibody yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab; e)
Kemoterapi: obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang
diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja
(Elizabeth, 2011).
Konsep Kemoterapi
Definisi Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pemberian obat untuk membunuh sel kanker tidak seperti radiasi
atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi bersifat sistemik dan menyebar ke suluruh tubuh dan
dapat mencapai sel kanker jauh atau metastase ke tempat lain (Loprinzi, Hershman, Staff, 2020).
Tindakan kemoterapi diberikan kepada pasien sebagai adjuvan atau terapi neoadjuvan untuk
pasien yang didiagnosa kanker dan juga diberikan untuk tujuan perawatan paliatif (Tan & Fatma,
2014).
Kemoterapi adalah suatu pengobatan kanker menggunakan bahan kimia untuk membunuh
sel kanker. Obat-obatan anti kanker ini menghancurkan sel-sel kanker dengan menghentikan
pertumbuhan dan reproduksi kanker akan tetapi sel-sel yang normalpun akan rusak akibat efek
samping kemoterapi. Secara umum pemberian kemoterapi dikombinasikan dengan dua atau lebih
obat kemoterapi dengan alasan bahwa obat yang berbeda meningkatkan efek masing-masing dan
menciptakan efek gabungan yang lebih baik daripada pemberian tunggal (American Cancer
Society, 2016).
menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh
sel-sel atau dnegan menghentikannya membelah. Kemoterapi dapat diberikan melalui mulut,
injeksi, atau infus, atau pada kulit, tergantung pada jenis dan stadium kanker yang sedang dirawat.
Ini dapat diberikan sendiri atau dengan perawatan lain, seperti operasi, terapi radiasi atau terapi
biologis.
Tujuan Kemoterapi
Menurut Cancer Council Australia (2016), tujuan kemoterapi adalah sebagai berikut: a)
Untuk mencapai penyembuhan, dalam banyak kasus tujuan kemoterapi adalah untuk
menyebabkan tanda-tanda dan gejala kanker dapat mengurangi atau menyembuhkan. Perawatan
dapat disebut kemoterapi kuratif. Ini bida diberikan sendiri atau dengan perawatan lain seperti
diberikan sebelum atau sesudah penanganan lainnya dengan tujuan untuk mengurangi kanker
sehingga pengobatan utama lebih efektif. Jika kemoterapi diberikan setelah perawatan utama
(terapi adjuvan) tujuannya adalah untuk menyingkirkan sel kanker yang tersisa; c) Untuk
disebut kemoterapi paliatif; d) Untuk meredakan gejala: dengan mengecilkan kanker yang
menyebabkan rasa sakit dan gejala lainnya, kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup, disebut
berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah kemoterapi awal telah mencapai penyembuhan kanker,
disebut kemoterapi perawatan. Tujuannya untuk mencegah atau menunda kembalinya kanker.
Jenis-jenis Kemoterapi
Menurut UI Cancer Information Service (2016) jenis-jenis kemoterapi terbagi atas: 1).
Agen alkilasi: kelompok obat ini bekerja langsung pada DNA untuk menjaga agar sel tidak
berproduksi sendiri. Obat-obatan ini akan membunuh sel disemua fase sel. Bebrapa contoh agen
sekelompok obat yang bertindak sama dengan agen alkilasi. Obat-obatan ini memperlambat atau
menghentikan enzim yang membantu memperbaiki DNA. Obat ini akan bekerja sampai ke otak
meskipun banyak obat-obatan kemoterapi. Contohnya adalah Carmustine dan Lomustine; 3). Anti
metabolit: adalah obat yang menganggu RNA dan DNA sel. Anti metabolit bekerja ketika sel
dan produk alami: obat-obatan yang terbuat dari produk alami. Kelompok ini memblokir
kemampuan sel untuk membelah dan menjadi dua sel, dan memperbaiki kerusakan sel. Contohnya
adalah Vincristine, Paclitaxel dan Topotecan; 5) Antibiotik anti tumor: adalah obat anti-neoplastik
yang terbuat dari mikro organisme. Antibiotik ini tidak bertindak seperti antibiotic yang digunakan
untuk mengobati infeksi. Mereka dapat bekerja disemua fase siklus sel. Mereka bias memecah
untaian DNA atau memperlambat atau menghentikan sintesis DNA yang dibutuhkan sel untuk
tumbuh. Contohnya adalah Bleomycin, Doxorubicin dan Mitoxantrone; 6) Agen hormonal, ada
dua jenis agen hormonal yang digunakan dalam pengobatan kanker yaitu hormon kortikosteroid
digunakan untuk mengobati beberapa kanker (leukemia, multiple myeloma, dan limfoma). Steroid
juga digunakan untuk mengurangi pembengkakan disekitar tumor otak dan sumsum tulang
belakang. Steroid digunakan dengan obat kemoterapi lainnya dalam kombinasi kemoterapi.
adalah obat yang memperkuat system kekebalan tubuh untuk melawan pertumbuhan kanker. Agen
lain menghentikan atau memperlambat pertumbuhan kanker dengan mengganggu proses yang
diperlukan untuk tumbuh atau menyebar. Kelompok obat anti kanker yang berkembang ini sering
dianggap terpisah dari kemoterapi. Contoh-contoh pengubah respons biologis adalah Herceptin
Sebagian besar obat kemoterapi memasuki aliran darah dan melakukan perjalanan ke
seluruh tubuh untuk mencapai sel-sel kanker di organ dan jaringan. Sebagian kemoterapi diberikan
langsung dilokasi kanker daripada melalui lairan darah. Obat kenoterapi merusak sel saat
membelah. Ini membuat obat-obat efektif terhadap sel-sel kanker, yang membelah jauh lebih cepat
daripada kebanyakan sel normal. Namun, beberapa sel normal seperti folikel rambut, sel darah,
dan sel didalam mulut atau usus membelah dengan cepat. Efek samping terjadi ketika kemoterpi
Ada banyak jenis obat kemoterapi dan setiap pasien akan diberikan campuran yang berbeda
tergantung pada jenis kanker yang mereka miliki. Obat kanker tersebut akan mengalir melalui
pembuluh darah dan merusak sel-sel kanker sehingga tidak dapat menyebar dan membuat lebih
banyak sel kanker. Obat kemoterapi dapat membunuh beberapa sel sehat pada tubuh. Tetapi sel-
sel sehat biasanya dapat memperbaiki diri dan kembali normal setelah waktu yang singkat.
Sel-sel kanker cenderung tumbuh cepat dan obat-obatan kemo membunuh sel-sel yang
tumbuh cepat. Teteapi karena obat-obatan ini menyebar ke seluruh tubuh maka dapat
mempengaruhi sel-sel normal dan sel sehat yang juga cepat tumbuh. Keruskan sel-sel sehat
menyebabkan efek samping. Sel normal yang kemungkinan besar rusak oleh kemo adalah; a) Sel-
sel pembentuk darah di sumsum tulang; b) Folikel rambut; c) Sel-sel di mulut, saluran pencernaan,
dan system reproduksi. Bebrapa obat kemoterapi dapat merusak sel-sel di jantung, ginjal, kandung
Obat kemoterapi dibagi kedalam empat level berdasarkan emetogenik atau persentase
kejadian mual muntah pada penggunaan agen kemoterapi, yaitu level minimal jika kurang dari
10%, level rendah jika diantara 10-30%, level sedang jika 31-90% dna level tinggi jika lebih dari
90% (Hesketh, 2008). Klasifikasi tersebut dapat digambarkan pada table 2.1 berikut ini:
Neuropati perifer merupakan gangguan pada saraf dapat berupa kondisi lemah, mati rasa
yang biasanya terjadi pada bagian kaki dan tangan, neuropati perifer akibat kemoterapi atau
disebut juga dengan Chemotherapy Induced Peripheral Neurophaty (CIPN) adalah gejala
neuromuskular yang dihasilkan dari kerusakan saraf yang disebabkan oleh terapi obat yang
Neuropati perifer yang diinduksi kemoterapi (CIPN) adalah komplikasi umum dan
berpotensi membatasi dosis dari banyak agen sitotoksik yang efektif, termasuk beberapa jenis
kemoterapi seperti taxanes yang banyak digunakan sebagai bagian dari kombinasi kemoterapi
Neuron yang berdiameter besar dikelilingi oleh lapisan isolasi atau selubung mielin dan
disebut dengan serat A-Aplha atau serat A-Beta. Selubung mielin membantu memfasilitasi
transmisi impuls di sepanjang saraf. Banyak agen kemoterapi diyakini menyebabkan kerusakan
atau disfungsi selubung myelin. Sehingga dapat menyebabkan sensasi terbakar, menusuk, atau
kesemutan yang tidak normal yang disebut paresthesia. Kerusakan terhadap sistem saraf diyakini
dapat menyebabkan sensitisasi dan hipereksitabilitas nosiseptor perifer. Dan neuropati sensorik
irevesibel dapat disebabkan oleh degenerasi aksonal dan cedera ganglion akar dorsal dan
(Tofhagen, 2011).
Manifestasi klinis neuropati perifer akibat kemoterapi meliputi gejala neuropati yang
dirasakan seperti nyeri atau tidak adanya rasa nyeri dan gangguan dalam melakukan kegiatan
a) Neuropati yang menimbulkan rasa nyeri; mengacu pada sekelompok gejala neurologis yang
ditandai dengan nyeri, ketidaknyamanan atau sensasi berlebihan yang disebut juga dengan
nyeri neuropati atau nyeri yang disebabkan oleh lesi primer atau disfungsi sistem saraf dan
digambarkan dengan menggunakan berbagai istilah termasuk nyeri seperti tertusuk tajam,
kesemutan, terasa terbakar, nyeri seperti tertembak dan tersengat listrik tetapi meski demikian
tidak semua pasien yang mengalami nyeri Chemoterapy Induksi Peripher neuropathy (CIPN)
atau neuropati perifer akibat kemoterapi mengidentifikasi gejala neurologis yang tidak nyaman
sebagai nyeri.
b) Neuropati tanpa rasa nyeri; yang mengacu pada sekelompok gejala neurologis yang ditandai
dengan hilangnya sensasi atau kehilangan fungsi seperti mati rasa, kelemahan otot, hilangnya
refleks tendon dalam, kehilangan keseimbangan dan hilangnya keterampilan motorik halus dan
neuropati tanpa rasa nyeri diperkirakan memiliki efek yang lebih besar pada fungsi fisik dari
Berdasarkan Chan dan Ismail (2014) manifestasi klinis yang dapat timbul akibat dari
adalah usia, riwayat alkoholisme, diabetes mellitus, neuropati dengan riwayat keturunan dan terapi
sebelumnya dengan terapi neurotoksik dan perkembangan neuropati yang semakin parah dapat
menyebabkan nyeri yang signifikan, kesulitan untuk melakukan pergerakan, gangguan aktivitas
sehari-hari yang dapat mengakibatkan pengurangan dan penundaan dosis yang cepat sehingga
berpotensi mengurangi efek positif dari pengobatan kemoterapi (Bhatnagar et al, 2014).
Gejala biasanya digambarkan sebagai mati rasa dan kesemutan dalam, terutama dibagian
distal ekstremitas bawah. Pasien juga dapat melaporkan nyeri kaki yang bersifat tajam yang terjadi
intermiten. Hilangnya refleks tendon dalam dan sensasi nyeri dan perubahan suhu, hal yang paling
sindrom nyeri yang signifikan, kesulitan dengan ambulasi, dan gangguan pada aktivitas rutin
sehari-hari yang mengakibatkan pengurangan dan penundaan dosis yang cepat yang berpotensi
mengurangi kemanjuran pengobatan kanker stadium awal dan pengobatan dengan farmakologis
memiliki tingkat keberhasilan yang bervariasi dan memiliki efek samping tersendiri (Bhatnagar et
al, 2016).
Klasifikasi Neuropati
a) Polineuropati Neuropati
Jenis ini menyebabkan kerusakan fungsional yang simetris, biasanya disebabkan oleh
kelainan-kelainan difus yang mempengaruhi seluruh susunan saraf perifer, seperti gangguan
metabolik keracunan, keadaan defisiensi, dan reaksi imunoalergik. Bila gangguan hanya
mengenai akar saraf spinalis maka disebut poliradikulopati dan bila saraf spinalis juga ikut
terganggu maka disebut poliradikuloneuropati. Gangguan saraf tepi terutama bagian distal
tungkai dan lengan, sensorik dan motorik. Gangguan distal lebih dahulu berupa gangguan
sensibilitas berupa gambaran kaus kaki dan sarung tangan (glove and stocking pattern), tungkai
terkena lebih dahulu. Gangguan saraf otak dapat terjadi pada polineuropati yang berat seperti
b) Radikulopati Lesi utama yaitu pada radiks bagian proksimal, sebelum masuk ke foramen
intervertebralis. Pada kasus ini dijumpai proses demielinisasi yang disertai degenerasi aksonal
sekunder. Demielinisasi diduga sebagai akibat reaksi alergi. Gangguan sensorik sangat
bervariasi, kadang-kadang berupa gangguan segmental, pola kaus kaki dan juga dapat normal
tanpa kelainan. Kelemahan otot dapat terjadi pada bagian proksimal maupun distal pada
tungkai. Atrofi tidak begitu nyata dibandingkan pada poli neuropati. Refleks-refleks dapat
c) Mononeuropati Lesi bersifat fokal pada saraf tepi atau lesi bersifat fokal majemuk yang
berpisah-pisah (mononeuropati multipleks) dengan gambaran klinis yang simetris atau tidak
simetris. Penyebabnya adalah proses fokal misalnya penekanan pada trauma, tarikan, luka,
alat ukur untuk mengetahui bagaimana neuropati yang di alami oleh seseorang yang menerima
kemoterapi yang berisi 11 pertanyaan dengan sub pertanyaan yang di ukur dari 0-10 dan dinilai
Alat ukur yang khusus untuk pasien dengan neuropati akibat kemoterapi ini dikembangkan
pada tahun 2008 oleh Tofhagen, Cindy dengan pengukuran secara multidimensional dari
Chemotherapy Induced Peripheral Neuropathy Assessment Tool termasuk karakter dari neuropati
yang dirasakan, intensitas, waktu kapan saja keluhan tersebut terjadi, distress dan pengaruhnya
Foot bath (rendam kaki) berarti merendam kaki dengan air hangat yaitu air hangat 41°C
lebih efektif daripada suhu 40°C, rendam kaki tidak hanya meningkatkan mikrosirkulasi, juga
meningkatkan konsentrasi obat yang efisien di ekstremitas bawah dan menjadi alternatif yang lebih
baik supaya tidak mengkonsumsi onat-obatan farmakologi lebih sering (Fan et al, 2018; Yang et
al, 2016).
Menurut Vakilinia (2020) Rendam kaki dapat disebut juga dengan "Abzan" yang
merupakan modalitas unik pengobatan dari persia yang merupakan perangkat sederhana yang
digunakan untuk pencegahan dan/ atau perawatan berbagai masalah medis. Dalam metode Abzan,
seluruh tubuh atau bagian-bagian tubuh ditempatkan di dalam wadah, terpapar udara, uap atau
asap atau terbenam dalam berbagai larutan obat dengan berbeda suhu untuk tujuan terapeutik.
Mempertimbangkan bahwa Abzan juga telah diperkenalkan di persia sebagai salah satu cara
Terapi air hangat, seperti rendam kaki dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan
meningkatkan suhu kulit dengan memperluas pembuluh darah perifer. Rendam kaki lebih banyak
memberikan rasa nyaman dan lebih efisien dan membutuhkan persiapan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan merendam seluruh tubuh dalam air (Park dan Park, 2015).
komplementer yang dapat dilakukan dalam praktik keperawatan, foot bath dengan metode
rendaman air hangat dianggap sebagai metode yang cocok untuk menimbulkan kenyamanan dan
relaksasi hasil dari rendam air hangat yang dapat membantu pada aktivitas saraf otonom dan fungsi
kekebalan tubuh dengan cara menginduksi peningkatan aktivitas parasimpatis dan penurunan
aktivitas simpatik, menunjukkan bahwa rendam kaki dengan air hangat yang menggunakan wadah
seperti waskom mampu memberikan keadaan yang rileks, selain dari efek fisiologis tersebut, foot
bath juga memberikan kenyamanan, tidur berkualitas sehingga mampu meningkatkan kualitas
hidup pasien yang mendapatkan terapi foot bath (Orita et al, 2016).
penting untuk menghasilkan efek positif dari terapi komplementer. Di bawah ini merupakan
tekhnik mengaplikasikan terapi rendam kaki menurut Park (2015); Vakilinia, et al (2020)
1. Tahap pertama isi waskom dengan air berisi 5 liter air hangat, perhatikan suhu air yang
dapat ditoleransi yaitu pada 40°C-45°C lebih tinggi dari suhu tubuh agar stabil untuk
merangsang sel dengan waktu perendaman kaki adalah 15 menit, pada saat itulah tubuh
menjadi hangat dan menghasilkan keringat di ketiak, dahi, dan punggung. Pengukuran
suhu air dengan (termometer digital untuk suhu air). Level air diisi sampai ke tulang
2. Tahap kedua lakukan dengan rendam kaki pertama dilakukan pada pagi hari dengan
lutut dipegang dengan sudut terbuka dan celana ditarik hingga sekitar 5 cm di atas
4. Tahap ke empat menjelaskan kembali kepada pasien saat ingin pulang untuk tetap
melakukan terapi rendam kaki dilakukan setiap hari di rumah sekali dalam sehari dan
Peneliti memantau pasien melalui telepon apakah tindakan sudah dilakukan saat berada di
5. Tahap ke lima jika pasien melakukan kemoterapi siklus berikutnya maka setelah satu bulan
tindakan dilakukan oleh peneliti menjumpai kembali pasien yang menjadi responden dan
6. Pasien disarankan untuk mengeringkan kaki dan memakai kaus kaki tidur setelah
melakukan rendam kaki dan minum air hangat untuk menjaga suhu tubuh jika haus setelah
Teori keperawatan yang digunakan dalam peelitian ini adalah teori Kolcaba. Kolcaba
menggunakan pendekatan kenyamanan dengan menggunakan tiga ide sebelumnya yaitu relief
(kelegaan) yang merupakan arti kenyamanan dari penelitian Orlando yang mengemukakan bahwa
perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien, yang kedua ease (ketentraman)
merupakan arti kenyamanan menurut Henderson yang mendeskripsikan 13 fungsi dasar manusia
yang harus dipertahankan, yang ketiga transcendence yang dijabarkan oleh Paterson dan Zderad
yang mengemukakan bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi kesulitan (Aligood,
2014).
Menurut Kolcaba (2001) yang menyatakan teori kenyamanan bahwa perawat harus mampu
membuat dan memanipulasi lingkungan sekitar pasien seperti suara, suasana dan furniture rumah
sakit untuk membentuk kenyamanan pasien dan konteks kenyamanan dapat dilihat melalui fisik,
psiko spiritual, lingkungan dan sosial yang dinilai dari 3 ide yang dikemukakan oleh Kolcaba yaitu
penerima, pasien, pekerja, komunitas, usia yang dimana meliputi beberapa hal yang diukur untuk
merupakan kebutuhan kenyamanan yang berkembang dari situasi stress dalam asuhan
keperawatan yang tidak dapat dicapai dengan sistem dukungan penerima secara umum; b)
Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan ditujukan untuk mencapai
kebutuhan kenyamanan penerima asuhan yang terdiri dari fisiologis, sosial, budaya, ekonomi,
psikologis, spiritual, lingkungan dan intervensi fisik; c) Variabel yang mengintervensi merupakan
interaksi yang mempengaruhi persepsi penerima mengenai kenyamanan sepenuhnya. Hal ini
mencakup pengalaman sebelumnya termasuk usia, sikap, status emosional, latar belakang budaya,
sistem pendukung, prognosis, ekonomi, edukasi dan keseluruhan elemen lainnya dari pengalaman
penerima; d) Rasa nyaman yang merupakan status yang diungkapkan atau dirasakan penerima
terhadap intervensi kenyamanan yang didapatkan. Hal ini merupakan pengalaman yang holistik
menjabarkan tujuan hasil yang ingin dicapai tentang makna sehat yaitu sikap penerima
berkonsultasi mengenai kesehatannya dengan perawat dan dijabarkan kembali oleh Schlotfeldt dan
dijelaskan menjadi internal, eksternal atau peacful death (kematian yang damai); f) Integritas
institusional yang merupakan komunitas, perusahaan, sekolah, rumah sakit, regional, negara dan
negara yang memiliki kualitas yang lengkap, utuh, berkembang, etik, tulus akan memiliki
integritas kelembagaan. Ketika institusi tersebut menunjukkan hal tersebut, hal ini akan
menciptakan dasar praktik dan kebijakan yang tepat; g) Praktik terbaik merupakan intervensi yang
diberkan petugas kesehatan sesuai dasar keilmuan dan praktik untuk mendapatkan hasil yang
terbaik untuk pasien dan keluarga; h) Kebijakan terbaik atau kebijakan regional dimulai dari
adanya protokol prosedur dan medis yang mudah untuk di akses, diperoleh, dan diberikan.
Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian yaitu dasar dari model konseptual tertentu yang
menghubungkan dengan suatu penelitian yang bertujuan untuk menganilasa hasil dari sebuah
penelitian (Polit dan Beck, 2010). Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu quasi experimental dimana
metode penelitian yang digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat atau mencari pengaruh
dari suatu intervensi terhadap populasi tanpa adanya randomisasi penentuan subjek penelitian.
Penelitian dengan metode quasi experimental menggunakan pre test post test with control group
Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi,
dimana kelompok kontrol tidak diberikan intervensi penelitian hanya dengan asuhan keperawatan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur rumah sakit sedangkan untuk kelompok intervensi
merupakan responden yang diberikan perlakuan sesuai dengan intervensi dalam penelitian.
Hal ini sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh foot bath terhadap
penurunan gejala neuropati pada pasien yang menjalani kemoterapi. Adapun desain penelitian
R1 : X1 X X2
X5
R2 : X3 X4
Keterangan:
R1 : Responden kelompok yang menerima intervensi foot bath
R2 : Responden kelompok yang tidak menerima intervensi foot bath
X1 : Pengkajian gejala neuropati sebelum intervensi foot bath pada
kelompok intervensi
X2 : Pengkajian gejala neuropati setelah diberikan intervensi foot bath
pada kelompok intervensi
X : Intervensi aplikasi foot bath dengan air hangat
X3 : Pengkajian gejala neuropati sebelum dilakukan intervensi sesuai
SOP Rumah Sakit
X4 : Pengkajian gejala neuropati sesudah dilakukan intervensi keperawatan
sesuai SOP Rumah Sakit pada pasien yang menjalani terapi kemoterapi.
X5 : Perbedaan gejala neuropati pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi setelah dilakukan intervensi
Lokasi penelitian ini dilakukan di unit kemoterapi RSUP Haji Adam Malik Medan dengan
alasan RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit dengan tipe A dan melayani banyak
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan izin pelaksanaan penelitian dari pihak
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan dengan alasan agar intervensi yang dilakukan dapat
lebih maksimal dan diberikan 4 kali dalam 1 minggu kepada pasien yang sedang menjalani terapi
kemoterapi.
Populasi
Populasi adalah seluruh agregasi dimana peneliti tertarik untuk menelitinya, populasi tidak
terbatas bukan hanya pada manusia tetapi dapat juga terdiri dari rumah sakit, catatan file medis di
rumah sakit, semua sampel darah yang diambil dari pasien, organisasi dan apapun yang unit hal
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker 924 yang menjalani kemoterapi
Sampel
Sampling adalah proses memilih sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi dan
sampel menjadi bagian dari populasi (Polit dan Beck, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan non probability sampling dengan tekhnik consecutive
sampling dengan mengambil semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria inklusi sampel
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: (1) pasien yang telah didiagnosis kanker
payudara; (2) pasien yang menerima obat kemoterapi dengan senyawa platinum dan taxanes; (3)
pasien stadium III-V; (4) pasien yang sudah menjalani kemoterapi minimal 3 bulan; (5) mengalami
neuropati pada bagian ekstremitas bawah; (6) pasien yang setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian. Kriteria eksklusi adalah: (1) adanya luka terbuka di area aplikasi intervensi; (2) ada
alergi terhadap terapi yang diberikan; (3) memiliki masalah dermatologi; (4) tidak dapat
berkomunikasi.
Untuk pengecualian responden dalam kelompok kontrol agar tidak berpengaruh dari
kelompok intervensi maka pasien dengan kelompok intervensi yang mendapat terapi foot bath dan
pasien yang menjadi kelompok kontrol diberikan intervensi keperawatan sesuai dengan asuhan
Perhitungan besar sampel menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap
rerata dua populasi independen (Sostroasmoro dan Ismael, 2014) sebagai berikut:
(𝑍𝛼+𝑍𝛽)s 2
𝑛 = 𝑛₂ = 2 [ ]
x₁−x₂
Keterangan:
Penelitian sebelumnya yang dilakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Park dan Park
(2015) yang bertujuan membandingkan hasil dari foot bath dan foot massage pada pasien dengan
CIPN sebelum dan sesudah implementasi. Simpang baku kedua kelompok (s) adalah 0.28 (dari
penlitian Park dan Park, 2015), perbedaan klinis yang diinginkan (x₁ -x₂ ) = 0.20, Zα = 1.96 dan
(1,96+0.842) 0,28 2
= 2[ ]
0,20
(2,802) 0,28 2
= 2[ ]
0,20
0,78456 2
= 2[ ]
0,20
0,6155
=2
0,04
1,2310
= 0,04
= 30,77
n = n₂ = 30, 77
Untuk mengantisipasi kemungkinan subyek terpilih drop out, loss to follow up, peneliti
menambahkan sejumlah subyek agar besar sampel tetap terpenuhi dengan formula sederhana yang
Keterangan:
Dengan formula diatas, maka dapat dihitung jumlah subyek yang diteliti (n) = 30,77 / (1-0,1) = 33
Tahap Persiapan
Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan setelah dilakukan setelah melalui prosedur
etichal clearance dan kemudian dilanjutkan dengan mengurus izin tempat penelitian dengan
Sumatera Utara yang ditujukan ke RSUP HAM Medan. Tahap berikutnya peneliti
Pengumpulan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sampel.
Tahapan berikutnya peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan penelitian dan
prosedur intervensi yang akan dilakukan dan penandatanganan informed consent oleh responden
meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan cara meminta
responden menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan oleh
peneliti. Pada lembar informed consent juga dicantumkan alamat lengkap dan usia pasien.
responden pada saat pertama kali berjumpa, serta mengidentifikasi berdasarkan kriteria inklusi
Tahap Pelaksanaan
1. Pre test
karakteristik pasien, dan mencatat alamat lengkap pasien, kemudian peneliti membuat
tabulasi data.
2. Intervensi
ruang unit kemoterapi pada saat menjalani terapi kemoterapi dengan alasan agar responden
lebih kooperatif terhadap peneliti. Pada tahap ini peneliti meminta bantuan dari kepala
ruangan unit kemoterapi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan untuk dapat
menganjurkan responden untuk mengikuti program yang diberikan oleh peneliti dan
membuat responden menjadi lebih tenang. Penelitian ini dilakukan pengukuran gejala
neuropati 1 kali setelah dilakukan intervensi baik perendaman kaki dengan air hangat dan
3. Post test
Perendaman kaki dengan air hangat yang diberikan dengan cara merendam kaki ke dalam
air hangat dengan suhu 40°C - 45°C dengan durasi 15 menit yang dilakukan pada saat
pasien sedang menjalani terapi kemoterapi dan setelah pemberian selama 1 bulan maka di
Metode Pengukuran
Instrument
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gejala neuropati pasien kanker yang menjalani
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat valid suatu alat ukur atau
sejauh mana sebuah instrument mampu melakukan pengukuran terhadap apa yang seharusnya
diukur (Polit dan Beck, 2012). Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuesioner Chemotherapy Induced Peripheral Neuropathy Assessment Tool (CIPNAT) yang sudah
diuji validnya oleh Kutluturkan, Ozturk, Arikan, Kahraman, Ozcan dan Ucar pada tahun 2014
dengan koefisien korelasi: r = 0.92, P < 0.001 sehingga peneliti tidak perlu melakukan uji validitas
Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana alat ukur tersebut
menghasilkan data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang. Uji
reliabilitas dengan metode ini sering dilakukan pada jenis instrumen pedoman observasi (Polit dan
Beck, 2012).
Adapun variabel yang akan diteliti yaitu gejala neuropati yang akan ditanyakan kepada
(CIPNAT) yang sudah diuji reliabilitasnya oleh Kutluturkan, Ozturk, Arikan, Kahraman, Ozcan
dan Ucar pada tahun 2014 dengan interrater reliability secara statistik signifikan (κ = 0.401, P <
0.001), dimana nilai Cohen’s Kappa 0.4 hingga 0.6 dianggap baik, sehingga peneliti tidak
Data yang telah terkumpul melalui lembar observasi diolah melalui empat tahapan yaitu :
Editing
Proses editing dilakukan setelah pengumpulan data dilakukan dengan memeriksa kembali
kelengkapan, kejelasan dan relevansi format pengkajian karakteristik responden dan lembar
observasi sesuai dengan kebutuhan peneliti. Proses ini dilakukan selama berada dengan konsumen
atau dilapangan sehingga apabila ada data yang meragukan, salah atau tidak diisi dapat
Coding
masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa
kelengkapannya. Data-data yang berupa angka atau tulisan dikategorikan dalam skor yang telah
ditetapkan peneliti.
Entry Data
Setelah melakukan coding maka langkah selanjutnya adalah melakukan entry data dari
Cleaning
Kegiatan membersihkan data dengan melakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang
Analisa data
Analisa Univariat
Tahap selanjutnya adalah analisa data. Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan
karakteristik responden dan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Variabel
yang berbentuk kategorik (usia, jenis kelamin, lama mengalami kemoterapi dan derajat neuropati
perifer) disajikan berupa nilai dalam bentuk frekuensi dan persentase.
Rumus presentase:
𝑓
% = 𝑛 𝑥100%
Keterangan
n : jumlah responden
Analisa Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui perbedaan skala neuropati perifer sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi. Uji yang digunakan adalah jenis uji t dependent dan uji t
independent (paired t test). Uji t independent digunakan untuk menguji beda mean dari hasil
pengukuran untuk membandingkan dua kelompok yang berbeda, dan uji t dependent digunakan
untuk membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi pada masing masing
kelompok (Polit dan Beck, 2012). Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas data menggunakan Uji Shapiro Wilk. Data yang berdistribusi normal akan dilakukan
uji beda dua mean (uji t test) yaitu t tidak berpasangan/independen. Uji statistik ini dinyatakan
Uji stastistik parametrik diperlukan asumsi tentang distribusi variabel-variabel dan estimasi
sebuah parameter. Uji asumsi perbedaan dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan tes
parametrik, berada pada ditribusi yang normal dengan menampilkan kurval normal dan linear serta
homogenitas (Polit dan Beck, 2010). Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel untuk mengetahui
perbandingan skala neuropati sebelum dan sesudah diberikan terapi foot bath.
Adapun asumsi yang harus dipenuhi pada uji parametrik dengan menggunakan dependent t test
dan independent t test adalah : 1). Kelompok data berpasangan dan yang bebas, 2). Data
perkelompok berdistribusi normal, 3). Varian antar kelompok sama atau homogen, 4). Variabel
Pertimbangan Etik
penelitian yang terdiri dari beneficience, respect for human dignity dan justice (Polit dan Beck,
2012). Pertimbangan etik terkait penelitian ini dilakukan melalui persetujuan dari komite etik
Asas manfaat merupakan salah satu prinsip etik yang paling mendasar, dalam hal ini peneliti
harus menghindari segala macam resiko yang dapat menyebabkan kerugian dan memaksimalkan
Dalam penelitian ini menggunakan aplikasi foot bath yaitu perendaman air hangat di bagian
kaki pasien yang paling dominan terjadi neuropati perifer yaitu pada ekstremitas bawah dan atas
apabila pada saat intervensi terjadi alergi atau efek yang tidak di inginkan maka intervensi di
Dalam penelitian, peneliti memiliki kewajiban untuk menghindari dan mencegah kerugian
dan ketidaknyamanan baik fisik, emosional, sosial serta keuangan responden (Polit dan Beck,
2012). Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan (informed
concent) pasien atau keluarga sebagai salah satu langkah peneliti untuk mencegah terjadinya
Responden yang terlibat dalam penelitian ini mendapat jaminan bahwa partisipasi, informasi
serta data yang diberikan tidak akan menimbulkan kerugian pada responden dimasa yang akan
datang (Polit dan Beck, 2012). Peneliti memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga bahwa
informasi dan data yang diberikan hanya utuk kepentingan penelitian dan hasil yang didapatkan
Hak untuk membuat keputusan (the right to self determination). Responden dalam suatu
penelitian merupakan individu yang memiliki otonomi untuk menentukan aktifitas yang akan
dilakukan dalam artian bahwa responden memiliki hak untuk memutuskan apakah akan
berpartisipasi dalam penelitian atau tidak serta menarik diri dari proses selama penelitian
berlangsung tanpa adanya rasa khawatir mendapatkan sanksi atau tuntutan hukum, bebas dari
paksaan serta ancaman (Polit dan Beck, 2012). Selama proses penelitian berlangsung, peneliti
sangat menghargai dan menerima semua keputusan pasien yang dalam hal ini diwakilkan oleh
keluarga sehingga pasien atau keluarga terlibat dalam penelitian secara sukarela.
Dalam penelitian responden mempunyai hak dalam membuat suatu keputusan serta
mendapatkan informasi terkait penelitian yang akan menjadi dasar penting dalam informed
concent (Polit dan Beck, 2012). Sebelum penelitian dilakukan peneliti memberikan penjelasan
tentang penelitian yang akan diikuti oleh pasien setelah penjelasan diberikan, pasien atau keluarga
diberikan kesempatan untuk bertanya serta memutuskan apakah pasien dapat terlibat dalam
penelitian.
Hak untuk mendapatkan tindakan yang adil (the right to fair treatment)
Dalam penelitian prinsip memperlakukan secara adil artinya memilih responden berdasarkan
pada kriteria-kriteria sampel dan bukan berdasarkan maksud atau posisi tertentu. Responden
diperlakukan sama tanpa adanya unsur diskriminasi sehingga peneliti harus menghargai perbedaan
baik dalam hal keyakinan, budaya serta sosial ekonomi responden (Polit dan Beck, 2012). Pada
aplikasi penelitian kriteria sampel telah diidentifikasi terlebih dahulu sehingga pasien yang dipilih
adalah pasien yang memang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan.
Responden memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan mengenai data atau informasi
dirinya untuk dijaga kerahasiaannya (Polit dan Beck, 2012). Dalam penelitian ini peneliti
menghargai privasi pasien, untuk menjaga privasi tersebut pada lembar pengumpulan data pasien
Ben-Horin, I., Kahan, P., Ryvo, L., Inbar, M., Lev-Ari, S., & Geva, R. (2017). Acupuncture
and reflexology for chemotherapy-induced peripheral neuropathy in breast
cancer. Integrative cancer therapies, 16(3), 258-262.
Bhatnagar, B., Gilmore, S., Goloubeva, O., Pelser, C., Medeiros, M., Chumsri, S., ... & Bao,
T. (2014). Chemotherapy dose reduction due to chemotherapy induced peripheral
neuropathy in breast cancer patients receiving chemotherapy in the neoadjuvant or adjuvant
settings: a single-center experience. Springerplus, 3(1), 1-6.
Fan, G., Huang, H., Lin, Y., Zheng, G., Tang, X., Fu, Y., ... & Qiu, X. (2018). Herbal
medicine foot bath for the treatment of diabetic peripheral neuropathy: protocol for a
randomized, double-blind and controlled trial. Trials, 19(1), 1-8.
Iqbal, Z., Azmi, S., Yadav, R., Ferdousi, M., Kumar, M., Cuthbertson, D. J., ... & Alam, U.
(2018). Diabetic peripheral neuropathy: epidemiology, diagnosis, and
pharmacotherapy. Clinical therapeutics, 40(6), 828-849.
Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, pp.33-
35 5.
Harsono.2015. Buku Ajar Neurologi Klinik. Yogyakarta: UGM Press, 84-89
Kutlutürkan, S., Öztürk, E. S., Arıkan, F., Kahraman, B. B., Özcan, K., & Uçar, M. A.
(2017). The psychometric properties of the Turkish version of the chemotherapy-induced
peripheral neuropathy assessment tool (CIPNAT). European Journal of Oncology
Nursing, 31, 84-89.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. PMK No. 5 ttg Panduan Praktik Klinis Dokter
di FASYANKES Primer. Jakarta: Kemenkes RI
Miltenburg, N.C., Boogerd, W., 2014. Complications of treatment chemotherapy-induced
neuropathy: a comprehensive survey. Cancer Treat. Rev. 40, 872–882.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2013. Standar Pelayanan Medik Neurologi.
Jakarta: Perdossi
Park, R., & Park, C. (2015). Comparison of foot bathing and foot massage in chemotherapy-
induced peripheral neuropathy. Cancer nursing, 38(3), 239-247.
Ren, K., Qiu, J., Wang, X., Niu, F., & Jiang, T. (2012). The effect of a sweet potato, footbath,
and acupressure intervention in preventing constipation in hospitalized patients with acute
coronary syndromes. Gastroenterology Nursing, 35(4), 271-277.
Seretny, M., Currie, G.L., Sena, E.S., Ramnarine, S., Grant, R., MacLeod, M.R., . . . Fallon, M.
(2014). Incidence, prevalence, and predictors of chemotherapy-induced peripheral neuropathy: A
systematic review and meta-analysis. Pain, 155, 2461–2470. doi:10.1016/j .pain.2014.09.020
Tofthagen, C. S., McMillan, S. C., & Kip, K. E. (2011). Development and psychometric
evaluation of the chemotherapy-induced peripheral neuropathy assessment tool. Cancer
Nursing, 34(4), E10-E20.
Yayasan Spiritia. 2014. Lembar Info Neuropati Perifer. Jakarta: Yayasan Spiritia
Vasquez, S., Guidon, M., McHugh, E., Lennon, O., Grogan, L., & Breathnach, O. S. (2014).
Chemotherapy induced peripheral neuropathy: the modified total neuropathy score in
clinical practice. Irish journal of medical science, 183(1), 53-58.
Vaghasloo, M. A., Aliasl, F., Mohammadbeigi, A., Bitarafan, B., Etripoor, G., & Asghari, M.
(2020). Evaluation of the efficacy of warm salt water foot-bath on patients with painful
diabetic peripheral neuropathy: A randomized clinical trial. Complementary therapies in
medicine, 49, 102325.
Wardani, E. M., Zahroh, C., & Ainiyah, N. (2019). Diabetic Foot Spa Implementation in
Early Neuropathy Diagnosis Based on Blood Glucose Levels, Foot Sensitivity and the Ankle
Brachial Index in Patients with Diabetes Mellitus. Jurnal Ners, 14(1), 106-110.
Yang, H. L., Chen, X. P., Lee, K. C., Fang, F. F., & Chao, Y. F. (2010). The effects of warm-
water footbath on relieving fatigue and insomnia of the gynecologic cancer patients on
chemotherapy. Cancer nursing, 33(6), 454-460.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN
Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengerti
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi foot bath terhadap
terhadap penurunan neuropati pada pasien yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum
Saya ikut berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksaan dari pihak manapun dan
keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat bermanfaat bagi saya untuk kenyamanan saya untuk
menurunkan rasa kebas pada ekstremitas bawah (neuropati perrifer). Saya mengerti bahwa resiko
yang akan terjadi sangat kecil. Saya berhak utuk menghentikan keikutsertaan dalam penelitian ini
tanpa adanya hukuman atau kehilangan hak untuk tidak mendapatkan pelayanan keperawatan yang
profesional. Saya mengerti bahwa seluruh data mengenai penelitian ini akan dijamin
Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa unsur paksaan
Medan, 2021
Responden
( )
Tanda tangan
Lampiran 2
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara, bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui “Pengaruh Foot
Bath Terhadap Penurunan Gejala Neuropati Pada Pasien Yang Menjalani Kemoterapi di Rumah
Bapak/ Ibu yang berpartisipasi dalam penelitian ini akan diberikan penjelasan terlebih
dahulu bahwa proses penelitian akan dibagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Pada masing-masing kelompok akan di mulai dengan penjelasan, pengisian lembar data
responden, lalu pengukuran pre intervensi kemudian dilakukan intervensi dan terakhir dilakukan
pengukuran post intervensi. Hasil pengukuran pre dan post akan dicatat dalam lembar hasil
pengukuran. Nilai yang diukur adalah skala pruritus yang dialami pasien. Bila selama penelitian
ini Bapak/ Ibu merasa tidak nyaman, maka Bapak/ Ibu berhak menanyakan kembali atau berhenti
sebagai responden. Peneliti akan menjunjung tinggi hak Bapak/ Ibu dengan cara menjaga
kerahasiaan data yang diperoleh dan data yang telah dikumpulkan digunakan hanya untuk
keperluan penelitian. Peneliti menghargai keinginan Bapak/ Ibu untuk tidak berpartisipasi atau
Lampiran 4
Hasil Pengukuran Skala Neuropati Pada pasien Yang Menjalani Kemoterapi di Rumah
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
Responden 7
Responden 8
Responden 9
Responden 10
Responden 11
Responden 12
Responden 13
Responden 14
Responden 15
Responden 16
Responden 17
Responden 18
Responden 19
Responden 20
Responden 21
Responden 22
Responden 23
Responden 24
Responden 25
Responden 26
Sampai responden 33
Hasil Pengukuran Skala Neuropati Pada pasien Yang Menjalani Kemoterapi di Rumah
Skala Neuropati
Foot Bath
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
Responden 7
Responden 8
Responden 9
Responden 10
Responden 11
Responden 12
Responden 13
Responden 14
Responden 15
Responden 16
Responden 17
Responden 18
Responden 19
Responden 20
Responden 21
Responden 22
Responden 23
Responden 24
Responden 25
Responden 26
Sampai responden 33
Lampiran 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI FOOT BATH PADA PASIEN YANG MENJALANI KEMOTERAPI
Dalam melakukan perendaman kaki harus memperhatikan beberapa hal yang sangat penting
untuk menghasilkan efek positif dari terapi komplementer. Di bawah ini merupakan tekhnik
1. Tahap pertama isi waskom dengan air berisi 5 liter air hangat, perhatikan suhu air yang
dapat ditoleransi yaitu pada 40°C-45°C lebih tinggi dari suhu tubuh agar stabil untuk
merangsang sel dengan waktu perendaman kaki adalah 15 menit, pada saat itulah
tubuh menjadi hangat dan menghasilkan keringat di ketiak, dahi, dan punggung. Level
\
2. Lakukan dengan rendam kaki pertama dilakukan pada pagi hari dengan menjelaskan
3. Pasien dianjurkan untuk duduk dikursi dengan penyangga punggung dan lutut
dipegang dengan sudut terbuka dan celana ditarik hingga sekitar 5 cm di atas
rendam kaki dilakukan setiap hari di rumah sekali dalam sehari dan Peneliti memantau
pasien melalui telepon apakah tindakan sudah dilakukan saat berada rumah pasien
5. Mengeringkan kaki dan memakai kaus kaki tidur setelah melakukan rendam kaki dan
minum air hangat untuk menjaga suhu tubuh jika haus setelah melakukan tindakan
rendam kaki.
Lampiran 6
Kuesioner CIPNAT
Petunjuk
Neuropati perifer yang diinduksi kemoterapi (CIPN) terjadi dengan jenis kemoterapi tertentu yang
mempengaruhi sistem saraf. Pertanyaan-pertanyaan berikut dirancang untuk membantu kita
belajar lebih lanjut tentang gejala kemoterapi yang menginduksi neuropati perifer yang mungkin
sedang Anda alami. Kami sangat tertarik mempelajari gejala yang terjadi pada Anda yang telah
berkembang sejak menerima kemoterapi.
Untuk nomor 1-9 pertama baca pertanyaan dibagian atas halaman. Jika Anda menjawab ya
maka lanjutkan sisa pertanyaan pada nomor tersebut. Jika Anda menjawab tidak, lewati ke
halaman berikutnya. Jika Anda memiliki gejala sebelum memulai kemoterapi dan belum ada
perubahan, jawablah tidak dan pindah ke halaman berikutnya.
Untuk nomor 10-11, jika Anda telah menjawab ya untuk semua pertanyaan di halaman
sebelumnya, lingkari angka 0-10 yang sesuai dengan seberapa banyak gejala yang Anda laporkan
mengganggu kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas tertentu. Jika Anda biasanya tidak
berpartisipasi dalam aktivitas yang terdaftar, harap jawab dengan melingkari 0.
Jika Anda menjawab tidak pada pertanyaan pertama pada setiap halaman sebelumnya,
Anda tidak perlu menyelesaikan halaman 10-11. Harap jawab setiap pertanyaan yang berlaku
untuk Anda.
Jika Anda memiliki masalah fisik yang membuat Anda tidak bisa menulis, seseorang akan
membacakan pertanyaan untuk Anda dan meminta tanggapan Anda. Jika lebih mudah bagi Anda,
orang lain di tim peneliti atau anggota keluarga atau teman dapat mengajukan pertanyaan kepada
Anda dalam survei. Kami telah mencoba membuatnya sesingkat dan semudah mungkin
diselesaikan. Jika Anda lelah, silakan istirahat dan kembali lagi nanti. Informasi yang Anda
berikan sangat berharga bagi kami. Terima kasih.
1. Pertanyaan
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami kebas di tangan Anda?
(Lingkari salah satu)
a. Tidak (Lanjut ke halaman selanjutnya)
b. Ya (jawab pertanyaan dibawah)
B. Seberapa luas bagian tangan yang mati rasa/ kebas? (Lingkari salah satu)
a. Hanya Ujung Jari
b. Ujung jari dan Jari
c. Seluruh tangan
d. Seluruh tangan dan bagian lengan
C. Yang Terburuk, Seberapa parah mati rasa yg dialami di tangan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
D. Paling buruk, seberapa mengganggu mati rasa
semuanya parahdi tangan? (lingkari salah satu) parah
parah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
E. Seberapa sering Anda mengalami mati rasa/kebas di tangan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Mingg Hari Jam
F. Kapan mati rasa/ kebas di tangan paling
u parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari d. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari e. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
2. Pertanyaan
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami mati rasa/ kebas di kaki? (lingkari
salah satu)
a. Tidak (Lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Seberapa luas bagian kaki yang mati rasa/kebas? (Lingkari salah satu)
a. Hanya jari kaki
b. Jari kaki dan punggung kaki
c. Jari kaki, punggung kaki, dan telapak kaki
d. Seluruh kaki
e. Seluruh kaki/dari bagian kaki
C. Yang terburuk, seberapa parah mati rasa/kebas yang anda rasakan? (lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu mati rasa/kebas di kaki? (lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
E. Seberapa sering Anda mengalami mati rasa/kebas di kaki? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan mati rasa/ kebas di kaki paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari
b. Siang Hari
c. Sore Hari
d. Malam
e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
f. Tidak dapat diperkirakan
3. Pertanyaan 3
A. Sejak memulai kemoterapi, sudahkah Anda mengalami kesemutan di tangan? (lingkari
salah satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Seberapa luas bagian tangan yang mengalami kesemutan? (lingkari salah satu)
a. Hanya ujung jari
b. Ujung jari dan jari
c. Seluruh tangan
d. Seluruh tangan dan bagian lengan
C. Yang Terburuk, Seberapa parah kesemutan yg dialami di tangan anda? (Lingkari salah
satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu kesemutan di tangan anda? (lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
E. Seberapa sering Anda mengalami mati kesemutan di tangan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan kesemutan di tangan paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam
4. Pertanyaan 4
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami kesemutan di kaki? (lingkari
salah satu)
a. Tidak (Lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Seberapa luas bagian kaki yang mati rasa/kebas? (Lingkari salah satu)
a. Hanya Jari Kaki
b. Jari kaki dan punggung kaki
c. Jari kaki, Punggung kaki, dan telapak kaki
d. Seluruh kaki
e. Seluruh kaki/dari pinggul sampai telapak kaki
C. Yang Terburuk, Seberapa parah kesemutan yang anda rasakan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu kesemutaan di kaki? (lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan kesemutan di kaki paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam
5. Pertanyaan 5
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda merasa semakin sensitif terhadap suhu
dingin?
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Bagian mana dari tubuh anda yang peka terhadap rasa dingin? (Lingkari sebanyak
mungkin)
a. Tangan f. Perut
b. Lengan g. Tenggorokan
c. Kaki bagian bawah h. Rahang
d. Kaki bagian atas i. Mulut
e. Punggung j. Seluruh tubuh
C. Yang Terburuk, Seberapa parah kepekaan terhadap rasa dingin yang anda rasakan?
(Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu sensitivitas terhadap rasa dingin? (lingkari salah
satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
E. Seberapa sering Anda Seberapa sering Anda memiliki sensitivitas dingin? (Lingkari
salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan sensitivitas dingin paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam
6. Pertanyaan 6
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami nyeri (mis. Rasa terbakar, rasa
menembak, menusuk, sensasi seperti listrik)? (lingkari salah satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Bagian mana dari tubuh anda yang mengalami nyeri? (Lingkari sebanyak mungkin)
a. Tangan bagian bawah e. Rahang
b. Lengan f. Leher
c. Kaki bagian bawah g. Lainnya.....
d. Kaki bagian atas
C. Yang Terburuk, Seberapa parah rasa nyeri yang anda rasakan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu rasa nyeri yang anda rasakan? (lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Lingkari kata-kata yang menggambarkan rasa nyeri anda alami (lingkari sebanyak
mungkin)
a. Tajam
b. Tertembak
c. Terbakar
d. Tersengat
e. Tertusuk
f. Terkena jarum
g. lain______________________
G. Kapan rasa nyeri paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam
7. Pertanyaan 7
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda mengalami nyeri otot atau sendi? (lingkaran
satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
C. Yang Terburuk, Seberapa parah rasa sakit yang anda rasakan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu rasa sakit yang anda rasakan? (lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan rasa nyeri paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam
8. Pertanyaan 8
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah lengan / tangan atau kaki / kaki Anda terasa lemah?
(lingkari salah satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Bagian mana dari tubuh Anda yang terasa lemah? (lingkari sebanyak mungkin)
a. Tangan bagian bawah
b. Lengan/ tangan bagian atas
c. Kaki bagian bawah
d. Kaki bagian atas
C. Yang Terburuk, Seberapa parah kelemahan yang anda rasakan? (Lingkari salah satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
D. Paling buruk, seberapa mengganggu rasa lemah yang anda rasakan? (lingkari salah
satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
E. Seberapa sering Anda merasakan lemah pada bagian ektremitas anda? (Lingkari salah
satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
F. Kapan rasa lemah paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak mungkin)
a. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
b. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
c. Sore Hari
d. Malam
9. Pertanyaan 9
A. Sejak memulai kemoterapi, apakah Anda memiliki masalah dengan keseimbangan
Anda? (lingkari salah satu)
a. Tidak (lanjut ke halaman berikutnya)
b. Ya (Jawab pertanyaan di bawah ini)
B. Yang Terburuk, Seberapa parah masalah dengan keseimbangan anda? (Lingkari salah
satu)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Cukup sangat
semuanya parah parah
parah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Setiap Setiap Setiap Setiap Selalu
Pernah Bulan Minggu Hari Jam
EKapan masalah keseimbangan paling parah yang anda rasakan? (lingkari sebanyak
mungkin)
e. Pagi Hari e. Setelah mendapatkan kemoterapi, untuk.....Hari
f. Siang Hari f. Tidak dapat diperkirakan
g. Sore Hari
h. Malam
10. Pertanyaan 10
Jika Anda menjawab ya untuk salah satu gejala sebelumnya, berapa gejala yang anda
rasakan mengganggu, seperti :
A. Berpakaian (Mengancingkan, menutup retsleting)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
B. Berjalan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
C. Mengambil Sesuatu
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
D. Memegang benda
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
E. Mengemudi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
F. Bekerja
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
G. Melakukan hobi/ aktivitas santai
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
H. Berlatih
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
I. Aktivitas Seksualitas
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
J.mengganggu
Berjalan
J. Sedang Tidur
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
K. Berhubungan dengan orang lain
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
L.mengganggu
Berj
L. Menulis
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
N. Menikmati Hidup
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sama sekali Cukup mengganggu Sangat mengganggu
tidak
mengganggu
11. Pernahkah Anda mengalami cedera tubuh (bahkan minor) karena gejala yang Anda
laporkan sebagai bagian dari survei ini (mati rasa, lemah, masalah keseimbangan, dll)?
Tidak Ya, jelaskan……………………………….