Anda di halaman 1dari 11

RSUD Sultan

Abdul Aziz Syah STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Peureulak PASIEN DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
Kabupaten Aceh Pemkab
Timur Aceh Timur

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/11
STANDAR DITETAPKAN
ASUHAN Tanggal Terbit Plt. Direktur RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur
KEPERAWATAN

dr. Munawwir, Sp.B


NIP. 19730322 200212 1 002

KEBIJAKAN UU No.44 Tentang Rumah Sakit Pasal 13: Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, Standar Operasional Prosedur yang berlaku, etika
profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.

TUJUAN Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asfiksia
Neonatorum.

URAIAN UMUM ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM


A. Pengertian
Asfiksia neonatorum ialah adalah kegagalan bernapas yang terjadi secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir.Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia
iniberhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

B. Etiologi
Gomella (2009) yang dikutip dari AHA dan American Academy of Pediatrics (AAP) mengajukan
penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari :
1. Faktor ibu
a) Hipoksia ibu : hal ini berakibat pada hipoksia janin. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi
akibat pemberian obat analgetik atau anestesia lain.
b) Ganggguan aliran darah uterus : berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin.
2. Faktor plasenta.
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi
bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-
lain.
3. Faktor janin
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan
menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Hal ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher dan lain-lain.
4. Faktor neonates
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu :
a) pemakaian obat anestesi dan analgesia yang berlebihan
b) trauma persalinan
c) kelainan kongenital bayi seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru dan
lain-lain.
C. Patofisiologi
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa hamil dan persalinan. Proses
kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk
merangsang hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian
akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak
dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung
(bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas(flasid). Pada asfiksia berat bayi
tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat
pertama gangguan pertukaran gas/transport O2(menurunnya tekanan O2darah) mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akanterjadi metabolisme anaerob dalam tubuh bayi
sehingga terjadi asidosis metabolik, selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini
dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa (squele).

D. Tanda dan Gejala


1. Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat (kurang dari 30 kali per menit)
2. Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada)
3. Tangisan lemah atau merintih
4. Warna kulit pucat atau biru (sianosis)
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
6. Denyu jantung tidak ada atau lambat (bradikardi) (kurang dari 100 kali per menit).

E. Diagnosa Keperawatan dan urutan prioritas.


1. Pola nafas tidak efektif b/d kelemahan otot pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi lendir
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dar ikebutuhan tubuh b/d kelemahan
4. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin, BBL
N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
O

1 Pola nafas tidak efektif b/d kelemahan NOC : Airway Management


otot pernafasan  Respiratory status : Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik
Definisi : Pertukaran udara inspirasi  Respiratory status : Airway patency chin lift atau jaw thrust bila perlu
dan/atau ekspirasi tidak adekuat.  Vital sign Status  Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi  Mendemonstrasikan batuk efektif pemasangan alat jalan nafas buatan
- Penurunan pertukaran udara per menit dan suara nafas yang bersih, tidak  Pasang mayo bila perlu
- Menggunakan otot pernafasan ada sianosis dan dyspneu (mampu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tambahan mengeluarkan sputum, mampu  Keluarkan sekret dengan batuk
- Nasal flaring bernafas dengan mudah, tidak ada atau suction
- Dyspnea pursed lips)
 Auskultasi suara nafas, catat
- Orthopnea  Menunjukkan jalan nafas yang paten
adanya suara tambahan
- Perubahan penyimpangan dada (klien tidak merasa tercekik, irama
 Lakukan suction pada mayo
- Nafas pendek nafas, frekuensi pernafasan dalam
 Berikan bronkodilator bila perlu
- Assumption of 3-point position rentang normal, tidak ada suara
 Berikan pelembab udara Kassa
- Pernafasan pursed-lip nafas abnormal)
basah NaCl Lembab
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat  Tanda Tanda vital dalam rentang
lama normal (tekanan darah, nadi,  Atur intake untuk cairan
- Peningkatan diameter anterior-posterior pernafasan mengoptimalkan keseimbangan.
- Pernafasan rata-rata/minimal  Monitor respirasi dan status O2
 Bayi : < 25 atau > 60
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Oxygen Therapy
 Usia 5-14 : < 14 atau > 25  Bersihkan mulut, hidung dan secret
 Usia > 14 : < 11 atau > 24 trakea
- Kedalaman pernafasan  Pertahankan jalan nafas yang paten
 Dewasa volume tidalnya 500 ml  Atur peralatan oksigenasi
saat istirahat  Monitor aliran oksigen
 Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg  Pertahankan posisi pasien
- Timing rasio  Onservasi adanya tanda tanda
- Penurunan kapasitas vital hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien
Faktor yang berhubungan : terhadap oksigenasi
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang Vital sign Monitoring
- Kelainan bentuk dinding dada  Monitor TD, nadi, suhu, dan
- Penurunan energi/kelelahan RR
- Perusakan/pelemahan muskulo-  Catat adanya fluktuasi tekanan
skeletal darah
- Obesitas  Monitor VS saat pasien
- Posisi tubuh berbaring, duduk, atau berdiri
- Kelelahan otot pernafasan  Auskultasi TD pada kedua
- Hipoventilasi sindrom lengan dan bandingkan
- Nyeri  Monitor TD, nadi, RR,
- Kecemasan sebelum, selama, dan setelah
- Disfungsi Neuromuskuler aktivitas
- Kerusakan persepsi/kognitif  Monitor kualitas dari nadi
- Perlukaan pada jaringan syaraf  Monitor frekuensi dan irama
tulang belakang pernapasan
- Imaturitas Neurologis  Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d NOC : Airway suction
obstruksi lender  Respiratory status : Ventilation  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
 Respiratory status : Airway suctioning
Definisi : Ketidakmampuan untuk
patency  Auskultasi suara nafas sebelum
membersihkan sekresi atau obstruksi dari
dan sesudah suctioning.
saluran pernafasan untuk
Kriteria Hasil :  Informasikan pada klien dan
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
 Mendemonstrasikan batuk efektif keluarga tentang suctioning
Batasan Karakteristik : dan suara nafas yang bersih, tidak  Minta klien nafas dalam sebelum
- Dispneu, Penurunan suara nafas ada sianosis dan dyspneu (mampu suction dilakukan.
- Orthopneu mengeluarkan sputum, mampu  Berikan O2 dengan menggunakan
- Cyanosis bernafas dengan mudah, tidak ada nasal untuk memfasilitasi suksion
- Kelainan suara nafas (rales, pursed lips) nasotrakeal
wheezing)  Menunjukkan jalan nafas yang paten  Gunakan alat yang steril sitiap
- Kesulitan berbicara (klien tidak merasa tercekik, irama melakukan tindakan
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada nafas, frekuensi pernafasan dalam  Anjurkan pasien untuk istirahat
- Mata melebar rentang normal, tidak ada suara dan napas dalam setelah kateter
- Produksi sputum nafas abnormal) dikeluarkan dari nasotrakeal
- Gelisah  Mampu mengidentifikasikan dan  Monitor status oksigen pasien
- Perubahan frekuensi dan irama nafas mencegah factor yang dapat  Ajarkan keluarga bagaimana cara
menghambat jalan nafas melakukan suksion
Faktor-faktor yang berhubungan:  Hentikan suksion dan berikan
- Lingkungan : merokok, menghirup oksigen apabila pasien
asap rokok, perokok pasif-POK, menunjukkan bradikardi,
infeksi peningkatan saturasi O2, dll.
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular,
hiperplasia dinding bronkus, alergi Airway Management
jalan nafas, asma.  Buka jalan nafas, guanakan teknik
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan chin lift atau jaw thrust bila perlu
nafas, sekresi tertahan, banyaknya  Posisikan pasien untuk
mukus, adanya jalan nafas buatan, memaksimalkan ventilasi
sekresi bronkus, adanya eksudat di  Identifikasi pasien perlunya
alveolus, adanya benda asing di jalan pemasangan alat jalan nafas buatan
nafas.  Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d kelemahan  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk  Nutritional Status : food and Fluid  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keperluan metabolisme tubuh. Intake menentukan jumlah kalori dan
 Nutritional Status : nutrient Intake nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik :  Weight control  Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah meningkatkan intake Fe
ideal Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
- Dilaporkan adanya intake makanan  Adanya peningkatan berat badan meningkatkan protein dan vitamin
yang kurang dari RDA (Recomended sesuai dengan tujuan C
Daily Allowance)  Beratbadan ideal sesuai dengan  Berikan substansi gula
- Membran mukosa dan konjungtiva tinggi badan  Yakinkan diet yang dimakan
pucat  Mampumengidentifikasi mengandung tinggi serat untuk
- Kelemahan otot yang digunakan untuk kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
menelan/mengunyah  Tidk ada tanda tanda malnutrisi  Berikan makanan yang terpilih
- Luka, inflamasi pada rongga mulut  Menunjukkan peningkatan fungsi ( sudah dikonsultasikan dengan
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah pengecapan dari menelan ahli gizi)
mengunyah makanan  Tidak terjadi penurunan berat  Ajarkan pasien bagaimana
- Dilaporkan atau fakta adanya badan yang berarti membuat catatan makanan harian.
kekurangan makanan  Monitor jumlah nutrisi dan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi kandungan kalori
rasa  Berikan informasi tentang
- Perasaan ketidakmampuan untuk kebutuhan nutrisi
mengunyah makanan  Kaji kemampuan pasien untuk
- Miskonsepsi mendapatkan nutrisi yang
- Kehilangan BB dengan makanan cukup dibutuhkan
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek Nutrition Monitoring
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa  BB pasien dalam batas normal
patologi  Monitor adanya penurunan berat
- Kurang berminat terhadap makanan badan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh  Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Diare dan atau steatorrhea yang biasa dilakukan
- Kehilangan rambut yang cukup banyak  Monitor interaksi anak atau
(rontok) orangtua selama makan
- Suara usus hiperaktif  Monitor lingkungan selama makan
- Kurangnya informasi, misinformasi  Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
Faktor-faktor yang berhubungan :  Monitor kulit kering dan
Ketidakmampuan pemasukan atau perubahan pigmentasi
mencerna makanan atau mengabsorpsi  Monitor turgor kulit
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor  Monitor kekeringan, rambut
biologis, psikologis atau ekonomi. kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
4 Hipotermi b/d paparan lingkungan NOC : NIC :
dingin, BBL  Thermoregulation Temperature regulation
 Thermoregulation : neonate  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
Kriteria Hasil :  Monitor TD, nadi, dan RR
 Suhu tubuh dalam rentang normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Nadi dan RR dalam rentang  Monitor tanda-tanda hipertermi
normal dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

Anda mungkin juga menyukai