Anda di halaman 1dari 11

RSUD Sultan

Abdul Aziz Syah STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Peureulak PASIEN DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
Kabupaten Aceh Pemkab
Timur Aceh Timur

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/11
STANDAR DITETAPKAN
ASUHAN Tanggal Terbit Plt. Direktur RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur
KEPERAWATAN

dr. Munawwir, Sp.B


NIP. 19730322 200212 1 002

KEBIJAKAN UU No.44 Tentang Rumah Sakit Pasal 13: Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, Standar Operasional Prosedur yang berlaku, etika
profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.

TUJUAN Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubinemia.

URAIAN UMUM ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA


A. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin lebih dari normal yang ditandai dengan
adanya jaundice atau ikterus (Wong, 2005).
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai diskolorasi kulit, mukosa membran dan sklera karena peningkatan
kadar bilirubin dalam serum > 2 mg/dl (Sukadi, 2002).

B. Etiologi
Umur eritrosit lebih pendek (80-90 hari), sedangkan pada dewasa 120 hari. Jumlah darah pada bayi baru lahir
lebih banyak (± 80 ml/kg BB), pada dewasa 60 ml/kg BB. Sumber bilirubin lain lebih banyak daripada orang
dewasa. Jumlah albumin untuk transport bilirubin relatif kurang terutama pada prematur. Flora usus belum
banyak, adanya peningkatan aktivitas dekonjugasi enzim β glukoronidase.

C. Patofisiologi
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85-90%) terjadi dari penguraian hemoglobin dan
sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks
haptoglobin dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian
mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk
menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air (bilirubin tak
terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut
dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati, hepatosit melepas bilirubin
dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam glukoronat (bilirubin
terkonjugasi, direk) (Sacher,2004).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke sistem empedu untuk
diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus ,bilirubin diuraikan oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen.
Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen
direabsorsi dari usus melalui jalur enterohepatik, dan darah porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen
daur ulang ini umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian
dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama urin
(Sacher, 2004).
Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul pada dewasa bila serum bilirubin
>2mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan muncul ikterus bila kadarnya >7mg/dl (Cloherty et al, 2008).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubinyang melebihi kemampuan hati normal untuk
ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati (karena rusak) untuk mengekskresikanbilirubin yang
dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga akan
menyebabkan hiperbilirubinemia.Pada semua keadaan ini, bilirubintertimbun di dalam darah dan jika
konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2-2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang
kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice (Murray et al,2009).

D. Tanda dan Gejala


Gambaran klinis ikterus fisiologis:
a) Tampak pada hari 3,4
b) Bayi tampak sehat (normal)
c) Kadar bilirubin total <12mg%
d) Menghilang paling lambat 10-14 hari
e) Tak ada faktor resiko
f) Sebab: proses fisiologis (berlangsung dalam kondisi fisiologis)

Gambaran klinik ikterus patologis:


a) Timbul pada umur <36 jam
b) Cepat berkembang
c) Bisa disertai anemia
d) Menghilang lebih dari 2 minggu
e) Ada faktor resiko
f) Dasar: proses patologis

E. Diagnosa Keperawatan dan urutan prioritas.


1. Defisit Volume cairan b/d kehilangan aktif volume cairan (evaporasi), diare.
2. Hipertermi b/d paparan lingkungan panas (efek fototerapi), dehidrasi
3. Diare b/d efek fototerapi
4. Resiko kerusakan integritas kulit b/d pigmentasi (jaundice), hipertermi, perubahan turgor kulit, eritema.
5. PK : Asidosis

N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


O

1 Defisit Volume cairan b/d kehilangan NOC: NIC :


aktif volume cairan (evaporasi), diare.  Fluid balance Fluid management
 Hydration  Timbang popok/pembalut jika
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler,  Nutritional Status : Food and diperlukan
interstisial, dan/atau intrasellular. Ini Fluid Intake  Pertahankan catatan intake dan
mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan output yang akurat
dengan pengeluaran sodium Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi ( kelembaban
 Mempertahankan urine output membran mukosa, nadi adekuat,
Batasan Karakteristik : sesuai dengan usia dan BB, BJ tekanan darah ortostatik ), jika
- Kelemahan urine normal, HT normal diperlukan
- Haus  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh  Monitor vital sign
- Penurunan turgor kulit/lidah dalam batas normal  Monitor masukan makanan / cairan
- Membran mukosa/kulit kering  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, dan hitung intake kalori harian
- Peningkatan denyut nadi, penurunan Elastisitas turgor kulit baik,  Kolaborasikan pemberian cairan IV
tekanan darah, penurunan membran mukosa lembab, tidak
 Monitor status nutrisi
volume/tekanan nadi ada rasa haus yang berlebihan
 Berikan cairan IV pada suhu
- Pengisian vena menurun
ruangan
- Perubahan status mental
 Dorong masukan oral
- Konsentrasi urine meningkat
 Berikan penggantian nesogatrik
- Temperatur tubuh meningkat
sesuai output
- Hematokrit meninggi
- Kehilangan berat badan seketika  Dorong keluarga untuk membantu
(kecuali pada third spacing) pasien makan
 Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
Faktor-faktor yang berhubungan:  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
- Kehilangan volume cairan secara aktif berlebih muncul meburuk
- Kegagalan mekanisme pengaturan  Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

Hypovolemia Management
 Monitor status cairan termasuk
intake dan ourput cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor responpasien terhadap
penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk menambah
intake oral
 Pemberian cairan Iv monitor adanya
tanda dan gejala kelebihanvolume
cairan
 Monitor adanya tanda gagal ginjal
2 Hipertermi b/d paparan lingkungan NOC : Thermoregulation NIC :
panas (efek fototerapi), dehidrasi Kriteria Hasil : Fever treatment
 Suhu tubuh dalam rentang  Monitor suhu sesering mungkin
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal  Monitor IWL
normal  Nadi dan RR dalam rentang  Monitor warna dan suhu kulit
normal  Monitor tekanan darah, nadi dan
Batasan Karakteristik:  Tidak ada perubahan warna kulit RR
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang dan tidak ada pusing  Monitor penurunan tingkat
normal kesadaran
 serangan atau konvulsi (kejang)  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 kulit kemerahan  Monitor intake dan output
 pertambahan RR  Berikan anti piretik
 takikardi  Berikan pengobatan untuk
 saat disentuh tangan terasa hangat mengatasi penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
Faktor faktor yang berhubungan :  Berikan cairan intravena
- penyakit/ trauma  Kompres pasien pada lipat paha
- peningkatan metabolisme dan aksila
- aktivitas yang berlebih  Tingkatkan sirkulasi udara
- pengaruh medikasi/anastesi  Berikan pengobatan untuk
- ketidakmampuan/penurunan mencegah terjadinya menggigil
kemampuan untuk berkeringat
- terpapar dilingkungan panas
Temperature regulation
- dehidrasi
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- pakaian yang tidak tepat
 Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
3 Diare b/d efek fototerapi NOC: NIC :
 Bowel elimination Diarhea Management
 Fluid Balance  Evaluasi efek samping pengobatan
 Hydration terhadap gastrointestinal
 Electrolyte and Acid base  Ajarkan pasien untuk menggunakan
Balance obat antidiare
 Instruksikan pasien/keluarga
Kriteria Hasil : untukmencatat warna, jumlah,
 Feses berbentuk, BAB sehari frekuenai dan konsistensi dari feses
sekali- tiga hari  Evaluasi intake makanan yang
 Menjaga daerah sekitar rectal masuk
dari iritasi  Identifikasi factor penyebab dari
 Tidak mengalami diare diare
 Menjelaskan penyebab diare dan  Monitor tanda dan gejala diare
rasional tendakan  Observasi turgor kulit secara rutin
 Mempertahankan turgor kulit  Ukur diare/keluaran BAB
 Hubungi dokter jika ada kenanikan
bising usus
 Instruksikan pasien untukmakan
rendah serat, tinggi protein dan
tinggi kalori jika memungkinkan
 Instruksikan untuk menghindari
laksative
 Ajarkan tehnik menurunkan stress
 Monitor persiapan makanan yang
aman
4 Resiko kerusakan integritas kulit b/d NOC : Tissue Integrity : Skin and NIC:
pigmentasi (jaundice), hipertermi, Mucous Membranes Pressure Management
perubahan turgor kulit, eritema.  Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : menggunakan pakaian yang longgar
 Integritas kulit yang baik bisa  Hindari kerutan padaa tempat tidur
dipertahankan (sensasi,  Jaga kebersihan kulit agar tetap
elastisitas, temperatur, hidrasi, bersih dan kering
pigmentasi)  Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Tidak ada luka/lesi pada kulit pasien) setiap dua jam sekali
 Perfusi jaringan baik  Monitor kulit akan adanya
 Menunjukkan pemahaman kemerahan
dalam proses perbaikan kulit  Oleskan lotion atau minyak/baby oil
dan mencegah terjadinya pada derah yang tertekan
sedera berulang  Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Mampu melindungi kulit dan pasien
mempertahankan kelembaban  Monitor status nutrisi pasien
kulit dan perawatan alami  Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
5 PK : Asidosis Asidosis Metabolik
1. Pantau tanda dan gejala asidosis
metabolik
a. pernafasan cepat danlambat
b. sakit kepala
c. mual dan muntah
d. bikarbonat plasma dan pH arteri
darah rendah
e. perubahan tingkah laku,
mengantuk
f. kalsium serum meningkat
g. klorida serum meningkat
h. penurunan HCO3
2. Untuk klien klien dengan asidosis
metabolik
a. mulai dengan penggantian cairan
IV sesuai program tergantung dari
penyebab dasarnya.
b. Jika etiologinya DM, rujuk pada
PK: hipo/hiperglikemia
c. Kaji tanda dangejala hipokalsemia,
hipokalemia, dan alkalosis setelah
asidosisnya terkoreksi
d. Lakukan koreksi pada setiap
gangguan ketidakseimbangan
elektrolit sesuai dengan program
dokter
e. Pantau nilai gas darah arteri dan
pH urine.
Untuk asidosis Respiratorik
1. Pantau tanda dan gejala asidosis
respiratorik
a. takikardi
b. disritmia
c. berkeringat
d. mual/muntah
e. gelisah
f. dyspneu
g. peningkatan usaha nafas
h. penurunan frekuensi pernafasan
i. peningkatan PCO2
j. peningkatan kalsium serum
k. penurunan natrium klorida
2. untuk klien klien dengan asidosis
respiratorik
a. perbaiki ventilasi melalui
pengubahan posisi pada
semifowler, latihan nafas dalam
b. konsul kemungkinan penggunaan
ventilasi mekanis
c. berikan oksigen setelah klien
dapat bernafas dengan baik
d. tingkatkan pemberian hidrasi yang
optimal

Anda mungkin juga menyukai