Pendahuluan
Hemodialisis terus menjadi terapi yang
umum di seluruh dunia, dibuktikan dengan
data yang menunjukkan bahwa lebih dari
70% negara-negara melaporkan bahwa
setidaknya 80% pasien menjalani terapi
hemodialisis (United States Renal Data
System, 2012).
HEMODIALISIS
• Hemodialisis merupakan
suatu tindakan terapi dengan
dialisis sebagai pengganti
fungsi ginjal untuk
menurunkan kadar racun di
dalam darah. Pada proses
ini zat-zat racun (toksik), air
dan elektrolit yang tidak bisa
dikeluarkan lagi oleh ginjal
yang sakit “dibersihkan"
melalui proses hemodialisis
(Mursal, 2008).
Tujuan Dialisis
Asidosis (peningkatan
Perikarditis keasaman darah) yang
(peradangan kantong tidak memberikan
jantung) respon terhadap
pengobatan lainnya)
d. Sindrom hepatorenal
a. Untuk pasien simtomatik (ada gejala
klinis azotemia)
1)Edema pulmonum
2)Hiperkalemi (Kadar K > 7 mmol/L)
Indikasi untuk 3)Asidosis berat (HCO³ < 15 mmol/L)
memulai
hemodialisis: b. Untuk pasien asimtomatik
1)Kreatinin plasma > 10 mg/dl
2)Urea nitrogen (BUN> 100 mg/dl)
3)CCT < 5 cc/menit
c. Untuk penderita d. Untuk pasien
gagal ginjal akut gagal ginjal kronik
yang ditujukan sebelum
untuk life saving transplantasi ginjal
a. Membuang produk metabolisme protein
seperti: ureum, creatinin, asam urat.
Fungsi b. Membuang kelebihan air dengan
mempengaruhi tekanan banding antara
hemodialisis darah dan bagian cairan, biasanya terdiri
atas tekanan positif dalam arus darah dan
dengan sistem tekanan negatif (penghisap) dalam
kompartemen dialisat (proses ultrafiltrasi).
ginjal buatan c. Mempertahankan atau mengembalikan
sistem buffer tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan
kadar elektrolit tubuh
GINJAL
BUATAN
(DIALYZER)
Mengeluarkan
racun-racun
Mengatur
atau toksin yang
keseimbangan
merupakan
Fungsi cairan dan
elektrolit
komplikasi
Gagal Ginjal
Kronik
ginjal Fungsi
Tujuan:
a) Mencegah infeksi
nosokomial
b) Mencegah intoksikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Persiapan pasien
Penurunan bikarbonat
Hipokalsemia
Ketidakseimbangan
elektrolit Hipermagnesium
Hiperfosfatemia
Kram otot
Kejang-kejang
Komplikasi intradialisis
e.
d. First use
c. Infeksi Perdarahan &
syndrom
Heparinisasi
FASE HEMODIALISIS MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL INTERVENSI
ON HD 1. Resiko kekurangan volume cairan b/d pengeluaran 1. Observasi intake dan output tiap 30 menit pada 2 jam
cairan pada ultrafiltrasi yang berlebih selama CAVH pertama dan selanjutnya tiap jam.
(continuous arteriovenous hemofiltration) atau CVVH 2. Timbang BB pasien sebelum dan setelah HD
(continuous venovenous hemofiltration) 3. Dokumentasikan jumlah cairan ultrafiltrasi perjam
4. Monitor tanda-tanda vital tiap jam
5. Atur jumlah filtrasi cairan pengganti apabila terjadi
peningkatan ultrafiltrasi
6. Tingkatkan intake ( oral,IV, TNP) 25-50 ml untuk
mengganti cairan yang keluar
7. Kolaborasi pemberian rehidrasi cairan untuk mengatasi
dehidrasi: ultrafiltrasi berlebih.
2. Resiko Hipotensi berhubungan dengan proses ultrafiltrasi 1. Observasi tanda-tanda vital (T,N,R,S)
berlebih 2. Observasi tingkat kesadaran pasien
3. Pertahankan pasien dalam posisi Horisontal
4. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai dengan
indikasi
5. Kolaborasi pemberian O2 secara adekuat
6. Kolaborasi peningkatan kadar natrium dalam cairan dialisat
untuk mencegah hipotensi (138-145 mEq/L)
ASUHAN
KEPERAWATAN
POST DIALISIS
Adekuasi hemodialisis
merupakan kecukupan dosis
hemodialysis untuk
mendapatkan hasil yang
ADEKUASI HEMODIALISIS
adekuat pada pasien gagal
ginjal yang menjalani
hemodialisis (NKF-KDOQI,
2000).
Keadaan klinis
dan gizi pasien
membaik, kadar Hb > 8 gram%
albumin dan PCV > 20
mendekati gram%
normal, hipertensi
terkontrol
Quick of Quick of
Time of Interdialitik
Blood : 200- Dialisat : 400-
dialysis Time
600 ml/menit 800 ml/menit
Trans
Clearance of Tipe akses
membrane
dialyser vascular
pressure
Penilaian Adekuasi Dialisis
4. Pelatihan Minimal
Ns. Rahmiwati, M.Kep. SP. Kep. MB