Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

NEONATAL JAUNDICE / HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun Oleh :
DERIKA IKHSAN NUR ROMADHONI
P 272200 19 194

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
NEONATAL JAUNDICE / HIPERBILIRUBINEMIA

A. Definisi

Hyperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang


kadar nilainya lebih dari normal. (Suriadi dan Yuliani, 2010: 133)

Hyperbilirubin adalah suatu kondisi bayi baru lahir dimana kadar bilirubin
serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus,
yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis. (Hidayat, 2008: 94)

Hyperbilirubinemia tak terkonjungsi adalah kadar bilirubin serum indirek


≥ 1 mg/ dl untuk bayi cukup bulan atau ≥ 4-5 mg/ dl untuk bayi premature.
Hyperbilirubinemia terkonjungsi adalah kadar bilirubin serum direk ≥ 3 mg/ dl
atau fraksi > 10% sampai 15% bilirubin serum total. Hal ini disebabkan
keegagalan bilirubin terkonjugasi diekskresikan dari hepar (hepatosit) ke
duodenum karena deefisiensi sekresi atau aliran empedu sehingga menyebabkan
cedera sel hepar. (Haws, 2007: 202)

B. Etiologi

1. Peningkatan bilirubin dapat terjadi karena polycetlietnia, isoimmun hemolytic


diseas, kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat
(hemolisis kimia: salisilat, kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis
ekstravaskuler, cephalematoma, ecchymosis.

2. Gangguan fungsi hati; glukoronil transferase, obstruksi empedu/ atresia


biliari, infeksi, masalah metabolic, galaktosemia hypothyroidisme, jaundice
ASI.(Suriadi dan Yuliani, 2010: 134)

C. Manifestasi Klinik

1. Tampak ikterus; sklera, kuku, atau kulit dan membrane mukosa. Jaundice
yang tamapak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis, atau ibu diabetic atau infeksi. Jaundice yang tampak
pada hari kedua atau hari ketiga, dan memuncak pada hari ke lima sampai
tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
2. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung
tampak kuning atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirrubin direk) kulit
tampak beerwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat
dilihat pada ikterus berat.

3. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.(Suriadi dan
Yuliani, 2010: 134)

D. Patofisiologi

Hiperbilirubinemia neonatal atau ikterus fisiologis, suatu kadar


bilirubin serum total yang lebih dari 5 mg/ dl, disebabkan oleh predisposisi
neonatal untuk memproduksi bilirubin dan keterbatasan kemampuan untuk
mengekskresikannya. Dari definisinya, tidak ada ketidaknormalan lain atau
proses patologis yang mengakibatkan ikterus. Warna kuning pada kulit dan
membrane mukosa adalah karena deposisi pigmen bilirubin tak ter-konjungsi.
Sumber utama bilirubin adalah dari pemecahan hemoglobin yang sudah tua
atau sel darah merah yang mengalami hemolisis. Pada neonates, sel darah
merah mengalami pergantian yang lebih tinggi dan waktu hidup yang lebih
pendek, yang meningkatkan kecepatan produksi bilirubin lebih tinggi.
Ketidakmatangan hepar neonatal merupakan factor yang membatasi ekskresi
bilirubin.

Bilirubin tak terkonjugasi atau indirek bersifat larut lemak dan


mengikat albumin plasma. Bilirubin kemudian diterima oleh hati, tempat
konjugasinya. Bilirubin terkonjugasi atau direk diekskresikan dalam bentuk
empedu ke dalam usus. Di dalam usus, bakteri meerubah bilirubin
terkonjugasi atau direk menjadi urobilinogen. Mayoritas urobilinogen yang
sangat mampu larut diekskresikan kembali oleh hepar dan dieliminasi ke
dalam feses, ginjal mengekskresikaan 5% urobilinogen. Peningkatan
kerusakan sel darah merah dan ketidakmatangan hepar tidak hanya menambah
peningkatan kadar bilirubin, tetapi bakteri usus lain dapat
mendekonjugasibilirubin, yang memungkinkan reabsorpsi ke dalam sirkulasi
dan selanjutnya meningkatkan kadar bilirubin.(Betz, 2009: 207)
E. Pathway
Hemoglobin

Hemo Globin

Feco Biliverdin

Peningkatan destruksi eritrosit


(gangguan konjugasi bilirubin / Pemecahan bilirubin
gangguan transport berlebih
bilirubin/peningkatan siklus
enteropetik) Hb dan eritrosit abnormal Suplai bilirubin
melebihi
tampungan hepar

Peningkatan bilirubin unjongned Hepar tidak mampu


dlm darah menyebabkan melakukan konjugasi
Ikterik neonatus
pengeluaran mekonium
terlambat/obstruksi usus shg tinja Sebagian masuk
Ikterus pd sclera leher berwarna pucat kembali ke siklus
dan badan, emerohepatik
peningkatan bilirubin
indirect 12 mg/dl

Resiko kerusakan Indikasi fototerapi


integritas kulit
Sinar dengan
Gangguan suhu tubuh Resiko cedera
intensitas tinggi

Ketidakefektifan Resiko kurangnya


termoregulasi volume cairan tubuh

sumber : NANDA NIC NOC 2015


F. Pemeriksaan Penunjan

1. Pemeriksaan bilirubin serum: pada bayi cukup bulan bilirubin mencapai puncak
kira-kira 6 mg/ dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih
dari 14 mg/ dl adalah tidak fisiologis.

2. Ultrasound: untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.

3. Radioisotope scan: dapat digunakan untuk meembantu membedakan hepatitis


dari atresia biliary (Suriadi dan Yuliani, 2010: 136).

G. Komplikasi

1. Hipotermi, hipoglikemi, menurunnya ikatan albumin.

2. Kernikterus: Suatu sindrom neurologic yang timbul sebagai akibat


penimbunan bilirubin tak terkonjugasi dalam sel-sel otak (Rukiyah dan
Yulianti, 2012: 273).

H. Focus Pengkajian

1. Pemeriksaan fisik: Inspeksi warna pada sclera, konjungtiva, membrane


mukosa mulut, kulit, urin, tinja.

2. Pemeriksaan bilirubin menunjukan adanya peningkatan.

3. Tanyakan beerapa lama jaundice muncul dan sejak kapan.

4. Apakah bayi meengalami demam.

5. Bagaimana kebutuhan pola minum.

6. Riwayat keluarga. (Suriadi dan Yuliani, 2010: 139)


I. Diagnose Keperawatan

1. Resiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan dan
diare.
2. Ketidakefektifan termoregulasi b.d efek fototerapi
3. Ikterik neonates b.d bilirubin tidak terkonjugasi didalam sirkulasi.
4. Resiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan cedera.
5. Resiko cedera b.d efek fototerapi. (NANDA, 2015)

J. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Resiko defisit volume NOC: NIC:
cairan  Fluid balance
Fluid management
b/d tidak adekuatnya  Hydration
 Timbang popok/pembalut
intake cairan  Nutritional
jika diperlukan
Definisi : Penurunan Status : Food and
 Pertahankan catatan intake
cairan Fluid Intake
dan output yang akurat
intravaskuler, interstisial, Kriteria Hasil :
 Monitor status hidrasi
dan/atau intrasellular. Ini  Mempertahankan
( kelembaban membran
mengarah ke dehidrasi, urine output sesuai
mukosa, nadi adekuat, tekanan
kehilangan cairan dengan dengan usia dan BB,
darah ortostatik ), jika
pengeluaran sodium BJ urine normal, HT
diperlukan
Batasan Karakteristik : normal
 Monitor vital sign
- Kelemahan  Tekanan darah,
 Monitor masukan
- Haus nadi, suhu tubuh
makanan / cairan dan hitung
- Penurunan turgor dalam batas normal
intake kalori harian
kulit/lidah  Tidak ada tanda
 Lakukan terapi IV
- Membran mukosa/kulit tanda dehidrasi,
 Monitor status nutrisi
kering Elastisitas turgor
- Peningkatan denyut nadi, kulit baik, membran  Berikan cairan
penurunan tekanan darah, mukosa lembab,  Berikan cairan IV pada
penurunan volume/tekanan tidak ada rasa haus suhu ruangan
nadi yang berlebihan  Dorong masukan oral
- Pengisian vena menurun  Berikan penggantian
- Perubahan status mental nesogatrik sesuai output
- Konsentrasi urine  Dorong keluarga untuk
meningkat membantu pasien makan
- Temperatur tubuh  Tawarkan snack ( jus buah,
meningkat buah segar )
- Hematokrit meninggi  Kolaborasi dokter jika tanda
- Kehilangan berat badan cairan berlebih muncul
seketika (kecuali pada meburuk
third  Atur kemungkinan tranfusi
spacing)  Persiapan untuk tranfusi
Faktor-faktor yang
berhubungan:

-Kehilangan volume cairan


secara aktif
- Kegagalan mekanisme
Pengaturan
2 Ketidakefektifan NOC : NIC :
termoregulasi b.d efek  Hydration Temperature Regulation
fototerapi Definisi : Risiko  Adherence Behavior (pengaturan suhu)
kegagalan  Immune Status  Monitor suhu minimal tiap
mempertahankan suhu  Infection status 2 jam
tubuh dalam batas normal.  Risk control  Rencanakan monitoring
Faktor factor resiko:  Risk detection suhu secara kontinyu
 Perubahan  Monitor TD, nadi, dan RR
metabolisme dasar  Monitor warna dan suhu
 Penyakit atau kulit
traumayang  Monitor tanda-tanda
mempengaruhi hipertermi dan hipotermi
pengaturan suhu  Tingkatkan intake cairan
 Pengobatan dan nutrisi
pengobatan yang
Selimuti pasien untuk
menyebabkan
mencegah hilangnya
vasokonstriksi
kehangatan tubuh
dan vasodilatasi
 Ajarkan pada pasien cara
 Pakaian yang tidak
mencegah keletihan akibat
sesuai dengan suhu
panas
lingkungan
 Diskusikan tentang
 Ketidakaktifan atau
pentingnya pengaturan suhu
aktivitas berat
dan kemungkinan efek
 Dehidrasi
negatif dari kedinginan
 Pemberian obat
 Beritahukan tentang
penenang
indikasi terjadinya keletihan
 Paparan dingin atau
dan penanganan emergency
hangat/lingkungan yang
yang diperlukan
panas
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
Perlu
3 Ikterik Neonatus b/d NOC : NIC:
bilirubin tak terkonjugasi  breasfeeding inefektif
Fototerapi: neonatus
didalam sirkulasi  breasfeeding Kaji ulang riwayat
interrupted maternal dan bayi
Definisi :kulit dan
mengenai adanya
membrane mukosa Liver function, Risk of
faktor risiko
neonates berwarna kuning Impaired
terjadinya
yang terjadi setelah 24 jam
Blood glucose, Risk of hyperbilirubinemia.
kehidupan sebagai akibat
Unstable Observasi tanda-tanda
bilirubin tak terkonjugasi
(warna) kuning.
ada didalam sirkulasi. Kriteria Hasil :
Periksa kadar serum
Batasan Karakteristik : Menyusui secara bilirubin, sesuai
mandiri kebutuhan, sesuai
- Profil darah abnormal
protokol dan
(hemolisis, bilirubin Tetap
permintaan dokter.
serum total > mempertahankan laktasi
Edukasikan keluarga
2mg/dl,bilirubin serum
Pertumbuhan dan mengenai prosedur
total pada rentang resiko
perkembangan bayi dalam perawatan
tinggi menurut usia pada
dalam batas normal isolasi.
nomogram spesifik-
Tutup mata bayi,
waktu)  Mengetahui tanda-
- Memar kulit abnormal hindari penekanan
tanda penurunan suplai
- Membrane mukosa yang berlebihan.
ASI
kuning Ubah posisi bayi
- Kulit kuning sampai
 TTV bayi dalam setiap 4jam per
orange
- Sclera kuning rentang normal protokol.

Monitor tanda vital


Monitor nadi, suhu,
dan frekuensi
pernapasan dengan
tepat.

Monitor warna kulit,


suhu, dan
kelembaban.
4 Resiko gangguan integritas NOC : Tissue Integrity NIC : Pressure Management
kulit b/d keterbatasan : Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk
mobilitas Membranes menggunakan pakaian yang
Definisi : Perubahan pada Kriteria Hasil : longgar
epidermis dan dermis  Integritas kulit yang  Hindari kerutan padaa
Batasan karakteristik : baik bisa tempat tidur
- Gangguan pada bagian dipertahankan  Jaga kebersihan kulit agar
tubuh  Melaporkan tetap bersih dan kering
- Kerusakan lapisa kulit adanya gangguan  Mobilisasi pasien (ubah
(dermis) sensasi atau nyeri posisi pasien) setiap dua jam
- Gangguan permukaan pada daerah kulit sekali
kulit (epidermis) yang mengalami  Monitor kulit akan adanya
Faktor yang berhubungan : gangguan kemerahan
Eksternal :  Menunjukkan  Oleskan lotion atau
- Hipertermia atau pemahaman dalam minyak/baby oil pada derah
hipotermia proses perbaikan kulit yang tertekan
- Substansi kimia dan mencegah  Monitor aktivitas dan
- Kelembaban udara terjadinya sedera mobilisasi pasien
- Faktor mekanik berulang  Monitor status nutrisi pasien
(misalnya : alat yang dapat  Mampumelindungi  Memandikan pasien dengan
menimbulkan luka, kulit dan sabun dan air hangat
tekanan, mempertahankan
restraint) kelembaban kulit dan
- Immobilitas fisik perawatan alami
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

K. Focus Evaluasi

1. Bayi terbebas dari injury yang ditandai dengan serum bilirubin menurun, tidak
ada jaundice, reflek moro normal, tidak terdapat sepsis, reflek hisap dan
menelan baik.

2. Bayi tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan membrane


mukosa normal, ubun-ubun tidak ceekung, temperature dalam keadaan
normal.
3. Bayi tidak menunjukan adanya iritasi pada kulit yang ditandai dengan tidak
ada ruam.

4. Orang tua tidak tampak cemas yang ditaandai dengan mengekspresikan


perasaan dan perhatian pada bayi dan aktif dalam partisipasi perawatan bayi.

5. Orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan, dan aktif dalam
partisipasi perawatan bayi. (Suriadi dan Yuliani, 2010: 138)

L. Discharge Planing

1. Ajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi infeksi dan jelaskan
tentang daya tahan tubuh bayi.

2. Jelaskan pada orang tua pentingnya pemberian ASI apabila sudah tidak
ikterik. Namun bila peenyebabnya bukan dari jaundice ASI tetap diteruskan
pembeerian ASI.

3. Jelaskan pada orang tua tentang komplikasi, yang mungkin terjadi, segera
lapor dokteer atau perawat.

4. Jelaskan untuk pemberian imunisasi.

5. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan.

(Suriadi dan Yuliani, 2010: 140)

DAFTAR PUSTAKA

Cecily, Lynn Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed 5. Jakarta: EGC

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC


Hidayat, A aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikam
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak. Jakarta:
TIM

Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai