Anda di halaman 1dari 20

Klinik Pratama Rawat Jalan

selesai

JL. Kapten Mulyadi No. 182 Pasar Kliwon, Surakarta


Email: skincarealia@gmail.com | Telp: (0271) 7889060

KEPUTUSAN
PIMPINAN KLINIK PRATAMA ALIA SKIN CARE
Nomor : /SK/I/2024

TENTANG
PENANDAAN JALUR EVAKUASI UNTUK PASIEN DAN KARYAWAN
KLINIK PRATAMA ALIA SKINCARE
TAHUN 2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PIMPINAN KLINIK PRATAMA ALIA SKIN CARE

Menimbang : a. Bahwa untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana yang


tidak terduga perlu ditetapkanya rambu-rambu atau tanda-tanda
khusus untuk jalan keluar pasien, karyawan dan pengunjung bila
terjadi bencana di lingkungan Klinik Pratama Alia Skin Care.
b. Bahwa pasien Klinik Pratama Alia Skin care berhak memperoleh
pelayanan yang bermutu dan aman
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
point 1 (satu) perlu ditetapkan dengan keputusan Penanggung
Jawab Klinik Pratama Alia Skin Care.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007


Tentang Penanggulangan Bencana.
2. Undang – Undang Tahun Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehata
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor.1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 Tenteng
penerapan Menejemen Resiko di Lingkungan Kementrian
Kesehatan.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK TENTANG


PENETAPAN JALUR EVAKUASI KLINIK PRATAMA ALIA SKIN
CARE.

Kesatu : Memutuskan dan menetapkan jalur evakuasi bagi pasien, karyawan, dan
pengunjung bila terjadi bencana di lingkungan Klinik Pratama Alia Skin
Care.

Kedua : Penandaan Jalur Evakuasi sebagaimana dimaksud pada lampiran,


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.

Ketiga : Berlakunya penetapan rambu-rambu atau tanda-tanda khusus untuk jalur


evakuasi bagi pasien, karyawan dan pengungjung bila terjadi bencana
dilingkungan Klinik Pratama Alia Skin Care berjarak 85 cm dari lantai.

Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
bahwa apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Kelima : Kepala Klinik melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan ini.

Ditetapkan : Surakarta
Pada tanggal : 01 Mei 2024
PIMPINAN KLINIK PRATAMA
ALIA SKINCARE

Dr. Fatmah Zakiyah


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Panduan Penandaan Jalur Evakuasi di Klinik Pratama Alia Skin Care.
Panduan ini merupakan salah satu dokumen internal yang harus dimiliki oleh setiap
unit program dan pelayanan di Klinik Pratama Alia Skin Care.sebagai arahan dalam
melaksanakan kegiatan, sehingga diharapkan pelayanan akan lebih terarah dan dapat
tercapai tujuan yang diharapkan.
Terima kasih saya sampaikan kepada pemimpin Klinik Pratama Alia Skin Care.
Penanggung Jawab Program akreditasi serta Team yang telah memberikan masukan.
Harapan kami panduan ini dapat memberi manfaat bagi peningkatan Kesehatan
Lingkungan Klinik Pratama Alia Skin Care.

Surakarta , 11 MEI 2024

Pelaksana
Lampiran Keputusan Pimpinan klinik Pratama Alia Skin Care
Nomor : /KEP-DIR//V/2024
Tanggal : Mei 2024
Tentang : Penetapan Jalur Evakuasi Klinik Pratama Alia Skin Care
BAB I

PENDAHULUAN
A. Definisi
Jalur evakuasi adalah rute yang didesain khusus untuk menghubungkan ruangan
atau bangunan pada daerah aman jika terjadi bencana alam atau insiden kebakaran.
Maksud dari daerah aman jalur evakuasi adalah ruangan terbuka yang jauh dari
jangkauan gedung atau pepohonan besar seperti lapangan maupun lahan parkir.
Sering disebut dengan titik kumpul,area ini digunakan sebagai tempat mobilisasi
penduduk oleh regu penyelamat.
Mengingat proses perpindahan penduduk perlu dilakukan dengan cepat, maka
jalur evakuasi adalah termasuk rute pendek yang langsung menghubungkan lantai
tertentu pada bangunan ke area terbuka. Umumnya jalur evakuasi gedung
bertingkat terdapat dalam suatu bangunan publik seperti Klinik,Kantor Kepolisian,
maupun hotel.
Terlebih pada kantor atau perusahaan, rute ini dapat ditemukan disetiap
lantainya. Sehubung dengan itu, menurut Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2005
tentang bangunan gedung,setiap bangunan diluar rumah tinggal tunggal dan rumah
deret sederhana wajib menyediakan jalur evakuasi.
Dalam hal ini, yang termasuk jalur evakuasi adalah peringatan bahaya pintu
keluar darurat, serta rute keselamatan pendek guna menjami kemudahan pengguna
untuk menyelamatkan diri secara aman. Selain itu, ketentuan tentang jalur evakuasi
adalah Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.07 Tahun
2015 Tentang Rambu dan Papan Informasi Bencana juga membahas terkait
kewajiban memasang sign jalur evakuasi.
Sign atau rambu arah jalur evakuasi digunakan untuk menginformasikan
penduduk secara jelas tentang arah titik kumpul. Warna yang dipakai adalah hijau
dengan garis tepi,lambing, warna huruf, atau angka putih.
B. Fungsi
1. Pada dasarnya fungsi jalur evakuasi yaitu untuk menyelamatkan
penduduk,pekerja atau karyawan yang berada dalam bangunan Ketika terjadi
insiden berbahaya. Biasanya poin penting jalur evakuasi adalah tanda atau peta
yang menunjukkan kawasan aman.
2. Informasi berikut umumya ditempatkan ditembok atau pada langit langit
gedung serta papan peringatan bencana setiap bangunan terkait dengan
itu,fungsi peta jalur evakuasi yaitu meminimalisasi risiko penduduk salah arah
ketika berusaha menyelamatkan diri yang justru bisa membahayakan nyawanya
serta mencegah terjadinya cedera serta kerusakan asset hingga kerugian materi.
C. Tujuan
1. Jalur evakuasi adalah rute singkat yang perlu dilewati penduduk ketika
berusaha menyelamatkan diri dari insiden berbahaya.
2. Mencegah adanya atau bertambahnya korban jiwa apabila terjadi bencana.
3. BAB II

TEORI

A. Penerapan Jalur Evakuasi


Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi setiap bahaya atau
bencana, yaitu memberikan kemudahan akses evakuasi (jalur evakuasi, pintu keluar
darurat, dan penandanya). Fungsi jalur evakuasi, pintu keluar darurat, dan
penandaannya sangat penting bagi bangunan gedung, terutama pada saat terjadi
keadaan darurat. Upaya ini dilakukan untuk menormalisasi keadaan dan mencegah
atau meminimalkan cedera, kerusakan aset, serta kerugian material.
Keberadaan rambu exit dan evakuasi menjadikan proses evakuasi dapat
dilakukan dengan cepat dan aman sehingga semakin banyak orang yang selamat
dari keadaan darurat. Evakuasi merupakan tahapan kritis dalam menanggapi
bencana atau keadaan bahaya. Terdapat dua fase yang sangat menentukan dalam
proses evakuasi gedung, yaitu fase pre-evacuation dan fase movement.
Fase pre-evacuation merupakan tahap sebelum pekerja meninggalkan
ruangannya dan fase movement merupakan tahap pekerja mulai berjalan atau
berlari menuju titik teraman atau titik kumpul (assembly point). Pada proses
evakuasi, selain kelengkapan peralatan evakuasi, kebiasaan seseorang juga sangat
menentukan kesesuaian dan kecepatan proses evakuasi. Pekerja yang berjalan cepat
dalam kondisi bahaya terkadang memiliki kebiasaan untuk mengikuti gerombolan
orang di depannya tanpa memikirkan jalur yang ditempuh tersebut pendek atau
tidak.
Saat para pekerja mengalami kepanikan, mereka tidak akan mudah dalam
mencari jalan keluar. Mereka juga akan melalui familiarty route, yaitu jalan yang
biasanya dilalui atau jalur yang dikenal saat keluar masuk gedung daripada
mengikuti rambu exit dan evakuasi karena penghuni lebih mempercayai insting
mereka. Namun, berdasarkan insting tersebut belum tentu jalur yang dilalui
merupakan jalan teraman untuk dilewati.Penandaan exit dan evakuasi dibuat untuk
memberikan kemudahan pada orang yang melihatnya sehingga informasi pada
tanda tersebut dapat dipahami dengan mudah dan evakuasi berjalan cepat dan
aman.
Dalam hal ini, yang paling mempengaruhi proses mobilisasi jalur evakuasi
adalah kelancaran langkah-langkahnya. Agar lebih memahami,berikut 4 proses
penerapan rute keselamatan ini:
1. Detection Time
Tahapan awal untuk mengidentifikasi terjadinya bencana.
2. Notification Time
Waktu yang dibutuhkan guna menginformasikan adanya bencana dan
peringatan evakuasi.
3. Pre Movement Time
Waktu untuk mempersiapkan pergerakan penduduk untuk pergi menuju jalur
evakuasi.
4. Movement Time
Waktu untuk mengarahkan penghuni gedung ke titik kumpul,

B. Macam-Macam Jalur Evakuasi


1. Penandaan jalur Safety sign
Safety sign adalah simbol grafis yang memiliki arti tertentu karena dapat
dipasang di ragam tempat. Namun dalam hal ini, rambu keamanan berfungsi
untuk menunjukkan arah jalan keluar. Terkait itu, agar mudah terlihat oleh
penduduk, desain safety sign harus memiliki background hijau serta tulisan
dengan ukuran tinggi 10 cm, tebal huruf 1 cm dan berwarna putih. Adanya
aturan ini ditujukan agar penduduk gedung bisa melihat tanda dari jarak 20
meter sehingga proses evakuasi dapat dilakukan dengan cepat.

2. Penand
aan
Sarana
Jalan
Keluar
(Exit)
Setiap klinik,rumah sakit,industri atau perkantoran harus memiliki prosedur
untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, termasuk merencanakan
sarana jalan keluar (exit) serta penandaannya.
Sarana exit merupakan bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang
dipisahkan dari tempat lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau
peralatan untuk menyediakan lintasan jalan yang diproteksi menuju eksit
pelepasan. Sarana exit harus direncanakan dan dibuat agar mudah dijangkau,
tidak buntu pada ujungnya, tidak melewati ruangan yang mungkin terkunci
seperti dapur, kloset atau ruang kerja, dan rambu menuju pintu exit dan titik
kumpul harus jelas dan mudah dilihat.

Dengan adanya rambu exit dan evakuasi yang mudah dilihat,


mempermudah para pekerja dan tamu perusahaan melakukan penyelamatan diri
ke tempat yang aman (assembly point), sehingga banyak nyawa yang bisa
terselamatkan dan kekacauan selama keadaan darurat dapat diminimalkan.

Menentukan rambu exit dan evakuasi harus dilakukan dengan cermat.


Pikirkan jalur evakuasi teraman sebisa Anda, pastikan bahwa jalur tersebut
terdapat pencahayaan yang baik, bebas dari barang-barang yang dapat
mengganggu kelancaran evakuasi, mudah dicapai, dan tidak bising yang dapat
menghambat komunikasi saat terjadi keadaan darurat. Buatlah peta evakuasi
Anda sesuai dengan hal-hal tersebut.

Sarana exit harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu kelancaran
evakuasi dan mudah dicapai. Sarana exit terdiri dari tiga bagian:
a. Akses eksit (Exit Access)
Akses eksit merupakan bagian dari sarana evakuasi yang mengarah ke
pintu eksit.
b. Eksit (Exit)
Eksit merupakan bagian dari sarana evakuasi yang dipisahkan dari area
lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau peralatan yang
menyediakan lintasan jalan terproteksi menuju eksit pelepasan.
c. Eksit Pelepasan (Exit Discharge)
Eksit pelepasan merupakan bagian dari sarana evakuasi antara batas
ujung eksit dan jalan umum yang berada di luar bangunan gedung untuk
evakuasi pada saat terjadi keadaan darurat.
Sesuai SNI 1746-2000 (standar mengacu pada NFPA 101: Life Safety
Code), sarana exit harus diberi tanda yang disetujui dan mudah terlihat dari
setiap arah akses eksit. Berikut ketentuan pemasangan rambu exit atau arah
exit menurut SNI 1746-2000:
Rambu yang menyatakan “EXIT” harus dipasang pada pintu atau di
dekat pinggir pintu darurat akses eksit harus diberi tanda dengan tanda yang
disetujui, mudah terlihat di semua keadaan di mana eksit atau jalan untuk
mencapainya tidak tampak langsung oleh para penghuni
Rambu arah eksit juga harus dipasang pada eksit pelepasan menuju titik
kumpul yang aman. Setiap rambu exit harus ditempatkan dan dengan
ukuran sedemikian, warna yang nyata, dan dirancang untuk mudah dilihat,
memiliki warna khusus dan harus kontras dengan dekorasi, penyelesaian
interior, atau tanda lainnya. Untuk warna dan piktogram (simbol) pada
tanda akses eksit, eksit, dan eksit pelepasan─yang merupakan bagian dari
sarana evakuasi, umumnya perusahaan menggunakan standar ISO 7010
sebagai acuannya.

C. Standar ISO 7001: Warna dan Piktogram Rambu Evakuasi


ISO 7010 merupakan standarisasi yang membahas mengenai warna dan tanda
keselamatan dengan pembahasan yang lebih mendetail. Standar ISO 7010
mengatur tanda keselamatan yang ditujukan untuk mencegah kecelakaan kerja,
proteksi kebakaran, menginformasikan bahaya kesehatan, dan evakuasi saat
kondisi darurat.
Standar ISO 7010 ini bukanlah sebuah regulasi dan secara umum perusahaan
tidak diwajibkan untuk mengadopsi tanda keselamatan ISO 7010 di tempat kerja.
Meski begitu, kini banyak perusahaan atau bahkan regulasi nasional (seperti di
Prancis) yang menjadikan ISO 7010 ini sebagai acuan dalam pemasangan tanda
keselamatan di tempat kerjanya.
Banyak negara yang memberikan saran kepada perusahaan untuk menggunakan
tanda keselamatan ISO 7010, khususnya:
a. Ketika fasilitas baru perlu dilengkapi rambu keselamatan
b. Ketika mengganti rambu-rambu keselamatan yang lama, sudah rusak, pudar,
atau ketika ada pembaruan simbol tanda keselamatan.

ISO 7010 terbagi menjadi lima kategori, antara lain rambu larangan, rambu
perintah, rambu peringatan, rambu keselamatan kebakaran dan peralatan pemadam
kebakaran, serta rambu kondisi aman dan pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K).
Rambu evakuasi, mencakup rambu exit, arah exit, jalur evakuasi dan titik
kumpul masuk ke dalam kategori rambu kondisi aman dan peralatan P3K. Rambu
ini digunakan untuk menunjukkan di mana pintu keluar darurat dan peralatan
keselamatan dan kesehatan dapat ditemukan. Rambu evakuasi ini memiliki warna
dasar putih, background warna hijau menyala dengan piktogram berwarna putih.
Rambu ini biasanya dipasang di arah menuju pintu keluar, pintu keluar, jalur
evakuasi, tangga darurat, arah menuju titik kumpul, dan lokasi titik kumpul.
D. Material Stiker Luminous (Glow In The Dark) untuk Rambu Exit dan Evakuasi
Jalur evakuasi dan pintu keluar darurat harus ditandai dengan jelas
menggunakan rambu. Rambu exit dan evakuasi harus dipasang cukup tinggi
sehingga tidak tertutup oleh pejalan kaki atau kendaraan yang melintas dan cukup
besar untuk dilihat dalam kondisi pencahayaan yang buruk.

Elemen penting lainnya yang perlu Anda perhatikan saat memasang rambu
exit dan evakuasi adalah material stiker pada rambu. Setiap rambu harus diterangi
yang cukup oleh sumber cahaya yang andal. Pastikan rambu exit dan evakuasi yang
Anda pasang sudah sesuai standar ISO 7010 dan direkomendasikan menggunakan
bahan luminous atau glow in the dark yang dapat menyala/memendarkan cahaya
sendiri dalam kondisi gelap.

Rambu berbahan luminous atau glow in the dark dapat menyala/


memendarkan cahaya sendiri dalam kondisi gelap. Artinya, bila rambu dipasang di
dalam ruangan yang terdapat cahaya lampu, stiker luminous akan menyerap atau
mengumpulkan cahaya lampu tersebut, lalu mengeluarkannya kembali saat kondisi
gelap.

Karena sifatnya yang menyerap cahaya, stiker akan selalu menyala atau
bercahaya dengan sendirinya setiap ada perubahan kondisi penerangan dari terang
ke gelap dengan seketika. Sifat inilah yang membedakan stiker luminous dengan
stiker reflektif. Stiker luminous lebih direkomendasikan untuk pemasangan indoor.
Stiker ini biasanya digunakan untuk rambu exit dan evakuasi, rambu peralatan
darurat, dan rambu alat pemadam api.
BAB III

TITIK EVAKUASI

A. Denah Evakuasi
Selanjutnya lambang peta jalur evakuasi yang menginformasikan penduduk
tentang arah titik kumpul terdekat, umumnya penduan ini diletakkan dibeberapa
lokasi sehingga pasien,karyawan di Klinik Pratama Alia Skin Care dapat
menyelamatkan diri ketika terjadi bencana dengan mudah.
B. Poin Penting Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi adalah lintasan yang digunakan sebagai pemindahan langsung dan
cepat dari orang-orang yang akan menjauh dari ancaman atau kejadian yang dapat
membahayakan. Evakuasi terbagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Evakuasi skala kecil, contohnya penyelamatan yang dilakukan dari sebuah
bangunan yang diakibatkan karena ancaman bom atau kebakaran.
2. Evakuasi skala besar, contohnya penyelamatan dari sebuah daerah banjir, letusan
gunung berapi atau badai.
Jumlah dan kapasitas jalur evakuasi biasanya menyesuaikan dengan jumlah
penghuni gedung dan ukuran gedung tersebut. Kebutuhan jalur evakuasi
dipengaruhi oleh waktu rata-rata untuk mencapai lokasi yang aman (titik kumpul)
yang berada di halaman gedung dan tidak ada bangunan di atasnya.
C. Persyaratan Jalur Evakuasi

1. Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu kelancaran
evakuasi dan mudah dicapai
2. Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara dari bahaya
api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian
rupa sehingga di mana saja penghuni dapat, menjangkau pintu keluar (exit)
3. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan, dan mempunyai lebar
untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m
4. Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari
sumber utama
5. Arah menuju pintu keluar (exit) harus dipasang petunjuk yang jelas
6. Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.

D. Penandaan Sarana Jalan Keluar


Sesuai SNI 03-1746- 2000 dan Permen PU Nomor 26 Tahun 2008, sarana jalan keluar
pada sebuah bangunan gedung harus diberi tanda. Eksit, selain dari pintu eksit utama di
bagian luar bangunan gedung, harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui
yang mudah terlihat dari setiap arah akses eksit. Penandaan eksit harus memenuhi
kriteria:
1. Tanda eksit harus di tempatnya pada setiap pintu eksit yang disyaratkan untuk
tanda eksit
2. Tanda eksit yang bisa diraba harus terbaca
3. Tanda eksit harus memenuhi ketentuan yang berlaku.

E. Titik Kumpul
Saat terjadi keadaan darurat, hampir semua orang mudah panik dan sulit untuk
berpikir jernih dan logis. Namun, dengan perencanaan tanggap darurat yang
matang mencakup lokasi titik kumpul yang ditandai dengan jelas, banyak nyawa
yang bisa terselamatkan dan kekacauan selama keadaan darurat dapat
diminimalkan.
Apa itu titik kumpul? Menurut Permen PUPR No.14 Tahun 2017, titik
kumpul/assembly point/muster point adalah tempat yang digunakan bagi pengguna
bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung untuk berkumpul setelah
proses evakuasi.
Titik kumpul merupakan elemen penting dalam perencanaan tanggap darurat. Jika
terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya, pekerja, kontraktor, atau tamu
perusahaan yang tidak familier dengan tempat kerja harus dapat keluar dari gedung
dengan aman dan cepat menuju titik kumpul. Maka sangat penting bagi mereka
untuk mengetahui di mana lokasi titik kumpul dan mengapa tempat tersebut
dijadikan sebagai titik kumpul.
1. Mengapa Klinik Pratama Alia Skin Care Harus Memiliki Titik Kumpul
Seperti telah kita ketahui, titik kumpul merupakan komponen penting dalam
perencanaan tanggap darurat. Titik kumpul harus diidentifikasi dengan jelas
dan mudah ditemukan. Proses evakuasi yang aman dari gedung atau tempat
kerja harus didukung sarana titik kumpul yang memadai dan terorganisir
dengan baik. Kewajiban memasang titik kumpul terdapat pada Permen PUPR
No.14 Tahun 2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung.
Dalam Permen Paragraf 3, Pasal 24 ayat (1) disebutkan bahwa setiap
bangunan gedung kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana
harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi akses eksit, eksit, eksit
pelepasan, dan sarana pendukung evakuasi lainnya.
Sementara Pasal 28 ayat (1) huruf e, menyebutkan, sarana pendukung
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d terdiri atas titik
berkumpul. Perancangan dan penyediaan titik berkumpul harus diidentifikasi
dengan jelas, diberi tanda, dan mudah terlihat.
Selain sebagai pemenuhan regulasi, titik kumpul juga sangat berguna saat
proses evakuasi jika terjadi kebakaran, bencana alam, dan kondisi darurat
lainnya. Pekerja dan seluruh orang yang berada di lingkungan perusahaan dapat
lebih cepat keluar dari gedung menuju ke satu tempat yang lebih aman yang
telah di tentukan tim tanggap darurat perusahaan.
2. Penentuan Penandaan Titik Kumpul
Penentuan titik kumpul di tempat kerja harus disesuaikan dengan jenis
keadaan darurat apa saja yang berpotensi terjadi di tempat kerja Anda dan
risiko atau bahaya apa saja yang dihadapi pekerja Anda.
Sering kali, titik kumpul ini juga digunakan tim tanggap darurat untuk
memastikan seluruh orang sudah berada di lokasi titik kumpul dan untuk
mengidentifikasi orang yang hilang atau tidak berada di titik kumpul setelah
proses evakuasi dilakukan.
Pastikan juga para pekerja mendapatkan pelatihan tanggap darurat secara
berkala untuk memastikan mereka semua tahu di mana titik kumpul berada dan
apa saja yang harus dilakukan saat berada di titik kumpul.
3. 4 Poin Penting yang Harus Diketahui Karyawan Tentang Titik Kumpul
a. Aksesibilitas
Pertama, lokasi titik kumpul harus mudah dijangkau, bebas hambatan, dan
berada pada jarak yang aman dari bahaya, termasuk memperhitungkan
kemungkinan bahaya runtuhan gedung, bahaya kebakaran, dan bahaya
lainnya. Mengacu Permen PUPR No.14 Tahun 2017, jarak minimum titik
kumpul dari bangunan gedung adalah 20 meter untuk melindungi pengguna
bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung dari keruntuhan atau
bahaya lainnya. Pastikan juga lokasi titik kumpul tidak menghalangi
kendaraan penanggulangan keadaan darurat, baik mobil pemadam
kebakaran atau ambulans. Hindari menentukan lokasi titik kumpul di area
yang terdapat banyak instalasi listrik, lalu lintas ramai, atau medan
berbahaya.
b. Luas Area
Titik kumpul juga harus cukup besar untuk menampung seluruh orang
yang berada di tempat kerja (termasuk karyawan, kontraktor, atau tamu
perusahaan) agar tidak berdesak-desakan atau membatasi pergerakan jika
terjadi ledakan atau keadaan darurat sekunder.Menurut Permen PUPR
No.14 Tahun 2017, titik kumpul dapat berupa jalan atau ruang terbuka.
Tempat parkir yang luas dan ruang terbuka lainnya dapat dijadikan sebagai
titik kumpul yang aman. Menjadikan lobi atau dekat area pintu keluar
bukanlah solusi yang tepat.
c. Keamanan
Titik kumpul juga harus cukup jauh dari bahaya langsung lainnya,
sehingga tidak ada orang yang berada dalam bahaya tambahan selama
keadaan darurat. Ini dapat mencakup area di dekat sungai, pohon besar,
pagar, atau penghalang lainnya. Hal ini tentu harus diimbangi dengan
kemudahan untuk menjangkau titik kumpul. Salah satu tantangan yang
sering dihadapi saat menentukan titik kumpul adalah menemukan lokasi
pada jarak yang aman dan mudah diakses oleh pekerja berusia lanjut atau
penyandang disabilitas.
d. Penanda Titik Kumpul
Titik kumpul harus ditandai dengan jelas menggunakan rambu K3 titik
kumpul. Rambu K3 titik kumpul harus dipasang cukup tinggi sehingga
tidak tertutup oleh pejalan kaki atau kendaraan yang melintas dan cukup
besar untuk dilihat dalam kondisi pencahayaan yang buruk.
Pastikan rambu K3 titik kumpul yang Anda pasang sudah sesuai standar
ISO 7010 dan direkomendasikan menggunakan bahan luminous atau glow
in the dark yang dapat menyala/memendarkan cahaya sendiri dalam kondisi
gelap. Pemberian petunjuk arah titik kumpul juga harus diletakkan dekat
area titik kumpul yang langsung terlihat dari pintu keluar. Pemasangan
rambu petunjuk arah menuju titik kumpul dan rambu titik kumpul ini harus
tepat agar lokasi titik kumpul dapat ditempuh dengan mudah dalam waktu
singkat.
BAB IV
PENUTUP

Penetapan jalur evakuasi untuk pasien dan karyawan di klinik pratama alia
skincare penting artinya untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien dan
menjamin keamanan dan kenyamanan pasien dan karyawan untuk bertindak sebelum
terjadi kecelakaan.
Pedoman ini masih jauh dari sempurna. sehingga masih perlu
bimbingan,masukan serta saran dari semua pihak terkait yang ada di lingkungan Klinik
Pratama Alia Skin Care. Semoga pedoman Penetapan jalur evakuasi untuk pasien dan
karyawan ini dapat bermanfaat bagi Klinik Pratama Alia Skin Care.

PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK SERTA PENGELOLAAN


AIR LIMBAH
NOMOR DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

KLINIK PRATAMA ALIA


SKINCARE

STANDAR PROSEDUR TANGGAL TERBIT DI TETAPKAN


OPERASIONAL PIMPINAN

B3 1 MEI 2024 dr.Fatma Zakiyah

PENGERTIAN Tanda khusus yang menghubungkan semua area ke area yang aman
TUJUAN Agar pemasangan jalur evakuasi dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar.
KEBIJAKAN Undang undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
REFRENSI Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2005 dan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
No.28 Tahun 2005
PROSEDUR ALAT
1. Rambu evakuasi (jalur evakuasi dan titik kumpul)

PROSEDUR
1. Rambu harus terlihat jelas,ditempatkan pada jarak pandang dan tidak tertutup atau
tersembunyi.
2. Kondisi rambu dengan penerangan yang baik.
3. Posisikan rambu rambu yang berhubungan bersebelahan.
4. Pastikan rambu rambu pengarahan terlihat dari segala arah.
5. Tinggi rambu ± 150cm dari permukaan lantai, untuk rambu yang diatap harus berjarak
2.2m dari lantai.
6. Titik kumpul diletakkan pada area yang aman dari bangunan sekitar.
7. Tinggi titik kumpul ± 2.25m dari permukaan tanah.
Posisikan rambu rambu
yang berhubungan Kondisi rambu dengan
bersebelahan penerangan yang baik

Rambu harus terlihat


jelas,ditempatkan
Mula pada
jarak pandang dan
tidak tertutup atau
tersembunyi
UNIT Seluruh Unit Terkait di Klinik Pratama Alia Skin Care
TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai