Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) biasanya erat kaitannya dengan


perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik dan tempat yang sedang dalam proses
pembangunan infrastruktur yang notabennya menganggap hal itu merupakan tolak ukur
mereka dalam melaksanakan pekerjaan. Pasti sering didapati banyaknya poster-poster
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang berlambangkan roda gigi berwarna hijau
dengan semboyan “utamakan keselamatan dan kesehatan kerja” di perusahaan-
perusahaan, pabrik-pabrik dan tempat yang sedang dalam proses pembangunan
infrastruktur. Namun, bagaimana hal itu dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah
milik pemerintah pada umumnya? Sangat disayangkan sekali hal itu tidak dianggap
urgent atau tidak dianggap serius bagi masyarakat sekolah terutama guru dan peserta
didik. Padahal keselamatan dan kesehatan kerja sudah selayaknya kita terapkan
dimanapun dan kapanpun.

Indonesia merupakan negara yang diberkahi sekaligus diancam oleh kondisi


alamnya (Trisakti dkk, 2007). Bencana alam seperti gempa bumi dan kebakaran akan
lebih membahayakan keselamatan penghuni gedung karena mereka dapat tertimpa
reruntuhan gedung tersebut. Salah satu cara untuk membantu menyelamatkan diri
adalah dengan adanya display jalur evakuasi yang memperlihatkan arah keluar gedung
(Khakim dkk, 2017).

SMA Negeri 8 Manado adalah salah satu sekolah yang belum memperhatikan
bahkan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja seperti peta jalur evakuasi dan
titik kumpul jika terjadi masalah atau kasus. Contoh permasalahan atau kasus yang
dapat terjadi yang pertama, bencana alam seperti gempa bumi, kedua bahaya kebakaran
dan kasus-kasus lainnya.

Penentuan permukaan tanah dan situasi di lingkungan SMA Negeri 8


Manado dimaksudkan untuk menyiapkan titik-titik evakuasi yang sangat berguna
bagi seluruh masyarakat sekolah jika terjadi bencana dan dapat dijadikan contoh dalam
implementasi mitigasi bencana khususnya bagi masyarakat di sekitar gedung pusat

1
Politeknik Negeri Manado. Kawasan SMA Negeri 8 Manado belum memiliki peta dan
jalur evakuasi bencana. Berdasarkan hasil survei pendahuluan terdapat sejumlah
akses ke dalam dan luar Kawasan sekolah. Tetapi pada area tersebut belum
terdapat panduan bila terjadi bencana. Karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai jalur evakuasi di lokasi sekolah dan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana efektivitas jalur evakuasi pada bangunan sekolah SMA Negeri 8 Manado
ditinjau dari kelayakan kondisi sarana dan prasarana jalur evakuasinya?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui seberapa efektif dan seberapa mudah dipahami jalur evakuasi pada
bangunan sekokah SMA Negeri 8 Manado ditinjau dari kelayakan kondisi sarana dan
prasarana jalur evakuasinya.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat di gunakan dalam merancang Sarana dan prasarana yang baik
dan memenuhi standart pada jalur evakuasi terjadinya bencana seperti gempa bumi dan
juga kebakaran di SMA Negeri 8 Manado.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi adalah lintasan yang digunakan sebagai pemindahan langsung


dan cepat dari orang-orang yang akan menjauh dari ancaman atau kejadian yang dapat
membahayakan bahaya (Abrahams, 1994). Ada dua jenis evakuasi yang dapat
dibedakan yaitu evakuasi skala kecil dan evakuasi skala besar. Contoh dari evakuasi
skala kecil yaitu penyelematan yang dilakukan dari sebuah bangunan yang disebabkan
karena ancaman bom atau kebakaran. Contoh dari evakuasi skala besar yaitu
penyelematan dari sebuah daerah karena banjir, letusan gunung berapi atau badai,
bahkan gempa bumi. Dalam situasi ini yang melibatkan manusia secara langsung atau
pengungsi sebaiknya didekontaminasi sebelum diangkut keluar dari daerah yang
terkontaminasi.

Syarat-syarat jalur evakuasi yang layak dan memadai tersebut adalah:

1. Keamanan Jalur

Jalur evakuasi yang akan digunakan untuk evakuasi haruslah benar-benar


aman dari benda-benda yang berbahaya yang dapat menimpa diri.

2. Jarak Tempuh

Jalur Jarak jalur evakuasi yang akan dipakai untuk evakuasi dari tempat
tinggal semula ketempat yang lebih aman haruslah jarak yang akan
memungkinkan cepat sampai pada tempat yang aman.

3. Kelayakan Jalur

Jalur yang dipilih juga harus layak digunakan pada saat evakuasi
sehingga tidak menghambat proses evakuasi.

Jalur evakuasi dirancang dengan memperhatikan faktor lintasan terpendek untuk


menentukan jalan tersingkat menuju titik kumpul saat terjadi kebakaran. Jalur Evakuasi

3
adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area ke area yang aman (Titik
Kumpul). Dalam sebuah proyek konstruksi, jalur evakuasi sangatlah penting untuk
mengevakuasi para pekerja ke tempat aman apabila di dalam sebuah proyek terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu, rambu-rambu 4 jalur evakuasi harus dipasang
di semua area proyek. Jalur Evakuasi di proyek gedung bertingkat terdiri dari jalur
menuju Tangga Darurat, Tangga Darurat, dan jalur menuju Titik Kumpul di luar
gedung. Jumlah dan kapasitas Jalur Evakuasi menyesuaikan dengan jumlah penghuni
dan ukuran gedung. Kebutuhan jalur evakuasi juga dipengaruhi oleh waktu rata-rata
untuk mencapai lokasi yang aman (Titik Kumpul). Sebagian besar ahli keselamatan
menyarankan setiap proyek gedung memiliki minimal 2 Jalur Evakuasi, lebih banyak
lebih baik.

2.2. Titik Kumpul

Assembly point/muster point/titik kumpul merupakan elemen penting dalam


perencanaan tanggap darurat. Sesuai Permen PUPR No.14 Tahun 2017 Tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung, Paragraf 3, Pasal 24 ayat (1), setiap
bangunan gedung kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana harus
menyediakan sarana evakuasi yang meliputi akses eksit, eksit, eksit pelepasan, dan
sarana pendukung evakuasi lainnya.
Sementara Pasal 28 ayat (1) huruf e, menyebutkan, sarana pendukung lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d terdiri atas titik berkumpul.
Perancangan dan penyediaan titik berkumpul harus diidentifikasi dengan jelas, diberi
tanda, dan mudah terlihat.
Menurut Permen PUPR No.14 Tahun 2017, titik kumpul adalah tempat yang
digunakan bagi pengguna bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung untuk
berkumpul setelah proses evakuasi.
Pasal 33 ayat (2) pada Permen tersebut menyatakan perancangan dan penyediaan
titik kumpul harus memperhatikan:
1. Kesesuaian sebagai lokasi akhir yang dituju dalam rute evakuasi
2. Keamanan dan kemudahan akses pengguna bangunan gedung dan pengunjung
bangunan gedung
3. Jarak aman dari bahaya termasuk runtuhan bangunan gedung

4
4. Kemungkinan untuk mampu difungsikan secara komunal oleh para pengguna
bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung
5. Kapasitas titik berkumpul.
2.3. Rambu Keselamatan

Definisi Rambu-rambu keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk


membantu melindungi kesehatan dan keselamatan karyawan dan pengunjung yang
sedang berada di tempat kerja.

2.3.1 Kegunaan Rambu Keselamatan

1. Menarik perhatian terhadap adanya kesehatan dan keselamatan kerja


2. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat
3. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.
4. Mengigatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan perlindungan
diri
5. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku
yang tidak diperbolehkan.

2.3.2 Landasan Hukum

1. Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b.

“ Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja “

2. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Kriteria audit 6.4.4.

“ Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai
dengan standar dan pedoman “

5
2.3.3 Standar Rambu Keselamatan

Terdapat beberapa standar acuan pemasangan rambu keselamatan di tempat kerja


diantaranya adalah :

1. ANSI Standard
2. ISO Standard
3. British Standard
4. Hazmat & NFPA Standard
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
6. Rambu Lalu Lintas
7. MO Standard

2.3.4 Pengelompokan Rambu

Kelompok rambu-rambu dibagi dalam tiga bagian yakni :

1. PERINTAH Berupa : Larangan , kewajiban


2. WASPADA Berupa : Bahaya, Peringatan, perhatian
3. INFORMASI

2.3.5 Petunjuk Pemasangan Rambu

 Rambu-rambu harus terlihat jelas, ditempatkan pada jarak pandang dan tidak
tertutup atau tersembunyi.
 Kondisikan rambu-rambu dengan penerangan yang baik. Siapapun yang berada
di area kerja harus bisa membaca rambu dengan mudah dan mengenali warna
keselamatannya.
 Pencahayaan juga harus cukup membuat bahaya yang akan ditonjolkan menjadi
terlihat dengan jelas.
 Siapapun yang ada di area kerja harus memiliki waktu yang cukup untuk
membaca pesan yang disampaikan dan melakukan tindakan yang diperlukan
untuk menjaga keselamatan.
 Posisikan rambu-rambu yang berhubungan bersebelahan, tetapi jangan
menempatkan lebih dari empat rambu dalam area yang sama.

6
 Pisahkan rambu-rambu yang tidak berhubungan.
 Pastikan bahwa rambu-rambu pengarah terlihat dari semua arah. Termasuk
panah arah pada rambu keluar disaat arah tidak jelas atau membinggungkan.
Rambu arah arus ditempatkan secara berurutan sehingga rute yang dilalui selalu
jelas.
 Rambu-rambu yang di atap harus berjarak 2.2 meter dari lantai.

2.3.6 0

Adapun jenis rambu dapat berupa :

1. Rambu dengan Simbol


2. Rambu dengan Simbol dan Tulisan
3. Rambu berupa pesan dalam bentuk Tulisan .

Rambu tulisan seharusnya digunakan apabila tidak adanya symbol  yang tersedia.

 Titik Kumpul

 Jalur Evakuasi Arah Kanan

7
 Jalur Evakuasi Arah Kiri

 Jalur Evakuasi tangga Arah Kanan

 Jalur Evakuasi tangga Arah Kiri

8
 Exit

 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

9
2.3.7 Pedoman Umum Rambu Keselamatan

Warna , Simbol dan Tulisan

10
Bentuk Geometri dan Maksudnya

Contoh 1

Contoh 2

11
Contoh 3

2.4. Resiko Kebakaran

Kebakaran pada bangunan umumnya berawal dari kebakaran dalam suatu ruangan, yang
sering disebut sebagai kebakaran dalam ruangan tertutup (compartement fire). Urutan

12
terjadinya proses adalah sifat kimia dan fisika yang terjadi saat penyulutan, dilanjutkan
dengan pembakaran (combustion ). Pengaruh yang menentukan pembakaran di dalam
compartement fire adalah tersedianya beban api (fire load) dengan jumlah yang cukup ,
geometri ruangan, dan geometri ventilasi. Di dalam compartement fire kebakaran akan
meningkat intensitasnya ditandai dengan kecepatan penjalaran dan panas yang tinggi
dalam waktu yang relatif singkat.

Cepat lambatnya proses evakuasi suatu gedung menentukan tinggi rendahnya faktor
keselamatan manusia apabila sampai terjadi bencana seperti kebakaran pada gedng
tersebut. Semakin pendek waktu evakuasi, semakin tinggi faktor keselamatan manusia
apabila terjadi bencana.

2.4.1 Kelas Kebakaran

Dalam memadamkan api atau kebakaran diperlukan alat pemadam yang tepat sesuai
dengan jenis atau asal api. Sumber bahan/material yang terbakar akan menentukan
karakteristik api dan asap yang akan terbentuk, sehingga memerlukan alat pemdam api
yang berbeda untuk hal tersebut.

Kebakaran memiliki kelas-kelas yang berbeda tergantung pada material yang terbakar.
Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

1) Kelas A

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda


padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media
pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni
yang dibasahi, dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau racun api
tepung kimia kering.

2) Kelas B

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda


mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah,
spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk

13
kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau
racun api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini
karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas
sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar
kemana-mana

3) Kelas C

Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman


kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar kita
aman dalam memadamkan kebakaran

4) Kelas D

Kebakaran yang terjadi pada material-material logam. Kebakaran


jenis ini dapat memicu terjadinya kebakaran kelas A. Pemadamannya
biasa menggunakan bubuk kimia kering.

5) Kelas K

Kebakaran yang disebabkan oleh minyak penggorengan.


Kebakaran ini merupakan bagian kebakaran kelas B, tetapi
karakteristiknya yang berbeda membuat kebakaran jenis ini perlu
mendapat perhatian khusus.

  

14
BAB III

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Analisis dan Data


Hasil yang akan dipaparkan dalam dalam analisis ini meliputi
perencanaan dan penerapan jalur evakuasi dan titik kumpul di SMA Negeri 8
Manado. Data penelitian ini diperoleh melalui guru, pengurus sekolah dan
observasi lingkungan sekolah.
1. Deskripsi Data
Deskripsi data dari hasil analisis ini digunakan untuk memberi
gambaran situasi dan kondisi yang jelas tentang penyebaran data selama
proses ini berlangsung..

SMA Negeri 8 Manado adalah sekolah yang memiliki jalan


masuk yang mudah di akses, dekat dengan Bandara Sam Ratulangi, dekat
juga dengan jalan Ring Road yang memudahkan akses untuk datang ke
tempat ini.

Sekolah dengan jumlah ruangan sebanyak 39 ruangan (tidak


termasuk toilet) dan jumlah peserta didik dengan guru yang berkisar
1060 orang.

Lantai Ruangan Jumlah Kapasitas Orang


1 Aula terbuka 1 500
1 Kelas A 5 29
1 Kelas B 4 29
1 Kelas C 3 29
1 Kelas D 3 29
1 Kelas IPS 3 1 29
1 Ruang BK 1 5
1 Ruang Koperasi 1 10
1 Gudang 1 -
1 Lab Kimia 1 30
1 Lab Fisika 1 30
1 Lab Biologi 1 30
1 Ruang Guru 1 52

15
1 Perpustakaan 1 100
1 WC/Toilet  -
2 Kelas A 5 29
2 Kelas B 4 29
2 Kelas D 3 29
2 Lab Bahasa 1 30
2 Lab Komputer 1 30
Tabel . Data Ruangan SMA Negeri 8 Manado
2. Analisis Jalur Evakuasi

Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran bahwa jalur


evakuasi di SMA Negeri 8 Manado sudah sesuai namun masih banyak
rambu-rambu keselamatan termasuk APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
yang tidak dipasang.

Sesuai dengan penelitian ini yang telah dilakukan dengan hasil


observasi menunjukkan bahwa SMA Negeri 8 Manado tersebut memiliki
jalur evakuasi terhadap keselamatan para siswa,guru,serta seluruh
pegawai yang ada di lingkungan sekolah dengan layak walaupun masih
ada kekurangan pada rambu keselamatan.
3. Analisis Titik Kumpul
Di SMA Negeri 8 Manado terdapat 3 titik kumpul yang tersebar
didalam wilayah/kawasan sekolah ( 1 titik kumpul berada di dekat jalan
masuk utama sekolah,2 titik kumpul terdapat di lapangan sekolah).

( Gambar ada di lampiran)

16
Lampiran…

17
18
19
20
21
22
23
24
25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang


dapat diambil adalah :

Jalur evakuasi merupakan lintasan yang digunakan sebagai pemindahan langsung


dan cepat dari orang-orang yang akan menjauh dari ancaman atau kejadian yang dapat
membahayakan bahaya. Maka dari itu jalur evakuasi sangatlah penting terutama untuk
bangunan gedung.

Titik kumpul juga tak kalah penting,karena setiap bangunan gedung kecuali rumah
tinggal tunggal dan rumah deret sederhana harus menyediakan sarana evakuasi yang
meliputi akses eksit, eksit, eksit pelepasan, dan sarana pendukung evakuasi lainnya.
Perancangan dan penyediaan titik berkumpul harus diidentifikasi dengan jelas, diberi
tanda, dan mudah terlihat.
Rambu-rambu keselamatan juga tak kalah penting,mengingat saat ada bencana
apapun itu banyak orang yang bingung untuk harus lewat mana dikarenakan mereka
panik. Untuk itu di beberapa titik yang penting salah satunya yaitu tangga,sangat perlu
untuk diberi rambu keselamatan. Selain rambu keselamatan, APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) juga sangat penting,contohnya ditaruh di daerah yang rawan kebakaran (kantin
sekolah,kantor/ruang guru,dan dibeberapa titik lainnya).

B. Saran

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, saran yang dapat
diberikan adalah:

- Memberikan garis batas penunjuk tempat titik kumpul di semua


gedung agar tidak digunakan sebagai tempat jemuran ataupun tempat
parkir.
-Diharapkan untuk lebih memperhatikan titik-titik mana saja yang perlu ditaruh
rambu keselamatan juga APAR (Alat Pemadam Api Ringan).

26
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
jurnal.polimdo.ac.id/index.php/jtst/article/view/
304&ved=2ahUKEwjooszepdb3AhXLTGwGHUNkD-
gQFnoECCcQAQ&usg=AOvVaw2bRsWlHNCQWjCgWuezRSMu
 https://www.academia.edu/39780154/
PENTINGNYA_KESELAMATAN_DAN_KESEHATAN_KERJA_K3_DI_
SEKOLAH
 http://journal.thamrin.ac.id/index.php/JPKMHthamrin/article/view/290/
pdf
 https://safetysignindonesia.id/bagaimana-menentukan-titik-kumpul-
assembly-point-di-tempat-kerja/
 https://surabaya.proxsisgroup.com/rambu-keselamatan-safety-sign/
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
media.neliti.com/media/publications/222993-penentuan-jalur-evakuasi-dan-
titik-kumpu.pdf&ved=2ahUKEwjooszepdb3AhXLTGwGHUNkD-
gQFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw1SGx7keLKi6brxzguP97oq
 https://media.neliti.com mediaPDF penentuan jalur evakuasi dan titik
kumpul partisipatif dalam upaya – Neliti
 file:///E:/New%20folder/BACK%20UP%20DRIVE%20C/Downloads/BAB
%20IV.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai