Anda di halaman 1dari 5

Tanggap Darurat dan Jalur Evakuasi

Pendahuluan
Persiapan keadaan darurat merupakan bagian penting dan terpadu
dengan strategi pencegahan kecelakaan dan pencegahan kerugian di tempat kerja.
Persiapan keadaan darurat penting dilakukan di semua lokasi mengingat tidak ada
satupun lokasi kerja yang aman dari kejadian bencana, yang menyebabkan
keadaan darurat. Tujuan dari persiapan keadaan darurat adalah
untuk meminimalkan kerugian yang ditimbulkan baik material maupun korban
manusia jika terjadi suatu keadaan darurat.
Sedangkan sarana Evakuasi merupakan sarana dalam bentuk konstruksi
dari bagian bangunan yang dirancang aman sementara (minimal 1 jam) untuk
jalan menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni di
dalamnya tanpa dibantu orang lain.
Definisi
Menurut FEMA (Federal Emergency Management Agency) Keadaan
darurat adalah kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan yang bisa
mengakibatkan kematian atau luka serius pada pegawai, pelanggan, atau bahkan
masyarakat, mematikan/mengganggu proses pekerjaan, menyebabkan kerusakan
fisik atau lingkungan, atau mengancam kerusakan fasilitas bangunan, atau
merusak citra publik.
Keadaan darurat menurut David A. Colling adalah segala situasi yang
memerlukan respon dengan segera dikarenakan bencana yang tidak dapat diduga,
tidak diharapkan dan tidak memuaskan yang dapat menyebabkan kerusakan yang
besar dan kerusakan lainnya.2
Beberapa keadaan bisa digolongkan sebagai keadaan darurat, seperti
kebakaran, kecelakaan material berbahaya, banjir, badai, gempa bumi, kegagalan
komunikasi, kecelakaan radiasi, gangguan masyarakat/huru-hara, kehilangan
pemasok/pelanggan utama, ledakan, dan lain-lain.3
Tim Tanggap Darurat
Tim Tanggap Darurat (Emergency Team) menurut ISRS (1994), tim keadaan
darurat yang harus dibentuk dalam rangka penanggulangan keadaan darurat yaitu:
Tim pemadam kebakaran.
Tim evakuasi.
Tim medik.
Tim penanggulangan kecelakaan
Tim pengendalian pelaksanaan proyek / penghentian proses.
Tim keamanan.
Sedangkan menurut Syukri Syahab (1997), ada beberapa tim yang perlu dibentuk,
yaitu:29
Tim penanggulangan kebakaran.
Tim evakuasi.
Tim pencarian dan penyelamatan.
Tim bantuan darurat medik.
Tim penanggulangan kebocoran/tumpahan bahan kimia.
Tim pengendalian operasi gedung.
Tim penghubung komunikasi internal dan eksternal.
Tim teknis.
Tim tanggap darurat yang sudah terbentuk harus diberikan pelatihan yang
memadai. Pelatihan dilakukan baik meliputi teori maupun praktek yang diberikan
oleh yang berkompeten di bidangnya. Sebaiknya jadwal latihan ini dibuat secara
rutin dengan sudah menentukan topik yang akan diberikan.
Pelatihan yang telah dilakukan harus dievaluasi dan direkomendasikan
oleh tim tanggap darurat. Evaluasi bisa dilakukan dengan memberikan tes pada
awal dan akhir pelatihan, sedangkan untuk melihat kemampuan tim di lapangan
harus dilakukan praktek langsung penanganan keadaan darurat yang sudah dibuat.
Kelayakan suatu tim tanggap darurat dapat dilihat dari sejauh mana hasil
evaluasi dari pelatihan baik teori maupun praktek di kelas dan latihan praktek
penanggulangan keadaan darurat. Selain hal tersebut, kelayakan tim dapat dilihat
dari kualifikasi anggota tim, mobilitas tim, perlengkapan tim dan kemudahan tim
untuk dihubungi.
Jalur Evakuasi
Jalur Evakuasi adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area ke
area yang aman (Titik Kumpul). Dalam sebuah proyek konstruksi, jalur evakuasi
sangatlah penting untuk mengevakuasi para pekerja ke tempat aman apabila di
dalam sebuah proyek terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu, rambu-
rambu jalur evakuasi harus dipasang di semua area proyek.
Jalur Evakuasi di proyek gedung bertingkat terdiri dari jalur menuju
Tangga Darurat, Tangga Darurat, dan jalur menuju Titik Kumpul di luar gedung.
Jumlah dan kapasitas Jalur Evakuasi menyesuaikan dengan jumlah
penghuni dan ukuran gedung. Kebutuhan Jalur Evakuasi juga dipengaruhi oleh
waktu rata-rata untuk mencapai lokasi yang aman (Titik Kumpul). Sebagian besar
ahli keselamatan menyarankan setiap proyek gedung memiliki minimal 2 Jalur
Evakuasi, lebih banyak lebih baik.
Untuk standar lebar jalur evakuasi, sebenarnya tidak ada ketentuan secara
umum. Yang harus diperhatikan apakah jalur ini bisa dilalui dengan baik dan
cepat, dan untuk jalur evakuasi (di luar bangunan) hendaknya bisa memuat dua
kendaraan sehingga apabila saling berpapasan tidak menghalangi proses evakuasi.
Dalam penentuan jalur evakuasi juga harus disepakati dimana titik kumpul yang
aksesnya mudah dan luas.
Yang perlu diperhatikan dalam jalur evakuasi adalah:
Jalur evakuasi harus cukup lebar, yang bisa dilewati oleh 2 kendaraan atau
lebih (untuk jalur evakuasi di luar bangunan).
Harus menjauh dari sumber ancaman dan efek dari ancaman.
Jalur evakuasi harus baik dan mudah dilewati.
dan intinya harus aman dan teratur.
Setiap tempat kerja harus tersedia jalan selain pintu masuk-keluar utama untuk
menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran. Pintu tersebut harus membuka
keluar dan tidak diperkenankan untuk dikunci. Petunjuk arah evakuasi harus
terlihat jelas dalam keadaan gelap.
Ketentuan Teknis
Laju Alir : 40 orang/menit.
Durasi Evakuasi :
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Ringan : 2 menit.
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Sedang : 2.5 menit.
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Berat : 3 menit.
Lebar Pintu Minimal : 21 inch
Urutan evakuasi dapat dibagi ke dalam tahap-tahap berikut:
Deteksi
Keputusan
Alarm
Reaksi
Perpindahan ke area perlindungan
Transportasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Erkins, Jh, Emergency Planning and Response, Majalah Hiperkes dan
Keselamatan Kerja,Volume XXXI No 3, Hal 26 31 1998
2. David A.Colling, Industrial Safety and Health Management (New Jersey :
Prentice Hall, 1990), Hal 150
3. Syukri Sahab, Teknik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(Jakarta : PT Bina Sumber Daya Manusia, 1997).

Anda mungkin juga menyukai