Anda di halaman 1dari 25

PANGKALAN TNI AU SURYADARMA

KLINIK ANGKASA

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN


KLINIK ANGKASA
TAHUN 2022

KLINIK ANGKASA
Jl. Raya Baru Kalijati No.8 Marengmang
Kab. Subang
Telp/Fax. : (0260) 4641787
Email : Klinikangkasa4@gmail.com
PANGKALAN TNI AU SURYADARMA
KLINIK ANGKASA

KEPUTUSAN KEPALA KLINIK ANGKASA


Nomor SK/109/X/2022

TENTANG

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN KLINIK ANGKASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KLINIK ANGKASA,

Menimbang : a. bahwa agar upaya peningkatan keselematan pasien


di Klinik Angkasa menjadi prioritas utama dalam
setiap kegiatan penyelenggaraan pelayanan;
b. bahwa untuk menjamin terselenggaranya sistem
keselamatan pasien secara efektif dan efisien;
c. bahwa sehubungan dengan poin a, dan b diatas
maka perlu ditetapkan kebijakan Kepala Klinik
Angkasa tentang Pedoman Keselamatan Pasien
Klinik Angkasa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17


Tahun 2023 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi
Puskesmas, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
4. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor
Kep/06/VII/2017 tentang Petunjuk Teknis tentang
Standarisasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di
Lingkungan TNI AU.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK ANGKASA TENTANG


PEDOMAN AUDIT INTERNAL KLINIK ANGKASA

Kesatu : Pedoman Keselamatan Pasien Klinik Angkasa


sebagaimana tercantum dalam lampiran ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keputusan ini;

Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan atau perubahan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Subang
Pada tanggal : 3 Oktober 2022

Kepala Klinik Angkasa,

drg.Arif Mamba'ul Ilmi Zulfitri


Lettu Kes NRP 21619104545258
PANGKALAN TNI AU SURYADARMA Lampiran Kep KaKlinik Angkasa
KLINIK ANGKASA Nomor : Kep/109/X/2022
Tanggal : 3 Oktober 2022

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
a. Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang
dikategorikan tidak aman dan berisiko terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan , baik dari dari ruang lingkup yang paling kecil bahkan
sampai dengan Rumah sakit sekalipun.

b. Risiko mungkin saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam
sarana pelayanan kesehatan mulai dari pasien atau pengunjung sarana
kesehatan maupun petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan. Risiko atau kejadian yang tidah diharapkan terjadi bukan arena
ada unsur kesengajaan, tetapi karena rumitnya pelayanan kesehatan.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya risiko atau kejadian
yang tidak diharapkan sebagai contoh tidak tersedianya sumber daya
manusia yang kompeten, kondisi fasilitas, maupun ketersediaan obat dan
peralatan kesehatan yang tidak memenuhi standar.

c. Tidak hanya pelayan klinis saja yang berisiko terhadap pasien,


pengunjung, lingkungan, tetapi kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan masyarakat juga berisiko terhadap keselamatan sasaran
kegiatan,masyarakat maupun lingkungan.

d. Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cedera atau


kejadian yang tidak diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahan
pemberian obat, kesalahan identifikasi, kondisi fasilitas pelayanan yang
tidak aman, maupun akibat penyelenggaraan kegiatan pada upaya
kesehatan masyarakat yang tidak memperhatikan aspek keselamatan.

e. Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan kesehatan


perlu diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk mengupayakan
keselamatan pasien,pengunjung dan masyarakat yang dilayani.

f. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk


dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra klinik.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira
2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm). Namun
diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan
kesehatan menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian
Tidak Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan
hati-hati. Di klinik terdapat berbagai macam obat, tes dan prosedur,
bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan
pelayanan kepada pasien. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan risiko terjadinya
KTD. Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat
maka pelaksanaan program keselamatan pasien perlu dilakukan. Karena
itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien
tersebut.

2. Tujuan Pedoman. Pedoman ini disusun dengan tujuan antara lain sebagai
berikut :
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Klinik Angkasa

b. Meningkatnya akutanbilitas Klinik Angkasa terhadap pasien dan


masyarakat

c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Klinik Angkasa.

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi


Kejadian Tidak Diharapkan.

3. Ruang Lingkup Pedoman. Program Keselamatan Pasien dalam pedoman


ini meliputi segala bentuk kegiatan dan / atau perbuatan yang berhubungan
dengan keselamatan pasien maupun petugas di Klinik Angkasa.

4. Batasan Operasional

a. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana


klinik membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assessmen risiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

b. Manajemen risiko adalah metode penanganan sistematis yang


dikonsentrasikan pada identifikasi dan pengontrolan kejadian yang
memiliki kemumgkinan perubahan yang tidak diinginkan.

c. Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dihindari pda suatu
kegiatan / aktifitas yang dilakukan oleh manusia (Probabilitas Insiden).

d. Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah


setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri
dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Cedera, dan Kejadian Potensial Cedera.

e. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang


mengakibatkan cedera pada pasien.

f. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang


sebenarnya dpaat menimbulkan cedera, tetapi belum sampai terpapar ke
pasien.
g. Kejadian Tidak Cedera adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera

h. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi


untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

i. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian


atau cedera yang serius.

5. Landasan Hukum
a. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Permenkes RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
c. Permenkes RI Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

6. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim Keselamatan pasien klinik Angkasa terdiri dari:
a. Pimpinan klinik Angkasa/kepala klinik Angkasa
b. Ketua Tim :
c. Anggota Tim:
d. Dokter gigi
e. Petugas Pendaftaran
f. Bidan
g. Perawat umum dan perawat gigi
h. Apoteker (petugas obat)

7. Distribusi Ketenagaan
Pada jam kerja (08.00 – 12.00) distribusi ketenagaan adalah sebagai
berikut:
a. Pendaftaran: PNS Asalami Nurbaniagus, AMK
b. Poli Umum: PNS dr. Arini Agustina
c. Poli Gigi: Lettu Kes drg. Arif Mamba’ul Ilmi Zulfitri
d. KIA: PNS Yayah Khoeriah, S.Tr. Keb
e. Farmasi: PNS Tryas Widianingsih, A.Md.Farm
8. Jadwal Kegiatan
a. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-
sama dan di pertanggung jawabkan oleh Kordinator Klinis, Kordinator Bidan
dan Kordinator Perawat.

b. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan


pada akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal.

c. Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang memiliki keperluan


penting pada hari tertentu, maka petugas perawat tersebut dapat bertukar
jadwal dengan sejawatnya dan mencatatkan perubahan jaga tersebut di
lembar jadwal jaga
BAB III
STANDAR FASILITAS

9. Denah Ruang

6m
PARKIR
RUANG
TUNGGU
U

APOTEK ADMISI REKAMEDIK


4m
4m

B T
KASIR

2.5m
RUANG
TINDAKAN
S 5m
POLI
UMUM 2.5m
RUANG
RUANG
KIA
TUNGG
U

POLI GIGI
4m
4m
POJOK
ASI TOILET

4m 2m 3m
10. Standar Fasilitas
a. Fasilitas dan sarana
1) Bagian pendaftaran terletak di bagian depan gedung,
berdekatan dengan pintu masuk pengunjung, sehingga mudah
diakses. Di ruangan ini terdapat meja resepsionis sekaligus meja
kerja, lemari status, perangkat komputer.

2) Terletak di belakang ruang Rekam Medik adalah Ruang Perawat


yang digunakan untuk pengkajian awal pasien oleh perawat berupa
anamnesa awal dan pemeriksaan Tanda-tanda Vital Pasien. Ruang ini
juga dilengkapi dengan satu perngkat komputer.

3) Poli umum merupakan ruangan dengan satu meja pemeriksaan


dokter dengan bed periksa masing-masing. Di bagian depan ruangan
ini di sisi pintu masuk adalah meja anamnesa sekaligus pemeriksaan
awal oleh dokter. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci
tangan bagi petugas setelah melakukan tindakan kepada pasien.

4) Poli gigi memiliki satu unit kursi gigi beserta peralatannya, 1


meja periksa dokter, 1 lemari peralatan dan wastafel.

5) Ruang KIA yang juga merupakan ruang pelayanan


KB/Immunisasi, sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA
berupa pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, serta pemberian
immunisasi pada balita. Ruangan KIA memiliki meja administrasi,
bed pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan.

6) Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat


menyiapkan resep, lemari obat, kulkas, wastafel dan perangkat
komputer.

7) Ruang Tindakan terletak pada bagian depan Klinik Angkasa


sehingga memudahkan Tindakan apabila terdapat pasien Gawat
Darurat yang datang ke Klinik Angkasa. Ruang Tindakan berisi satu
bed pasien, alat monitor, minor set, dan wastafel.

b. Peralatan
BP Umum BP Gigi KIA Farmasi Pendaftaran
 tensimeter  tensimeter  tensimeter  Timbangan obat  alat tulis
 stetoskop  stetoskop  stetoskop  Blender  buku register
 termometer  tang rahang  stetoskop  Laminator  rak status
 hammer dewasa laennec  Kalkulator  komputer
 senter  tang rahang  termometer  Plastik obat  nomor antrian
 diagnostik set anak  doppler  Kertas puyer
 timbangan  bor gigi  KB set  Label obat
 pengukur  scaling set  Partus set  Sendok obat
tinggi badan  spuit  Kulkas
 pita pengukur vaksin
 Spuit
 Pita
pengukur
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
11. Manajemen Risiko di FKTP
Manajemen resiko adalah upaya menanggulangi semua resiko yang
mungkin terjadi di sebuah instansi, diperlukan sebuah proses yang
dinamakan sebagai manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan
metode penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada
identifikasi dan pengontrolan kejadian yang memiliki kemungkinan
perubahan yang tidak diinginkan. Risiko adalah hal yang tidak akan
pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan atau aktifitas manusia.
Di Klinik Angkasa terdapat dua kegiatan manajemen risiko yang menjadi
acuan sebagai dasar pencegahan terhadap risiko yang mungkin terjadi,
yaitu :
a. Manajemen risiko layanan klinis
Manajemen risiko layanan klinis adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh
aktifitas atau kegiatan di klinik pada kesehatan pasien dan petugas
b. Manajemen risiko sarana prasarana
Manajemen risiko layanan klinis adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh sarana
prasarana yang ada di klinik.

12. Tatalaksana Manajemen Risiko Lingkungan


a. Manajemen risiko lingkungan di Klinik Angkasa diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan
yaitu :
1) Kegiatan pelayanan klinis di klinik
2) Kegiatan pelayanan Kesehatan di klinik
3) Kegiatan pasien / pengunjung klinik
4) Kegiatan karyawan / staff
b. Kegiatan penerapan manajemen risiko
1) Penilaian persyaratan bangunan, sarana, dan prasarana di klinik.
2) Bangunan klinik terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat,
atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan
rata serta menggunakan bahan bangunan yang tidak
membahayakan.
3) Lingkungan klinik tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
4) Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur
evakuasi dan pintu darurat jika terjadi kecelakaan
5) Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap
penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet.
c. Tata ruang
Zona ruang dengan :
1) Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Klinik, Ruang Pertemuan, Ruang Penyimpanan Rekam Medis
Bersatu dengan loket (Unit Pendaftaran), Ruang Penyimpanan
Obat, Ruang Akreditasi, dan Musholla.
2) Risiko sedang : meliputi unit rawat jalan
3) Risiko tinggi : meliputi Laboratorium, Ruang Tindakan, dan
Tempat Penampungan Limbah / sampah medis
Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
d. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan
antara lain :
1) Sarana
a) Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
b) Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancer,
sampah medis tidak tersedia, toilet rusak, dan lain-lain.
2) Kondisi pencahayaan,penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dan sebagainya.
3) Kebersihan ruangan dan fasilitas.
4) Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh,
paparan limbah pada lingkungan, dan lain-lain.
e. Tatalaksana penerpaan manajemen risiko lingkungan
1) Toilet dan kamar mandi
2) Pembuangan sampah
3) Penyediaan air minum dan air bersih
4) Hygiene dan sanitasi makanan
5) Pengelolaan limbah
6) Pemantauan penerpaan manajemen risiko lingkungan
f. Tatalaksana Manajemen Risiko Pelayanan Klinis
Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1) Identifikasi Risiko
Masing-masing unit pelayanan klinik Menyusun daftar risiko
yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa
didapatkan dari :
a) Hasil temuan pada audit internal
b) Keluhan pasien / pelanggan
c) Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi
di unit pelayanan tersebut.
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Klinik :
Unit Layanan Risiko
Loket Pendaftaran  Kesalahan pemberian identitas rekam
dan Rekam Medis medis
 Kesalahan pengambilan rekam medis
Unit pelayanan  Kesalahan diagnosis
umum, KIA, Gigi, dan  Kesalahan identifikasi pasien / salah
Ruang Tindakan orang
 Kesalahan pemberian terapi
 Kesalahan pemberian resep
 Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
 Monitoring pengobatan atau Tindakan
yang kurang baik
 Insiden tertusuk jarum bekas pakai
 Limbah medis berceceran
 Paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasien
 Tidak menggunakan APD
 Menggunakan peralatan tidak steril

Farmasi  Kesalahan membaca resep


 Kesalahan pemberian resep
 Kesalahan dosis / formula obat
 Kesalahan edukasi cara minum /
pemakaian obat
 Kesalahan identifikasi pasien
 Pemberian obat kadaluwarsa
 Kesalahan penulisan label

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formular


identifikasi manajemen risiko di Klinik dan dilaporkan kepada Tim Mutu
Klinik. Identifikasi resiko dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai
dengan jenis-jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan
dalam tabel berikut:
Error Kategori Hasil
No Error A Kejadian atau yang berpotensi untuk
terjadinya kesalahan (KPC)
Error, No Harm B Terjadi kesalahan sebelum obat
mencapai pasien
C Terjadi kesalahan dan obat sudah
diminum atau digunakan tetapi tidak
membahayakan pasien (KTC)
D Terjadinya kesalahan sehingga
monitoring ketat harus dilakukan tetapi
tidak membahayakan pasien (KTC)
Error Harm E Terjadi kesalahan sehingga terapi dan
intervensi lanjut diperlukan dan
kesalahan ini memberikan efek yang
buruk yang sifatnya sementara (KTD)
F Terjadi kesalahan dan mengakibatkan
pasien harus dirawat lebih lama di Klinik
serta memberikan efek buruk yang
sifatnya sementara (KTD)
G Terjadi kesalahan yang mengakibatkan
efek buruk yang bersifat permanen (KTD)
H Terjadinya kesalahan dan hampir
merenggut nyawa pasien contoh shock
anafilaktif (KTD)
Error Death I Terjadi kesalahan (Sentinel) dan pasien
meninggal dunia

g. Analisis Risiko (Risk Assessment)


Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan
analisis oleh Tim Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai
tingkat kegawatan dari risiko (severity assessment) dan dengan
metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) seperti dalam
Formulir terlampir.
1) Peluang
Tingkat Risiko Deskripsi Peluang / Frekuensi
1 Sangat jarang / rare (> 5 tahun / kali)
2 Jarang / unlikely (> 2 - 5 tahun / kali)
3 Mungkin / possible (1 – 2 tahun / kali)
4 Sering / likely (beberapa kali / tahun)
5 Sangat sering / almost certain (tiap minggu / bulan)

2) Dampak
Tingkat Deskripsi Dampak
Risiko Peluang /
Frekuensi
1 Tidak Tidak ada cedera
significant
2 Minor - Cedera ringan, missal luka lecet
- Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat - Cedera sedang, misal luka robek
- Berkurangnya fungsi motorik /
sensorik / psikologis / intelektual
(reversible), tidak berhubungan
dengan penyakit
- Setiap kasus yang
memperpanjang perawatan
4 Mayor Cedera luas / berat, misal cacat,
lumpuh, kehilangan fungsi motorik /
sensorik / psikologis / intelektual
(reversible), tidak berhubungan
dengan penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan
dengan perjalanan penyakit

3) Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan
kegawatan risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab
masalah menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause
Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan
perbaikan (treatment) ataukah tidak.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
Level Total Skor
Rendah 1-3
Sedang 4-6
Tinggi 8-12
Extreme 15-25

4) Kelola Risiko
Level Tindakan
Ekstrem Memerlukan Tindakan segera, paling lambat 2x24 jam
Tinggi Kaji dengan detail dan perlu Tindakan segera, sampai
2 minggu
Sedang Dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu.
Sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya dan
Kelola resiko. Target waktu pengendalian sampai 6
minggu
Rendah Dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu,
diselesaikan dengan prosedur rutin. Target waktub
pengendalian sampai 12 minggu.

h. Respon Manajemen
Setelah resiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa,
tim manajerial akan memulai memformulasikan strategi penanganan
resiko yang tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak
potensial dari resiko itu sendiri. Adapun tujuan dan strategi ini
adalah untuk memindahkan dampak potensial resiko sebanyak
mungkin untuk meningkatkan control terhadap resiko.
Ada lima strategi alternative untuk menangani resiko :
1) Menghindari risiko
2) Mencegah risiko dan mengurangi kerugian
3) Meretensi risiko
4) Mentransfer risiko
5) Asuransi
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring
terhadap tindakan perbaikan.Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada Kepala Klinik dan dikomunikasikan kepada
petugas Klinik lainnya.

BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini


adalah tentang ketersediaan logistik, yang antara lain berupa form-
form pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk pencatatan
dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi yang
mampu mempengaruhi keselamatan pasien.
Form pelaporan insiden KTD, KNC,KPC, resiko medik
1. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
2. Petunjuk lantai basah
3. Peralatan kebersihan lingkungan

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

13. Upaya Keselamatan Pasien


Sesuai dengan standar akreditasi FKTP, upaya upaya
keselamatan pasien yang perlu dilakukan di FKTP antara lain adalah
mengupayakan tercapainya sasaran keselamatan pasien,
penanganan dan tindak lanjut jika terjadi insiden keselamatan
pasien, penerapan manajemen risiko kinis dalam pelayanan pasien,
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dalam pelayanan obat,
pelayanan laboratorium dan pelayanan penunjang yang lain, serta
pengendalian infeksi dalam pelayanan klinis.

14. Sasaran Keselamatan Pasien


Terdapat enam sasaran keselamatan pasien yang perlu diperhatikan
dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien di FKTP, yaitu :
a. Identifkasi pasien.
Identifikasi pasien dengan benar bertujuan untuk
memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan dan
menyelaraskan layanan / Tindakan yang dibutuhkan pasien.
Identifikasi harus dilakukan minimal menggunakan 2 dari 4
identitas yang ada, yaitu : nama lengkap pasien, nomor rekam
medik, tanggal lahir, dan Nomor Induk Kependudukan (NIK)
pasien.
Identifikasi dilakukan setiap akan memberikan pelayanan,
prosedur diagnostik, tindakan, pemberian obat.
b. Pelaksanaan Komunikasi efektif.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu,
akurat, lengkap, tidak membingungkan dan dipahami oleh pihak
yang melakukan komunikasi dalam upaya mengurangi kesalahan
dan meningkatkan keselamatan pasien. Klinik harus menetapkan
dan menerapkan kebijakan dan prosedur komunikasi efektif.
c. Meningkatnya keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert
Medication)
Pemberian dan penggunaan obat terutama obat obat yang
perlu diwaspadai (high alert) pada pasien perlu dikelola dengan
baik. Obat yang perlu diwaspadai antara lain obat resiko tinggi,
LASA dan elektrolit konsentrat.
d. Terlaksananya proses tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien yang menjalani tindakan dan prosedur.
Salah lokasi, salah prosedur, dan salah pasien yang menjalani
tindakan merupakan kejadian yang bisa terjadi pada proses
pelayanan pasien di klinik. Klinik menetapkan prosedur yang
seragam untuk: pemberian tanda di tempat operasi, proses verifikasi
praoperasi dan pelaksanaan Surgical Safety Checklist sesuai dengan
yang ditetapkan oleh WHO.
h. Pengurangan terjadinya risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan.
Klinik menetapkan prosedur cuci tangan dengan berpedoman
pada WHO yaitu cuci tangan enam langkah dan 5 saat (momen).
Publikasi secara jelas langkah langkah dan saat harus dilakukan
kebersihan tangan (hand hygiene) menjadi penting bagi pengunjung,
pasien dan staf klinik. Pemberian pelatihan cuci tangan yang benar
pada staf, pasien dan pengunjung menjadi salah satu program kerja
dalam upaya pengurangan resiko infeksi di klinik.
i. Mengurangi risiko cedera karena pasien jatuh.
Kejadian cedera karena pasien jatuh pada fasilitas kesehatan
dapat terjadi pada rawat jalan. Klinik menetapkan prosedur untuk
mengurangi resiko jatuh selama proses pelayanan dan asuhan
pasien.
j. Klinik bertanggung jawab untuk mengidentifikasi faktor-faktor
resiko jatuh yang ada pada pasien dan melakukan evaluasi secara
berkala terhadap resiko jatuh. Klinik dapat menggunakan
instrument dalam pencegahan dan assesmen resiko jatuh seperti
skala Morse untuk pasien dewasa dan Humpty Dumpty untuk
pasien anak.

15. Standar Keselamatan Pasien


Standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar yaitu :
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

1) Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :


Standar I. Hak pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
a) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan.

2) Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar :
Klinik Angkasa harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, di klinik Angkasa harus ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
a) . Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti
d) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan klinik Angkasa.
f) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3) Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standar :
Klinik Angkasa menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
a) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari
saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan
pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar
dari Klinik Angkasa.
b) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi
antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, aman dan efektif.

4) Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar :
Klinik Angkasa harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
Kriteria :
a) Setiap klinik harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan klinik Angkasa,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Klinik”.
b) Setiap Klinik harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi,
manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
c) Setiap Klinik harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d) Setiap Klinik harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang
diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5) Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan


pasien
Standar :
a) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Klinik”.
b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
c) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien.
d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja Klinik Angkasa
serta meningkatkan keselamatan pasien.
e) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya
dalam meningkatkan kinerja Klinik Angkasa dan keselamatan
pasien.
Kriteria :
a) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
b) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis
Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris
Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’
(Adverse event).
c) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari Klinik terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
d) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis.
e) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang
benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian
Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
f) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau
kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme
untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
g) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam Klinik Angkasa
dengan pendekatan antar disiplin.
h) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
dalam kegiatan perbaikan kinerja Klinik Angkasa dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan
sumber daya tersebut.
i) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja Klinik Angkasa dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.

6) Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar :
a) Klinik Angkasa memiliki proses pendidikan, pelatihan dan
orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan
dengan keselamatan pasien secara jelas
b) Klinik Angkasa menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara
kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.
Kriteria :
a) Setiap Klinik harus memiliki program pendidikan, pelatihan
dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
b) Setiap Klinik harus mengintegrasikan topik keselamatan
pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c) Setiap Klinik harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

7) Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk


mencapai keselamatan pasien
Standar :
a) Klinik Angkasa merencanakan dan mendesain proses
manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
a) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan
mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan
informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
b) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait


dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja
di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk
memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. [1] K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang
juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas,
dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan
bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi
aman sepanjang waktu.[2] Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja)
meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus


dilakukan adalah:
a) Setiap unit kerja di klinik Angkasa mencatat semua kejadian terkait
dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan
oleh klinik Angkasa.
b) Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan
dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien pada formulir yang
sudah disediakan.
c) Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah semua
kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja.
d) Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan
Pasien merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil
solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan klinik Angkasa.
e) Pimpinan klinik Angkasa melaporkan insiden dan hasil solusi
masalah ke Komite Keselamatan Pasien
setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah
yang bersifat rahasia.
f) Pimpinan klinik Angkasa melakukan monitoring dan evaluasi pada
unit kerja-unit kerja di Klinik Angkasa, terkait dengan pelaksanaan
keselamatan pasien di unit kerja.
BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan


di Klinik Angkasa maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien Klinik Angkasa
sangatlah penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan /
penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap klinik Angkasa di Indonesia. Program Keselamatan Pasien merupakan
never ending proses, karena itu diperlukan budaya termasuk motivasi yang cukup
tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai