Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah UMKM di Indonesia


mengalami peningkatan dari 59,26 juta unit pada tahun 2015 menjadi sebesar
64,1 juta pada tahun 2018 dan diperkirakan akan bertumbuh hingga 68,60 juta
pada tahun 2020. UMKM memiliki peranan yang sangat strategis dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia, dimana UMKM telah mampu menyerap
sekitar 97% tenaga kerja Indonesia. Dengan kata lain, UMKM merupakan
wadah terciptanya lapangan kerja yang memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi sehingga dapat mewujudkan proses pemerataan
pendapatan masyarakat.

Dalam meningkatkan laju pertumbuhan UMKM di Indonesia, tentunya tidak


terlepas dari bantuan perbankan yang memberikan pelayanan kredit kepada
para pelaku UMKM dengan tujuan untuk mengekspansi usaha. Hal ini
menyebabkan banyak pelaku UMKM yang merasa terbantu dengan adanya
suntikan pembiayaan, dengan memanfaatkan kredit usaha yang ditawarkan
oleh Bank diharapkan dapat mempercepat pemberdayaan UMKM, penciptaan
lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.

Pinjaman dana yang berupa kredit bank sebagai tambahan modal usaha masih
sulit untuk didapatkan oleh UMKM. Adanya prinsip kehati-hatian dan
kepercayaan dalam penyaluran kredit membuat pihak perbankan sangat awas
dalam menyalurkan dana. Peyaluran kredit sangat membutuhkan informasi
yang terkait dengan kondisi UMKM seperti latar belakang usaha, prospek
usaha, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor pendukung lainnya. Akan
tetapi, masih banyak pelaku UMKM yang belum dapat memberikan informasi
terkait dengan usahanya seperti pemberian informasi akuntansi. Hal ini
disebabkan oleh lemahnya sumber daya manusia dalam menyusun laporan
keuangan.

Untuk menganalisis kinerja keuangan, setiap usaha diharapkan mempunyai


laporan keuangan atau paling tidak memiliki pencatatan atas sirkulasi uang.
Menurut PSAK (Revisi 2017), laporan keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun permasalahan yang
berkembang adalah rendahnya praktek akuntansi keuangan pada UMKM
sehingga masih banyaknya kelemahan dalam penyampaian informasi
akuntansi.

Dalam menjaga kestabilan perekonomian, UMKM harus siap menghadapi


kemajuan persaingan global. Penggunaan akuntansi dapat mendukung
kemajuan UMKM di bidang pengelolaan keuangan. Dengan adanya
pencatatan akuntansi pelaku UMKM dapat mengetahui tingkat laba yang
dihasilkan sehingga dapat dijadikan patokan dalam membuat target pejualan di
masa yang akan datang dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Ada beberapa alasan UMKM tidak melakukan penyusunan laporan
keuangan, satu karena fakor internal, yaitu kemalasan pelaku UMKM dalam
melakukan pembukuan dan pencatatan karena biasanya UMKM dikelola
perorangan, dimana pengelolanya adalah pemilik UMKM tersebut. Dua,
akuntansi dianggap rumit dan sulit untuk dimengerti sebab keterbatasan
pemahaman dan keterampilan yang dimiliki oleh pelaku UMKM.

Berdasarkan situasi dan kondisi yang dialami oleh pelaku UMKM untuk
membantu mengurangi masalah kesulitan dalam pencatatan laporan keuangan,
maka pemerintah menetapkan laporan keuangan yang dapat digunakan oleh
entitas yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan yang diatur
dalam SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik)—dalam hal ini UMKM—yang disebut sebagai SAK
EMKM (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah).
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
menjelaskan bahwa SAK EMKM diterbitkan dalam bentuk yang lebih
sederhana dibandingkan SAK ETAP sehingga dapat dijadikan alternatif
standar akuntansi keuangan yang bisa diterapkan oleh UMKM.

Berdasarkan uraian di atas maka, dalam penulisan laporan akhir ini penulis
memutuskan untuk memilih judul “Analisis Penyajian Laporan Keuangan
Berbasis SAK EMKM Pada Fresco Laundry”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi permasalahannya adalah


“Bagaimana Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Berbasis Entitas Mikro
Kecil Menengah (SAK EMKM) di dalam penyajian laporan keuangan Fresco
Laundry?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan pokok tersebut, maka penulisan tugas akhir ini


bertujuan untuk mengetahui penyajian laporan keuangan berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan Berbasis Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM)
Pada Fresco Laundry.
1.4 Manfaat Penulisan

Adapun hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Bagi Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan khasanah keilmuan penulis
dalam memahami teori dan praktik penyajian laporan keuangan berbasis
SAK-EMKM.
1.4.1.2 Bagi Pembaca
Penulisan ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan menambah
wawasan literatur pembaca dan menjadi referensi bagi penulis selanjutnya
terkait dengan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK-EMKM.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Diharapkan dapat menjadi referensi untuk digunakan sebagai bahan
masukkan dan pertimbangan untuk dapat mengevaluasi proses pencatatan
dan penyusunan laporan keuangan dengan berbasis Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah.

Anda mungkin juga menyukai