Persentase menjadi 8,75 persen pada Maret 2020. Angka kemiskinan ini
setara dengan 1,28 juta jiwa pada Maret 2020, atau berkurang
Penduduk sekitar 23 ribu jiwa dalam satu semester terakhir.
Miskin di
Persentase penduduk miskin pada Maret 2020 di daerah
perkotaan sebesar 8,73 persen, dan di daerah pedesaan
Sumatera Utara sebesar 8,77 persen. Daerah perkotaan mengalami
peningkatan sebesar 0,34 poin, sedangkan daerah pedesaan
Maret 2020 naik mengalami penurunan sebesar 0,16 poin jika dibandingkan
September 2019.
0,12 poin menjadi Garis Kemiskinan pada Maret 2020 tercatat sebesar Rp.
8,75 persen. 502.904,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan
Makanan sebesar Rp. 376.790,- (74,92 persen) dan Garis
Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp. 126.114,- (25,08
persen).
Pada periode September 2019 – Maret 2020, Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) menunjukkan peningkatan. P1 naik dari 1,480 pada
September 2019 menjadi 1,513 pada Maret 2020, dan P2 naik
dari 0,372 menjadi 0,388. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-
rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menurun dan
semakin menjauh dari garis kemiskinan dan tingkat
ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin
tinggi.
Gambar 1.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara
Tahun 2007 – 2020
1,768
1,800 14
13.90
1,614 13
1,600 1,500
12.55
1,491
1,492
1,508 12
1,436
1,426 1,464 1,456 1,453 1,454
1,400
1,416
11.51
11.31 11.33
11
1,362 1,361
1,400 10.83 10.79 1,327 1,325
10.67
10.41 10.39 1,287
10.53
10.35 10.27
1,292 1,282
1,260
1,283 10
10.22
10.06
9.85
9.38 9
1,200 9.28 9.22
8.94 8.83
8.63 8.75
8
1,000 7
Mar 2007
Mar 2008
Mar 2009
Mar 2010
Mar 2017
Sep 2019
Mar 2011
Sep 2011
Mar 2012
Sep 2012
Mar 2013
Sep 2013
Mar 2014
Sep 2014
Mar 2015
Sep 2015
Mar 2016
Sep 2016
Sep 2017
Mar 2018
Sep 2018
Mar 2019
Mar 2020
Penduduk Miskin (000 jiwa) Persentase Penduduk Miskin (P0)
Linear (Persentase Penduduk Miskin (P0))
Catatan : Maret 2011 – September 2013 merupakan backcasting dari penimbang proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk 2010
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Pada Maret 2020, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Garis
Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama. Beras masih berperan
sebagai penyumbang terbesar Garis Kemiskinan baik di perkotaan (19,85%) maupun di perdesaan (29,74%).
Empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan adalah rokok kretek
filter (12,95%), tongkol/tuna/cakalang (4,07%), telur ayam ras (3,74%), dan cabe merah (3,06%). Demikian juga
di perdesaan, empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok
kretek filter (9,64%), telur ayam ras (3,22%), tongkol/tuna/cakalang (3,02%), dan gula pasir (2,97%),.
Untuk komoditi bukan makanan, biaya perumahan masih berperan sebagai penyumbang terbesar
Garis Kemiskinan baik di perkotaan (6,21%) maupun di perdesaan (4,94%). Empat komoditi bukan makanan
lainnya penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan adalah listrik (3,75%), bensin (3,18%), biaya
pendidikan (2,54%), dan biaya angkutan (1,54%). Sedangkan di perdesaan, empat komoditi bukan makanan
lainnya penyumbang terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah bensin (2,42%), biaya pendidikan (2,21%),
listrik (1,68%), dan biaya perlengkapan mandi (1,22%).
Tabel 4.
Garis Kemiskinan per Kapita Rumah Tangga
Maret 2020 – Maret 2020
Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan
Rata-rata Anggota Rumah Rumah Tangga
Daerah/Tahun per Kapita
Tangga Miskin (Rp/rumah
(Rp/kapita/bulan)
tangga/bulan)
(1) (2) (3) (4)
Maret 2019 466 122 6,18 2 879 481
September 2019 490 120 5,58 2 734 292
Maret 2020 502 904 5,63 2 831 350
Perubahan Mar’19 – Sep’19 (%) 5,15 -5,04
Perubahan Sep’19 – Mar’20 (%) 2,61 3,55
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tabel 5 menunjukkan bahwa peningkatan penduduk miskin dipengaruhi naiknya jumlah penduduk
status miskin dari 779,5 ribu jiwa (5,34%) menjadi 840,5 ribu jiwa (5,73%). Di sisi lain penduduk dengan status
sangat miskin pada periode yang sama turun dari 481 ribu jiwa (3,29%) menjadi 442,8 ribu jiwa (3,02%). Pada
Maret 2020 ini juga terlihat penduduk hampir miskin turun dari 1.337,3 ribu jiwa (9,16%) menjadi 1 311,7 ribu
jiwa (8,94%) dibandingkan September 2019.
Tabel 5.
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Daerah dan Status Kemiskinan di Sumatera Utara,
Maret 2019 – Maret 2020
Tahun SM M HM RML TM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Perkotaan
Maret 2019 137,2 538,5 727,3 1 480,7 5 006,5
(1,74) (6,83) (9,22) (18,77) (63,45)
September 2019 230,9 434,6 754,5 1 704,5 4 806,3
(2,91) (5,48) (9,51) (21,49) (60,60)
Maret 2020 222,0 473,7 685,6 1 494,9 5 094,2
(2,79) (5,94) (8,60) (18,76) (63,91)
Perdesaan
Maret 2019 210,8 395,4 522,4 1 578,1 3 928,6
(3,18) (5,96) (7,87) (23,78) (59,21)
September 2019 250,1 344,9 582,8 1 840,3 3 648,8
(3,75) (5,17) (8,74) (27,60) (54,73)
Maret 2020 220,8 366,8 626,1 1 770,4 3 713,6
(3,30) (5,48) (9,35) (26,43) (55,45)
Perkotaan + Perdesaan
Maret 2019 348,0 934,0 1 249,7 3 058,8 8 935,1
(2,40) (6,43) (8,60) (21,06) (61,51)
September 2019 481,0 779,5 1 337,3 3 544,8 8 455,1
(3,29) (5,34) (9,16) (24,28) (57,92)
Maret 2020 442,8 840,5 1 311,7 3 265,4 8 807,8
(3,02) (5,73) (8,94) (22,26) (60,05)
Keterangan:
SM : Sangat Miskin (pendapatan perkapita/bulan < 0.8*GK)
M : Miskin (0.8*GK ≤ pendapatan perkapita/bulan < GK)
HM : Hampir Miskin (GK ≤ pendapatan perkapita/bulan < 1.2*GK)
RML : Rentan Miskin Lainnya (1.2*GK ≤ pendapatan perkapita/bulan < 1.6*GK)
TM : Tidak Miskin (pendapatan perkapita/bulan ≥ 1.6*GK)
Dilihat berdasarkan daerah, dari periode September 2019 – Maret 2020, yang juga mengalami
peningkatan adalah penduduk hampir miskin di pedesaan.
Pada periode September 2019 – Maret 2020, secara umum Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan sedikit peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 1,480
meningkat menjadi 1,513. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,372 menjadi 0,388 pada
periode yang sama. Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk
miskin cenderung semakin menjauh dari garis kemiskinan (semakin dalam) dan tingkat ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin semakin meningkat.
Tabel 6.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di Sumatera Utara, Maret 2019 – Maret 2020
Sebagaimana keadaan pada tahun sebelumnya, pada September 2019, Indeks Kedalaman dan
Keparahan Kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan. Indeks
Kedalaman Kemiskinan untuk perdesaan sebesar 1,553 sementara di perkotaan 1,479 dan Indeks Keparahan
Kemiskinan untuk perdesaan sebesar 0,401 sedangkan di perkotaan hanya 0,377. Hal ini mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih jauh di bawah garis kemiskinan dibanding
di perkotaan, begitu juga tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi
dibanding di perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih
buruk dibanding daerah perkotaan.
a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach), yang memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan
dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
sisi pengeluaran.
b. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah
untuk daerah perkotaan dan perdesaan.
c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2.100 kilokalori (kkalori) per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar
makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas.
d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis
komoditas baik di perkotaan maupun di perdesaan.
e. Garis kemiskinan per rumah tangga dihitung dari garis kemiskinan per kapita dikalikan dengan rata-
rata banyaknya anggota rumah tangga pada rumah tangga miskin.
f. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan.
g. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2020 adalah data
Survei Sosial Ekonomi Nasional bulan Maret 2020.
Diterbitkan oleh :