OLEH:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bergerak bersama, berjuang dan
bekerja sama mencapai suatu tujuan yang ditentukan. Sebuah organisasi pada
umumnya dibangun dengan tujuan untuk mencapai target tertentu, demikian juga
dengan organisasi yang bergerak dibidang kesehatan. Dan untuk mencapai target yang
telah ditentukan tersebut maka manajemen organisasi akan melakukan berbagai
langkah perencanaan (planning) sesuai dengan analisa situasi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya.
Dalam kehidupan masyarakat modern sebagaimana yang berlaku kini,
kedudukan dan peranan perencanaan telah sedemikian pentingnya. Kemajemukan
hidup yang ditemukan pada masyarakat modern, telah sangat memerlukan adanya
berbagai peraturan. Keadaan seperti ini akan dapat terwujud, antara lain apabila
pekerjaan perencanaan telah dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang penting dari proses
manajemen dan didasarkan pada sistem informasi manajemen. Evaluasi dilaksanakan
karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja atau
kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program
atau pelaksanaan suatu kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit rasanya untuk
mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang sudah direncanakan oleh sebuah organisasi
telah tercapai atau belum.
PEMBAHASAN
Hasil dari perencanaan dapat berupa misi dan visi, tujuan institusi, rencana strategi,
business plan, masterplan.
Evaluasi adalah cara yang sistematis untuk memperbaiki kegiatan – kegiatan yang
sedang berjalan untuk meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan menyeleksi
secara seksama alternative – alternative tindakan dimasa yang akan dating (WHO)
Masalah adalah kesenjangan yang terjadi antara yang diinginkan dengan kenyataan
yang terjadi. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan metode Cause effect diagram
atau diagram Ishikawa yaitu instrument untuk menganalisis secara sistematis untuk
mencari penyebab dan dampak masalah.
Tujuannya yaitu:
a. Menentukan masalah secara sistematis
b. Membantu atau menyemangati peran dari kelompok
c. Tahapan jelas, format mudah dipahami dan menghubungkan dampak dan sebab.
d. Menunjukan kemungkinan proses.
Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering
juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr.
Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh
alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin
mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika
sebuahteam cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005, p. 247).
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau
masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesibrainstorming. Masalah akan
dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material,
mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab
yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Langkah pembuatan fishbone diagram di bawah ini.
1. Identifikasi secara jelas dampak atau efek yang akan dianalisis.
2. Gambarkan spine dan membuat kotak dampak.
3. Tentukan main cause.
Main cause dapat ditentukan dengan menganalisis komponen input dari suatu
proses misalnya man, method, material, machine, dll.
4. Masing-masing cabang didentifikasi apakah ada factor penyebab lain.
Identifikasi factor penyebab yang lebih spesifik. Hindari penggunaan kata-kata
normative seperti sulit, baik, buruk, dll.
5. Identifikasi lebih lanjut lalu diorganisir dan dihubungkan dengan penyebab
masalah. Caranya yaitu dengan WH question. Misalnya why is there an invalid
list to updates.
6. Analisis diagram
7. Susun rekomendasi serta solusi.
Yang dimaskud skala prioritas adalah urutan kepentingan dari tertinggi sampai
terendah. Skala prioritas memegang peranan yangsangat penting sebab skala prioritas
ini akan memberikan perhatian yang penuh bagi manajer didalam mengalokasikan
sumber daya yang ada sehingga yang diutamakan adalah yang mempunyai prioritas
utama (terpenting). Skala prioritas tujuan organisasi menunjukkan tahapan yang hendak
dicapai yang disesuaikan dengan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman
organisasi. Karena penetapan skala prioritas merupakan keputusan kebijakan maka
umumnya manajer menghadapi kesulitan di dalam merumuskannya.
Identifi
kasi
Evalu
asi Masala
h Prioritas
Pelak
sanaa Masalah
n Peren
canaa
n
Gambar 2. Bagan identifikasi dan prioritas masalah
Ciri-Ciri Perencanaan
Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri yang harus diperhatikan. Ciri-
ciri yang dimaksud secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan artinya hasil
dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan
berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mapu menyelesaikan berbagai masalah dan
ataupun tantangan yang di hadapi. Penyelesaian masalah ataupun tanatangan yang
dimaksudkan di sini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam arti
penyelesaian masalah apapun tantangan tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus
tercermin pada pertahapan perencanaan yang akan dilakukan.
5. Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan secara
jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya di bedakan atas dua macam yakni
tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus yang
berisikan uraian lebih spesifik.
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti bersifat
wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel, serta telah disesuaikan dengan sumber
daya. Perencanaan yang di susun tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak
sesuai dengan sumber daya, bukanlah perencanaan yang baik
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama.
Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi
dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan
penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan perannya
masing-masing.
Sumber Pendanaan Kesehatan dapat dari dana pemerintah pusat, propinsi, pemerintah
kabupaten kota, Dana Bantuan Luar Negeri, Dana Masyarakat, CSR (perusahaan negeri
dan swasta), dan Sumber anggaran dari SKPD di luar Dinas Kesehatan
b. Bantuan Gubernur
b. Dana Perimbangan (DAU, DAK, Dana Bagi Hasil untuk Operasional khusus
dan Bencana )
Penganggaran kesehatan pemerintah selama ini terdiri dari berbagai sumber dana yaitu:
2. Dana Pemerintah Pusat yang menjadi APBD: Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus
A. Dana Dekonsentrasi:
Dana untuk RS melalui DitJen Bina Upaya Kesehatan, sebagian besar untuk
peralatan kesehatan di Rumah Sakit
D. Dana Jamkesmas:
Kebijakan direktorat kesehatan ibu, hasil analisis dan evaluasi tentang dana
jampersal ini belum menunjukkan penurunan jumlah kematian ibu dan anak
F. Dana APBD:
Dana Alokasi Khusus meningkatkan proyek-proyek fisik dan obat, namun gagal
untuk meningkatkan kegiatan operasional.
II: 25 %
III: 35 %
IV: 25 %
PERAN :
FUNGSI :
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
UPAYA KESEHATAN
1. WAJIB :
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan lingkungan
3. Kia dan kb
4. Perbaikan gizi masyarakat
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (p2m) + (ptm)
6. Pengobatan
2. PENGEMBANGAN
Upaya pengembangan ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan setempat
(lokal spesifik). Disesuaikan dengan kemampuan puskesmas
Upaya kesehatan pengembangan terdiri dari :
9. Perkesmas
10. dsb
4. Azas rujukan
MANAJEMEN PUSKESMAS
1. Perencanaan
Terdiri dari :
Lokakarya mini bulanan lintas program (termasuk analisis PWS dan tindak
lanjutnya)
Lokakarya mini tiga bulanan lintas sector
3. Pengawasan, Pengendalian, Penilaian
Tediri dari :
1. Tahap persiapan
2. Tahap analisis situasi
3. Tahap penyusunan RUK
PERENCANAAN PUSKESMAS
a. Persiapan
Pembentukan tim
Penentuan pedoman perencanaan
b. Analisa Situasi
Pengumpulan data umum
Penentuan data khusus, penilaian kinerja
a. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Identifikasi masalah
Analisa penyebab masalah dan solusi
b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan
Dalam menyusun rencana usulan kegiatan, ada hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
1. Analisa masalah
2. Penyusunan ruk
Dalam penyusunan RUK, ada beberapa hal yang diperhatikan, yaitu:
Upaya wajib dan pilihan kegiatan inovatif, efisien, daya ungkit tinggi
Sasaran, target
Dana, alat, tenaga
Sumber biaya
3. Penyusunan RPK
Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
Bandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK dan situasi pada saat
penyusunan RPK
Menyusun rancangan awal, rincian, volume, sumber daya pendukung, lokasi
Lokmin tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
RPK harus mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Sajian RPK dalam bentuk matriks (Gannt Chart) yang dilengkapi dengan
pemetaan wilayah (mapping)
Pemanfaatan yang ada dalam upaya kesehatan yang dibiayai bok adalah sebagai
berikut:
Perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan
lengkap tentang suatu program / kegiatan yang akan dilaksanakan.
Gambar 4. Monev
Tahap Perencanaan :
3. Perincian dari beberapa alternatif dan implikasi potensial yang mungkin terjadi
1. Perkembangan fungsi
Menyembuhkan orang sakit menjadi pusat kesehatan
2. Perkembangan ruang lingkup kegiatan
Rumah Sakit adalah lembaga sosial menjadi institusi kesehatan
3. Perkembangan masing-masing peran
Pelayanan umum menjadi pelayanan pendidikan
4. Perkembangan kepemilikan
Pelayanan RS seharusnya saat ini sudah bersifat:
1. Padat modal,
2. Padat karya, dan
3. Padat teknologi dalam menghadapi persaingan global.
1. Rumah Sakit tipe A (kedokteran spesialis dan subspesialis dengan tempat tidur
>1000)
ex: Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
2. Rumah Sakit tipe B (pelayanan spesialis dan subspesialis terbatas dengan
tempat tidur 500-1000)
ex: Rumah Sakit Muhammad Husein
3. Rumah Sakit tipe C (minimal mempunyai kamar bedah, penyakit dalam,dan
kandungan)
ex: Rumah Sakit spesialis bedah
4. Rumah Sakit tipe D (punya pelayanan umum dan gigi dan biasanya menampung
rujukan dari puskesmas/ transisi dari puskesmas ke kabupaten atau disebut juga
Rumah Sakit rawat inap
5. Rumah Sakit tipe E (hanya satu pelayanan saja)
ex: Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Eye Medical Centre
Tujuan diadakan evaluasi suatu program biasanya bervariasi, tergantung pada pihak
yang memerlukan informasi hasil tersebut. Pimpinan tingkat atas memerlukan
informasi hasil evaluasi berbeda dengan pimpinan tingkat menengah atau pimpinan
tingkat pelaksana. Walaupun demikian pada dasarnya evaluasi dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut :
3. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya, dan manajemen
(resources)saat ini serta di masa-masa mendatang. Tanpa adanya evaluasi akan
terjadi pemborosan pengunaan sumber dana dan daya yang sebenarnya dapat
diadakan penghematan serta penggunaan untuk program-program yang lain.
Dengan demikian data dikatakan nahwa evaluasi merujuk pada tiga hal :
1. Suatu nilai harga
3. Penetapan penilaian.
PROSES EVALUASI
Terdiri dari formulasi tujuan, sasaran, dan manfaat evaluasi. Formulasi sumber dan
informasi yang dibutuhkan. Formulasi kriteria yang akan digunakan. Formulasi
model atau kerangka kerja.
Dalam WHO, indikator didefinisikan sebagai variable yang membantu untuk
mengukur perubahan. Indikator adalah variable yang dapat membantu mengukur
perubahan-perubahan. Variable adalah alat bantu evaluasi yang dapat mengukur
perubahan secara langsung atau tak langsung. Misalnya, kalau tujuan dari program
adalah untul melatih sejumlah tertentu tenaga kesehatan tiap tahun, maka suatu
indikator langsung untuk mengevaluasi boleh jadia berupa jumlah tenaga kesehatan
yang betul-betul dilatih setiap tahunnya. Contoh lain jika uang dievaluasi adalah hasil
suatu program untuk memperbaiki tingkat kesehatan golongan anak-anak, mungkin
perlu untuk mengukur setiap perbaikan dengan menggunakan beberapa indikator yang
secara tak langsung dapat mengukur adanya perubahan pada tingkat kesehatan mereka,
misalnya status gizi yang digambarkan dengan berat badan terhadap tinggi badan,
angka kecukupan imunisasi, kesanggupan belajar, angka kematian menurrut golongan
umur, angka kesakitan, jenis penyakit tertentu, dan angka penderita cacat golongan
anak-anak.
a. Indikator harus valid, objektif, sensitif dan spesifik. Dalam memilih indikator
harus diperhitungkan sejauh mana indikator tersebut sah, bisa dipercaya, sensitif
dan spesifik. Validitas atau keabsahan mempunyai arti bahwa indikator tersebut
betul-betul mengukur hal-hal yang ingin diukur. Indikator ini dapat digunakan
untuk mengambarkan keadaan kondisi atau status kesehatan yang sebenarnya.
b. Reliabilitas atau dapat dipercaya mempunyai arti bahwa biarpun indikator
digunakan oleh orang yang berlainan, pada waktu yang berlainan, hasilnya akan
tetap sama.
c. Kepekaan atau sensitif berarti bahwa indikator tersebut harus peka terhadap
setiap perubahan mengenai keadaan atau fenomena yang dimaksud. Akan tetapi
suatu indikator dapat juga sensitif terhadap lebih dari satu keadaan atau
fenomena.
d. Kekhususan atau spesifisitas berarti bahwa indikator tersebut dapat
menunjukan perubahan-perubahan hanya mengenai keadaan atau fenomena
yang dikhususkan baginya.
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran