Anda di halaman 1dari 19

GUGUS FUNGSI

A. PENGERTIAN GUGUS FUNGSI

Gugus fungsi ialah atom atau kelompok atom dalam molekul yang memiliki
sifat-sifat kimia yang khas. Gugus fungsi yang sama dalam molekul yang berbeda
dapat memperlihatkan perilaku kimia yang sama. Gugus fungsi cenderung menjadi
kapak reaktif dalam molekul organik, dan sifat kimianya kurang bergantung pada sifat
hidrokarbon yang dilekatinya. Gugus fungsi melekat pada suatu kerangka organik dan
paling menentukan sifat kimia dari kerangka tersebut.
Senyawa hidrokarbon memiliki sifat tertentu akibat adanya atom selain atom
karbon dan hidrogen di dalamnya. Atom-atom tersebut dinamakan gugus fungsional
senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon memiliki sifat tertentu akibat adanya atom
selain atom karbon dan hidrogen di dalamnya. Atom-atom tersebut dinamakan gugus
fungsional senyawa hidrokarbon.
Gugus fungsi adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang
berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa
yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip. Gugus
fungsi dalam kimia organik berada pada jumlah yang banyak, tetapi pada makalah ini
hanya dijelaskan bebrapa jenis dari gugus fungsi yang ada.
A. MACAM-MACAM GUGUS FUNGSI
a. Asil Halida
Asil halida adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Reaktivitas
turunan asam karboksilat ditentukan oleh kebasaan gugus perginya. Basa yang lemah
bersifat lebih elektronegatif, selain itu kecil kemungkinannya menyumbangkan
elektronnya pada karbon karbonil lewat efek resonansi. Ion halida adalah basa sangat
lemah karena asam konjugasinya adalah asam kuat. Oleh karena itu, asil halida lebih
reaktif dibandingkan turunan asam karboksilat lainnya.
Asil halida dapat diubah menjadi turunan asam karboksilat lainnya lewat reaksi
substitusi nukleofilik asil. Asil halida bereaksi dengan ion karboksilat membentuk
anhidrida, dengan alkohol membentuk ester, dengan air membentuk asam karboksilat,
dan dengan amina membentuk amida. Hal ini bisa terjadi karena nukleofilik yang
datang lebih basa dibanding ion halida. Gugus RCO- adalah sebuah asil halida. Asol
klorida adalah asil halida yang sering digunakan. Asil halida dibuat dengan halogenasi
sebuah asam karboksilat, sehingga dinamakan asam halida. Gugus RCO- adalah
sebuah asil halida. Asol klorida adalah asil halida yang sering digunakan. Asil halida
dibuat.
Kegunaan Asil Halida

Sebuah molekul dapat memiliki lebih dari satu gugus asil halida. Contohnya,
adipoil diklorida, atau adipoil klorida. Adipoil klorida memiliki dua asil klorida.
Adipoil klorida digunakan dalam polimerisasi pada senyawa di-amino organik untuk
membentuk poliamida seperti nilon atau polimerisasi dengan senyawa organik tertentu
untuk membentuk poliester.
Dalam kimia, istilah asil halida atau asam halida adalah suatu senyawa yang
diturunkan dari sebuah asam karboksilat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan
gugus halida. Jika asam tersebut adalah asam karboksilat, senyawa tersebut
mengandung gugus fungsional -COX, yang terdiri dari gugus karbonil terikat pada
atom halogen seperti pada klorin. Rumus umum untuk sebuah asil halida dapat
dituliskan dengan RCOX, di mana R dapat sebuah gugus alkil, CO adalah gugus
karbonil, dan X menunjukkan atom halogen.
b. Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan
karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut,
bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang
digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya
alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa
organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon,
yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Jenis-jenis Alkohol

Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH pada
rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol primer, alkohol
sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu alkohol yang gugus –OH nya
terletak pada C primer yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain
contohnya : CH3CH2CH2OH (C3H7O). Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus
-OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain.
Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus –OH nya terletak pada atom C tersier yang
terikat langsung pada tiga atom C yang lain.
Tata Nama

Alkohol diklasifikasikan menjadi primer, sekunder, dan tersier, berdasarkan


jumlah atom karbon terhubung ke atom karbon yang menanggung gugus hidroksil.
Para alkohol primer memiliki rumus umum RCH2OH; yang sekunder RR'CHOH, dan
tersier yang RR'R "COH, dimana R,, R 'dan R" berdiri untuk kelompok alkil. Etanol
dan alkohol n-propil adalah alkohol primer, alkohol isopropil adalah satu sekunder.
Awalan second-(atau s-) dan tert-(atau t-), konvensional dalam huruf miring, dapat
digunakan sebelum nama gugus alkil untuk membedakan alkohol sekunder dan tersier,
masing-masing, dari yang utama. Sebagai contoh, isopropil alkohol kadang-kadang
disebut sec-propil alkohol, dan alkohol tersier (CH3) 3COH, atau 2-metilpropan-2-ol
dalam tata nama IUPAC umumnya dikenal sebagai tert-butil alkohol atau tert-butanol.
Alkohol memiliki nama sendiri yang lebih umum digunakan
Chemical Formula IUPAC Name Common Name
Monohydric alcohols
CH3OH Methanol Wood alcohol
C2H5OH Ethanol Grain alcohol
C3H7OH Isopropyl alcohol Rubbing alcohol
C5H11OH Pentanol Amyl alcohol
C16H33OH Hexadecan-1-ol Cetyl alcohol
Polyhdric alcohols
C2H4(OH)2 Ethane-1 ,2-diol Ethylene glycol
C3H5(OH)3 Propane-1 ,2,3-triol Glycerin
C4H6(OH)4 Butane-1 ,2,3,4-tetraol Erythritol
C5H7(OH)5 Pentane-1 ,2,3,4,5-pentol Xylitol
C6H8(OH)6 Hexane-1 ,2,3,4,5,6-hexol Mannitol, Sorbitol
C7H9(OH)7 Heptane-1 ,2,3,4,5,6,7-heptol Volemitol
Unsaturated aliphaic alcohols
C3H5OH Prop-2-ene-1-ol Allyl alcohol
C10H17OH 3,7-Dimethylocta-2,6-dien-1-ol Geraniol
C3H3OH Prop-2-in-1-ol Propargyl alcohol
Alicylic alcohols
C6H6(OH)6 Cyclohexane-1 ,2,3,4,5,6-geksol Inositol
C10H19OH 2 - (2-propyl)-5-methyl- Menthol
cyclohexane-1-ol
c. Alkana

Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa


yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau parafin. Suku
perfama sampai dengan 10 senyawa alkana dapat anda peroleh dengan
mensubstitusikan harga n dan tertulis dalam tabel berikut.
Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana
Rumus Titik didih Massa 1 mol
Suku ke n Nama
molekul (OC/1 atm) dalam g
1 1 CH4 metana -161 16
2 2 C2H6 etana -89 30
3 3 C3H8 propana -44 44
4 4 C4H10 butana -0.5 58
5 5 C5H12 pentana 36 72
6 6 C6H14 heksana 68 86
7 7 C7H16 heptana 98 100
8 8 C8H18 oktana 125 114
9 9 C9H20 nonana 151 128
10 1 C10H22 dekana 174 142
0
Alkana-alkana penting sebagai bahan bakar dan sebagai bahan mentah untuk
mensintesis senyawa-senyawa karbon lainnya. Alkana banyak terdapat dalam minyak
bumi, dan dapat dipisahkan menjadi bagian-bagiannya dengan distilasi bertingkat.
Suku pertama sampai dengan keempat senyawa alkana berwujud gas pada temperatur
kamar.

d. Alkena
Alkena mempunyai gugus fungsi yang berupa ikatan-ikatan rangkap (double
bound). Untuk mengkarakterisasi senyawa yang tidak diketahui sebagai suatu alkena,
kita harus menunjukkan bahwa ia mengalami reaksi khas ikatan karbon-karbon ganda.
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap (C =
C). Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang mempunyai
tiga ikatan rangkap disebut alkatriena, dan seterusnya.
Alkena mempunyai dua keisomeran sebagai berikut.

1. Keisomeran Struktur

Keisomeran struktur, yaitu keisomeran yang terjadi jika rumus molekul sama,
tetapi rumus struktur berbeda. Keisomeran pada alkena mulai ditemukan pada C4H8
terus ke suku yang lebih tinggi.
2. Keisomeran Geometri

Keisomeran geometri, yaitu keisomeran yang terjadi karena perbedaan


orientasi gugus-gugus di sekitar C ikatan rangkap. Syarat terjadinya isomer geometri
adalah apabila masing-masing atom karbon yang berikatan rangkap mengikat 2 atom
atau 2 gugus yang berbeda, sehingga jika atom atau gugus yang diikat tersebut
bertukar tempat, maka strukturnya akan menjadi berbeda.
e. Alkuna

Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap tiga di


antara dua atom karbon. Catat bahwa akhir nama masing-masing adalah -una. Akhiran
ini menunjukkan adanya rangkap tiga di dalam molekul. Rumus umum untuk alkuna
ini adalah CnH2n-2. Alkuna juga merupakan contoh dari deret homolog.
Ciri-ciri alkuna

 Hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan rangkap tiga

 Sifat-sifatnya menyerupai alkena, tetapi lebih reaktif

 Pembuatan : CaC2 + H2O → C2H2 + Ca(OH)2

 Sifat-sifat :

1. Suatu senyawaan endoterm, maka mudah meledak

2. Suatu gas, tak berwarna, baunya khas


 Penggunaan etuna :

 Pada pengelasan : dibakar dengan O2 memberi suhu yang tinggi (±


3000oC), dipakai untuk mengelas besi dan baja
- Untuk penerangan

- Untuk sintesis senyawa lain

Sifat Fisika Alkuna

Sifat fisis alkuna, yakni titik didih mirip dengan alkana dan alkena. Semakin
tinggi suhu alkena, titik didih semakin besar. Pada suhu kamar, tiga suhu pertama
berwujud gas, suhu berikutnya berwujud cair sedangkan pada suhu yang tinggi
berwujud padat.
Sifat Kimia Alkuna
Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna memungkinkan terjadinya
reaksi adisi, polimerisasi, substitusi dan pembakaran.
1. Reaksi adisi pada alkuna

 Reaksi alkuna dengan halogen (halogenisasi)

 Reaksi alkuna dengan hidrogen halida

 Reaksi alkuna dengan hidrogen

2. Polimerisasi alkuna

3. Substitusi alkuna Substitusi (pengantian) pada alkuna dilakukan dengan


menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung rantai dengan atom lain.
4. Pembakaran alkuna Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan oksigen) akan
menghasilkan CO2 dan H2O.
2CH=CH + 5 O2 → 4CO2 + 2H2
f. Amida

Amida merupakan salah satu turunan asam karboksilat. Turunan-turunan asam


karboksilat memiliki stabillitas dan reaktifitas yang berbeda tergantung pada gugus
terbalik, yang berarti bahwa senyawa yang lebih stabil umumnya kurang reaktif dan
sebaliknya. Karena amida adalah jenis yang paling stabil, secara logis harus mengikuti
bahwa amida tidak dapat dengan mudah berubah menjadi jenis molekul lain.
Sifar-sifat Fisika

Kepolaran molekul senyawa turunan asam karboksilat yang disebabkan oleh


adanya gugus karbonil (-C-), sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisiknya (titik
didih,titik lebur dan kelarutan) diketahui bahwa titik didih halida asam, anhidrida asam
karboksilat dan ester hampir sama hampir sama dengan titik didih aldehid dan keton
yang berat molekulnya sebanding. Perlu diingat bahwa aldehid dan keton adalah
senyawa yang juga mengandung gugus karbonil. Khusus untuk senyawa amida,
ternyata harga titik didihnya cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan
hidrogen antar molekulnya.
Semua turunan asam karboksilat dapat larut dalam pelarut organik, sedangkan
dalam air kelarutannya tergantung pada jumlah atom karbon yang terdapat dalam
molekulnya. Sebagai contoh, untuk kelompok senyawa ester yang mengandung 3-5
atom C dapat larut dalam air, tetapi untuk kelompok senyawa amida yang larut dalam
air adalah yang memiliki 5-6 atom C.
Sifat-sifat Kimia

Dalam mempelajari sifat-sifat kimia masing-masing kelompok turunan asam


karboksilat, terlebih dahulu harus dipahami. Ciri-ciri umum reaksinya seperti yang di
uraikan di bawah ini :

a. Keberadaan gugus karbonil dalam turunan asam karboksilat sangat menentukan


kereaktifan dalam reaksinya, walaupun gugus karbonil tersebut tidak mengalami
perubahan.

b. Gugus asil ( R-C=O ) menyebabakan turunan asam karboksilat mudah mengalami


substitusi nukleofilik. Dalam substitusi ini, atom/gugus yang berkaitan dengan gugus
asil digantikan oleh gugus lain yang bersifat basa. Pola umum reaksi substitusi
nukleofilik tersebut dituliskan dengan persamaan reaksi
c. Reaksi substitusi nukleofilik pada turunan asam karboksilat berlangsung lebih cepat
dari pada reaksi substitusi nukleofilik pada rantai karbon jenuh (gugus alkil), sehingga
dengan demikian
g. Amina
Amina adalah turunan organik dari amonia. Amina dapat dikelompokkan
sebagai amina primer, sekunder, atau tersier, menurut banyaknya substituen alkil atau
aril yang terikat pada nitrogen. Klasifikasi halida dan alkohol berdasarkan banyaknya
gugus yang terikat pada karbon yang memiliki halida atau gugus hidroksil itu.

Ikatan dalam suatu amina beranalogi langsung dengan ikatan dalam amonia,
suatu atomnitrogen sp3 yang terikat pada tiga atom atau gugus lain (H atau R) dan
dengan sepasang elektronmenyendiri dalam orbital sp3 yang tersisa. Dalam garam
amina atau garam amonium kuartener,pasangan elektron menyendiri membentuk
ikatan sigma keempat. Kation beranalogi dengan ion amonium.

Karena tidak mempunyai ikatan NH, amina tersier dalam bentuk cairan murni
tidak dapatmembentuk ikatan hidrogen. Titik didih amina tersier lebih rendah daripada
amina primer atausekunder yang bobot molekulnya sepadan, dan titik didihnya lebih
dekat ke titik didih alkana yangbobot molekulnya bersamaan. Amina berbobot molekul
rendah larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air.Amina tersier
maupun amina sekunder dan primer dapat membentuk ikatan hidrogen karena
memilikipasangan elektron menyendiri yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan air.
Sifat amina yang merupakan basa yang lebih kuat makan mempunyai asam
konjugat yang jauhlebih lemah karena pKa lebih rendah. Sifat-sifat struktural yang
sama yang mempengaruhi kuat asamrelatif dari asam karboksilat dan fenol juga
mempengaruhi kuat basa relatif dari amina.
h. Asam karboksilat

Asam karboksilat (R–CO–OH) mengandung gugus karbonil dan gugus


hidroksil. Walaupun gugus karboksilat merupakan gabungan gugus karbonil dan gugus
hidroksil, tetapi sifat-sifat gugus tersebut tidak muncul dalam asam karboksilat karena
menjadi satu kesatuan dengan ciri tersendiri. Ester adalah turunan dari asam
karboksilat dengan mengganti gugus hidroksil oleh gugus alkoksi dari alkohol.

Sifat-sifat

Dua asam karboksilat paling sederhana adalah asam metanoat dan asam
etanoat, masing-masing memiliki titik didih 101 °C dan 118 °C. Tingginya titik didih
ini disebabkan oleh adanya tarik menarik antar molekul asam membentuk suatu dimer.

Ditinjau dari gugus fungsionalnya, asam karboksilat umumnya bersifat polar,


tetapi kepolaran berkurang dengan bertambahnya rantai karbon. Makin panjang
rantai atom karbon, makin berkurang kepolarannya, akibatnya kelarutan di dalam air
juga berkurang.Sebagaimana alkohol, empat deret pertama asam karboksilat (format,
etanoat, propanoat, dan butanoat) dapat larut baik di dalam air. Asam pentanoat dan
heksanoat sedikit larut, sedangkan asam karboksilat yang rantai karbonnya lebih
panjang tidak larut.

i. Eter

Eter adalah nama senyawa kimia yang memiliki gugus eter (atom oksigen yang
diikat 2 substituen (alkil/aril)). Senyawa eter biasanya dipakai sebagai pelarut dan obat
bius. Molekul eter tidak dapat membentuk ikatan hidrogen sehingga titik didihnya
rendah. Eter sedikit polar (lebih polar dari alkena). Eter dapat dikatakan sebagai basa
lewis dan dapat membentuk polieter.
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O
sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan
valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada
pada posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa
hidrokarbon.
Sifat-sifat fisika

Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya,


sehingga mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah
dibandingkan dengan alkohol.

Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat,
sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar
daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian,
keberadaan dua pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter,
memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air.Eter dapat dipisahkan
secara sempurna melalui destilasi.
Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air
karena atom oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter
alifatik lainnya.
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam
mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter
dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:

ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH


Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida
(dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan
alkil bromida. Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah
menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.
j. Ester

Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu

(atau lebih) atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan suatu gugus organik (biasa
dilambangkan dengan R'). Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki
gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat menjadi ion H+.
Gugus fungsional ester (R–COOR’). Ester adalah senyawa yang dapat
dianggap turunan dari asam karboksilat dengan mengganti ion hidrogen pada gugus
hidroksil oleh radikal hidrokarbon. Beberapa contoh ester ditunjukkan berikut ini.

Gugus –OH dari gugus karboksil diganti oleh gugus –OR’. Dalam ester, R dan
R’ dapat sama atau berbeda.
Sifat dan Kegunaan Ester

Ester dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam atau basa. Hidrolisis ester disebut
juga reaksi penyabunan. Hidrolisis ester tiada lain adalah mengubah ester menjadi
alkohol dan garam yang berasal dari turunannya. Misalnya, hidrolisis etil asetat. Proses
hidrolisis berlangsung sempurna jika dididihkan dengan pelarut basa, seperti NaOH.
Reaksi penyabunan bukan merupakan reaksi kesetimbangan sebagaimana pada
esterifikasi sebab pada akhir reaksi, ion alkoksida mengikat proton dari asam
karboksilat dan terbentuk alkohol yang tidak membentuk kesetimbangan.
C2H5COOC2H5 + H2OH2SO4→ C2H5COOH + C2H5OH
C2H5COOC2H5 + NaOH →C2H5COONa + C2H5OH
Ester adalah nama dari gugus fungsi -COO- yang terdapat pada golongan
senyawa alkil alkanoat. Rumus umum ester adalah RCOOR atau C nH2nO2. Ester adalah
turunan dari asam karboksilat atau asam alkanoat, RCOOH. Sebab itu kedua golongan
senyawa ini memiliki rumus molekul yang sama, sehingga keduanya adalah pasangan
isomer fungsi, yaitu isomer yang memiliki rumus molekul sama, CnH2nO2 namun
rumus strukturnya berbeda karena adanya perbedaan gugus fungsi.
Ester dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi, yaitu reaksi pembentukan ester
dari asam alkanoat dan alkanol. Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan, jadi
memerlukan katalis untuk mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Katalis yang
digunakan adalam asam sulfat. Contoh, asam asetat (asam etanoat) dengan alkohol
(etanol) membentuk etil etanoat atau etil asetat.
Sifat Fisik

 Lebih polar dari eter tapi kurang polar dibandingkan alkohol

 Semakin panjang rantainya, ester semakin tidak larut dalam air

 Dalam ikatan hidrogen, ester berperan sebagai akseptor hidrogen, tapi


tidak dapat berperan sebagai donor hidrogen
 Lebih volatil dibandingkan asam karboksilat dengan berat molekuler
yang sama
Sifat Kimia

 Dapat mengalami hidrolisis

 Dapat mengalami reaksi penyabunan

k. Haloalkana

Haloalkana adalah senyawa karbon yang mengandung halogen. X adalah atom


halogen (F, Cl, Br, I). Dengan kata lain, haloalkana adalah senyawa karbon turunan
alkana yang atom H-nya diganti oleh atom halogen.Haloalkana memiliki rumus umum:

CnH2n+1X

Sifat-sifat
Senyawa klorometana dan kloroetana berwujud gas pada suhu kamar dan
tekanan normal. Haloalkana yang lebih tinggi berupa cairan mudah menguap. Titik
didih isomer haloalkana berubah sesuai urutan berikut: primer > sekunder> tersier,
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Ikatan C-F memiliki nilai entalpi disosiasi yang paling besar, diikuti C-Cl, C-
Br, dan C-I. Hal ini menunjukkan haloalkana yang mengandung C-F bersifat sangat
stabildan sulit bereaksi. Ikatan C-Cl tidak begitu kuat namun tetap masih stabil dan
cukup inert. Ikatan C-Br dan C-I semakin kurang stabil sehingga lebih mudah
bereaksi.Disamping itu, haloalkana juga memiliki ikatan karbon dan halogen yang
agak polar sehingga di dalam reaksinya cenderung tertarik ke pereaksi polar/ionic
seperti -OH.
l. Imina

Imina adalah gugus fungsi turunan amina. Sebuah kelas senyawa yang
merupakan produk dari reaksi kondensasi aldehida atau keton dengan amonia atau
amina, mereka memiliki radikal NH terikat pada atom karbon dengan ikatan ganda,
R_HC_NH, contoh adalah benzaldimine. Pada reaksi Mannich, amonia atau amina
primer atau sekunder digunakan untuk aktivasi formaldehida.
m. Keton

Keton (R–CO–R') tergolong senyawa karbonil karena memiliki gugus


fungsional C=O, dan atom karbon pada gugus karbonil dihubungkan dengan dua
residu alkil (R), dan atau aril (Ar).

Sifat-sifat

Keton dengan jumlah atom C rendah (C1 – C5) berwujud cair pada suhu
kamar.Oleh karena keton memiliki gugus karbonil yang polar maka senyawa keton
larut dalam pelarut air maupun alkohol. Kelarutan senyawa keton berkurang dengan
bertambahnya rantai alkil.Adanya kepolaran menimbulkan antaraksi antarmolekul
keton sehingga senyawa keton umumnya memiliki titik didih relatif tinggi
dibandingkan dengan senyawa non polar yang massa molekulnya relatif sama.

n. Peroksida

Peroksida adalah larutan berair dari hidrogen peroksida (HOOH or H2O2),


senyawa yang dijual sebagai disinfektan atau pemutih ringan. Dalam kimia organik
peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah molekul organik yang
mengandung ikatan tunggal oksigen-oksigen (R-O-O-R'). Jika salah satu dari R atau
R' merupakan atom hidrogen, maka senyawa itu disebut hidroperoksida (R-O-O-H).
Radikal bebas HOO disebut juga radikal hidroperoksida, yang dianggap terlibat dalam
reaksi pembakaran hidrokarbon di udara.
Ion perokida mengandung dua elektron lebih banyak daripada molekul oksigen.
Menurut teori orbital molekul, kedua elektron ini memenuhi dua orbital π* (orbital
antiikatan). Hal ini mengakibatkan lemahnya kekuatan ikatan O-O dalam ion peroksida
dan peningkatan panjang ikatannya: Li2O2 memiliki panjang ikatan 130 pm dan BaO2
147 pm. Selain itu, hal ini juga menyebabkan ion peroksida bersifat diamagnetik.

o. Benzen

Benzena, juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, PhH, dan benzol, adalah
senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta
mempunyai bau yang manis. Benzena terdiri dari 6 atom karbon yang membentuk
cincin, dengan 1 atom hidrogen berikatan pada setiap 1 atom karbon. Benzena
merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan ikatan pi yang tetap.
Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan salah satu
bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting dalam dunia industri.

Sifat Fisik
 Zat cair tidak berwarna
 Memiliki bau yang khas
 Mudah menguap
 Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam pelarut yang
kurang polar atau nonpolar, seperti eter dan tetraklorometana
 Titik Leleh : 5,5 oC Titik didih : 80,oC Densitas : 0,88

Sifat Kimia

 Bersifat kasinogenik (racun)

 Merupakan senyawa nonpolar

 Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak gejala

 Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi

p. Fosfina

Fosfina adalah nama umum dari fosforus hidrida (PH3), juga disebut dengan
nama fosfana (phosphane), dan kadang-kadang fosfamina. Fosfina merupakan gas tak
berwarna dan dapat terbakar dengan titik didih 88 °C. Fosfina murni tidak berbau.
Fosfina merupakan zat yang beracun.

q. Sulfida

Sulfida merupakan tioter. Sturkturnya analog dengan eter, dengan belerang


sebagai pengganti oksigen. Penamaannya sama dengan eter. Dalam susunan berkala
belerang terletak tepat dibawah oksigen. Bayak senyawa organik yang mengandung
oksigen mempunyai analog belerang. Analog belerang dari suatu alkohol disebut
alkanatiol (tiol) atau dengan nama lama merkaptan. Gugus –SH disebut gugus tiol atau
gugus sulhidril.
Rumus Kimia Selenium Disulfida : SeS2

r. Tiol

Dalam kimia organik, tiol adalah sebuah senyawa yang mengandung gugus
fungsi yang terdiri dari atom sulfur dan atom hidrogen (-SH). Sebagai analog sulfur
dari gugus alkohol (-OH), gugus ini dirujuk baik sebagai gugus tiol ataupun gugus
sulfhidril. Secara tradisional, tiol sering dirujuk sebagai merkaptan. Istilah merkaptan
berasal dari Bahasa Latin mercurium captans, yang berarti 'menggenggam raksa',
karena gugus -SH mengikat kuat unsur raksa.
Sifat Fisika

 Bau

Banyak senyawa tiol adalah cairan dengan bau yang mirip dengan bau
bawang putih. Bau tiol sering kali sangat kuat dan menyengat, terutama yang
bermassa molekul ringan. Tiol akan berikatan kuat dengan protein kulit.
 Titik didih dan kelarutan

Oleh karena perbedaan elektronegativitas yang rendah antara hidrogen


dengan sulfur, ikatan S-H secara praktis bersifat kovalen nonpolar. Sehingga
ikatan S-H tiol memiliki momen dipol yang lebih rendah dibandingkan dengan
ikatan O-H alkohol. Tiol tidak menampakkan efek ikatan hidrogen, baik terhadap
molekul air, maupun terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, tiol memiliki titik
didih yang rendah dan kurang larut dalam air dan pelarut polar lainnya
dibandingkan dengan alkohol.

Sifat Kimia

 Sintesis

Metode pembuatan tiol mirip dengan pembuatan alkohol dan eter.


Reaksinya biasanya lebih cepat dan berendemen lebih tinggi karena anion sulfur
merupakan nukleofil yang lebih baik daripada atom oksigen/Tiol terbentuk ketika
halogenoalkana dipanaskan dengan larutan natrium hidrosulfida.

 Reaksi

Gugus tiol merupakan analog sulfur gugus hidroksil (-OH) yang


ditemukan pada alkohol. Oleh karena sulfur dan oksigen berada dalam golongan
tabel periodik yang sama, ia memiliki sifat-sifat ikatan kimia yang mirip.
 Keasaman

Atom sulfur tiol lebih nukleofilik daripada atom oksigen pada alkohol.
Gugus tiol bersifat sedikit asam dengan pK a sekitar 10 sampai 11. Dengan
keberadaan basa, anion tiolat akan terbentuk, dan merupakan nukleofil yang sangat
kuat.
s. Toluen

Toluena adalah suatu senyawa tidak berwarna, cairan berbau aromatik yang
khas dimana tidak setajam benzena. Asal kata toluena diambil dari sebuah resin alami,
kata tolu, merupakan sebuah nama dari sebuah kota kecil di Colombia, Amerika
Selatan. Toluena ditemukan antara produk degradasi dengan cara pemanasan resin
tersebut. Toluena dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana yaitu cairan
bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer cat dan
berbau harum seperti benzena.
Sifat Fisika

 Massa Molar : 92,14 gr/mol

 Temperatur leleh normal : 178,15 0K

 Titik didih normal : 383,15 0K

 Densitas

 Padat pada 93,15 0K : 11,18 L/mol

 Cair pada 298,15 0K : 9,38 L/mol

 Tekanan kritis : 4,108 Mpa

 Temperatur kritis : 591,8oK

 Volume kritis : 0,316 L/mol

 Faktor kompresibilitas kritis : 0,264

 Viskositas : 0,548 mPa.s (cPa)

 Panas pembentukan : 50,17 kJ/mol

 Panas penguapan : 33,59 kJ/mol

 Panas pembakaran : -3734 kJ/mol

Sifat Kimia

 Reaksi hidrogenasi, dengan katalis nikel, platinum atau paladium dapat


menjenuhkan cincin aromatik sebagian maupun keseluruhan,
menghasilkan benzena, metana dan bifenil.
 Reaksi oksidasi, dengan katalis kobalt, mangan atau bromida pada fase
cair menghasilkan asam benzoat.
 Reaksi substitusi oleh metil, pada temperatur tinggi dan reaksi radikal
bebas. Klorinasi pada 100oC atau dengan ultraviolet membentuk benzil
klorida, benzal klorida dan benzotriklorida.
 Reaksi substitusi oleh logam alkali menghasilkan normal-propil benzena,
3- fenil pentana, dan 3-etil-3-fenil pentana.
t. Siano

Gugus siano (C N) merupakan gugus pendeaktivasi cincin yang mendeaktifkan


cincin yang mengikatnya, dan bagian cincin yang lebih aktif terhadap serangan
elektrofil adalah cincin di sebelahnya. Gugus siano juga merupakan gugus pengarah
meta, sehingga posisi 5 yang berhubungan dengan posisi 1 sebagai ‘meta-like’ (atau
berhubungan 1,3) menjadi posisi substitusi yang paling disukai.

Anda mungkin juga menyukai