B. Kajian Literatur
Diera modern saat ini banyak sekali terjadi pernurunan sikap
antara seorang siswa terhadap guru. Hal tersebut seharusnya menjadi
perhatian bagi para guru atau tenaga pendidik tentang bagaimana
mengembalikan sikap yang seharusnya dilakukan oleh siswa terhadap
guru dalam bidang pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang melatarbelakangi penelitian
ini, antara lain: (1) mengapa terjadi adanya persamaan sikap antara
siswa dan guru. (2) Faktor-faktor apakah yang mampu menyebabkan
adanya persamaan sikap antara siswa dan guru. (3) Apakah dampak
dari adanya persamaan sikap antara siswa dan guru. (4) Bagaimanakah
cara menyikapi tentang adanya persamaan sikap antara siswa dan
guru.
C. Metode
Untuk menilai sikap siswa guru terhadap profesi guru, inventaris sikap
guru yang dikembangkan oleh Dr. SP Ahluwalia telah digunakan
sebagai alat.
Populasi:
Semua siswa guru B.Ed. program berjalan di Ranchi.
Ukuran sampel:
Untuk penelitian ini ukuran sampel tetap dibatasi hingga
seratus. Empat siswa tidak hadir, sehingga hanya sembilan puluh
enam siswa yang menjawab. Semua mahasiswa guru milik perguruan
tinggi yang sama purposive stratified sampling dilakukan oleh
peneliti. Sampel yang dikategorikan untuk penelitian ini adalah aliran
sains non-suku (pria & wanita), aliran ilmu sosial non-suku (pria dan
wanita), aliran sains suku (pria & wanita), aliran ilmu sosial suku
(pria & wanita), aliran ilmu sosial wanita (pria & non-suku), )aliran
sains, aliran sains pria (suku & non-suku), aliran ilmu sosial wanita
(suku & non-suku), aliran ilmu sosial pria (suku & nonsuku).
Alat yang Digunakan
Inventarisasi sikap guru adalah instrumen likert sembilan puluh item
yang terdiri dari enam subskala. Setiap subskala memiliki lima belas
pernyataan yang berkaitan dengan aspek tertentu dari sikap
profesional calon dan guru praktik.
Enam aspek yang dibahas dalam inventarisasi adalah sikap terhadap
profesi guru, pengajaran di ruang kelas, praktik yang berpusat pada
anak, proses pendidikan, murid dan guru. Dari sembilan puluh item,
lima puluh enam dalam bentuk deklaratif positif dan tiga puluh empat
di antaranya dalam bentuk negatif.
Empat puluh tiga item dimaksudkan untuk menilai sikap ke arah yang
menguntungkan dan empat puluh enam ke arah yang tidak
menguntungkan. Likert continuum sangat, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju dan sangat tidak setuju telah disediakan untuk setiap item.
Subyek merespon dengan memberikan tanda centang pada alternatif
2
yang dipilih terhadap nomor urut pernyataan sikap pada lembar
jawaban.
Meskipun tidak ada batasan waktu yang ditetapkan untuk merekam
tanggapan pada Performa penjawab, namun siswa guru diminta untuk
menyelesaikannya sesegera mungkin.
Setelah latihan selesai, kategori yang berbeda diurutkan seperti laki-
laki/perempuan, suku/ non-suku, dan sains/seni.
Skor:
Setiap alternatif item telah diberi skor mulai dari 4 (sangat setuju)
hingga 0 (sangat tidak setuju) untuk item yang disukai. Dalam hal
item yang tidak disukai, rentang penilaian dibalik yaitu dari 0 (sangat
setuju) menjadi 4 (sangat tidak setuju). Skor sikap subjek adalah
jumlah total skor item dari semua enam subskala. Rentang skor
teoretis adalah dari 0 hingga 360. Skor yang lebih tinggi menunjukkan
sikap yang lebih baik terhadap profesi guru.
D. Hasil Penelitian
Analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap profesi guru
siswa non-suku (laki-laki & perempuan) mahasiswa guru IPA maupun IPS tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan (Tabel: 1&2). Namun studi yang
dilakukan oleh Rawat dan Sreevastava (1984) menemukan perbedaan yang
signifikan antara sikap peserta pelatihan guru laki-laki dan perempuan terhadap
profesi guru. Sedangkan Balan (1996) melaporkan tidak ada perbedaan gender
yang signifikan dalam sikap mengajar siswa guru.
Naik dan Pathy (1997) menegaskan kembali bahwa guru IPA perempuan
memiliki sikap yang lebih positif terhadap pengajaran daripada rekan-rekan
laki-laki. Poozhikuth (1989) juga menekankan bahwa guru perempuan memiliki
sikap yang lebih baik terhadap pengajaran daripada guru laki-laki. Ghosh dan
Bairagya (2010) dalam penelitian mereka menyimpulkan bahwa guru sekolah
menengah perempuan memiliki sikap yang lebih baik terhadap profesi guru
daripada guru laki-laki. Benyamin dkk. (2011) juga mendukung pandangan ini
bahwa siswa guru perempuan memiliki sikap yang lebih baik terhadap profesi
guru daripada guru siswa laki-laki.
3
perempuan (Suku) aliran IPA, aliran ilmu sosial dan siswa guru suku & non-
suku (perempuan) dari aliran IPA.
Di ketiga kelompok, siswa guru suku (perempuan) menunjukkan sikap yang
baik terhadap profesi guru.
Oleh karena itu hipotesis (iii), (iv) dan (v) ditolak karena perbedaan sikap
terhadap profesi guru ditemukan pada siswa guru suku (laki-laki & perempuan)
aliran IPA dan aliran IPS. Perbedaan sikap terhadap profesi juga signifikan pada
siswa perempuan guru (Tribal & Nontribal) kelompok sains.
Hipotesis i, ii, vi, vii, viii, ix diterima karena tidak ada perbedaan sikap terhadap
profesi guru yang diamati pada siswa guru IPA dan IPS aliran non-suku (laki-
laki & perempuan); Guru siswa laki-laki (Suku & nonsuku) aliran sains; Guru
siswa perempuan (Suku & nonsuku) aliran ilmu sosial; Laki-laki (Suku,
Nontribal) siswa guru aliran ilmu sosial.
D. Analisis
Tabel 1
Skor agregat guru siswa Non-Suku (aliran Sains)
Perempuan Pria
263.00 272,57
Berarti
203.143 380,53
Perbedaan
SD 14.64 21.07
Pengamatan 21 7
- 1.196 (NS)
t Status
Tabel 2
Skor agregat guru siswa Non-Suku (aliran Ilmu Sosial)
Perempuan Pria
278,74 270
Berarti
131.878 347
Perbedaan
SD 11.80 20.41
Pengamatan 19 6
- 1,0856 (NS)
t Status
NS ; Tidak Signifikan
4
Analisis: skor t tidak signifikan pada taraf 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan sikap terhadap profesi guru antara laki-laki dan perempuan non-suku dalam
kelompok IPS.
Tabel: 3
Guru siswa suku (aliran Sains)
Perempuan Pria
Berarti 276.50 262.667
Analisis: Ada perbedaan yang signifikan sikap terhadap profesi guru antara siswa
laki-laki & perempuan di kelompok IPA.
Tabel: 4
Skor agregat guru siswa Suku (aliran Ilmu Sosial)
Perempuan Pria
277.862 244,75
Berarti
374.188 607.688
Perbedaan
SD 19.49 26.35
Pengamatan 30 8
3.51256**
t Status
* * signifikan pada level 1%
Kesukuan Non-Suku
276.50 263.00
Berarti
133.25 203.43
Perbedaan
SD 12.65 14.60
Pengamatan 6 21
2.3909 *
t Status
* signifikan pada tingkat 5%
Analisis: Nilai t signifikan pada taraf 5% yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
sikap terhadap profesi guru yang ada pada siswa perempuan suku & non-suku guru
mata pelajaran IPA
5
Tabel: 6
Aliran sains Guru siswa (Laki-laki)
Kesukuan Non-Suku
262,67 272.571
Berarti
17.556 380,531
Perbedaan
5.132 21.07
SD
3 7
Pengamatan
- 1.2764 (NS)
t Status
Tabel: 7
Aliran Ilmu Sosial Guru siswa (Wanita)
Kesukuan Non-Suku
277.724 278.737
Berarti
SD 19.26 11.80
Pengamatan 30 19
Kesukuan Non-Suku
244,75 270.00
Berarti
607.688 347
Perbedaan
SD 26.35 20.41
Pengamatan 8 6
- 2.18294 (NS)
t Status
NS : Tidak signifikan
Analisis: Tidak ada perbedaan yang signifikan sikap siswa laki-laki guru IPS jurusan
IPS terhadap profesi guru.
E. Kesimpulan
6
Sikap sebagai entitas yang dinamis dipengaruhi oleh variabel seperti usia,
pengalaman sebelumnya, keyakinan, jenis kelamin dan aliran pendidikan. Guru
baru memasuki program pelatihan guru dengan keyakinan yang sudah mapan,
tetapi programer pelatihan guru prajabatan membantu dalam membentuk sikap
peserta pelatihan guru dengan memberikan serangkaian pengalaman yang
tergabung dalam kurikulum mereka.
Srivastava (1989) berpendapat bahwa sikap yang baik dari siswa guru terbentuk
pada akhir program pelatihan guru. Yadav (1992) mengungkapkan bahwa
pelatihan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri, kematangan
sosial dan sikap mereka terhadap profesi guru.
Sikap positif terhadap profesi guru dapat membawa kualitas yang diinginkan di
sektor pendidikan dengan mengembangkan rasa tugas, kompetensi profesional
dan dengan memberi mereka wawasan tentang kebutuhan dan masalah siswa.
Daerah ini dapat dieksplorasi lebih lanjut oleh para peneliti.