Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS PADA IBU HAMIL (TRIMESTER I)

DISUSUN OLEH:
PUTRI PUSPITASARI 1807025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
BAB I
KONSEP DASAR

A. Kecemasan pada Ibu Hamil


a. Pengertian
Ansietas atau kecemasan merupakan keadaan psikiatri yang paling
sering ditemukan di seluruh dunia. Kecemasan masih di dianggap hal
wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia dan sudah dianggap
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun saat kecemasan
berlanjut dan tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan guncangan
mental dan memiliki efek yang tidak menguntungkan pada tubuh yang
dapat berkembang menjadi kondisi kronis (Maulana, 2019).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,
kepribadian utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas
normal. Kecemasan adalah suatu respon dari pengalaman yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan perasaan gelisah, timbul ketakutan
karena akan menghadapi ancaman yang akan dialami oleh individu dan
disertai dengan rangsangan fisiologis (Hidayati, 2008 dalam Baroah,
2020).
Kecemasan merupakan respon alami sebagai tanda bahaya akan suatu
hal yang tidak menyenangkan dan dapat terjadi pada siapa saja, tidak
terkecuali terjadi pada calon ibu. Kecemasan meningkat menjelang
persalinan terutama dimulai pada awal trimester, dikarenakan terjadi
perubahan fisiologis dan psikologis karena adanya peningkatan hormon
estrogen dan progesteron. Hormon reproduksi diketahui memodulasi
respon perilaku, emosional dan kognitif, oleh karena itu perubahan cepat
konsentrasi plasma estradiol dan progesteron selama kehamilan dan
persalinan menciptakan medan yang rentan yang mengarah ke gangguan
postpartum (Trifu, 2019). Proses adaptasi untuk menghadapi perubahan
ini harus sudah disiapkan semenjak awal kehamilan. Selama proses
perubahan tersebut secara psikologis ibu hamil akan menyesuaikan
dengan perubahan baru yang ada dalam dirinya sehingga hal ini juga
dapat menimbulkan kecemasan (Aprianawati, 2007).
Kecemasan kehamilan adalah keadaan emosi yang mirip dengan
kecemasan umum, namun pada kecemasan kehamilan secara khusus lebih
memfokuskan terhadap kehamilan mereka. Bagi beberapa wanita, ini
adalah pertama kalinya mereka pernah mengalami kecemasan, sedangkan
pada wanita yang memiliki masalah dengan suasana hati atau kecemasan
di masa lalu mungkin dapat menyebabkan gejala mereka kembali atau
memburuk selama kehamilan atau setelah kelahiran (Haring, Michelle,et
al., 2013).
b. Etiologi
Kecemasan adalah respons yang dialami ibu hamil terhadap situasi
hamil yang dirasa mengancam, diikuti dengan gejala-gejala fisiologis,
emosional atau psikologis dan kognitif. Kecemasan sebagai emosi tanpa
obyek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan didahului oleh
pengalaman baru. Kecemasan sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik,
penyebabnya tidak diketahui dan didahului oleh pengalaman baru.
Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Takut mempunyai sumber
yang jelas dan obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian
terhadap stimulasi yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi
terhadap penilaian tersebut (Stuart dan Sundeen, 2006)
Menutut (Stuart, Keliat & Pasaribu, 2016) Beberapa faktor-faktor
yang menyebabkan kecemasan antara lain:
1) Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam
kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Stuart,
Keliat & Pasaribu, 2016). Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa:
a) Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b) Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau
antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
d) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu.
f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon
terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping
individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya.
h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena
benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2) Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam
kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Stuart,
Keliat & Pasaribu, 2016). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi:
- Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (misalnya: hamil)
- Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal:
- Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri.
- Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya.
c. Patofisiologi
Ketika seseorang dalam keadaan stress dan tegang secara fisiologis
akan mengaktifkan Limbic Hipotalamus Puitutary Adrenal Axis (LHPA),
kemudian merangsang hipotalamus dan menyebabkan disekresinya
hormon corticotrophin relesing hormone (CRH). Hal tersebut akan
menyebabkan peningkatan produksi Sympathetic Adrenal Medular axis
(SAM), dengan adanya respon tersebut menyebabkan stimuli pada alur
Limbic Hipotalamus Puitutary Adrenal Axis (LHPA), kemudian
merangsang hipotalamus dan menyebabkan disekresinya hormon
Corticotrophin Relesing Hormone (CRH). Hal tersebut menyebabkan
teraktivasinya Adeno Cortico Trophin Hormone (ACTH) yang akan
menstimuli produksi hormon kortisol dari korteks adrenal, selain itu akan
menyebabkan teraktivasinya neuron andrenergik dari Locus Ceruleus
(LC), dimana LC merupakan tempat diproduksinya NE yang kemudian
akan mensekresikan epinephrine (Sugiharto, 2012). Sistem LC
bertanggungjawab untuk merespon langsung terhadap stresor dengan
“melawan atau lari/fight or flight” (Sugiharto, 2012).
d. Manifestasi Klinis
Menurut (Kamariyah, 2014), menyatakan bahwa perubahan psikologis
yang sering terjadi pada ibu hamil trimester pertama yaitu:
1) Trimester pertama sering dianggap sebagai priode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan ibu adalah menghadapi kenyataan bahwa
ia sedang hamil, dan ini merupakan tugas psikologis yang paling
penting.
2) Sebagian ibu merasa sedih dan ambivalen tentang kehamilannya.
Hampir 80% ibu merasa kecewa, menolak, gelisah, depresi dan
murung terutama terjadi pada ibu yang belum menikah atau yang
tidak merencanakan kehamilan.
3) Kebingungan secara normal akan berakhir setelah ibu mampu
menerima kehamilannya. Perasaan ini biasanya terjadi pada akhir
trimester pertama.
4) Perasaam yang tidak nyaman disebabkan oleh rasa mual dan muntah,
rasa lelah, perubahan selera makan, serta emosional yang mungkin
mencerminkan konflik dan depresi.
Menurut Utami, Astuti& Livana (2017) tanda dan gejala
kecemasan adalah :
1) Respons fisik :
a) Kardiovaskular: Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah
Meninggi, Denyut Nadi Cepat
b) Pernafasan: Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada,
Napas Dangkal, Pembengkakan Pada Tenggorokan,
TerengahEngah
c) Neuromuskular: Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah,
Wajah Tegang, Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang
Janggal
d) Gastrointestinal: Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak
Nyaman Pada Abdomen
e) Traktur Urinarius: Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan
Kencing
f) Kulit: Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada
Kulit
2) Respons Kognitif
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3) Respons Perilaku
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak
aman.
4) Respons Emosi : Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut,
gugup, sukacita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara
menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri
sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, perihatin.
e. Pathway
f. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan cemas memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistic, yaitu mencakup fisik (somatik),
psikologik/psikiatrik, psikososial dan psikorelegius. Terapi psikofarmaka
untuk mengatasi cemas menggunakan anticemas (anxiolytic) seperti
diazepam, chlordiazepoxide HCL, oxazolam, hydroxine HCL, dan karva-
karva rhizome. Terapi komplementer/alternatif juga dapat dilakukan
untuk mengurangi kecemasan, seperti musik, aromaterapi, terapi tertawa,
relaksasi otot progresif, meditasi dan lain-lain (Elliot et al, 2011).
Mengukur kecemasan dapat dilakukan dengan memberikan
pertanyaan langsung, mendengarkan cerita serta mengobservasi baik
perilaku maupun verbalnya. Perilaku non verbal dapat sebagi signal atau
tanda mengalami kecemasan. Kecemasan seseorang dapat diketahui
dengan menggunakan alat ukur (instrumen) kecemasan. Terdapat
beberapa instrumen kecemasan yang sudah teruji validitass dan
reabilitasnya, misalnya Hamilton Rating Scale for Anxiety (HaRS-A),
Depression Anxiety and Stress Scales (DASS), Beck Anxiety Inventory
(BAI) dan Tailor Manifest Anxiety Scale (T-MAS). Instrumen HaRS-A
merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
symptom pada individu yang mengalami kecemasan.
g. Penatalaksanaan
Pada dasarnya kecemasan secara umum menurut Hidayah &
Atmoko (2014) dapat diredakan dengan relaksasi fisiologis, meditasi,
rutin berolah raga. Selain itu kecemasan dapat diredakan dengan
mengontrol pikiranpikiran thought stopping, restrukturisasi kognitif,
bahkan dapat dibantu melalui layanan konseling ringkas berfokus solusi,
dan konseling kognitif behavior.
Terdapat berbagai macam cara untuk meredakan kecemasan
menurut Fazdria & Harahap (2014) misalnya dengan memberi informasi
atau pengetahuan kepada ibu hamil melalui konsultasi dengan bidan
ataupun mencari informasi melalui media cetak dan audiovisual, yaitu
dengan menonton vidio yang mengenai proses persalinan. Menurut
Mardjan (2016) Berbagai upaya dalam meredakan kecemasan selama
kehamilan ada empat yaitu:
1) Dukungan suami
Dukungan keluarga terutama suami sangat dominan dalam
mengurangi kecemasan selama kehamilan. Dukungan suami adalah
dorongan, motivasi terhadap istri baik secara moral maupun
material. Kehadiran suami bagi seorang ibu yang mengalami
kesulitan dapat memberikan moril, fisik sehingga dapat mengurangi
beban yang dirasakan, khusunya pada masa kehamilan dan saat
menghadapi proses persalinan. Pada masa kehamilan emosi ibu tidak
stabil maka dari itu suami wajib berperan aktif memberikan
dukungan kepada istrinya berupa dukungan fisik maupun emosional,
dukungan ini dapat menjadi upaya yang sangat membantu
kenyamanan ibu.
2) Konseling
Konseling tenaga kesehatan sebagai professional seperti dokter
spesialis kandungan, dokter umum, bidan tidak kalah peran dalam
membantu meredakan kecemasan selama pemeriksaan kehamilan,
terutama dalam masa pemeriksaan antenatal, trimester I-III.
Konseling yang dilakukan secara benar pada masa kehamilan
trimester III, sangat memperngaruhi makanisme koping dan
berdampak pada tibulnya kepercayaan diri sendiri serta penurunan
kecemasan dalam menghadapi persalinan. Konseling yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan baik pemerintah maupun swasta merupakan
salah satu upaya menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil, akan
efektif apabila konseling dilakukan secara terus-menerus selama
waktu pemeriksaan kehamilan.
3) EFT (Emotional Freedom Techniques)
EFT (Emotional Freedom Techniques) merupakan salah satu teknik
yang dapat menurunkan kecemasan, pada ibu hamil dengan
melakukan totokan ringan pada titik-titik meridian di wajah, tangan,
yang dapat dilakukan secara mandiri atau dengan dibantu suami
ataupun orang lain. Totokan secara terus-menerus setiap hari pada
titik-titik meridian yang telah ditetapkan diiringi dengan Doa akan
merangsang Hipotalamus, pituari, adrenal. Akan membangkitkan
energi psikologis dan menyeimbangkan hormon dalam tubuh,
sehingga lebih percaya diri, serta rileks dalam menghadpi persalinan.
4) Senam hamil
Senam hamil merupakan salah satu metode dalam membantu ibu
hamil meredakan kecemasan dan memudahkan dalam proses
persalinan. Senam hamil inidipandu oleh instruktur yang terlatih
sehingga ibu hamil dapat dengan mudah untuk mengikutinya. Upaya
meredakan kecemasan menurut Meihartati, dkk (2018) secara umum
terbagi menjadi dua yaitu:
5) Terapi farmakologis
Terapi farmakologis merupakan terapi yang diberikan dengan
menggunakan obat–obatan.
BAB II
KONSEP PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dengan keluarga dilakukan dengan cara
anamnese, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
2. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak,
agama, alamat, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
3. Keluhan utama
Kaji adanya pergerakan janin menurun, demam tinggi dan adanya
muntah-muntah berlebihan.
4. Riwayat kesehatan:
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi
ke rumah sakit atau pada saat pengkajian seperti muntah-muntah
berlebihan, demam tinggi, pergerakan janin menurun pada
kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan menular yang terdapat
dalam keluarga.
6. Riwayat obstetri ginekologi
Data yang diidentifikasi meliputi usia saat menarche dan riwayat
menstruasi, fertilisasi, anomaly ginekologi, riwayat penyakit menular
seksual, riwayat seksual dan riwayat kehamilan.
7. Riwayat pemakain obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
8. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
9. Riwayat sosial
Mengkaji faktor-faktor psikologi seperti kehamilan yang terjadi
merupakan kehamilan yang diinginkan atau tidak, dukungan pasangan
dan keluarga tentang kehamilannya, pekerjaan ibu dan pasangannya,
pendidikan, status perkawinan, latar belakang budaya dan etnik.
B. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital,
tekanan darah, tinggi badan dan berat badan. Sebelum pemeriksaan
kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu.
2) Pemeriksaan Head To Toe
Pemeriksaan dikembangkan dengan metode antara lain dimulai dari
ujung kepala hingga ujung kaki (Head to toe)
a. Inspeksi
Mengobservasi kulit terhadap warna, pola pernapasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
b. Palpasi
Sentuhan: merasakan pembengkakan pada perut, merasakan
gerakan janin.
Tekanan: menentukann karakter nadi, memperhatikan posisi janin.
c. Perkusi
Menggunakan jari: ketuk lutut, dada dan degarkan bunyi yang
menunjukan ada tidaknya cairan.
Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah.
d. Auskultasi
Mendegarkan diruangan antekubiti untuk tekanan darah, dada dan
bunyi jantung/ paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin (Johnson & Taylor, 2005)
3) Payudara
Pemeriksaan ginekologi payudara bisa dilakukan untuk
mengidentifikasi kondisi normal atau abnormal. Selama hamil dan
menyusui pemeriksaan payudara sendiri tidak dapat dilakukan karena
adanya perubahan.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan kadar urine, pemeriksaan USG dan kadar albumin.
D. Diagonas Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan fisiologi
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan pasien
mengenal masalah kesehatan
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Ansietas berhubungan dengan perubahan fisiologis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mengurangi
kecemasan selama dalam perawatan
Kriteria Hasil:
1. Kecemasan berkurang
2. Klien menuturkan cara mengantisipasi ansietas
3. Klien tidak gelisah.
Intervensi:
1. Kaji derajat kecemasan yang di alami klien R/kecemasan yang tinggi
dapat menyebabkan penurunan penilaian objektif klien terhadap
penyakit.
2. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan R/ perlibatan
klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan suport
yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri
klien.
3. Dorong diskusi terbuka tentang kehamilan beresiko, pengalaman
orang lain serta tatacara mengontrol dirinya. R/untuk mengetahui
pengalaman dan cara utuk mengontrol rasa ansietas
4. Terangkan hal hal seputar kehamilan beresiko yang perlu diketahui
oleh klien dan keluarga.
5. konseling bagi klien sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun suport sistim keluarga, untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga R/memberi waktu bagi
klien untuk menerima dan mengelola informasi
6. Kaji pengetahuan tentang perubahan fisilogis dan patologis pada
kehamilan serta kepercayaan tentang tindakan dan perwatan diri.
R/mengetahui tingkat pengetahuan pasien
7. Jelaskan tentang perubahan fisiologis dan psikologis normal pada
kehamilan. R/memberikan dasar untuk memahami perubahan tubuh
sehingga memberikan motivasi untuk perilaku kesehatan.
8. Ajarkan tentang perawatan diri R/untuk membersihkan dan
mencegah transfer
9. Diskusikan perkembangan janin R/membantu ibu untuk
membayangkan bentuk batin pada waktu tertentu, dan meningkatkan
pelekatan ibu janin.
Diagnosa 2: Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu
meningkatkan pengetahuan selama dalam perawatan.
Kriteria hasil;
1. Kehamilan pertama
2. Tidak mengetahui sumber informasi
3. Ambivalensi tentang kehamilan.
Intervensi:
1. Berikan informasi tentang kehamilan secara berurutan dan penkes
sejak dini dan beri kesempatan untuk bertanya. R/memberi waktu
bagi klien untuk menerima dan mengelola informasi.
2. Kaji pengetahuan tentang perubahan fisologis dan patologis pada
kehamilan serta kepercayaan tentang tindakan dan perawatan diri.
R/mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
3. Jelaskan tentang perubahan fisiologis dan spikologis normal pada
kehamilan R/ memberikan dasar untuk memahami perubahan tubuh
sehingga memberikan motivasi untuk perilaku kesehatan.
4. Ajarkan tentang perawatan diri. R/untuk membersikan dan
mencegah transfer
5. Diskusikan perkembangan janinR/membantu ibu untuk
membayangkan bentuk batin pada waktu tertentu,dan
meningkatkan pelekatan ibu pada janin
DAFTAR PUSTAKA

Arantika, Meidya P dan Fatima, S. SiT. 2019. Patologi Kehamilan: Memahami

Berbagai Penyakit & Komplikasi Kehamilan.Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.

Pusdiknakes-WHO. 2019.Asuhan Antenatal. Jakarta: Pusdiknakes.

Kemenkes RI. 2019. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta

Selatan. Diakes dari http://www.depkes.go.id.pdf pada 1 Desember 2021

Fandiar N. I, dkk. 2018. Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan dan Perilaku

Perawatan Kehamilan pada Ibu Hamil Trimester I. Jurrnal Keperawatan

Indonesia, Volume 16 No.1, Maret 2013, hal 18-24 Pissn 1410-4490, Eissn

2354-9203 Tiran, D. 2007. Kehamilan dan Permasalahannya. Jakarta: EGC

Haryati, N. 2012.

Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Warnalisa. 2017. Fisiologis

dan Patologis pada Kehamilan. Yogyakarta: Nunha Medika

Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

Kecemasan Ibu Hamil Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal

Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai