Protozoa memiliki tiga macam cara makan, yaitu autotrof, heterotrop, dan amfitrop.
Autotrop ialah cara makan protozoa yang dapat mensintesis makanan sendiri layaknya
tumbuh – tumbuhan dengan jalan fotosintesis. Banyak flagelata yang bersifat autotrof.
Protozoa mendapatkan makanannya dengan cara menelan benda padat, atau memakan
organisme lain seperti bakteri, jamur atau protozoa lain bersifat heterotrof, itu untuk protozoa
yang tdak dapat melakukan fotosintesis. Protozoa yang bersifat autotrof dan heterotrof
disebut amfitrof1.
Protozoa yang bersifat heterotrof memiliki dinding sel yang terdiri dari suatu
membran tipis, cara yang dilakukan saat mengambil makanannya yaitu dengan cara
membungkus makanan kemudian menelannya ke dalam sitoplasma. Cara ini disebut
fagositosis. pada protozoa yang berdinding tebal (pelikula) cara yang dilakukan saat
mengambil makanannya yaitu dengan cara mengambil mangsanya dengan menggunakan
mulut sel yang disebut cytostome, dan biasanya dilengkapi cilia untuk mengalirkan air hingga
bila ada makanan yang lewat dapat ditangkap dan dimasukkan ke dalam sitoplasma. Makanan
yang sudah masuk ke dalam sitoplasma bersama air akan ditempatkan dalam suatu rongga
kecil yang disebut gastriola atau vakuola makanan. vakuola makanan kemudian dicernakan,
sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom2.
Makanan yang ada di dalam gastriola dicerna secara enzimatis. Dan hasil
pencernaannya disebarkan ke seluruh bagian protoplasma dengan proses pynocytose,
sedangkan sisa makanan yang sudah dicerna dibuang melalui lubang sementara pada
membran sel, pada flagelata dan ciliata ada kalanya terdapat lubang permanen yang disebut
cytopyge atau cytoproct. Air yang berlebih dalam sel akan dikeluarkan oleh organel yang
disebut vakuola kontraktril dengan gerakan sistol dan diastolnya. Didalam suatu sel protozoa
biasanya terdapat beberapa vakuola kontraktil yang terdekat dengan dinding sel. Vakuola
kontraktil pada protozoa yang hidup di air tawar berkembang dengan baik, sedangkan yang
dilaut kurang berkembang dengan baik3.
Gambar 3.1.
Mekanisme
1
Rahmadani, Taksonomi Invertebrata, 2018, Medan, hal. 21
2
Sri Maya & Nurhidayah, Zoologi invertebrata, Bandung: WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG, 2020, hal. 11
3
Rahmadani, Taksonomi Invertebrata, 2018, Medan, hal. 21
memakan partikel kecil pada protozoa. Partikel memasuki vakuola makanan tempat
pencernaan makanan. Sisa pencernaan akan dikeluarkan ke lingkungan (Sumber : Rina
Delfita, Fisiologi Hewan Jilid I, Batu Sangkar : STAIN Batu Sangkar, 2014).
4
Rahmadani, Taksonomi Invertebrata, 2018, Medan, hal.
5
Ismail Marzuki, EKSPLORASI SPONS INDONESIA: SEPUTAR KEPULAUAN SPERMONDE ,Makassar : Nas Media
Pustaka, 2018, hal. 8
Gambar . proses pencernaan porifera
Bedasarkan pada makanan dan kebiasaan makanya jenis - jenis kerang dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu pemakan suspensi dan pemakan endapan. Kerang umunya
memperoleh makanannya dengan cara menyaring pratikel - pratikel yang ada dalam air laut.
Pada golongan pemakan endapan kerang ini membenamkan diri dalam lumpur atau pasir
yang mengandung sisa - sisa zat organik dan fitoplanton yang hidup di dasar laut. Makanan
tersebut dihisap dari dasar perairan melalui siphon. Semakin dalam kerang membenamkan
diri syphonnya semakin panjang. Secara ekologi, filtrasi yang dilakukan oleh kerang laut
bertujuan untuk menghindari kompetisi makanan sesama spesies6.
Dilihat dari cara makan maka kerang hijau termasuk dalam kelompok suspension
feeder, artinya untuk mendapatkan makanan, yaitu fitoplankton, detritus, diatom dan bahan
organik lainnya yang tersuspensi dalam air adalah dengan cara menyaring air tersebut. diatom
dan detritus merupakan makanan utama kerang hijau, sedangkan larva bivalvia dan
gastropoda yang bukan merupakan makanannya dikeluarkan dalam bentuk pseudofaces yang
terbungkus dengan lendir. Kerang hijau lebih menyukai diatom dibandingkan dengan
dinoflagellata sebagai makananya, dimana secara kwalitatif jenis ini dapat memilih (selektif)
makananya. Kerang hijau selalu aktif 24 jam menyaring makanannya secara terus menerus.
Makanan yang tersuspensi dalam perairan dimanfaatkan oleh kerang dengan jalan menyaring
air teresebut. Bahkan jenis lain, yaitu Mytilus edulis juga mampu melakukan seleksi antara
fitoplankton sebagai makanannya dengan partikel lumpur yang bukan makanannya. Hewan
suspension feeder dalam memilih dan atau mengambil makanannya didasarkan pada bentuk,
ukuran dan kelimpahan, bukan berdasarkan kualitas atau nilai gizinya7.
5. Macam-Macam Nutrisi
6
Yusran, Skripsi : IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS KERANG (Bivalvia) DAERAH PASANG SURUT DI
PERAIRAN PANTAI PULAU GOSONG SANGKALAN ACEH BARAT DAYA, Meulaboh : UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2014, hal. 12
7
Hendrik A.W. Cappenberg, BEBERAPA ASPEK BIOLOGI KERANG HIJAU Perna viridis Linnaeus 1758, Oseana,
Volume XXXIII No. 1, 2008, hal. 36
Nutrisi yang dibutuhkan hewan agar tetap hidup bermacammacam. Nutrisi tersebut
adalah protein dan asam amino, karbohidrat, lemak dan lipid, mineral/garam-garam
anorganik, vitamin dan air.
Lemak dapat ditemukan pada hewan dan tumbuhan. Sumber utama lemak dan lipid
adalah daging, susu, mentega, kuning telur, minyak kelapa sawit, minyak kelapa dan kacang
tanah.
(4). Mineral
Mineral, merupakan senyawa anorganik yaang tidak menyediakan energi, namun
memiliki peranan yang sangat penting bagi tubuh. Mineral terbagi menjadi dua kelompok
yaitu mineral makro, yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar dan mineral mikro, yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Yang termasuk mineral makro adalah seperti:
natrium, kalium, fosfor, magnesium, klor dan belerang. Sedangkan mineral mikro seperti
mangan, kromium, kobalt, tembaga dan seng. Sumber utama mineral adalah produk
susu, daging, sayuran hijau gelap, polong-polongan, biji-bijian dan buah-buahan.
Beberapa mineral seperti klor, sulfat, fosat dan garam-garam karbonat dari kalsium,
kalium, natrium, dan magnesium merupakan isi penting dari cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Kalsium fosfat berperan dalam mengeraskan tulang vertebrata dan cangkang
Mollusca. Besi, tembaga dan logam lainnya diperlukan untuk reaksi redoks dan untuk
pengangkutan dan pengikatan oksigen. Enzim-enzim juga memerlukan beberapa logam untuk
fungsi katalitiknya. Jaringan hewan juga memerlukan banyak ionion seperti Ca, P, K, Na, Mg
dan Cl dan sedikit ion-ion Mn, Fe, S, Co, Cu, Zn dan S.
(5). Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang
kecil. Walaupun kecil, namun sangat bermanfaat bagi kestabilan tubuh. Vitamin ada yang
bisa larut dalam air, seperti vitamin B dan C dan vitamin yang hanya bisa larut dalam lemak
seperti vitamin A, D, E dan K. Vitamin yang larut di dalam lemak dapat disimpan dalam
tumpukan lemak tubuh, tetapi yang larut di dalam air tidak dapat disimpan oleh tubuh dan
akan dikeluarkan bersama urin.
Vitamin-vitamin yang larut dalam air dapat dikendalikan sedemikian rupa
konsentrasinya dalam tubuh sehingga jika kelebihan akan segera dinetralisir melalui
mekanisme ekskresi di ginjal. Vitamin yang larut dalam air tidak bersifat toksik jika
dikonsumsi berlebihan. Sedangkan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak sukar untuk
diatur kadarnya jika terlalu berlebihan (overdosis) karena tidak dapat dikurangi melalui
mekanisme sekresi di ginjal secara cepat. Terkadang akan menumpuk di dalamjaringan lemak
sehingga dapat bersifat toksik. Fungsi vitamin adalah sebagai koenzim dalam metabolisme
tubuh (metabolisme karbohidrat, lemak, protein), digunakan dalam sintesis kolagen (untuk
tulang sejati, tulang rawan dan gusi), sebagai antioksidan, membantu dalam detoksifikasi,
memperbaiki penyerapan besi, kalsium, fosfor, dan dalam penggumpalan darah.
Defisiensi beberapa vitamin ditandai dengan gejala-gejala tertentu. Defesiensi vitamin
B2 (riboflavin) ditandai dengan gejala pelukaan pada kulit. Defisiensi vitamin B6 (piridoksin)
ditandai dengan kekejangan otot, anemia, kaki kehilangan rasa, koordinasi kurang baik.
Defesiensi vitamin A akan menyebabkan permasalahan penglihatan, kulit kering dan bersisik.
Kemampuan hewan dalam mensintesis vitamin berbedabeda. Vitamin-vitamin
esensial yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh hewan harus diperoleh dari makanan atau
dari sumber-sumber lainnya seperti mikroba. Contohnya vitamin C (asam askorbat)
yang disintesis oleh banyak hewan, kecuali manusia. Vitamin K dan B12 diproduksi oleh
mikroba usus yang ada di dalam ususmanusia. Sumber utama vitamin adalah produk susu,
daging, bijibijian, sayur-sayuran, telur, buah-buahan, kacang-kacangan.
(6). Air
Air merupakan elemen utama sel, yang merupakan 95 % lebih dari berat jaringan
tubuh hewan. Pada kebanyakan hewan, kebutuhan air dipenuhi dengan cara minum, melalui
makanan, dan dengan produksi metaboliknya selama oksidasi lemak dan karbohidrat. Pada
hewan laut dan gurun pasir tergantung pada air dari sisa metabolik untuk mengganti
kehilangan air lewat penguapan, defekasi dan urinasi8.
8
Rina Delfita, Fisiologi Hewan Jilid I, Batu Sangkar : STAIN Batu Sangkar, 2014, hal. 41
Daftar Pustaka
Delfita, Rina. 2014. Fisiologi Hewan Jilid I. Batu Sangkar : STAIN Batu Sangkar
Maya, Sri dan Nurhidayah. 2020. Zoologi invertebrata, Bandung: WIDINA BHAKTI
PERSADA BANDUNG