Anda di halaman 1dari 8

2.

Sistem Pencernaan Makanan Protozoa

Protozoa memiliki tiga macam cara makan, yaitu autotrof, heterotrop, dan amfitrop.
Autotrop ialah cara makan protozoa yang dapat mensintesis makanan sendiri layaknya
tumbuh – tumbuhan dengan jalan fotosintesis. Banyak flagelata yang bersifat autotrof.
Protozoa mendapatkan makanannya dengan cara menelan benda padat, atau memakan
organisme lain seperti bakteri, jamur atau protozoa lain bersifat heterotrof, itu untuk protozoa
yang tdak dapat melakukan fotosintesis. Protozoa yang bersifat autotrof dan heterotrof
disebut amfitrof1.

Protozoa yang bersifat heterotrof memiliki dinding sel yang terdiri dari suatu
membran tipis, cara yang dilakukan saat mengambil makanannya yaitu dengan cara
membungkus makanan kemudian menelannya ke dalam sitoplasma. Cara ini disebut
fagositosis. pada protozoa yang berdinding tebal (pelikula) cara yang dilakukan saat
mengambil makanannya yaitu dengan cara mengambil mangsanya dengan menggunakan
mulut sel yang disebut cytostome, dan biasanya dilengkapi cilia untuk mengalirkan air hingga
bila ada makanan yang lewat dapat ditangkap dan dimasukkan ke dalam sitoplasma. Makanan
yang sudah masuk ke dalam sitoplasma bersama air akan ditempatkan dalam suatu rongga
kecil yang disebut gastriola atau vakuola makanan. vakuola makanan kemudian dicernakan,
sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom2.

Makanan yang ada di dalam gastriola dicerna secara enzimatis. Dan hasil
pencernaannya disebarkan ke seluruh bagian protoplasma dengan proses pynocytose,
sedangkan sisa makanan yang sudah dicerna dibuang melalui lubang sementara pada
membran sel, pada flagelata dan ciliata ada kalanya terdapat lubang permanen yang disebut
cytopyge atau cytoproct. Air yang berlebih dalam sel akan dikeluarkan oleh organel yang
disebut vakuola kontraktril dengan gerakan sistol dan diastolnya. Didalam suatu sel protozoa
biasanya terdapat beberapa vakuola kontraktil yang terdekat dengan dinding sel. Vakuola
kontraktil pada protozoa yang hidup di air tawar berkembang dengan baik, sedangkan yang
dilaut kurang berkembang dengan baik3.

Gambar 3.1.
Mekanisme
1
Rahmadani, Taksonomi Invertebrata, 2018, Medan, hal. 21
2
Sri Maya & Nurhidayah, Zoologi invertebrata, Bandung: WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG, 2020, hal. 11
3
Rahmadani, Taksonomi Invertebrata, 2018, Medan, hal. 21
memakan partikel kecil pada protozoa. Partikel memasuki vakuola makanan tempat
pencernaan makanan. Sisa pencernaan akan dikeluarkan ke lingkungan (Sumber : Rina
Delfita, Fisiologi Hewan Jilid I, Batu Sangkar : STAIN Batu Sangkar, 2014).

3. Cara bunga karang dan mytillus memperoleh makanan


Porifera memiliki dua sifat yaitu: bersifat holozik(mengambil makanan dari
lingkungan sekitar dalam bentuk padat),dan saprozoik(mengambil makanan dari organisme
yang sudah mati). Makanan yang sudah masuk pada tubuh porifera akan diubah menjadi
bentuk bagian terkecil yaitu partikel. Partikel-partikel makanan tersebut akan menempel pada
kolar dan kemudian mikrovili-mikrovili koanosit bekerja sebagai filter. Setelah makanan
tersebut disaring oleh filter, vakuola akan mengoolah makanan melalui bantuan berupa
enzym-enzym pencernaan yaitu karbohidase, protease, dan lipase. Setelah itu, vakuola
melakukan gerakan siklosis yaitu dengan mengedarkan sari-sari makanan didalam sel
koanosit itu. Pada tahap akhir ini, zat-zat makanan tersebut akan disalurkan secara difusi dan
osmosis oleh amubosit menuju sel-sel tubuh4.

Partikel terkecil disekitar spons kebanyakan dikonsumsi melalui choanocytes dan


dapat menangkap 80% dari pasokan makanan spons. Spons menyaring partikel makanan dari
air yang mengalir melalui tubuh mereka disebut pencernaan intraseluler, sehingga spons
mendapat julukan sambil menyelam minum air. Partikel yang lebih besar dari 50 µm tidak
memungkinkan masuk dalam ostia dan pinacocytes, sedangkan partikel berukuran 0,5 µm
sampai 50 µm akan terjebak dalam ostia spons. Partikel ini dikonsumsi oleh pinacocytes atau
archaeocytes yang sebagian dikeluarkan melalui dinding ostia. Bakteri-partikel berukuran di
bawah 0.5 µm, melewati ostia, ditangkap dan dikonsumsi oleh choanocytes. Spesies
Archaeocytes mengangkut makanan yang dikemas dalam vesikula dari sel yang secara
langsung mencerna makanan. Satu spesies spons memiliki serat internal yang berfungsi
sebagai trek untuk digunakan sebagai nutrisi yang dibawah oleh archaeocytes. Spons hidup
secara heterotrof. Makanan spons adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke
tubuh spons dalam bentuk cairan sehingga porifera disebut hewan pemakan cairan.
Pencernaan spons dijalankan intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit5.

4
Rahmadani, Taksonomi Invertebrata, 2018, Medan, hal.
5
Ismail Marzuki, EKSPLORASI SPONS INDONESIA: SEPUTAR KEPULAUAN SPERMONDE ,Makassar : Nas Media
Pustaka, 2018, hal. 8
Gambar . proses pencernaan porifera

Bedasarkan pada makanan dan kebiasaan makanya jenis - jenis kerang dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu pemakan suspensi dan pemakan endapan. Kerang umunya
memperoleh makanannya dengan cara menyaring pratikel - pratikel yang ada dalam air laut.
Pada golongan pemakan endapan kerang ini membenamkan diri dalam lumpur atau pasir
yang mengandung sisa - sisa zat organik dan fitoplanton yang hidup di dasar laut. Makanan
tersebut dihisap dari dasar perairan melalui siphon. Semakin dalam kerang membenamkan
diri syphonnya semakin panjang. Secara ekologi, filtrasi yang dilakukan oleh kerang laut
bertujuan untuk menghindari kompetisi makanan sesama spesies6.

Dilihat dari cara makan maka kerang hijau termasuk dalam kelompok suspension
feeder, artinya untuk mendapatkan makanan, yaitu fitoplankton, detritus, diatom dan bahan
organik lainnya yang tersuspensi dalam air adalah dengan cara menyaring air tersebut. diatom
dan detritus merupakan makanan utama kerang hijau, sedangkan larva bivalvia dan
gastropoda yang bukan merupakan makanannya dikeluarkan dalam bentuk pseudofaces yang
terbungkus dengan lendir. Kerang hijau lebih menyukai diatom dibandingkan dengan
dinoflagellata sebagai makananya, dimana secara kwalitatif jenis ini dapat memilih (selektif)
makananya. Kerang hijau selalu aktif 24 jam menyaring makanannya secara terus menerus.
Makanan yang tersuspensi dalam perairan dimanfaatkan oleh kerang dengan jalan menyaring
air teresebut. Bahkan jenis lain, yaitu Mytilus edulis juga mampu melakukan seleksi antara
fitoplankton sebagai makanannya dengan partikel lumpur yang bukan makanannya. Hewan
suspension feeder dalam memilih dan atau mengambil makanannya didasarkan pada bentuk,
ukuran dan kelimpahan, bukan berdasarkan kualitas atau nilai gizinya7.

5. Macam-Macam Nutrisi

6
Yusran, Skripsi : IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS KERANG (Bivalvia) DAERAH PASANG SURUT DI
PERAIRAN PANTAI PULAU GOSONG SANGKALAN ACEH BARAT DAYA, Meulaboh : UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2014, hal. 12
7
Hendrik A.W. Cappenberg, BEBERAPA ASPEK BIOLOGI KERANG HIJAU Perna viridis Linnaeus 1758, Oseana,
Volume XXXIII No. 1, 2008, hal. 36
Nutrisi yang dibutuhkan hewan agar tetap hidup bermacammacam. Nutrisi tersebut
adalah protein dan asam amino, karbohidrat, lemak dan lipid, mineral/garam-garam
anorganik, vitamin dan air.

(1) Protein dan Asam Amino

Protein berfungsi sebagai komponen struktural jaringan, sebagai enzim-enzim, dan


sebagai sumber energi, apabila dirubah dulu menjadi glukosa melalui glukoneogenesis.
Protein jaringan hewan tersusun atas 20 macam asam amino.

Kemampuan hewan dalam mensintesis protein berbedabeda, tergantung jenis hewan.


Asam amino yang tidak dapat disintesis sendiri oleh hewan tetapi diperlukan untuk sintesis
protein esensial dinamakan asam amino esensial untuk hewan yang bersangkutan. Pada
manusia contohnya adalah histidin, yang sangat esensial bagi bayi. Sedangkan asam amino
yang dapat disintesis sendiri oleh hewan dinamakan asam amino nonesensial. Protein dan
asam amino dapat ditemukan pada hewan dan tumbuhan. Protein yang ditemukan pada
hewam dikenal dengan protein hewani dan protein yang ditemukan pada tumbuhan dikenal
dengan protein nabati. Sumber utama protein dan asam amino adalah daging, telur, keju,
jagung, dan kacang-kacangan.
(2). Karbohidrat
Karbohidrat digunakan terutama sebagai sumber energi kimia utama dan sebagai zat
metabolik antara. Sumber utama karbohidrat yaitu nasi, kentang, ketela dan umbi-umbian
lainnya serta glikogen yang tersimpan di dalam jaringan hewan.
(3). Lemak dan Lipid
Molekul-molekul lemak dan lipid merupakan sumber energi kimia kedua setelah
karbohidrat. Molekul-molekul lemak dan lipid meliputi asam-asam lemak, monogliserida,
trigliserida, steroid dan fosfolipid. Untuk setiap gram, lemak menyediakan energi dua kali
lipat energi kalor dibandingkan dengan energi setiap gram karbohidrat atau protein. Lemak
pada umumnya disimpan oleh hewan sebagai cadangan energi pada saat defisit kalori, yaitu
pada saat pengeluaran energi melebihi pemasukan energi. Lemak dan lipid penting dalam
komponen jaringan khusus seperti membran plasma, membran organel dan selubung mielin
akson.

Lemak dapat ditemukan pada hewan dan tumbuhan. Sumber utama lemak dan lipid
adalah daging, susu, mentega, kuning telur, minyak kelapa sawit, minyak kelapa dan kacang
tanah.
(4). Mineral
Mineral, merupakan senyawa anorganik yaang tidak menyediakan energi, namun
memiliki peranan yang sangat penting bagi tubuh. Mineral terbagi menjadi dua kelompok
yaitu mineral makro, yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar dan mineral mikro, yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Yang termasuk mineral makro adalah seperti:
natrium, kalium, fosfor, magnesium, klor dan belerang. Sedangkan mineral mikro seperti
mangan, kromium, kobalt, tembaga dan seng. Sumber utama mineral adalah produk
susu, daging, sayuran hijau gelap, polong-polongan, biji-bijian dan buah-buahan.
Beberapa mineral seperti klor, sulfat, fosat dan garam-garam karbonat dari kalsium,
kalium, natrium, dan magnesium merupakan isi penting dari cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Kalsium fosfat berperan dalam mengeraskan tulang vertebrata dan cangkang
Mollusca. Besi, tembaga dan logam lainnya diperlukan untuk reaksi redoks dan untuk
pengangkutan dan pengikatan oksigen. Enzim-enzim juga memerlukan beberapa logam untuk
fungsi katalitiknya. Jaringan hewan juga memerlukan banyak ionion seperti Ca, P, K, Na, Mg
dan Cl dan sedikit ion-ion Mn, Fe, S, Co, Cu, Zn dan S.

Mineral Sumber Fungsi fisiologi


Makronutrien
Kalsium (Ca) Sayur-sayuran, legum, Pembentukan tulang dan
susu gigi, pembekuan darah,
fungsi saraf dan otot
Fosfor (P) Daging, biji-bijian, Pembentukan tulang dan
susu gigi, keseimbangan asam
basa, sintesis nukleotida
Sulfur (S) Protein dari bahan Komponen asam amino
makanan)
Potasium (K) Sayur-sayuran, bijibijian dan Keseimbangan asam-basa,
buah, susu keseimbangan air,
fungsi saraf
Klorin (Cl) Garam-garam Keseimbangan asam-basa,
keseimbangan air,
fungsi saraf
Sodium (Na) Garam-garam Keseimbangan asam-basa,
keseimbangan air, fungsi
saraf
Mikronutrien
Besi (Fe) Daging, telur, Komponen Hb,
legum, sayur hijau metabolisme
Magnesium (Mg) Biji-bijian, sayur Komponen utama enzim,
hijau kerja saraf
Fluorin (F) Air minum, teh, Pemeliharaaan struktur gigi
makanan dari laut dan tulang
Seng (Zn) Daging, makanan Komponen utama enzim
dari laut, biji-bijian pencernaan dan protein
Tembaga (Cu) Makanan dari laut, Komponen enzim dalam
kacang, daging metabolisme besi
Mangan (Mn) Makanan dari laut, Komponen utama enzim
kacang, daging
Iodin (I) Garam beriodium, Komponen hormon tiroid
makanan dari laut,
susu
Kobalt (Co) Daging dan susu Komponen vitamin B-12
Selenium (Se) Makanan laut, Komponen enzim, terlibat
daging, biji-bijian dalam aktivitas
fisiologis vitamin E
Molibdenum (Mo) Legum, beberapa Komponen enzim
sayuran dan
biji-bijian
Kromium (Cr) Makanan hepar, Terlibat dalam
daging, metabolisme
makan laut, glukosa dan energi
Beberapa jenis
Sayur
Tabel 3.1. Senyawa mineral esensial dan fungsi fisiologisnya bagi hewan -buahan.

(5). Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang
kecil. Walaupun kecil, namun sangat bermanfaat bagi kestabilan tubuh. Vitamin ada yang
bisa larut dalam air, seperti vitamin B dan C dan vitamin yang hanya bisa larut dalam lemak
seperti vitamin A, D, E dan K. Vitamin yang larut di dalam lemak dapat disimpan dalam
tumpukan lemak tubuh, tetapi yang larut di dalam air tidak dapat disimpan oleh tubuh dan
akan dikeluarkan bersama urin.
Vitamin-vitamin yang larut dalam air dapat dikendalikan sedemikian rupa
konsentrasinya dalam tubuh sehingga jika kelebihan akan segera dinetralisir melalui
mekanisme ekskresi di ginjal. Vitamin yang larut dalam air tidak bersifat toksik jika
dikonsumsi berlebihan. Sedangkan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak sukar untuk
diatur kadarnya jika terlalu berlebihan (overdosis) karena tidak dapat dikurangi melalui
mekanisme sekresi di ginjal secara cepat. Terkadang akan menumpuk di dalamjaringan lemak
sehingga dapat bersifat toksik. Fungsi vitamin adalah sebagai koenzim dalam metabolisme
tubuh (metabolisme karbohidrat, lemak, protein), digunakan dalam sintesis kolagen (untuk
tulang sejati, tulang rawan dan gusi), sebagai antioksidan, membantu dalam detoksifikasi,
memperbaiki penyerapan besi, kalsium, fosfor, dan dalam penggumpalan darah.
Defisiensi beberapa vitamin ditandai dengan gejala-gejala tertentu. Defesiensi vitamin
B2 (riboflavin) ditandai dengan gejala pelukaan pada kulit. Defisiensi vitamin B6 (piridoksin)
ditandai dengan kekejangan otot, anemia, kaki kehilangan rasa, koordinasi kurang baik.
Defesiensi vitamin A akan menyebabkan permasalahan penglihatan, kulit kering dan bersisik.
Kemampuan hewan dalam mensintesis vitamin berbedabeda. Vitamin-vitamin
esensial yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh hewan harus diperoleh dari makanan atau
dari sumber-sumber lainnya seperti mikroba. Contohnya vitamin C (asam askorbat)
yang disintesis oleh banyak hewan, kecuali manusia. Vitamin K dan B12 diproduksi oleh
mikroba usus yang ada di dalam ususmanusia. Sumber utama vitamin adalah produk susu,
daging, bijibijian, sayur-sayuran, telur, buah-buahan, kacang-kacangan.

Vitamin Sumber Fungsi fisiologi


Larut dalam lemak
A (aseroftol) Sayur dan buah-buahan Komponen pigmen
penglihatan, penjaga
struktur epitel
D Susu, kuning telur Membantu absorbsi
(kalsiferol/ergosterol) kalsium dan fosfor,
memacu pertumbuhan
tulang
E (tokoferol) Minyak sayur, Antioksidan, pencegah
kacang dan bijibijian kerusakan membran sel
dan molekul lainnya
K (filoquinon) Sayur-sayuran, teh Penting dalam proses
pembekuan disintesis
dalam tubuh darah oleh
mikroba
Larut dalam air
B-1 (thiamin) Legum, biji-bijian, Koenzim yang penting
daging dalam pelepasan CO2
dari ikatan organik
B-2 (riboflavin) Daging, susu, sayur, biji- Komponen koenzim FAD
bijian
Niacin/as. Nikotin Biji-bijian, daging Komponen koenzim
NAD+ dan NADP +
B-6 (Piridoksin) Daging, sayuran, biji- Koenzim dalam
bijian metabolisme asam amino
Asam pantotenat Daging, susu, biji-bijian Komponen asetil
koenzim A
As. folat (folasin) Daging, sayuran Koenzim dalam
metabolisme asam
nukleat dan asam amino,
pembentukan bumbung
neural saat perkembangan
embrio
B-12 Daging, telur, susu Koenzim dalam
metabolisme asam
nukleat dan pematangan
eritrosit
Biotin Legum, sayuran, Koenzim dalam sintesis
daging lemak, glikogen, dan
asam amino
C (as. askorbat) Sayuran dan buah Penting dalam sintesis
kolagen (tulang, akrtilago
dan (elemen matriks),
antioksidan, membantu
absorbsi Fe, membantu
proses detoksifikasi
Tabel 3.2. Berbagai vitamin dan fungsinya dalam aktivitas fisiologis tubuh

(6). Air

Air merupakan elemen utama sel, yang merupakan 95 % lebih dari berat jaringan
tubuh hewan. Pada kebanyakan hewan, kebutuhan air dipenuhi dengan cara minum, melalui
makanan, dan dengan produksi metaboliknya selama oksidasi lemak dan karbohidrat. Pada
hewan laut dan gurun pasir tergantung pada air dari sisa metabolik untuk mengganti
kehilangan air lewat penguapan, defekasi dan urinasi8.
8
Rina Delfita, Fisiologi Hewan Jilid I, Batu Sangkar : STAIN Batu Sangkar, 2014, hal. 41
Daftar Pustaka

Delfita, Rina. 2014. Fisiologi Hewan Jilid I. Batu Sangkar : STAIN Batu Sangkar

Marzuki, Ismail. 2018. EKSPLORASI SPONS INDONESIA: SEPUTAR KEPULAUAN


SPERMONDE. Makassar : Nas Media Pustaka

Maya, Sri dan Nurhidayah. 2020. Zoologi invertebrata, Bandung: WIDINA BHAKTI
PERSADA BANDUNG

Rahmadani. 2018 . Taksonomi Invertebrata. Medan

W, Hendrik A. 2008. Cappenberg, BEBERAPA ASPEK BIOLOGI KERANG HIJAU Perna


viridis Linnaeus 1758. Oseana. Vol. XXXIII. No. 1

Yusran. 2014. Skripsi : IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS KERANG


(Bivalvia) DAERAH PASANG SURUT DI PERAIRAN PANTAI PULAU
GOSONG SANGKALAN ACEH BARAT DAYA. Meulaboh : UNIVERSITAS
TEUKU UMAR

Anda mungkin juga menyukai