Anda di halaman 1dari 3

Nama : Febrisi Dwita

NIM : 9917921021

Sinopsis dari MADILOG, TAN MALAKA

Bangsa Indonesia memandang bahwa apa yang terjadi di dunia ini dipengaruhi
oleh kekuatan keramat di alam gaib. Cara pandang ini, disebut oleh Tan Malaka
sebagai “logika mistika”. Logika ini melumpuhkan karena ketimbang menangani
sendiri permasalahan yang dihadapi, lebih baik mengharapkan kekuatan-kekuatan
gaib itu sendiri. Karena itu, mereka (masyarakat Indonesia) mengadakan mantra,
sesajen, dan doa-doa. Madilog hadir dalam upaya merevolusi paradigma tersebut.
Madilog adalah sebuah akronim dari Materialisme, Dialektika, dan Logika yang
merupakan titik pokok buku ini.
          Pertama, Materialisme,  pada awalnya merupakan peninggalan pikiran dari
Karl Marx dan sahabatnya, Friedrich Engels. Karl Marx terkenal sebagai bapak
dialektis materialism dan surplus value, yakni nilai-lebih yang dihasilkan oleh
buruh, tetapi dimiliki oleh kapitalis. Engels, pendiam, di belakang layar, selal
berdiri di belakang kawannya Marx, tetapi setia dan jujur, meneruskan mengarang
“Das Capital” yang belum habis ditinggalkan Marx karena meninggal (hal.52).
Materialisme adalah sebuah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal
yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Materialisme lebih
mengedepankan pada panca indra ketimbang insting ataupun kepercayaan dalam
menerima dan mencapai suatu ilmu.
          Logika berarti pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan
dinyatakan dalam bahasa atau singkatnya adalah ilmu tata cara berpikir. Logika
adalah ilmu yang menentukan keadaan suatu materi dalam dua pilihan, ya atau
tidak, mati atau hidup, tinggi atau pendek dan sebagainya. Madilog mengajak kita
menelusuri bagaimana Tan Malaka mengenalkan prinsip logika dasar yang
sampai saat ini kita kenal seperti Conversion(Pembalikan), Obversion(Perlipatan),
dan Syllogism.
          Dialektika, menurut Hege, menyatakan tidak ada satu kebenaran
yang absolut berlaku. Andaikata logika diibaratkan sebagai sebuah keadaan 0 dan
1, maka dialektika adalah keadaan diantara 0 dan 1, yaitu 0,5, 0,67, 0,83, dan
sebagainya. Dialektika dipandang sebagai sebuah keadaan antara nilai benar dan
salah dalam logika.  Dalam Madilog, Tan Malaka menerangkan unsur-unsur yang
membentuk Madilog, antara lain, waktu, pertalian, dan gerakan. Mengambil
contoh pada unsur “waktu”, Tan Malaka menjelaskan bagaimana seorang Thomas
Alva Edison bisa dikatakan pintar atau bodoh? Kita tahu bahwa Thomas kecil
yang berumur 6 tahun dikeluarkan dari sekolahnya merupakan anak yang bodoh.
Namun, seluruh dunia sekarang mengetahui Edison yang dewasa adalah pribadi
jenius yang berharga bagi dunia karena karyanya.
          Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia harus melalui tiga tahap : Dari
“logika mistika” lewat “filsafat” ke “ilmu pengetahuan” (sains). Selama bangsa
Indonesia masih terkungkung oleh “logika mistika” itu, tak mungin ia menjadi
bangsa yang merdeka dan maju. Madilog merupakan jalan keluar dari “logika
mistika” dan imbauan seorang nasionalis sejati buat bangsanya untuk keluar dari
keterbelakangna dan ketertinggalan.
Kelebihan
          Madilog mengajak pembaca kepada revolusi paradigma berpikir dari model
logika mistika kea rah pemikiran menggunakan logika, dialektika yang
mengedepankan rasionalitas dan berpedoman pada metode saintifik sebelum
akhirnya sampai pada kesimpulan.
Kekurangan
          Gaya tulisan dan beberapa kosakata dalam Madilog mungkin agak susah
dicerna bagi pembaca saat ini. Hal ini disebabkan, keterbatasan konsep tulisan
berbahasa  dan beberapa kosakata dari bahasa asing yang belum ada padanan
katanya di bahasa Indonesia.
Biografi Pengarang
          Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka atau lebih dikenal dengan Tan
Malaka saja lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota,
Sumatera Barat, 2 Juni 1897 – meninggal di Desa Selopanggung, Kediri,
Jawa Timur, 21 Februari 1949 pada umur 51 tahun. Ia adalah seorang
pembela kemerdekaan Indonesia yang berpihak pada golongan sayap kiri
bersama dengan tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia. Ia juga pendiri
Partai Murba dan merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
          Menjadi seorang pribadi yang begitu pintar di kampungnya, Tan Malaka
mendapatkan sokongan dana untuk melanjutkan sekolah menengahnya ke Negeri
Belanda. Di negeri inilah, ia berpapasan dengan berbagai macam ideologi yang
ada pada saat itu. Selesai pendidikannya di Eropa, ia kembali ke tanah air
membawa misi membebaskan rakyat Indonesia dari ketidakadilan pemerintah
kolonial. Disini ia menyadari satu hal, yaitu bahwa salah satu penyebab tidak
majunya rakyat Indonesia adalah karena cara pandang “logika mistika”. Dari
sinilah Madilog muncul.  Madilog adalah sebuah mahakarya paling fenomenal
dari Tan Malaka sepanjang hidupnya. Madilog dituliskan saat pelarian dan
persembunyian dia dari kejaran tentara Jepang di Cililitan. Penulisan Madilog
menghabiskan waktu sekitar 8 bulan.

MADILOG dibagi lagi menjadi bagian-bagian sebagai berikut:

Bab.I. Logika Mistika : Pemikiran yang sifatnya rohani. Menurut Tan Malaka,
Logika Mistika ini memberi jawaban tidak memuaskan karena sekedar mitos atau
tahayul yang berpandangan bahwa zat atau materi berasal dari yang rohani.

Bab II. Filsafat : baginya jasa Engelslah yang membuat pemikiran kita mudah
ditangkap sebab ia berhasil memisahkan para ahli filsafat dari zaman Yunani
Kuno sampai pada hidup Karl Marx dalam dua barisan yaitu barisan Idealis
seperti Plato, Hume, Berkeley dan berpuncak pada Hegel dan barisan Materialis
seperti Herakleitos, Demokritos, Epikuros, Diderot, Lamartine yang mencapai
puncak pada Marx dan Engels. Tan Malaka lebih memihak pada Materialis.

Bab III. Ilmu Bukti (Sains) : dikatakannya sebagai perkembangan sebuah bangsa
seiring dengan kemajuan ilmu bukti dan sainsnya. Meskipun Indonesia terkaya di
dunia namun kalau sains dan teknologi tidak berkembang maka ia hanya akan
menjadi budak dan dijajah selama 350 tahun Ilmu ekonomi, politik dan sains
terkait satu sama lain.

Bab IV Sains sebagai sambungan dari bab III : Tiga ilmu bukti menurut Tan
Malaka adalah sebagai berikut:
1) cara berpikir yang jitu, tepat, dan paham mengenai kenyataan (accurate tought)
2) penyusunan bukti (organization of facts)
3) penggampangan dengan meng-umum-kan (simplification by generalization).
Bagi Tan Malaka, bukti merupakan lantai sains di mana para ahli mendirikan
gedung hukumnya dengan cara yang dipakai adalahinduksi, deduksi, dan
verifikasi.

Bab V. Dialektika : Dialektika muncul menurut Tan Malaka ketika orang tidak
bisa menjawab "ya" atau "tidak" seperti terdapat dalam logika. Demikian juga Tan
Malaka melihat bahwa dalam dialektika terjadi pula apa yang disebut dialektika
idealis dan dialektika materialis.

Bab VI. Logika : Dari kaca mata Logika, kuantitas tetap kuantitas dan kualitas
tetap kualitas. Cara-cara penarikan kesimpulan lewat pembalikkan (obversion),
pelipatan-terbalik (contraposition) dan silogisme, pencarian sebab-akibat.

Bab VII. Peninjauan dengan MADILOG : Dalam bagian ini , Tan Malaka
menjelaskan bahwa MADILOG merupakan cara berpikir yang mendasarkan pada
materialisme, dialektika, dan logika untuk mencari akibat yang didasarkan atas
bukti yang cukup banyak dan cukup berdasarkan pada pengalaman yang dapat
diamati. Di sini ditegaskan lagi bahwa MADILOG bertentangan dengan
ketimuran yang oleh Tan Malaka dimaksudkan sebagai segala yang berkaitan
dengan mistik, kegaiban, dari mana pun datangnya.

Anda mungkin juga menyukai