Anda di halaman 1dari 13

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Pengantar Studi Hadist Dra.Hj. Noorainah,M.Fiil.l

KITAB-KITAB HADITS YANG STANDAR


Oleh:

Annisa Meilinda 210103030201


Muhammad Asrani 210103030184
Norhasanah 210103030203
Nurjasmin 210103030179
Siti Nurrahmawati 210103030200
Zaini Ahmad Ghani 210103030202

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan karunia
dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad saw.
yang menjadi teladan seluruh manusia. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
ibu Dra.Hj. Noorainah,M.Fiil.l selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pengantar Studi
Hadist yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah kami.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok dengan
mengusung judul kitab-kitab hadits yang standar. Makalah ini telah kami susun dengan
semaksimal mungkin dan kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengetahuan kami sebagai penyusun. Oleh karena itu, jika terdapat kesalahan
dalam makalah ini, izinkan kami menyampaikan permohonan maaf dan kami juga
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menyadari bahwa penulisan hadits sangat dibutuhkan untuk melindungi keaslian


hadits Nabi SAW, diresmikanlah pembukuan hadits pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul
Aziz. Setelah peristiwa besar tersebut, semakin lama pembukuan hadits semakain
berkembang dan bervariasi. Hingga pada puncaknya terbentuklah kitab-kitab hadits yang
bukan hanya memuat hadits shahih, hasan ataupun dhaif saja. Seiring berjalannya waktu dan
berkembangnya ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang ulumul hadits, kitab-kitab hadits
mengalami perluasan ruang lingkup dan tujuan. Kitab Hadits Standar salah satunya. Pada
abad kedua sampai keempat hijriyah para ulama telah menghasilkan banyak kitab hadits,
sebagian diakui bertaraf standar (ushul al-hadits). Kondisi kitab-kitab tersebut bervariasi pada
segi format, sistematika, pola seleksi mutu dan teknik penyajian satuan haditsnya. Terkait
dengan kedudukan hadits sebagai sumber ajaran Islam, timbul masalah yang antara lain
menyangkut seberapa besar volume khazanah (perbendaharaan) pada kitab hadits standar
tersebut berikut mutu riwayat dari segi maqbul atau mardud. Oleh sebab itu, dalam makalah
ini kami mencoba menguraikan tentang Kitab Hadits Standar tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan bahwa pokok


permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan kitab hadits standar?

2. Apa saja macam-macam kitab hadits standar?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan makalah ini yaitu :

1. Menjelaskan definisi kitab hadits standar

2. Menguraikan macam-macam kitab hadits standar


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KITAB HADIST YANG STANDAR

Kitab hadist terdiri dari dua kata yakni, kitab dan hadist. Secara etimologi, kitab
artinya buku atau bacaan.1 Dalam bahasa arab kata kitab merupakan bentuk masdar dari kata
kataba (menulis) yang artinya sesuatu yang ditulis atau tulisan.2 Secara terminologi kitab
artinya kumpulan dari beberapa tulisan yang memuat beberapa bab, sub bab serta beberapa
masalah atau pembahasan.3 Sedangkan pengertian hadis secara umum adalah sabda,
perbuatan, sikap, pengakuan dan sifat Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul. Kata Hadis juga
berarti al-Khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain. Jamaknya ialah al-hadith.4
Jadi dapat didefisinikan bahwa kitab hadis adalah kumpulan dari beberapa hadis yang
terkumpul jadi satu kitab atau buku. Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda,
perbuatan dan sikap Nabi Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para
sahabat pada saat bergaul dengan Nabi yang selanjutnya disampaikan kepada sahabat lainnya
atau murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid berikutnya lagi hingga sampai
kepada pembuku hadist. Akan tetapi istilah kitab dalam beberapa kitab hadis memiliki makna
lain. Selain bermakna kitab sebagai kumpulan tulisan atau buku, istilah kitab juga digunakan
untuk memberi nama sebuah bab. Misalnya dalam daftar isi beberapa kitab hadis dijumpai
judul kitab as Ṣalah, kitab al-Zakah, dan sebagainya. Kata kitab dari kalimat kitab al-Ṣalah
disitu menunjukkan bahwa itu merupakan judul sebuah bab yang husus membahas hadis-
hadis tentang shalat. Namun pembahasan kitab dalam makalah ini fokus pada masalah kitab
hadis sebagai kumpulan hadis yang dibukukan atau tersusun jadi satu.

1
Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Penerbit Arloka, 1994), h. 339. Lihat
pula. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h.573.
2
‫ كتب يكتب كتابة ا‬,dengan bentuk jamaknya kutbun atau kutubun. Lihat. Al Munjid, (Beirut: Dar al Masyriq, 2002),
h.671
3
Kamus Al Munjid, h. 671.
4
Muhammad al-Sabbag, al-Hadith al-Nabawi; Mustalahuh Balagatuh Ulumuh Kutubuh, (Riyad : Manshurat al-
Maktab al-Islami, 1972 M/1392 H), 13, Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi, Qawa’id at-Tahdith min Fununi
Mustalah al-Hadith, (Beirut : Dar al-Kutub al’Ilmiah, 1979 M/1399 H), 61-62, dan Muhammad Ajjaj al-Khatib,
Usul al-Hadith,“Ulumuh wa Mustalahuh, (Beirut, Dar al-Fikr, 1989 M/1409 H), 26-27
B. Fungsi Kitab Hadist

Fungsi hadis untuk menjelaskan lebih detail apa yang tidak dijelaskan dalam Al
Qur'an. Dengan kata lain, hadis memiliki fungsi utama sebagai menegaskan, memperjelas,
dan menguatkan hukum-hukum dan hal lain yang ada di Al-Qur'an. Sebagaimana telah
sebutkan oleh Imam Syafi'i bahwa fungsi hadits adalah penguat serta penjelas dari teks atau
hukum yang masih global dan belum dibahas dalam al-Qur‟an. Selain itu dengan adanya
kitab hadist dapat membantu kita untuk memperbaiki akhlak, sebagai tuntunan untuk umat
islam dalam kehidupan sehari-hari.

C. Macam-macam Kitab Hadits


Ada banyak kitab-kitab hadis yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan hukum
sebuah perkara, Diantaranya :
Kutubul khamsah (Kitab yang lima)
● Kitab Shahih Bukhari
● Kitab Shahih Muslim
● Kitab Sunan Abu Daud
● Kitab Sunan Turumudzi
● Kitab Sunan An-Nasa‟i
Kutubus sittah (Kitab yang enam)
● Kitab Shahih Bukhari
● Kitab Shahih Muslim
● Kitab Sunan Abu Daud
● Kitab Sunan Turumudzi
● Kitab Sunan An-Nasa‟i
● Kitab Sunan Ibnu Majah
D. Biografi Pengarang Kitab Hadits

1. Imam Bukhari

Imam Bukhari adalah ahli hadis termasyur Imam Bukhari lahir pada 13 Syawal 194 H.
Di Bukhara, yang bertepatan dengan tanggal 21 Juli 810 M, Imam Bukhari atau yang sering
dipanggil Amirul Mukminin Fil Hadits atau pemimpin kaum mukmin dalam hal ilmu Hadist,
Beliou memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-
Mughirah bin Bardizbah al-Ju‟fi,
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail telah kehilangan ayahnya sewaktu beliou masih
usia dini, tak lama setelah ditinggal wafat ayahnya Abu Abdullah Muhammad mendapat
cobaan yang sangat berat, Abu Abdullah Muhammad mengalami sakit yang teramat dikedua
matanya, hingga menyebabkan beliou menjadi tuna netra.

Dengan doa ibu yang sangat kyusuk, dan atas ijin Allah saw Kunfayakun,
Alhamdulillah Abu Abdullah Muhammad dapat melihat lagi seperti dahulu kala.

Sekitar usia 16 tahun Abu Abdullah Muhammad telah menghafal banyak kitab dari
ulama yang terkenal, selain menghafal hadits para ulama tersebut Abu Abdullah Muhammad
juga mempelajari biografi seluruh periwayatan dari hadits tersebut. Dari tanggal
kelahirannya, tempat lahirnya, wafatnya dan apa saja yang penting dalam kehidupan ulama
tersebut.

Pada usia ini ( 16 tahun) Abu Abdullah Muhammad pergi ke Mekkah bersama kakak
dan ibunya untuk menunaikan ibadah haji, setelah ibadah haji selesai Abu Abdullah
Muhammad tidak ikut pulang ke kampung halamanya bersama ibu dan kakak nya, beliou
tetap tinggal di Mekkah untuk menuntut ilmu. Disinilah Abu Abdullah Muhammad
mendalami hadist dari tokoh-tokoh ahli hadits seperti Al-Walid, Al-Azraqi, Ismail bin Salim,
Al-Saiqh, dan lain lain.

Abu Abdullah Muhammad mulai menulis kitab Qadlaya Al-Sahabah wa Al-Tabi‟in


pada usia 18 tahun, dan pada usia inilah beliou mulai hijrah ke Madinah untuk memperdalam
hadist – hadits dari para ulama besar disana.

Salah satu kitab yang oleh Abu Abdullah Muhammad di Madinah ialah kitab At-
Tarikh Al-Kabir. Abu Abdullah Muhammad menulis biografi lebih dari 1.000 an ulama
dalam buku At-Tarikh tersebut, Abu Abdullah Muhammad selalu sholad 2 rakaat setiap
selesai menulis biografi ulama,

Al-Allamah Al-Aini Al-Hanafi berkata “Imam Al-Bukhari adalah seorah Hafizh,


cerdas, cerdik dan cermat, ia memiliki kemampuan mengingatnya, sudah masyhur dan
disaksikan para ulama yang tsiqah”
Sebagai pendidik kita wajib memberikan pengetahuan terhadap anak didik kita tentang
biografi – biografi beberapa penulis hadits, banyak sekali hal yang bisa ditiru, ataupun
menjadi motivasi bagi anak didik untuk mencontohnya.

Dalam Usia Golden Age ini anak memiliki daya ingat yang sangat kuat, sehinga
sangat pas sekali jika pendidik mengenalkan biografi – biografi para penulis hadist ini kepada
mereka. Seperti kertas putih yang belum ada coretan – coretan hitam sebagai pendidik
hendaklah kita memberikan warna – warni dalam kertas tersebut.

2. Imam Muslim

Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim
bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di Naisabur tahun 202 H atau
817 M. Naisabur, saat ini termasuk wilayah Rusia. Dalam sejarah Islam, Naisabur dikenal
dengan sebutan Maa Wara‟a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun
di Uzbekistan, Asia Tengah. Kecenderungan Imam Muslim kepada ilmu hadits tergolong luar
biasa.

Keunggulannya dari sisi kecerdasan dan ketajaman hafalan, ia manfaatkan dengan


sebaik mungkin. Di usia 10 tahun, Muslim kecil sering datang berguru pada Imam Ad
Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal hadits
dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan hadits.
Seperti orang yang haus, kecintaanya dengan hadits menuntun Muslim bertuangalang
ke berbagai tempat dan negara. Safar ke negeri lain menjadi kegiatan rutin bagi Muslim
untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah hadits.

Imam Muslim dalam menetapkan kesahihan hadits yang diriwayatkkanya selalu


mengedepankan ilmu jarh dan ta‟dil. Metode ini ia gunakan untuk menilai cacat tidaknya
suatu hadits. Selain itu, Imam Muslim juga menggunakan metode sighat at tahammul
(metode-metode penerimaan riwayat). Dalam kitabnya, dijumpai istilah haddasani
(menyampaikan kepada saya), haddasana (menyampaikan kepada kami), akhbarani
(mengabarkan kepada saya), akhabarana (mengabarkan kepada kami), maupun qaalaa (ia
berkata). Dengan metode ini menjadikan Imam Muslim sebagai orang kedua terbaik dalam
masalah hadits dan seluk beluknya setelah Imam Bukhari.
3.Imam Abu Dawud

Imam Abu Dawud adalah salah seorang Imam dan tokoh ahli hadits, yang
mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam
kitab Sunan Abu Dawud. Abu Dawud adalah seorang tokoh ahli hadits yang menghafal dan
memahami hadits beserta illatnya. Dia mendapatkan kehormatan dari para ulama, terutama
dari gurunya, Imam Ahmad bin Hanbal.
Abu Dawud dilahirkan tahun 202 H. di Sijistan. Nama lengkapnya ialah Sulaiman bin
al-Asy‟as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi as-Sijistani. Sejak kecil Abu
Dawud sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul dengan para ulama untuk menimba ilmunya.
Sebelum dewasa, dia sudah mempersiapkan diri untuk melanglang ke berbagai negeri. Dia
belajar hadits dari para ulama yang ditemuinya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar,
Khurasan dan negeri lainnya. Pengembaraannya ke beberapa negeri itu menunjang dia untuk
mendapatkan hadits sebanyak-banyaknya. Kemudian hadits itu disaring, lalu ditulis pada
kitab Sunan.
Abu Dawud sudah berulang kali mengunjungi Bagdad. Di kota itu, dia mengajar
hadits dan fiqih dengan menggunakan kitab sunan sebagai buku pegangan. Kitab sunan itu
ditunjukkan kepada ulama hadits terkemuka, Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad bin Hanbal
mengatakan bahwa kitab itu sangat bagus.

4.Imam Turmudzi

Beliau satu ulama besar yang dimiliki kaum muslimin ini bernama lengkap
Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi. Dan beliau memiliki nama
kunyah Abu „Isa. Imam ahli hadis ini dilahirkan pada tahun 209 Hijriyah di sebuah daerah
bernama Tirmidz. Dan nama beliau tersebut dinisbatkan kepada sebuah sungai yang ada di
daerah tersebut yang sering dikenal dengan nama Jaihun.

Para ulama berbeda pendapat akan kebutaan yang beliau alami pada waktu itu. Ada
yang mengatakan bahwa beliau mengalami kebutaan sejak beliau lahir. Akan tetapi yang
benar adalah beliau mengalami kebutaan pada masa tua beliau, yaitu masa setelah beliau
banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu.2Salah satu hal yang menyebabkan orang
berilmu akan selalu terkenang namanya dan terus mengalir pahalanya adalah apabila dia
menulis ilmu-ilmunya dalam suatu buku yang akan dibaca oleh manusia hingga akhir zaman.
Dan di antara karya-karya beliau yang sampai saat ini dimanfaatkan oleh kaum muslimin
terutama para ulama adalah:

1. Al-Jami‟ (Sunan at-Tirmidzi). Kitab yang satu ini adalah kitab beliau yang paling
monumental dan paling bermanfaat.
2. Al-„Ilal.
3. Al-„Ilal al-Kabir
4. Syamail an-Nabi shallallahu „alaihi wasallam. Kitab ini termasuk kitab yang paling
bagus yang membahas tentang sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu „alaihi
wasallam.
5. At Tarikh
6. Az Zuhd
7. Al-Asma‟ wal-Kuna.7 Dll

5. Terdapat beberapa ulama yang terkenal dalam meriwayatkan hadis dalam menyampaikan
pesan-pesan dari Rasulullah saw salah satunya ialah Imam Ibnu Majah. Nama lengkapnya
Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi‟i Al-Qazwini. beliau akrab dipanggil
Ibnu Majah.

Ibnu Majah memiliki akhlak yang baik dan sangat terkenal dalam hal kejujurannya, beliau
dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Panggilan Ibnu Majah yang diberikan
diberikan pleh ayah beliau, nama ayah Ibuu Majah adalah Yazid, nama panjang ayahnya
adalah Majah Maula Rab‟at. Beliau adalah seorang ulama hadis serta merupakan orang alim
ulama. beliau bnayak menghasilkan suatu karya yang bagus serta menarik, salah satu karya
beliau adalah Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.

Beliau memulai untuk menimba ilmu pada usia remaja. Dan beliau mendalami ilmu hadis
saat berusia umur 15 tahun, beliau belar ilmu hadis dengan seorang guru terkenal pada masa
itu, guru beliau bernama Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Ibnu Majah memperdalam ilmu
hadis menjadi suatu bidnag ilu yang disenanginya.

Ibnu Majah membuat suatu keputusan untuk mencari beberapa wilayahserta negera untuk
mencari serta menggumpulkan dan menulis hadis. Banyak daerah dan Negara yang beliau
kunjungi, diantara nya Rayy (Teheran), Bashrah, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, dan
Mesir dan masih banyak lagi.

Dalam hal tersebut Ibnu Majah banyak mengumpulkan dan menulis banyak hadis dari
beberapa sumber, sumber sersebut dapat dipercayai dalam kebenarannya. Bukan haya dalam
hal saja dalam dalam kehidupan beliau nbanyak mengunjungi bebrapa tempat untuk
menambah pengetahuan dan wawasan, Ibnu Majah belajar dengan beberapa guru yang
terkenal. Seperti kepada Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr,
Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi dan
ahli hadits, Imam Malik serta Al-Lays.

Dalam kehidupannya Ibnu Majah telah banyak menulis dan menghasilkan karya, di dalam
bidang hadis, fikih, serta tafsir. Ibnu Majah telah meriwayatkan lebih kurang 4.000 buah
hadits.

6. Nama: Ahmad bin Syu‟aib bin Ali bin Sinan bin Bahr

Kuniyah beliau: Abu Abdirrahman

Nasab beliau: An Nasa`i dan An Nasawi, yaitu nisbah kepada negri asal beliau, tempat beliau
di lahirkan. Satu kota bagian dari Khurasan.

Tanggal lahir:

Tahun 215 hijriah

Sifat-sifat beliau:

An Nasa`i merupakan seorang lelaki yang ganteng, berwajah bersih dan segar, wajahnya
seakan-akan lampu yang menyala. Beliau adalah sosok yang karismatik dan tenang,
berpenampilan yang sangat menarik.

Kondisi itu karena beberapa faktor, diantaranya; dia sangat memperhatikan keseimbangan
dirinya dari segi makanan, pakaian, dan kesenangan, minum sari buah yang halal dan banyak
makan ayam.

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

Imam Nasa`i memulai menuntut ilmu lebih dini, karena beliau mengadakan perjalanan ke
Qutaibah bin Sa‟id pada tahun 230 hijriah, pada saat itu beliau berumur 15 tahun. Beliau
tinggal di samping Qutaibah di negrinya Baghlan selama setahun dua bulan, sehingga beliau
dapat menimba ilmu darinya begitu banyak dan dapat meriwayatkan hadits-haditsnya.
Imam Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang di miliki oleh orang-orang
pada zamannya, sebagaimana beliau memiliki kejelian dan keteliatian yang sangat mendalam.
maka beliau dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama kibar, berjumpa dengan para
imam huffazh dan yang lainnya, sehingga beliau dapat menghafal banyak hadits,
mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya beliau memperoleh derajat yang
pantas dalam disiplin ilmu ini.

Beliau telah menulis hadits-hadits dla‟if, sebagaimana beliaupun telah menulis hadits-hadits
shahih, padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh ulama pengkritik hadits, tetapi imam
Nasa`i mampu untuk melakukan pekerjaan ini, bahkan beliau memiliki kekuatan kritik yang
detail dan akurat, sebagaimana yang di gambarkan oleh al Hafizh Abu Thalib Ahmad bin
Sazhr; „ siapa yang dapat bersabar sebagaimana kesabaran An Nasa`i? dia memiliki hadits
Ibnu Lahi‟ah dengan terperinci – yaitu dari Qutaibah dari Ibnu Lahi‟ah-, maka dia tidak
meriwayatkan hadits darinya.‟ Maksudnya karena kondisi Ibnu Lahi‟ah yang dla‟if.

Dengan ini menunjukkan, bahwa tendensi beliau bukan hanya memperbanyak riwayat hadits
semata, akan tetapi beliau berkeinginan untuk memberikan nasehat dan menseterilkan
syarea‟at (dari bid‟ah dan hal-hal yang diada-adakan)

Sebagaimana imam Nasa`i selalu berhati-hati dalam mendengar hadits dan selalu selektif
dalam meriwayatkannya. Maka ketika beliau mendengar dari Al Harits bin Miskin, dan
banyak meriwayatkan darinya, akan tetapi beliau tidak mengatakan; „telah menceritakan
kepada kami,‟ atau „telah mengabarkan kepada kami,‟ secara serampangan, akan tetapi dia
selalu berkata; „dengan cara membacakan kepadanya dan aku mendengar.‟ Para ulama
menyebutkan, bahwa faktor imam Nasa`i melakukan hal tersebut karena terdapat
kerenggangan antara imam Nasa`i dengan Al Harits, dan tidak memungkinkan baginya untuk
menghadiri majlis Al Harits, kecuali beliau mendengar dari belakang pintu atau lokasi yang
memungkinkan baginya untuk mendengar bacaan qari` dan beliau tidak dapat melihatnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadits otentik adalah kitab yang memuat hadits-hadits yang sah atau biasa disebut
dengan hadits sahih. Menyadari bahwa penulisan hadits sangat dibutuhkan untuk melindungi
keaslian hadits Nabi SAW, diresmikanlah pembukuan hadits pada masa kekhalifahan Umar
bin Abdul Aziz. Setelah peristiwa besar tersebut, semakin lama pembukuan hadits semakain
berkembang dan bervariasi. Hingga pada puncaknya terbentuklah kitab-kitab hadits yang
bukan hanya memuat hadits shahih, hasan ataupun dhaif saja. Kitab hadist terdiri dari dua
kata yakni, kitab dan hadist. Secara etimologi, kitab artinya buku atau bacaan.5 Dalam bahasa
arab kata kitab merupakan bentuk masdar dari kata kataba (menulis) yang artinya sesuatu
yang ditulis atau tulisan.6 Secara terminologi kitab artinya kumpulan dari beberapa tulisan
yang memuat beberapa bab, sub bab serta beberapa masalah atau pembahasan.7 Sedangkan
pengertian hadis secara umum adalah sabda, perbuatan, sikap, pengakuan dan sifat Nabi
Muhammad saw. sebagai Rasul. Kata Hadis juga berarti al-Khabar (berita), yaitu sesuatu
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Jamaknya ialah al-
hadith.8
Jadi dapat didefisinikan bahwa kitab hadis adalah kumpulan dari beberapa hadis yang
terkumpul jadi satu kitab atau buku. Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda,
perbuatan dan sikap Nabi Muhammad sebagai Rasul

5
Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Penerbit Arloka, 1994), h. 339. Lihat
pula. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h.573.
6
‫ كتب يكتب كتابة ا‬,dengan bentuk jamaknya kutbun atau kutubun. Lihat. Al Munjid, (Beirut: Dar al Masyriq, 2002),
h.671
7
Kamus Al Munjid, h. 671.
8
Muhammad al-Sabbag, al-Hadith al-Nabawi; Mustalahuh Balagatuh Ulumuh Kutubuh, (Riyad : Manshurat al-
Maktab al-Islami, 1972 M/1392 H), 13, Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi, Qawa’id at-Tahdith min Fununi
Mustalah al-Hadith, (Beirut : Dar al-Kutub al’Ilmiah, 1979 M/1399 H), 61-62, dan Muhammad Ajjaj al-Khatib,
Usul al-Hadith,“Ulumuh wa Mustalahuh, (Beirut, Dar al-Fikr, 1989 M/1409 H), 26-27
DAFTAR PUSTAKA
1
Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Penerbit Arloka, 1994), h. 339. Lihat
pula. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h.573.
1
‫ كتب يكتب كتابة ا‬,dengan bentuk jamaknya kutbun atau kutubun. Lihat. Al Munjid, (Beirut: Dar al Masyriq, 2002),
h.671
1
Kamus Al Munjid, h. 671.
1
Muhammad al-Sabbag, al-Hadith al-Nabawi; Mustalahuh Balagatuh Ulumuh Kutubuh, (Riyad : Manshurat al-
Maktab al-Islami, 1972 M/1392 H), 13, Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi, Qawa’id at-Tahdith min Fununi
Mustalah al-Hadith, (Beirut : Dar al-Kutub al’Ilmiah, 1979 M/1399 H), 61-62, dan Muhammad Ajjaj al-Khatib,
Usul al-Hadith,“Ulumuh wa Mustalahuh, (Beirut, Dar al-Fikr, 1989 M/1409 H), 26-27
https://bio.or.id/biografi-imam-muslim/

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/10/biografi-imam-abu-dawud.html

https://muslim.or.id/21590-biografi-imam-at-tirmidzi.html

https://www.asilha.com/2020/11/16/mengenal-biografi-perawi-hadis-imam-ibnu-majah-
dalam-pengenalan-hadis-pada-anak-usia-dini/

Anda mungkin juga menyukai