Anda di halaman 1dari 4

BAB 3

Kontinjensi dan Komitmen

a. Kontijensi
Kontinjensi (contingencies) merupakan keuntungan dan kerugian potensial yang
penyelesaiannya bergantung pada satu atau lebih peristiwa di masa depan. Kerugian
kontinjensi yang disebut kewajiban kontinjensi/bersyarat (contingent liability)
merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan. Kewajiban ini timbul dari
perkara hukum, ancaman pengambilalihan, penagihan piutang, klaim atas garansi produk
atau kerusakan produk, dan lain-lain.
Kerugian kontinjensi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat sebagai kerugian.
Pertama , “besar kemungkinan” (probable) bahwa aset akan turun nilainya atau
kewajiban akan timbul. Kondisi kedua adalah jumlahh kerugian harus “dapat
diestimasikan dengan memadai” (reasonably estimable). Contoh yang biasanya
memenuhi kedua kondisi tersebut adalah kerugian piutang tak tertagih dan kewajiban
garansi produk.
Jika perusahaan tidak mencatat kerugian kontinjensi karena salah satu atau kedua kondisi
tidak terpenuhi, perusahaan harus mengungkapkan kontinjensi dalam catatan atas laporan
keuangan jika kerugian “mungkin terjadi” (reasonable possible).
 Analisis kewajiban kontinjensi
Kewajiban kontinjensi yang dilaporkan seperti garansi jasa dan jaminan (warranties)
merupakan estimasi. Keakuratan analisis suatu kewajiban tergantung pada keakuratan
estimasi tersebut, yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan
atau harapan di masa depan. Jadi kita harus berhati-hati menerima estimasi
manajemen ini untuk kewajiban kontinjen garansi maupun kewajiban kontinjen
lainnya.
Cadangan atas kerugian di masa depan merupakan jenis kontinjensi lainnya yang
perlu diperiksa. Konservatisme dalam akuntansi meminta perusahaan untuk mengakui
kerugian saat perusahaan dapat menentukannya atau dapat meramalkannya. Namun
demikian, perusahaan cenderung untuk mengestimasi lebih besar (overestimate)
kerugian kontinjensi mereka, khususnya di tahun dengan kinerja buruk. Perilaku ini
sering disebut sebagai “mandi besar” (big bath) dan sering meliputi pencatatan
kerugian pelepasan aset, relokasi, dan penutupan pabrik. Overestimating kerugian ini
menarik biaya masa depan ke peiode sekarang dan dapat digunakan oleh manajemen
sebagai alat untuk mengatur atau meratakan laba.
b. Komitmen
Komitmen (commitments) merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan
berdasarkan kinerja di masa depan sesuai kontrak. Komitmen tidak diakui dalam laporan
keuangan karena peristiwa seperti penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan
pembelian (purchase order) bukan merupakan transaksi yang lengkap. Semua komitmen
memerlukan pengungkapan faktor-faktor penting atas kewajiban komitmen, termasuk
jumlah, kondisi, dan waktu.

Pendanaan di Luar Neraca


Pendanaan di luar neraca (off balance sheet financing) adalah tidak tercatanya kewajiban
pendanaan tertentu. Transaksi yang memenuhi pengertian ini seperti operating lease yang
tidak dapat dibedakan dari capital lease.

 Contoh pendanaan di luar neraca


Salah satu cara untuk mendanai properti, pabrik, dan peralatan adalah meminta pihak
luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan sepakat untuk menggunakan aset tersebut
seta menyediakan dana yang cukup untuk melunasi utang. Contoh rancangan ini adalah
purchase agreements dan through-put agreement di mana perusahaan sepakat untuk
membeli barang sejumlah tertentu melalui fasilitas pemrosesan, atau take-or-pay
arrangement di mana perusahaan memberikan jaminan untuk membayar sejumlah
tertentu barang, diperlukan atau tidak. Variasi dari rancangan ini melibatkan penciptaan
entitas terpisah kemudian menyediakan pendanaan tidak lebih dari 50% kepemilikan-
seperti joint venture atau persekutuan terbatas (limited partnership). Perusahaan
menempatkan transaksi ini sebagai investasi dalam ekuitas dan tidak
mengonsolidasikannya dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian
pendanaan tersebut tidak masuk dalam kewajiban.
 Entitas Bertujuan Khusus
Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entities – SPE) yang sekarang
menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme pendanaan
yang sah selama lebih dari dua dekade dan menajdi bagian tak terpisahkan dari keuangan
perusahaan saat ini. Konsep SPE adalah :
 SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi
ekuitas, beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang independen.
 SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar kredit dan
membeli aset dari atau untuk perusahaan sponsor.
 Arus kas dari aset digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas.
Terdapat dua alasan untuk kepopuleran SPE :
1. SPE dapat menyediakan alternatif pendanaan berbiaya rendah daripada meminjam
langsung dari pasar kredit. Hal ini disebabkan aktivitas SPE yang dibatasi dan
sebagai akibatnya investor membeli arus kas yang dijamin dengan baik, yang tidak
dihadapkan pada resiko bisnis yang terdapat dalam penyediaan modal langsung
kepada perusahaan sponsor.
2. Dalam GAAP sekarang, selama SPE distrukturkan dengan benar, SPE diperlakukan
sebagai entitas terpisah, tidak dikonsolidasikan dengan perusahaan sponsor. Dengan
demikian, perusahaan dapat menggunakan SPE untuk melakukan transaksi di luar
neraca untuk memindahkan aset, kewajiban, atau keduanya dari neraca. Oleh karena
perusahaan merealisasikan manfaat ekonomi transakasi tersebut, raio kinerja operasi
(seperti ROA, asset turnover ratio, leverage ratio, dan sebagainya) membaik secara
signifikan.
BAB 4
Pengenalan Aset Jangka Panjang
Aset jangka panjang merupakan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan
penghasilan operasi (atau mengurangi biaya operasi) untuk lebih dari satu periode. Bentuk
aset jangka panjang secara umum adalah aset tetap berwujud seperti bangunan, pabrik, dan
peralatan. Aset jangka panjang juga mencakup aset tak berwujud seperti paten, merek
dagang, copyright, dan goodwill.

Akuntansi Aset Jangka Panjang


 Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai
Proses akuntansi jangka panjang mencakup tiga aktivitas terpisah: kapitalisasi, alokasi,
dan penurunan nilai. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses penangguhan biaya
yang terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat berlangsung
selama beberapa periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan akun aset.
Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara
periodik sepanjang satu atau lebih periode manfaat yang diharapkan. Proses alokasi ini
dinamakan penyusutan untuk aset berwujud, amortisasi untuk aset tak berwujud, dan
deplesi untuk sumber daya alam. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses
penurunan nilai buku aset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi
biaya tersisa yang masih tercatat pada neraca.

Kapitalisasi versus Pembebanan:


 Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio
kapitalisasi memengaruhi baik laporan keuangan maupun rasionya. Kapitalisasi juga
membuat laba menjadi lebih unggul dibandingkan dengan arus kas sebagai pengukuran
kinerja keuangan.
 Dampak Kapitalisasi terhadap Laba
Kapitalisasi memiliki dua dampak terhadap laba. Pertama, kapitalisasi menangguhkan
pengakuan biaya. Hal ini berarti kapitalisasi menghasilkan laba yang lebih tinggi selama
periode akuisisi namun laba yang lebih rendah pada periode berikutnya jika
dibandingkan dengan pembebanan biaya. Kedua, kapitalisasi menghasilkan serial
perataan laba. Pembebanan menghasilkan serial laba yang lebih berfluktuasi.
 Dampak Kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi
Kapitalisasi meningkatkan fluktuasi pengukuran laba dan karenanya rasio tingkat
pengembalian investasi. Kapitalisasi memengaruhi baik pembilang (laba) maupun
penyebut ( basis investasi) dari rasio tingkat pengembalian investasi ( return on
investment-ROI). Sebaliknya, membebankan biaya aset mengahasilkan basis investasi
yang lebih rendah dan meningkatkan fluktuasi laba.
 Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas
Pada pembebanan biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang
terhadap ekuitas mencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi
sebenarnya. Hal ini karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan
terlalu rendh untuk perusahaan yang memiliki aset produktif.
 Dampak Kapitalisasi terhadp Arus Kas Operasi
Saat biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas kelua
aktivitaas operasi. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus
kas keluar aktivitas investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya aset akan
menyatakan arus kas keluar operasi terlalu tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu
rendah pada tahun akuisisi dibandingkan dengan kapitalisasi biaya.

Anda mungkin juga menyukai