Terdapat berbagai interpretasi tentang definisi”kurikulum” tergantung filosofi yang digunakan. Demikian juga halnya dalam pemaknaan kurikulum. Sejumlah definisi tentang kurikulum dapat dirunut melalui sejumlah sumber, seperti Oliva (2005: 6-7)yang mengutip sejumlah definisi dari sejumlah tokoh, di antaranya: Kelompok pembelajaran yang sistematik atau urutan subjek yang dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor, misalnya kurikulum pelajaran sosial, kurikulum pendidikan fisika (Good); seluruh pengalaman siswa di bawah bimbingan guru (Caswell and Campbell); perencanaan untuk memperbaiki seperangkat pembelajaran untuk seseorang agar menjadi terdidik (Saylor, Alexander, and Lewis; pernyataan tujuan dan tujuan khusus, menunjukkan seleksi dan organisasi konten, mengimplikasikan dan meanifestasikan pola belajar mengajar tertentu, karena tujuan menuntut mereka atau karena organisasi konten mempersyaratkannya. Pada akhirnya, termasuk di dalamnya program evaluasi outcome (Taba); konten dan proses formal maupun non formal di mana pebelajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil, perubahan tingkah laku, apresiasi, dan nilai- nilai di bawah bantuan sekolah (Ronald C. Doll); serta rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang dikembangkan sekolah (atau perguruan tinggi), agar dapat pebelajar meningkatkan pengetahuan dan pengalamannnya (Danniel Tanner and Laurel N. Tanner). Sementara dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang ada menyebutkan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran sertacarayang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20/2003 maupun PP no.19/2005 yang disempurnakan dengan PP no.32/2013). Sementara itu, dalam paparan Wakil Menteri Pendidikan Tahun 2014 mengatakan bahwasannya kurikulum sebagai materi, kurikul sebagai proses, kurikulum sebagai praksis kontekstual. Menurut Budyartati (2014:2) “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu. Selanjutnya menurut Ina (2021) Kurikulum 2013 lebih mengedepankan peran peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru bertugas sebagai fasilitator, sehingga dalam aplikasinya, pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik dapat menumbuhkan interaksi antara guru dan peserta didik ataupun sebaliknya. Mukminan (2014)”kurikulum 2013 merupakan Kurikulum yang dapat menghasilkan insan indonesia yang:Produktif, Kreatif, Inovatif, Afektif, melalui penguatan Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan yang terintegrasi B. Permasalahan Pembelajaran dan Inovasi Pembelajaran Menurut Budyartati (2014:5-10) “perubahan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang amat penting dalam memperbaiki proses Pendidikan. Akan tetapi setiap perubahan kurikulum selalu menimbulkan masalah baru dalam pembelajaran, antara lain: 1. Berkenaan dengan Kompetensi Guru Perubahan kurikulum menuntur komoetensi guru dalam mengimplementasikan kurikulum yang baru, karena guru sebagai ujung tombak pembelajaran atau biasa disebut pelaksanaan kurikulum. Untuk mengatasi masalah kompetensi ini, antara lain dengan cara: a. Meningkatkan ilmu pengetahuan, yaitu dengan mengikuti diskusi, lokakarya, seminar maupunn pelatihan-pelatihan. b. Meningkatkan minat baca dan kemampuan membaca. c. Mengadakan diskusi per bidang studi. Kegiatan ini membahas materi- mater pelajaran, dengan sasaran memilah-milah, mengelompokan dan menyatukannya menjadi pokok/sub pokok bahasan yang mempunyai korelasi cukup tinggi d. Memperaktikan metode mengajar. Maksudnya adalah kegiatan sesame guru dalam memperaktekan berbagai metode mengajar (simulasi). Penampilan masing-masing guru dengan metode tertentu dievaluasi, apanya yang kurang, bagaimana perilaku yang tidak perlu dan hal-hal apa yang masih perlu ditambahkan. e. Mendisplinkan diri untuk membaca koran dan warta berita
2. Berkenaan dengan Sarana Pendukung Pemberlakuan Kurikulum Baru
Disamping guru, sarana juga merupakan masalah yang perlu diperhatikan serius, karena sarana merupakan salah satu faktor terlaksanakan kurikulum. Untuk imengatasi masalah dalam kompetensi ini perlu dilakukan beberapa cara, yaitu: a. Diharapkan adanya kesiapan dan kemampuan sekolah untuk memperdayakan sarana yang dimiliki melalui kewenangan dan keluwesan. b. Melengkapi sarana pendukung pemberlakuan kurikulum.
3. Berkenaan dengan Daya Pendukung
Karena untuk memberlakukan kurikulum baru diperlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya, baik untuk kegiatan sosialisasi kurikul itu sendiri maupun penerapannya. Mengingat terbatasnya anggaran Pendidikan dari pemerintah, maka perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut: a. Orang tua murid ikut membantunmengatasi kekurangan anggaran tersebut. Mengingat mengambil pungutan atau iuran dari orang tua murid dipandang memberatkan alternatif lain yang kami tawarkan berupa usaha- usaha (basar, pameran, dll)
4. Berkenaan dengan Kesiapan SDM (Sumber Daya Manusia)/ Komponen
Sekolah Berkenaan dengan lingkup pemberlakuan kurikulum baru yang menimbulkan permasalahan dalam hal ini factor budaya dari SDM (Sumber Daya Manusia) yang terlibat didalamny. Upaya /inovasi yang harus dipraktekan dalam masa transisi ini sebagai berikut: a. Sosialisasi terpadu yang baik b. Transformasi budaya c. Pelatihan pelaksanaan yang terus menerus d. Evaluasi pelaksanaan yang terus-menerus. e. Penataran Tingkat Nasional. f. Pemerintah harus memberikan informasi terbuka g. Pemerintah memberikan insentive yang layak kepada yang membutuhkan. Menurut Nuris (2019) Problematika pembelajaran di sekolah dasar negeri yang terdapat di pulau Gili Iyang Kabupaten Sumenep disebabkan oleh empat faktor yaitu: a. Dinas Pendidikan: Distribusi guru di pulau Gili Iyang masih kurang, lebih banyak guru berstatus honorer daripada guru pegawai negeri dalam satu sekolah, total jumlah sekolah dasar negeri dan swasta terlalu banyak, jumlah siswa baru yang masuk ke sekolah dasar negeri setiap tahunnya, dan dicabutnya tunjangan kepulauan bagi guru honorer. b. Guru: Ketidakhadiran guru yang tidak berdomisili di pulau Gili I yang, beberapa bagian dalam RPP terlewati pelaksanaannya, dan guru tidak hadir ke sekolah karena kerap berdagang ke luar provinsi. c. Manajemen sekolah: Ketidakhadiran guru yang tidak berdomisili di pulau Gili Iyang, guru mengajar lebih dari satu kelas, beberapa bagian dalam RPP terlewati pelaksanaannya, jumlah siswa baru yang masuk ke sekolah dasar negeri setiap tahunnya, dan alokasi dana BOS untuk kesejahteraan guru honorer. d. Lingkungan: Belum memadainya jam operasional transportasi air yang tersedia.
Hadi (2014) pendidikan dasar di Indonesia menghapai persoalan yang rumit
karena beberapa hal. Pertama, sejak zaman Orde Baru yang memerintah Indonesia selama 32 tahun, pengelolaan pendidikan dasar termarginalkan; aspek pendidikan diserahkan ke Dinas Pendidikan, sementara aspek kepegawaiannya diserahkan ke Depdagri. Kedua, terjadi dualisme pengelolaan sehingga tidak terfokus pengembangan pengelolaan secara padu. Pengembangan kurikulum dan pengajaran tidak sejalan dengan pengembangan sarana-prasarana dan pendukung lainnya.
Secara empiris, persoalan tersebut menimbulkan permasalahan yang mendasar
di lapangan. Secara makro, anggaran pendidikan untuk sekolah dasar tidak mengalami kemajuan dan peningkatan yang berarti. Hal ini nampak dalam kebijakan penambahan guru, peningkatan kualitas guru, penambahan gedung baru, penambahan sarana-prasarana baru, dan program pembelajaran untuk anak didik. Secara mikro, kebijakan yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas SD tidak banyak berubah. Kualitas bias diukur misalnya dari bagaimana guru ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan, berapa guru ditingkatkan kualifikasi pendidikannya melalui studi lanjut, berapa subsidi yang diberikan untuk setiap anak selama sekolah.
Nasrun (2018) Inovasi yang bisa dilakukan antaranya Pendampingan model
pembelajaran inovatif. Harapannya para guru telah paham bagaimana cara mengintegrasikan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran di SD. Hal ini tergambar melalui kemampuan guru dalam merumuskan RPP dan penilaian serta mensimulasikan pembelajaran yang terintegrasi dengan model pembelajaran inovatif. Rivolan Pembelajaran inovatif di abad 21 berorientasi pada kegiatan untuk melatihkan keterampilan esensial sesuai framework for 21st century skills, yaitu keterampilan hidup dan karir, keterampilan inovasi dan pembelajaran, dan keterampilan informasi, media, dan TIK. Karakteristik pembelajaran untuk melatihkan keterampilan esensial tersebut mengarah pada proses pembelajaran yang interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik, sehingga dalam implementasinya pendidik dapat merancang kegiatan dengan memilih metode/model pembelajaran yang dapat mengakomodir keseluruhan karakteristik tersebut secara komprehensif. Penilaian dalam pembelajaran abad 21 disusun dan dikembangkan untuk mengukur pencapaian belajar peserta didik yang meliputi kompetensi pengetahuan (berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, kemunikasi), kompetensi intrapersonal (kemampuan kerja dalam tim, kolaborasi, komunikasi, kerja sama, dan koordinasi), dan kompetensi interpersonal (kemampuan untuk bekerja dengan orang lain seperti kemampuan manajemen diri, kerjasama, komunikasi yang efektif, dan kemampuan mejaga hubungan dengan orang lain secara emosional). Dengan demikian, pembelajaran inovatif abad 21 mencetak sumber daya manusia yang melek informasi, data, dan teknologi yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan hidup dan pasar kerja di era globalisasi saat ini dan di masa yang akan datang. Daftar Pustaka Budyartati Sri. 2014. Problematika Pembelajaran di SD. Yogyakarta: DEEPUBLISH Magdalena Ina. 2021. Implementasi Pembelajaran Tematik Sesuai Kurikulum 2013 Di Sdn Sukasari II Rajeg. Jurnal Pendidikan dan Dakwah (Online). Volume 3, Nomor 1. (https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa/article/view/1007? articlesBySameAuthorPage=10, Diakses 30 Agustus 2021) Mukminan. 2013. Kurikulum 2013 Pada Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Yogyakarta Nasrun, dkk 2018. Pendampingan Model Pembelajran Inovatif Di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Online) Vol 24 No 2. (http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpkm/article/view/10359 Diakses 30 Agustus 2021) Oliva, Peter F. (2005). Developing the Curriculum (Sixth Edition). Boston: Pearson Education, Inc. Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Bidang Pendidikan. 2014. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta Priyanti Rivolan. 2019. Pembelajaran Inovatif Abad 21. Proseding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana Unimed. (http://digilib.unimed.ac.id/38906/3/ATP%2058.pdf, Diakses 30 Agustus 2021) Siswanto Hadi. 2014. Permasalahan Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Anak Usia Dini. Cendikia (Online). Vol 8 N0 2. (https://www.researchgate.net/publication/323908296_PERMASALAHA N_PENDIDIKAN_DASAR_DAN_PENDIDIKAN_ANAK_USIA_DINI Diakses 30 Agustus 2021) Undang-Undang (2003) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional