Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang mempelajari,
menelaah, serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari
berbagai aspek kehidupan secara terpadu. IPS diajarkan pada pendidikan dasar
dan menengah, sebagai dasar atau pengantar dalam mempelajari studi sosial atau
ilmu sosial di tingkat yang lebih lanjut. Materi pelajaran IPS sekolah dasar
(Sardjijo & Ischak: 2019) terdiri dari materi georafi, Sejarah, Sosiologi dan
Ekonomi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS adalah
pembelajaran yang sangat kompleks.

Tujuan pembelajaran IPS (Pusat Kurikulum, 2006: 7), adalah


mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat.

Berdasarkan tujuan di atas, mengajar IPS akan membentuk siswa yang


memiliki kepekaan terhadap masalah sosial, memiliki mental yang positif, dan
terampil mengatasi masalah sehari-hari.

Akan tetapi pada kenyataannya, ketiga tujuan tersebut belum tercapai


dengan baik di SDN 112288 Sukaramai. Berdasarkan penamatan yan Saya
lakukan jua Sharing sesama teman sejawat bahwa masih banyak siswa yang
peduli dengan lingkungan sekitarnya, bahkan tidak peduli dengan dirinya sendiri,
banyak siswa yang masih lalai dengan perintah dari guru. Selain itu juga pada saat
pembelajaran, siswa banyak yang belum memiliki mental positif untuk berani
menyampaikan pendapatnya, atau menjelaskan ulang mengenai peristiwa-
peristiwa penting dalam sejarah. Siswa khusunya kelas VI B juga kurang terampil
dalam mengatasi masalah sehari-hari yang mereka alami. Mereka juga terlihat
kurang tertarik pada saat melakuka pembelajaran.

1
2

Keadaan ini diakibatkan karena kurangnya penguatan pada guru bahwa


keberanian dalam hal ini mental positif adalah hal yang penting dalam pelajaran,
juga bagi kehidupan sehari-hari. Kurang luwesnya guru dalam melakukan variasi
penerapan model-model pembelajaran. Bahkan, berdasarkan data yang ada, dari
16 orang siswa kelas 6 hanya 9 orang yang dapat memahami pelajaran dan juga
tuntas KKM.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


penerapan model pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh terhadap minat
belajar, motivasi, dan gaya belajar yang akan berdampak pada kemampuan
kognitif dan kemampuan afektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Slavin, Abrani, dan Chambers dalam Wina Sanjaya berpendapat


bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu
perspektif motivasi, sosial, perkembangan kognitif, dan elaborasi kognitif.
Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan
demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok.1Sehingga permasalahan yang terjadi pada SD Negeri 112288
Sukaramai mengenai masalah belajar siswa dapat ditangani dengan cara
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Banyak model pembelajaran
kooperatif dintaranya Team Game Tournament (TGT), Student Team
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Problem Solving, Numbered Head
Together (NHT), KepalaBernomorStruktur.
Numbered Heads Together (NHT)merupakan suatu model yang
dikembangkan oleh Spencer Kagen. Model ini dianggap dapat meningkatkan hasil
belajar siswa karena melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. Sintaks Numbered Heads Together (NHT), yaitu
pengarahan, buat kelompok heterogen, diskusi kelas, kuis individual dan beri
reward.2
1
Wina Sanjaya, (2013), Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, hal. 244.
2
Maisyarah, “MeningkatkanHasilBelajardanAktivitasSiswaMelalui Model
PembelajaranTipe NHT”, Math Didaktif: JurnalPendidikanIPS, Volume 1 Nomor 2 Mei-
3

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ini dapat


meningkatkan hasil belajar IPS sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Maisyarah bahwa aktivitas belajar IPS peserta didik meningkat pada setiap siklus.
peningkatan aktivitas belajarnya berimplikasi terhadap hasil belajar IPS peserta
didik yang terus meningkat. Respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sangat baik.3
Oleh karena itu peneliti menawarkan model yang diharapkan mampu
menunjang keberhasilan pembelajaran IPS di sekolah tersebut. Berdasarkan
uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Perbaikan Pembelajaran IPS Tema Globalisasi dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Media Gambar di Kelas
VIB SDN 112288 Sukaramai Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten
Labuhanbatu Utara T.P 2021/2022’’.
B. Rumusan Masalah
Pada penelitian kali ini berdasarkan masalah-masalah yang telah saya
paparkan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah apakah dengan
menggunakan model pembelajaran numbered head together dan media gambar
dapat memperbaiki pembelajaran IPS tema globalisasi di kelas VIB SD Negeri
112288 Sukaramai Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara T.P
2021/2022?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran IPS tema globalisasi
dengan menggunakan model pembelajaran numbered head together dan media
gambar di kelas VIB SD Negeri 112288 Sukaramai Kecamatan Kualuh Hulu
Kabupaten Labuhanbatu Utara T.P 2021/2022

D. Manfaat Perbaikan
1. Bagi Guru
Sebagai kajian gagasan dan informasi untuk pengembangan dan
peningkatan keterampilan mengorganisasikan, memformulasikan, dan

Agustus 2015, hal. 127.


3
Ibid, hal.125
4

mengkondisikan kegiatan belajar mengajar di kelas terutama untuk mata pelajaran


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang mana pencapai tujuan pembelajaran dapat
ditingkatkan dengan maksimal.

2. Bagi Siswa
Penentuan suatu media dalam meningkatkan aktivitas belajar kearah
yang untuk lebih menguasai dan memahami materi pelajaran melalui penguasaan
konsep-konsep pokok pelajaran yang diajarkan ke kelas terutama memiliki
kemampuan. Memahami negara-negara ASEAN.

3. Bagi Sekolah
Dari kesemua hasil pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran ini nantinya
tentu ada suatu harapan yang dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan
sebagai acuan di dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, terutama
pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sehingga hasilnya
akan berdampak pada kemajuan dan perkembangan pembelajaran.

4. Bagi Dinas Pendidikan


Hasil penelitian diharapkan sebagai bahan rujukan memperkaya Ilmu
Pengetahuan dan Keterampilan serta untuk memetakan kemampuan guru sebagai
peneliti didalam hal – hal yang berkaitan dengan perbaikan proses pembelajaran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pembelajaran IPS


Pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses
psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu
dengan lingkungan belajar yang disengaja diciptakan.
Menurut Suwarno (1981), bahwa sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal karena mempunyai bentuk (form) yang jelas dalam arti
memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan ditetapkan
dengan resmi.
Menurut Winaputra U. S at al (2008), tentang pendidikan IPS
tidak bisa dilepaskan dari interaksi fungsional perkembangan masyarakat
Indonesia dengan system dan praktisi pendidikannya. Jika dilihat secara
analitik, praktis pendidikan IPS dalam kehidupan masyarakat bangsa
Negara Indonesia yang sedang dalam proses pertumbuhan dengan segala
krisis yang dialaminya, menunjukkan suatu bidang permasalahan yang
utuh, menyeluruh, dan multi-dimensional. Di situ ada konstribusi
pengalaman sejarah, kondisi objektif alam, social, ekonomi, politik,
budaya, dan pengaruh dunia luar sebagai dampak dari kehidupan yang
semakin mendunia. Oleh karena itu, pendekatan yang perlu digunakan
dalam pengkajian pendidikan IPS adalah pendekatan holistic sebagai
pendekatan yang menuntut kearifan intuisi dan bersifat ekologis. Tentu
saja kaidah-kaidah keilmuan pada tataran epistomologi harus tetap
menjadi rujukan konseptual. Dengan demikian, kajian pendidikan IPS
tidak bisa tidak harus merupakan suatu kerangka konseptual sistematik
atau integrated system of knowledge (pengetahuan yang terintgrade),
synthetic discipline (disiplin) serta multi-dimensional.
Menurut Wiyata dalam Suwarno (1981), alam perguruan adalah
pusat pendidikan yang teristimewa berkewajiban mengusahakan
kecerdasakan pikiran (perkembangan intlektual) beserta pemberian ilmu
pengetahuan.
2

Djahiri (Sapriya,2006:7) mengungkapkan, bahwa IPS merupakan


ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-
cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya, kemudian diolah berdasarkan prinsip
pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat
persekolahan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan kumpulan dari satu kesatuan ilmu-ilmu sosial yang diolah
berdasarkan prinsip pendidikan dengan tujuan memperbaiki,
mengembangkan, dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan
kemasyarakatan.
B. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT pertama kali
dikembangkan oleh Spencer Kagan.Model NHT mengacu pada belajar
kelompok siswa, masing-masing anggota memiliki bagian tugas
(pertanyaan) dengan nomor yang berbeda-beda. Setiap siswa mendapatkan
kesempatan sama untuk menunjang timnya guna memperoleh nilai yang
maksimal sehingga termotivasi untuk belajar. Dengan demikian setiap
individu mendapat tugas dan tanggung jawab sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.4

Menurut Trianto, Numbered Head Together (NHT) atau penomoran


berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional. Model pembelajaran ini digunakan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. 5

Numbered Head Together merupakan suatu model pembelajaran


berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas

4
ArisShoimin, (2014), 68 Model PembelajaranINOVATIF dalamKurikulum
2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal 107-108.
5
TriantoIbnuBadar Al-Tabany, (2014), Mendesain Model PembelajaranInovatif,
Progresif, danKonteksatual: Konsep, Landasan, danImplementasinyapadaKurikulum
2013 (KurikulumTematikIntegratif/TKI), Jakarta:Prenadamedia Group, hal. 131.
3

tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antar siswa yang satu
dan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan
menerima antara satu dengan yang lainnya. 6

Arrend mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe


numbered head together (penomoran berpikir bersama) yang dikutip oleh
Trianto yaitu: (a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi pelajaran; (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (c) Bila
memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang beragam; (d) Penghargaan lebih berorientasi kepada
kelompok dari pada individu.7

Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk


saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan
untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.8

Menurut Khadijah, tujuan dari NHT adalah: (1) Hasil belajar


akademik, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik; (2) Penerimaan terhadap penghargaan, yaitu bertujuan agar
siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang; (3) Pengembangan keterampilan sosial, yaitu bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan social siswa keterampilan yang dimaksud
antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.9

1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together


(NHT)
ArisShoimin, (2014), 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalamKurikulum
6

2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal 108


7
Khadijah, (2013), BelajardanPembelajaran, Bandung: Citapustaka Media, hal.
136-137.
8
Miftahul Huda , (2014), Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu –
Isu Metodis dan Paradigmatis), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 203.

Khadijah, (2013), BelajardanPembelajaran, Bandung: Citapustaka Media, hal.


9

139.
4

Sintak atau tahap – tahap pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir


sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalah sebagai berikut.
1) Siswa dibagi ke dalam kelompok – kelompok
2) Masing – masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
3) Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing–masing kelompok untuk
mengerjakannya.
4) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut.
5) Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
6) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempersentasikan jawaban dari hasil
diskusi kelompok mereka.10
2. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Adapun kelebihan model pembelajaran Numbered Heads Together
adalah :
1) Setiapmuridmenjadisiap
2) Dapatmelakukandiskusidengansungguh-sungguh
3) Murid yang pandaidapatmengajarimurid yang kurangpandai
4) Terjadiinteraksi yang intensantarasiswadalammenjawabsoal
3. Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Adapun kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah :
1) Tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa banyak karena
membutuhkan waktu yang lama
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena kemungkinan
waktu yang terbatas.
C. Media Gambar
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan
(Sadiman, 2002: 6). Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan
disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

Miftahul Huda , (2014), Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu –


10

Isu Metodis dan Paradigmatis), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 203-204.


5

yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam


Sadiman,2002:6).
Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman,2002:6) media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima  sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002: 6). Dari pendapat Gagne
dan Brigs kita dapat menyimpulkan bahwa media merupakan alat dan baha
fisik yang terdapat di lingkungan siswa untuk menyajikan pesan kegiatan
pembelajaran (proses kegiatan belajar-mengajar) sehingga dapat
merangsang siswa untuk belajar.
Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. namun penegertian media dalam
proses pemebelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
fotografis atau elektronis untuk menagkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. 
Media merupakan segala sesuatu yang dapat diindra yang
berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi belajar
mengajar (Rohani,1997:23).Secara etimologi, kata “media” merupakan
bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius”
yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium”
dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media
dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi
(pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat
diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam
suatu proses penyajian informasi (AECT,1977:162).
Ada beberapa batasan atau pengertian tentang media
pembelajaran yang disampaikan oleh para ahli. Dari batasan-batasan
tersebut, dapat dirangkum bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang menyangkut  software  dan  hardware yang dapat digunakan
untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar
6

(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,


perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di
dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Jadi dapat disimpulkan dari pengertian beberapa ahli mengenai
definisi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat
merangsang perhatian, minat pikiran, dan perasaan pembelajar (siswa)
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai
pembawa informasi dan pencegah terjadinya hambatan proses
pembelajaran, sehingga informasi atau pesan dari komunikator dapat
sampai kepada komunikan secara efektif dan efesien. Selain itu, media
pembelajaran merupakan unsur atau komponen sistem pembelajaran maka
media pembelajaran merupakan media integral dari pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (1986:43) berpendapat bahwa “ Gambar
adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua
dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran”. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) “ Gambar adalah tiruan barang,
binatang, tumbuhan dan sebagainya.”
Bentuk umun dari media gambar terangkum dalam pengertian
dari media grafis. Karena media gambara merupakan bagian dari
pembuatan media grafis. Sebelum kita nengetahui lebih lanjut mengenai
media gambar ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu pengertian dari
media grafis. 
Menurut (I Made Tegeh,2008) media grafis atau graphic material
adalah suatu media visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis,
gambar-gambar, tulisan, atau symbol visual yang lain dengan maksud
untuk menikthisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data
kejadian. Batasan tersebut member gambaran bahwa media grafis
merupakan media dua dimensi yang dapat dinikmati dengan menggunakan
indra pengelihatan. 
7

Dari pengertian media grafis diatas kita dapat mengambil


kesimpulan bahwa memang benar media gambar merupakan bagian yang
utuh dari media grafis tersebut karena pada dasarnya media gambar
merupakan kumpulan dari beberapa titik dan garis yang
memvisualisasikan gambar sebuah benda atau seorang tokoh yang dapat
memperjelas kita dalam memahami benda atau tokoh tersebut.
Menurut  (I Made Tegeh,2008) yang dimaksud media gambar
dilihar dari pandangan media grafis adalah gambar – gambar hasil lukisan
tangan, hasil cetakan, dan hasil karya seni fotografi. Penyajian obyek
dalam bentuk gambar dapat disajikan melalui bentuk nyata  maupun kreasi
khayalan belaka sesuia dengan bentuk yang pernah dilihat oleh orang yang
menggambarnya.
Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata hal
ini mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang
memberikan pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap
dibandingkan kita hanya membaca dan  memebrikan suatu kejelasan pada
sebuah masalah karena sifatnya yang lebih konkrit (nyata). Tujuan
penggunaan gambar dalam pembelajaran adalah : (1) menerjemahkan
symbol verbal, (2) mengkonkritkan dan memperbaiki kesan-kesan yang
salah dari ilustrasi lisan. (3) memberikan ilustrasi suatu buku, dan (4)
membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan suasana kelas.
Dalam pembelajaran di sekolah dasar media gambar sangat baik
di gunakan dan di terapkan dalam proses belajar mengajar sebagai media
pembelajaran karena media gambar ini cenderung sangat menarik hati
siswa sehingga akan muncul motivasi untuk lebih ingin menegtahui
tentang gamabar yang dijelaskan dan gurupun dapat menyampaikan materi
dengan optimal melalui media gamabar tersebut.
Walaupun media gambar merupakan media yang tepat dan baik
digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar namun pasti ada saja
kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh media gambar tersebut
sebagai sebuah karakteristik dari media gamabar itu sendiri. Dari sumber
8

yang ada, ada beberapa kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh
media gambar yaitu :
1. Kelebihan Media Gambar :
a. Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok
masalah dibanding dengan media verbal semata.
b. Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak
semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak
selalu bisa, anak-anak dibawa ke objek tersebut.
c. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan
kesalah pahaman.
d. Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan
peralatan yang khusus.
2. Kekurangan Media Gambar :
a. Penghayatan tentang materi kurang sempurna, karena media gambar
hanya menampilkan persepsi indera mata yang tidak cukup kuat untuk
menggerakkan seluruh kepribadian manusia, sehingga materi yang akan
dibahas kurang sempurna.
b. Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran.
c. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.

D. Materi Tema Globalisasi


Globalisasi adalah
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subyek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Mata Pelajaran


1. Subyek Penelitian
Subyek yang akan diteliti adalah peserta didik kelas VI B SDN
112288 Sukaramai, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu
Utara, yang berjumlah 16 orang siswa.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dikelas VIB SDN 112288 Sukaramai
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah  tanggal 19
Oktober 2016 sampai tanggal 02 Novemmber 2016 dengan rincian seperti
tercantum pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Kelas VI SDN 112288 Sukaramai

No Waktu Kegiatan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
4 November 2021
1 I Mata Pelajaran IPS
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
2 11 November 2021
2 Mata Pelajaran IPS

4. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang digunakan adalah IPS.
2

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Menurut Arikunto ( 2008) mengemukakan secara garis besar

terdapat empat tahap yang dilalui dalam melaksanakan penelitian

tindakan kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Desain PTK (Arikunto, 2008)

1. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran pada Siklus I ( Kamis, 4


November 2021).
a. Perencanaan
1) Membahas kendala-kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan komentar supervisior 2.
2) Menetapkan langkah-langkah yang dapat dilakukan agar siswa aktif
dalam pembelajaran.
3) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
dari pra siklus dengan supervisior 1 dan 2 dengan model pembelajaran
Numbered Head Together melalui media gambar.
3

4) Memeriksa dan menyediakan semua alat peraga dan sarana lain yang
akan digunakan.
5) Membuat lembar pengamatan bersama supervisior 2.
6) Menetapkan waktu pelaksanaan pembelajaran siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan
1) Menyepakati mekanisme pelaksanaan pembelajaran bersama pengamat.
2) Selama proses pembelajaran pengamat mengisi lembar pengamatan yang
sudah dipersiapkan dan mencatat hal-hal yang diperlukan untuk diperbaiki.
3) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan menggunakan
Model pembelajaran Numbered Head Together melalui media Gambar yang telah
dirancang sebaik mungkin.
4) Melihat hal-hal yang muncul pada saat pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus I sebagai masukan bagi perencanaan perbaikan pembelajaran
siklus II.
c. Pengamatan
1) Pengamat ( Supervisor 2) melakukan pengamatan dengan menggunakan
lembar pengamatan yang telah disediakan.
2) Peneliti dibantu oleh pengamat untuk melakukan tabulasi nilai hasil
belajar siklus I.
d. Refleksi
1) Peneliti bersama supervisor 2 mendiskusikan hasil pengamatan
Pelaksanan perbaikan pembelajaran Siklus I.
2) Hasil diskusi dengan supervisor 2 selanjutnya didiskusikan dengan
supervisor 1 terutama untuk menetukan fokus perbaikan pembelajaran
pada siklus I.
3) Peneliti dan pengamat mengadakan kegiatan perencanaan tindakan
perbaikan pada siklus II.
4

2. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran pada Siklus II ( Kamis, 11


November 2021)
a. Perencanaan
1) Membahas permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus I berdasarkan hasil pengamatan
supervisor 2.
2) Merancang berbagai langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan semangat siswa dalam belajar yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together
melalui media Gambar tentang Globalisasi.
3) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil
pengamatan dari siklus I dengan supervisor 2.
4) Membuat lembar pengamatan bersama supervisor 2.
5) Menetapkan waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 2.
b. Pelaksanaan
1) Menyepakati mekanisme pelaksanaan pembelajaran bersama
Pengamat.
2) Selama proses pembelajaran pengamat mengisi lembar pengamatan
yang sudah dipersiapkan dan mencatat hal-hal yang diperlukan
untuk diperbaiki.
3) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan
pembelajaran Numbered Head Together melalui media Gambar
yang dirancang sebaik mungkin.
4) Melihat hal-hal yang muncul pada saat pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus II.
c. Pengamatan
1) Pengamat (supervisor 2) melakukan pengamatan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah disediakan.
2) Peneliti dibantu oleh pengamat untuk melakukan tabulasi nilai
hasil belajar siklus II.
d. Refleksi
5

Peneliti bersama supervisor 2 mendiskusikan hasil pengamatan Pelaksanan


perbaikan pembelajaran Siklus I.
1) Hasil diskusi dengan supervisor 2 selanjutnya didiskusikan dengan
supervisor 1 terutama untuk menetukan fokus perbaikan pembelajaran
pada siklus I.
2) Peneliti dan pengamat mengadakan kegiatan perencanaan tindakan
perbaikan pada siklus II.
3. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran pada Siklus III ( Kamis, 18
November 2021)
a. Perencanaan
1) Membahas permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus II berdasarkan hasil pengamatan supervisor 2.
2) Merancang berbagai langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan semangat siswa dalam belajar yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together melalui media Gambar
tentang Globalisasi.
3) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan
dari siklus II dengan supervisor 2.
4) Membuat lembar pengamatan bersama supervisor 2.
5) Menetapkan waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 3.
b. Pelaksanaan
1) Menyepakati mekanisme pelaksanaan pembelajaran bersama Pengamat.
2) Selama proses pembelajaran pengamat mengisi lembar pengamatan yang
sudah dipersiapkan dan mencatat hal-hal yang diperlukan untuk
diperbaiki.
3) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan pembelajaran
Numbered Head Together melalui media Gambar yang dirancang sebaik
mungkin.
4) Melihat hal-hal yang muncul pada saat pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus III.
c. Pengamatan
6

1) Pengamat (supervisor 2) melakukan pengamatan dengan menggunakan


lembar pengamatan yang telah disediakan.
2) Peneliti dibantu oleh pengamat untuk melakukan tabulasi nilai hasil
belajar siklus III.
d. Refleksi
Peneliti bersama supervisor 2 memutuskan untuk tidak melaksanakan
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya karena diperkirakan pembelajran Ilmu
Pengetahuan Sosial tenteng Globalisasi sudah baik.

Anda mungkin juga menyukai