Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN SOFTWARE APLIKASI DISTRIBUSI

KOORDINASI PROTEKSI

NN

DISUSUN OLEH :

FAJRI ANUGERAH PRATAMA


3.39.19.0.14

LT-3E

TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELETRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2021/2022
I. DASAR TEORI

1. Dasar Teori Koordinasi Relay Proteksi


Koordinasi relay proteksi adalah sistem proteksi pada sebuah sistem tenaga listrik yang
memanfaatkan prinsip kerja relay Over Current Relay (OCR) yang bekerja berdasarkan
besaran arus dengan satuan waktu yang diatur. Sehingga relay akan bekerja secepat mungkin
ketika terjadi gangguan dengan batas waktu setting yang telah ditentukan. Untuk
mengkoordinasikan antara relay satu dengan relay yang lain dapat dilakukan dengan mengatur
jarak waktu kerja antara relay satu dengan relay yang lain sehingga relay akan bekerja secara
terkoordinasi. Koordinasi yang dimaksud adalah relay satu dengan relay yang lain terhubung
dalam satu jaringan distribusi namun memiliki setting yang berbeda untuk menanggualngi
gangguan yang terjadi. Jenis – jenis gangguan yang terdeteksi oleh OCR antara lain:
1. Gangguan fasa ke tanah (Ground Fault).
2. Gangguan fasa ke fasa (Phase to Phase).
3. Gangguan frus lebih (Over Load Current).
Pada sebuah sistem koordinasi relay proteksi diperlukan jenis relay yang sesuai dengan
sistem tenaga listrik yang dibangun. Hal ini dikarenakan setiap sistem tenaga listrik memiliki
bagian – bagian yang berbeda sehingga jenis relay yang digunakan pun harus berbeda. Adapun
jenis dan karakteristik relay proteksi secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut,
yaitu:

1.1.1 Relay Waktu Singkat (Instantaneous Relay)


Relay ini bekerja seketika (tanpa jedah waktu) dengan jarak waktu kerja relay dimulai
dari pickup hingga bekerja dengan waktu sangat singkat yakni 10 sampai 20 ms. Berikut ini
adalah contoh rangkaian dan kurva karakteristik relay waktu sesaat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Relay Waktu Sesaat (Instantaneous Relay).

1.1.2 Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time-lag Relay)


Relay ini akan memberi sinyal pada PMT ketika terjadi short circuit saat besar arus
melampaui setting (Is), dan jarak waktu kerja relay dimulai saat kondisi relay merasakan arus
gangguan (kondisi pickup) sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu kerja yang tak
tergantung oleh besar arus yang mempengaruhi relay. Rangkaian dan kurva karakteristik relay
arus lebih waktu tertentu seperti pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time-lag Relay).

1.1.3 Relay Arus Libeh Waktu Terbaik (Inverse Time Relay)


Relay ini bekerja ketika terjadi short circuit dan saat relay bekerja pada rangkaian CB,
relay ini bekerja secara terbalik oleh besar arus gangguan yang dapat memicu relay sehingga
bekerja. Rangkaian dan kurva karakteristik relay arus lebih waktu terbaik dapat dilihat pada
Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Inverse Time Relay).

Relay ini bekerja dengan nilai waktu tunda secara terbalik dengan besar arus (Inverse
Time), yakni semakin besar arus gangguan maka semakin pendek waktu tunda. Relay jenis ini
memiliki karakteristik kecuraman waktu dengan arus yang dikelompokkan menjadi:
standar/normal inverse, long time inverse, very inverse, dan extrimely inverse seperti pada
Gambar 1.4.
Gambar 1.4 Karakteristik Waktu Invers Relay (Inverse Time Relay).

1.1.4 Relay Arus Lebih Inverse Definite Minimum Time (IDMT)


Relay ini ialah hasil campuran dari karakteristik oleh OCR waktu terbalik (Inverse Time)
dengan OCR waktu tertentu (Definite Time). Relay ini punya karakteristik kerja waktu secara
terbalik oleh arus gangguan yang kecil setelah kondisi pickup dan berubah jadi waktu tertentu
saat nilai arus gangguan naik.
Contoh karakteristiknya seperti pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Karakteristik Relay IDMT.


1.1.5 Batas Waktu Operasi Relay
Untuk setting tersebut yang dibutuhkan adalah menentukan batas waktu operasi relay
dimana batas waktu operasinya mempertimbangkan antara waktu operasi minimum dengan
waktu operasi maksimum. Yang dipertimbangkan adalah setting waktu operasi pada relay
primer harus lebih besar dari waktu minimum operasi dan kurang dari waktu maksimum
operasi. Pertimbangan tersebut dapat dilihat sebagai persamaan 2.3.
(2.3)
Dimana ti,min dan ti,max adalah operasi minimum dan maksimum relay di lokasi i untuk
gangguan pada beberapa poin untuk wilayah operasi.
Pada Setting OCR sangat penting untuk dilakukan perhitungan karena setiap sistem
tenaga listrik memiliki sistem distribusi yang berbeda – beda, sehingga dibutuhkan analisa pada
seluruh komponen didalamnya. Pemodelan sistem proteksi tenaga listrik setting pada relay
sangatlah berpengaruh pada kinerjanya. Adapun parameter – parameter yang digunakan dalam
menghitung nilai setting relay antara lain:
1. Perhitungan short circuit.

2. Perhitungan arus beban maksimum.

3. Perhitungan setelan arus.

4. Perhitungan TDS (Time Dial Setting).

1.2 Koordinasi Relay Proteksi (Coordination Relay Protection)


1.2.1 Pengertian Koordinasi Relay Proteksi
Coordination Relay Protection (koordinasi Relay Proteksi) merupakan aplikasi
sistematis dari peralatan proteksi yang memantau arus secara aktual pada sebuah sistem tenaga
listrik. Dimana dalam merespon sebuah gangguan atau overload akan dilakukan dengan cara
menghubungkan relay satu dengan relay yang lain. Pada sistem koordinasi ini relay akan
terhubung sehingga akan ada relay utama dan relay cadangan. Tujuanya untuk menentukan
pengaturan panggilan waktu, pickup pengaturan arus, dan jenis karakteristik relay sehingga
keseluruhan waktu operasi dari relay utama adalah minimal. Pemilihan variabel yang
disebutkan harus sesuai dengan batasan koordinasi antara relay cadangan dengan relay utama.

1.2.2 Beban – Beban


Beban – beban sangat berperan penting dalam sebuah sistem tenaga listrik dimana beban
tersebut adalah bagian yang membutuhkan energi listrik. Pada sistem proteksi mengetahui
besarnya beban sangatlah penting untuk melakukan perancangan sistem proteksi yang akan
diterapkan. Adapun beban – beban yang akan menjadi parameter dalam membangun sistem
proteksi ialah arus beban maksimum dan arus beban minimum dimana beban maksimum ialah
batas maksimal beban ketika bekerja sedangkan beban minimum ialah batas terendah ketika
beban bekerja.
Adapun jenis – jenis beban yang terdapat pada sebuah sistem tenaga listrik antara lain:
1. Beban statis adalah beban yang tidak mengalami perubahan dan bersifat tetap terhadap
waktu. Beban statis dimisalkan mesin – mesin produksi pabrik yang bekerja setiap saat
contohnya seperti mesin pengiling semen yang harus bekerja selama 24 jam penuh.
Adapun pengaruh yang disebabkan adalah terjadinya arus berbalik arah dikarenakan
motor masih berputar sehingga menghasilkan tenaga listrik sehingga dapat merusak
peralatan proteksi dan peralatan lainnya. Sehingga apabila terjadi perubahan arus maka
akan dianggap gangguan oleh sisitem proteksi.
2. Beban dinamis merupakan beban yang mengalami perubahan terhadap waktu, misalkan
pada sebuah sistem tenaga listrik terdapat peralatan yang hanya dinyalakan pada waktu
tertentu. Contohnya seperti lampu penerangan maka beban tersebut akan dikategorikan
sebagai beban dinamis sehingga tidak dianggap sebagai gangguan oleh sistem proteksi.
Pada sistem proteksi beban dinamis dimasukkan dalam satu bagian yang disebut
lampload.
Pada percobaan modul 6 ini akan disimulasikan koordinasi proteksi dengan menggunakan
rele arus lebih dari sistem distribusi yang sederhana. Current Transformer dalam dunia
kelistrikan digunakan untuk mendeteksi arus yang mengalir melalui sebuah Line yang
kemudian hasil sensing (output) tersebut digunakan untuk input relay. CT ada dua jenis yaitu
phase CT dan ground CT. Phase CT dapat melakukan sensing / mendeteksi baik arus fasa
maupun arus ground sedangkan ground CT hanya bisa mendeteksi arus ground. Berikut
gambar skematik CT.

Adapun cara-cara menentukan rating CT (Arus Primary/Arus Secondary) adalah:


1. Penentuan Arus Primary (Ip) Penentuan Ip sangat bergantung pada arus sistem
yang akan dideteksi. CT akan bekerja dengan baik jika Ip yang dipilih tepat berada sedikit di
atas Arus nominal yang mengalir pada Line tersebut. Contohnya, jika arus yang mengalir pada
Line tersebut adalah 733 A, maka pilihlah Ip sebesar 750 A atau 800 A. bagaimana cara
mengetahui Arus Line tersebut? Hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: (a) dengan
perkiraan kasar dan (b) Penghitungan simulasi load flow. Untuk cara perkiraan kasar, ini
adalah cara termudah, namun cara ini membutuhkan sense of engineering dan pengalaman
yang cukup baik dari seorang electrical engineer. Cara penghitungan simulasi loadflow adalah
cara termudah kedua. Biasanya dalam simulasi, CT digunakan untuk study proteksi terhadap
sistem listrik atau study transient stability. Kedua study ini pasti dilakukan setelah study
loadflow sistem yang berarti kita dapat menentukan Arus Line dengan mudah saat study
loadflow.
2. Penentuan Arus Secondary (Is) Penentuan Arus Secondary ini lebih mudah
karena digunakan common rules yaitu 5 A atau 1 A.
 Is dipilih 5 A jika jarak antara CT dan relay ≤ 10 meter (30 ft)  Is dipilih 1 A jika jarak
antara CT dan relay > 10 meter (30 ft).
Penentuan ini didasarkan pada energi yang hilang akibat panas pada konduktor antara CT dan
relay. Sebagaimana kita ketahui, losses energy pada konduktor dapat dihitung dengan E losses
= I² Z dimana I adalah arus output CT yang dikirim ke relay dan Z adalah impedansi
konduktornya. Jika kita memilih membatasi Is CT 5 A, berarti losses energy yang dikirim ke
relay akan berkurang hingga 25 kali lipat jika kita menggunakan 1A. Selain itu juga akan
terjadi drop tegangan hingga 5 kali lipatnya jika menggunakan 1A. Hal ini akan sangat
berpengaruh pada kinerja relay karena relay memiliki minimal rating input agar bisa bekerja
dengan baik.
II. TUJUAN
1. Untuk menentukan besaran ratio CT dan relay yang digunakkan

2. Menganalisa pengamanan yang digunakkan pada suatu jaringan distribusi listrik

3. Menganalisa penggunaan CT dan relay yang sesuai dengan keamanan jaringan

. III. GAMBAR RANGKAIAN

Gambar 3.1 Single Diagram Rangkaian Jaringan Distribusi


IV. DATA HASIL

Gambar 4.1 Simulasi Gangguan 1

Gambar 4.2 Simulasi Gangguan 2


Gambar 4.3 Simulasi Gangguan 3

Gambar 4.4 Simulasi Gangguan 4


V. ANALISA DATA

Pada simulasi gangguan pertama,diumpamakan terjadi gangguan pada Load 1.Fungsi relay
2 pada gangguan ini adalah untuk memproteksi peralatan listrik terhadap arus lebih yang
disebabkan oleh gangguan arus hubung singkat. Selain itu Over Current Relay ( OCR ) 12
juga berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus yang melebihi dari arus yang
dibolehkan lewat dari transformator tersebut.Untuk fungsi current transformator adalah
untuk mengubah besaran arus pada system menjadi lebih kecil agar dapat dibaca oleh panel
metering atau alat ukur yang terhubung.Arus yang mengalir pada beban adalah sebagai
berikut:

Maka dari itu current trafo yang dipasang nilainya harus lebih dari 15801,dengan contoh
sebagai berikut
Perbandingan ratio diatas sesuai dengan perkiraan perhitungan arus dimana ratio primary dari
current trafo harus lebih besar dari 15801 sedangkan untuk ratio secondary dipasang 5A karena
diumpamakan jarak antara CT dan relay ≤ 10 meter.Untuk settingan relay menggunakkan jenis
ALSTOM P139 dikarenakan relay jenis ini hanya berfungsi untuk penggunaan Overcurrent
dan cocok untuk melindungi/memproteksi kabel, jalur, trafo pada bagian 150/20 kV dan 20/380
kV dan juga motor.

Pada simulasi gangguan kedua,diumpamakan terjadi gangguan setelah bus 7.Fungsi relay 3
pada gangguan ini adalah untuk memproteksi peralatan listrik terhadap arus lebih yang
disebabkan oleh gangguan arus hubung singkat. Fungsi relay ini lebih tepatnya untuk
memberika sinyal kepada CB 5 agar dapat memutus rangkaian ketika mengalami gangguan.

Arus yang mengalir pada rangkaian ini sebesar 300,2A sehingga rasio current trafo yang
dipasang adalah sebagai berikut
Perbandingan ratio diatas sesuai dengan perkiraan perhitungan arus dimana ratio primary dari
current trafo harus lebih besar dari 300,2A sedangkan untuk ratio secondary dipasang 5A
karena diumpamakan jarak antara CT dan relay ≤ 10 meter. Untuk settingan relay
menggunakkan jenis ALSTOM P139 dikarenakan relay jenis ini hanya berfungsi untuk
penggunaan Overcurrent dan cocok untuk melindungi/memproteksi kabel, jalur, trafo pada
bagian 150/20 kV dan 20/380 kV dan juga motor.

Untuk pemasangan relay sebelum T1 dan sesudah T1 menggunakkan jenis ALSTOM P139
dikarenakan relay jenis ini hanya berfungsi untuk penggunaan Overcurrent dan cocok untuk
melindungi/memproteksi kabel, jalur, trafo pada bagian 150/20 kV dan 20/380 kV dan juga
motor.Seddangkan ratio current trafonya memiliki perbedaan karena arus yang mengalir pada
relay sebelum T1 sebesar 40 A dan sesudah T1 sebesar 300,2A maka digunakan rasio sebagai
berikut:

Ratio CT untuk CB 1 Ratio CT untuk CB 3


VI. KESIMPULAN
1. CR atau relay arus lebih adalah suatu relai yang bekerjanya berdasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dalam jangka waktu tertentu,
sehingga relai ini dapat dipakai sebagai pola pengaman arus lebih.
2. Over Current Relay ( OCR ) ini berfungsi untuk memproteksi peralatan listrik terhadap
arus lebih yang disebabkan oleh gangguan arus hubung singkat.

Anda mungkin juga menyukai