PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan
dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini
berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makananpun
kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek
perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan jarak
kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan ante natal. BBLR
termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya di masa depan. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasimekonium,asfiksianeonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambungkecil), gangguan sistem perkemihan (ginjalbelumsempurna), gangguan
sistem persyarafan(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah
dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan
perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti
yang telah disebutkan diatas.
1
. Insiden Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR)
2
B. Pencegahan Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR)
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil.
C.Rumusan Masalah
3
9. Bagaiaman pecegahan BBLR?
10.Bagaimana penanganan BBLR?
D.Tujuan
1. Untu mengetahui Apakah pengertian BBLR?
2. Untuk mengetahui Apa saja etiologi BBLR?
3. Untuk mengetahui Apa saja fatopisiologi BBLR?
4. Untuk mengetahui Apa saja tanda dan gejala BBLR?
5. Untuk mengetahui Apa saja komlkasi BBLR?
6. Untuk mengetahui Bahaimana penatalaksanaan BBLR?
7. Untuk mengetahui Bagaiman diagnosi BBLR?
8. Untuk mengetahui Bagaimana insiden BBLR?
9. Untuk mengetahui Bagaiaman pecegahan BBLR?
10. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan BBLR?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dari bayi berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014), bayi
berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan Ikatan Dokter
Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
4
maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Menurut Hasan & Alatas (2005), bayi yang
berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram dengan batas maksimal 2499 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Pembagian menurut berat badan ini sangat
mudah tetapi tidak memuaskan. Lama kelamaan ternyata bahwa morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada
maturitas bayi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan
dapat dibagi 3, yaitu
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500
gram sampai dengan 2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan maturitas yaitu:
1. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasinya itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-
sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Untuk merawat
bayi baru lahir digunakanlah Kurva lubchenco. Kurva Lubchenco adalah kurva
pertumbuhan yang disajikan dalam bentuk tabel. Definisi tentang bayi
premature adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir < 2500 g. Definisi ini
direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health
5
Assembly. Dokter ahli pediatrics dihadapkan pada masalah hubungan antara
usia kehamilan dan pertumbuhan janin. Dengan Kurva Lubchenco diharapkan
dapat menunjukkan hubungan pertumbuhan janin dan usia kehamilan. Dari
kurva Lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan
adopsi luas dari istilah kecil untuk usia kehamilan, besar untuk usia kehamilan,
kelambatan pertumbuhan intrauterin dan janin dysmaturity. Hal ini juga
membentuk dasar untuk memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar
dari nilai persentil lebih 90% atau berat badan lahir kurang dari persentil 10%,
sehingga dapat diprediksi masalah medis.
Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, postmatur) mungkin saja mempunyai
berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Istilah lain yang dipergunakan
untuk menunjukkan KMK adalah IUGR (intrauterine growth retardation =
retardasi pertumbuhan intrauterin).
Untuk menentukan apakah bayi itu lahir prematur SMK (Sesuai Masa
Kehamilan), matur normal, KMK atau BMK (Besar untuk Masa Kehamilan)
dapat dengan membandingkan berat badan bayi dalam gram dengan usia
kehamilan dalam minggu yang kemudian diplot di kurva pertumbuhan dan
perkembangan intrauterin dari Battaglia dan Lubchenco (1967). Dari kurva ini
didapat :
1. Pertumbuhan janin normal / berat bayi matur normal dan bayi prematur
(SMK) terletak di antara persentil ke-10 dan persentil ke-90.
2. Bayi KMK beratnya di bawah persentil ke-10
3. Bayi BMK beratnya di atas persentil ke-90
6
B. Etiologi Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR )
1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan
karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran
di daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari
placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan
malnutrisi, anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal : mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
1) Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria).
2) Kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut).
f. Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh.
7
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda
antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk
kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan
ganda salah satu faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada
kehamilan ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat
makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia
dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian
perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak dengan kehamilan tunggal
dan prematuritas merupakan penyebab utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan
keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan
persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan
kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR.
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput
ketuban biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap,
apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri
8
yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu
.
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat
Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira
20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan
oksigen kepada janin.
g. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B,
dan O)
3. Faktor Plasenta
a.Plasenta privea.
b.Solusi plasenta.
4. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun.
5. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian
pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah
ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah.
6. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok
9
7. Tingkat Pendidikan
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
10
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.
1. Secara umum
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m. Nadi 100 – 140 kali / menit
2. Secara khusus
11
2) Tulang rawan elinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan
sempurna
3) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung
4) Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
5) Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
sedangkan pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis
kadang belum turun
6) Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian belum terbentuk
7) Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
8) Aktifitas dan tangisnya lemah
9) Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:
1. Hipotermi
12
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru
lahir berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla).
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
a. Radiai : dari objek ke panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat
dikeringkan.
c. Konduksi : anas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat
ditubuh.
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir
2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat
badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan
berat badan 2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari
30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan
pada berat badan lahir rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun
asam amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin
sekitar dua pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin, maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemi.
Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi terjadi pada
neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak lagi
13
mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang
dipantau glukosa darahnya dengan baik.
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus
jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis
5. Sindroma gawat napas
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi akibat
pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan terjadi
pada bayi kurang bulan.
6. Paten duktus arteriosus
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
7. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri, virus
atau jamur mudah menginfeksi bayi tersebut
8. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan
perdarahan intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel
9. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung selama
lebih dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.
14
10. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai
hematokrit, retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
a. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak ayng
mengakibatkan kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan.
b. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat distimulasi,
antara lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan
perhatian yang lebih besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu,
dapat diberikan makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam,
kangkung, juga multivitamin dan mineral, terutama yang mengandung zat
besi, mengingat cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg
hanya sedikit. Zat besi penting bagi perkembangan anak.
c. Gangguan penglihatan(Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of prematurity
( RoP ), yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan
perkembangan selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau
retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki usia
4 minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan ( fullterm)
perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa
dan terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada gejalanya
kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada stadium yang
awal. Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang berkembang ke
stadium yang lanjut diperlukan penanganan secepatnya. Kelainan itu
umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan stadiumnya tidak
15
sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Faktor resiko RoP
terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram dengan umur kelahiran
kurang dari 32 minggu ( 8 bulan ) atau dikenal dengan nama bayi lahir
prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi menjadi buta,
karena itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan medis harus dilakukan
secara tepat.
d. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
e. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur rentan
terkena penyakit.
g. Kenaikan frekuensi kelamin bawaan
Kelainan kelamin misalnya pada bayi laki-laki testis belum turun pada
skrotum sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia
minora atau bahkan pada bayi belum terbentuk organ genital.
16
Pemberian nutrisi yang adekuat :
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit.
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang
siang penduga/ sonde fooding.
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan
pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada putting. ASI merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
17
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternative cara pemberian minum.
2) Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
b) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu
ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk
menyusu.
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui
(contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui
pipa lambung:
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam
sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi
menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
18
ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan
pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan
cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada
kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu).
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2) Bayi sakit
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan
tanpa batuk atau tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung.
19
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok.
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2) Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama.
2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan.
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok.
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
3. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
20
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi dengan kain hangat
f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
i. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan
dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah
dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau
botol inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan
handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya
dengan air panas kembali.
j. Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1) Kamar dapat masuk sinar matahari
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi
k. Badan bayi harus dalam keadaan kering
l. Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
m. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
n. Ukur suhu tubuh dengan berkala
o. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
21
p. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
q. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
r. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
1. Pemantauan (Monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu
2) Tumbuh kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat
badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan
jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu.
b. Pemantauan setelah pulang
22
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1) Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2) Hitung umur koreksi
3) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5) Awasi adanya kelainan bawaan
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a) Membersihkan jalan napas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Mencegah terjadinya infeksi
d) Perawatan bayi sehari-hari:
(1) Memandikan
(2) Perawatan tali pusat
(3) Pemberian ASI
(4) Dll
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk
ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke rumah sakit.
G. Diagnosis Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR)
23
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
a. Umur ibu
b. Riwayat hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas
g. Penyakit yang diderita selama hamil
h. Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a. Berat badan
b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
H. Penanganan Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR)
24
1. BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir tanpa asfiksia.
Bayi tersebut dalam keadaan bernapas baik dan warna air ketuban jernih.
Untuk BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan
Asuhan BBLR tanpa asfiksia sebagai berikut:
a. Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
b. Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
c. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
d. Segera memberi ASI dini dengan membelai
e. Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam
jika bayi hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan dingin, ada penyulit
yang lain.
f. Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha
kiri anterolateral
g. Salep mata antibiotik
h. Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan
terbuka
i. Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit,
dapat diberikan Vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan
Resusitasi:
a. Diputuskan berdasarkan penilaian keadaan Bayi Baru Lahir, yaitubila:
1) Air Ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/gawat janin)
2) Bayi tidak menangis, atau tidak bernapas spontan, ataubernapas
megap-megap
Catatan: Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu
menunggu hasil penilaian skor APGAR
25
b. Menggunakan acuan berikut:
1) Buku Modul atau Kaset Video Manajemen Asfiksia Bayi BaruLahir
untuk bidan
2) Asuhan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia pada Buku APN
c. Langkah awal resusitasi
1) Jaga bayi dalam keadaan hangat
2) Atur posisi kepala bayi sedikit tengadah (posisi menghidu)
3) Isap lendir di mulut, kemudian hidung
4) Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
5) Reposisi kepala
6) Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter : usaha napas Bila
setelah dilakuan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas
spontan dan teratur
a) Lakukan Ventilasi sesuai dengan tatalaksana manajemen
Asfiksia Bayi Baru Lahir
b) Bila setelah ventilasi selama 2 menit, tidak berhasil, siapkan
rujukan
c) Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan
ventilasi setelah 10 menit denyut jantung tidak ada/tidak
terdengar, kemudian siapkan konseling dukungan emosional
dan pencatatan bayi meninggal
26
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20
jam.
b. Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan
sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu
pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung
c. Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi
dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena
refleks menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir
120-150ml/kg BB/ hari.
d. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
e. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
f. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.
27
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Pola Nafas
b. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
c. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Ketidakefektifan pola minum bayi
f. Hipotermi
g. Resiko infeksi
3. Intervensi
N Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Hasil
28
- Pernafasan rata- Monitor respirasi dan
rata/minimal status O2
Bayi : < 25 atau > 60
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Oxygen Therapy
Usia 5-14 : < 14 atau > Bersihkan mulut, hidung dan
25 secret trakea
Usia > 14 : < 11 atau > Pertahankan jalan nafas yang
24 paten
- Kedalaman pernafasan Atur peralatan oksigenasi
Dewasa volume tidalnya Monitor aliran oksigen
500 ml saat istirahat Pertahankan posisi pasien
Bayi volume tidalnya 6-8 Onservasi adanya tanda tanda
ml/Kg hipoventilasi
- Timing rasio Monitor adanya kecemasan
- Penurunan kapasitas pasien terhadap oksigenasi
vital
Vital sign Monitoring
Faktor yang berhubungan Monitor TD, nadi,
: suhu, dan RR
Hiperventilasi Catat adanya fluktuasi
Deformitas tulang tekanan darah
Kelainan bentuk Monitor VS saat
dinding dada pasien berbaring,
Penurunan duduk, atau berdiri
energi/kelelahan Auskultasi TD pada
Perusakan/pelemahan kedua lengan dan
muskulo-skeletal bandingkan
Obesitas Monitor TD, nadi,
Posisi tubuh RR, sebelum, selama,
Kelelahan otot dan setelah aktivitas
pernafasan Monitor kualitas dari
Hipoventilasi sindrom nadi
Nyeri Monitor frekuensi dan
Kecemasan irama pernapasan
Disfungsi Monitor suara paru
Neuromuskuler Monitor pola
Kerusakan pernapasan abnormal
persepsi/kognitif Monitor suhu, warna,
Perlukaan pada dan kelembaban kulit
jaringan syaraf tulang Monitor sianosis
belakang perifer
Imaturitas Neurologis Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
29
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
30
hiperplasia dinding Pasang mayo bila perlu
bronkus, alergi jalan Lakukan fisioterapi dada
nafas, asma. jika perlu
Obstruksi jalan nafas : Keluarkan sekret dengan
spasme jalan nafas, batuk atau suction
sekresi tertahan, Auskultasi suara nafas,
banyaknya mukus, catat adanya suara tambahan
adanya jalan nafas Lakukan suction pada
buatan, sekresi bronkus, mayo
adanya eksudat di Kolaborasikan pemberian
alveolus, adanya benda bronkodilator bila perlu
asing di jalan nafas. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
31
Pakaian yang terjadinya keletihan dan
tidak sesuai penanganan emergency yang
dengan suhu diperlukan
lingkungan Ajarkan indikasi dari
Ketidakaktifan hipotermi dan penanganan
atau aktivitas yang diperlukan
berat Berikan anti piretik jika
Dehidrasi perlu
Pemberian obat
penenang
Paparan dingin
atau
hangat/lingkunga
n yang panas
32
makanan untuk mendapatkan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta yang dibutuhkan
adanya kekurangan
makanan Nutrition Monitoring
- Dilaporkan adanya BB pasien dalam batas
perubahan sensasi rasa normal
- Perasaan Monitor adanya penurunan
ketidakmampuan untuk berat badan
mengunyah makanan Monitor tipe dan jumlah
- Miskonsepsi aktivitas yang biasa dilakukan
- Kehilangan BB dengan Monitor interaksi anak atau
makanan cukup orangtua selama makan
- Keengganan untuk Monitor lingkungan selama
makan makan
- Kram pada abdomen Jadwalkan pengobatan dan
- Tonus otot jelek tindakan tidak selama jam
- Nyeri abdominal makan
dengan atau tanpa Monitor kulit kering dan
patologi perubahan pigmentasi
- Kurang berminat Monitor turgor kulit
terhadap makanan Monitor kekeringan, rambut
- Pembuluh darah kapiler kusam, dan mudah patah
mulai rapuh Monitor mual dan muntah
- Diare dan atau Monitor kadar albumin, total
steatorrhea protein, Hb, dan kadar Ht
- Kehilangan rambut Monitor makanan kesukaan
yang cukup banyak Monitor pertumbuhan dan
(rontok) perkembangan
- Suara usus hiperaktif Monitor pucat, kemerahan,
- Kurangnya informasi, dan kekeringan jaringan
misinformasi konjungtiva
Monitor kalori dan intake
Faktor-faktor yang nuntrisi
berhubungan : Catat adanya edema,
Ketidakmampuan hiperemik, hipertonik papila
pemasukan atau lidah dan cavitas oral.
mencerna makanan atau Catat jika lidah berwarna
mengabsorpsi zat-zat gizi magenta, scarlet
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
33
prematuritas Estabilshment : infant Fasilitasi kontak ibu dengan
Knowledge : bayi sawal mungkin
breastfeeding (maksimal 2 jam setelah
Breastfeeding lahir )
Maintenance Monitor kemampuan bayi
Kriteria Hasil : untuk menghisap
Klien dapat menyusui Dorong orang tua untuk
dengan efektif meminta perawat untuk
Memverbalisasikan menemani saat menyusui
tehnik untk mengatasi sebanyak 8-10 kali/hari
masalah menyusui Sediakan kenyamanan dan
Bayi menandakan privasi selama menyusui
kepuasan menyusu Monitor kemampuan bayi
Ibu menunjukkan harga untukmenggapai putting
Dorong ibu untuk tidak
diri yang positif dengan
menyusui membatasi bayi menyusu
Monitor integritas kulit
sekitar putting
Instruksikan perawatan
putting untukmencegah lecet
Diskusikan penggunaan
pompa ASI kalau bayi
tidakmampu menyusu
Monitor peningkatan
pengisian ASI
Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika diperlukan
Instruksikan ibu untuk makan
makanan bergizi selama
menyusui
Dorong ibu untuk minum jika
sudah merasa haus
Dorong ibu untuk
menghindari penggunaan
rokok danPil KB selama
menyusui
Anjurkan ibu untuk memakai
Bra yang nyaman, terbuat
dari cootn dan menyokong
payudara
Dorong ibu untukmelanjutkan
laktasi setelah pulang
bekerja/sekolah
34
6 Hipotermi b/d paparan NOC : NIC :
lingkungan dingin Thermoregulation Temperature regulation
Thermoregulation : Monitor suhu minimal tiap 2
neonate jam
Kriteria Hasil : Rencanakan monitoring suhu
Suhu tubuh dalam secara kontinyu
rentang normal Monitor TD, nadi, dan RR
Nadi dan RR dalam Monitor warna dan suhu
rentang normal kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu
35
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
36
Agen farmasi tangan sebagai alat pelindung
(imunosupresan) Pertahankan lingkungan
Malnutrisi aseptik selama pemasangan
Peningkatan paparan alat
lingkungan patogen Ganti letak IV perifer dan
Imonusupresi line central dan dressing
Ketidakadekuatan sesuai dengan petunjuk
imum buatan umum
Tidak adekuat Gunakan kateter
pertahanan sekunder intermiten untuk menurunkan
(penurunan Hb, infeksi kandung kencing
Leukopenia, penekanan Tingktkan intake nutrisi
respon inflamasi) Berikan terapi antibiotik
Tidak adekuat bila perlu
pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma Infection Protection
jaringan, penurunan kerja (proteksi terhadap infeksi)
silia, cairan tubuh statis, Monitor tanda dan gejala
perubahan sekresi pH, infeksi sistemik dan lokal
perubahan peristaltik) Monitor hitung
Penyakit kronik granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
37
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
38
B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Pantiawati, ika,S.sit.2010.Bayi dengan BBLR.yogyakarta:nuha medika.
Proverati atikah,SKM, MPH dan cahyo ismawati sulistyorini,S.Kep.,Ns.2010.BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah).yogyakarta:nuha medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,am.keb.MKM.2010.asuhan neonates,bayi dan anak
balita.jakarta:trans info media.
39
40