Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan
dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini
berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makananpun
kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek
perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan jarak
kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan ante natal. BBLR
termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya di masa depan. BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasimekonium,asfiksianeonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambungkecil), gangguan sistem perkemihan (ginjalbelumsempurna), gangguan
sistem persyarafan(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah
dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan
perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti
yang telah disebutkan diatas.

1
. Insiden Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR)

Kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 5,7%.


Beberapa provinsi yang kejadian BBLR nya relatif jauh dengan rata-rata nasional,
di antaranya Kepulauan Riau (8,3%), Bali (8,9%), NTT (10%), Kalimantan Tengah
(10,8%), Kalimantan Selatan (9,1%) Sulawesi Utara (9,3%), Sulawesi Selatan
(9,6%) dan Maluku Utara (11,3%) dan Papua Barat (8,9%). Kiranya perlu
dicermati dan dianalisis lebih lanjut mengapa di provinsi tersebut kejadian BBLR
cukup tinggi. Tren kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir masih
belum menunjukkan perubahan yang berarti. Kondisi ini menunjukkan bahwa
program yang ada belum cukup efektif untuk menurunkan kejadian BBLR. Kasus
anak yang meninggal dengan usia di bawah satu bulan ternyata yang mempunyai
riwayat BBLR sebesar 43,3%. sedangkan yang meninggal usia 1 sampai 23 bulan
yang mempunyai riwayat BBLR sebesar 21,7%. Hasil ini menguatkan penelitian
bahwa kejadian BBLR berpengaruh pada kematian bayi terutama di masa 1 bulan
ke bawah. Kasus anak meninggal dari data yang ada semua berjenis kelamin
perempuan, apakah ini sebagai faktor kebetulan atau tidak perlu penelitian lebih
lanjut, Dari semua kasus anak meninggal dalam 5 tahun terakhir ternyata yang
memiliki riwayat BBLR sebesar 33,3%.Faktor yang berhubungan bermakna
dengan kejadian BBLR dalam penelitian ini adalah meminum zat besi, kejadian
komplikasi selama kehamilan dan wilayah. Besar risiko faktor yang bermakna pada
kejadian BBLR ibu yang meminum zat besi kurang dari 90 tablet mempunyai
risiko terjadi BBLR 1,7 kali dibandingkan ibu yang meminum zat besi 90 tablet ke
atas. Lokasi tempat tinggal di perdesaan mempunyai risiko 0,68 kali untuk terjadi
BBLR dibandingkan ibu yang tinggal diperkotaan, sedangkan ibu yang mengalami
komplikasi ketika hamil mempunyai risiko 2,3 kali untuk terjadi BBLR
dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi ketika hamil.

2
B. Pencegahan Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR)
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil.

C.Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian BBLR?


2. Apa saja etiologi BBLR?
3. Apa saja fatopisiologi BBLR?
4. Apa saja tanda dan gejala BBLR?
5. Apa saja komlkasi BBLR?
6. Bahaimana penatalaksanaan BBLR?
7. Bagaiman diagnosi BBLR?
8. Bagaimana insiden BBLR?

3
9. Bagaiaman pecegahan BBLR?
10.Bagaimana penanganan BBLR?

D.Tujuan
1. Untu mengetahui Apakah pengertian BBLR?
2. Untuk mengetahui Apa saja etiologi BBLR?
3. Untuk mengetahui Apa saja fatopisiologi BBLR?
4. Untuk mengetahui Apa saja tanda dan gejala BBLR?
5. Untuk mengetahui Apa saja komlkasi BBLR?
6. Untuk mengetahui Bahaimana penatalaksanaan BBLR?
7. Untuk mengetahui Bagaiman diagnosi BBLR?
8. Untuk mengetahui Bagaimana insiden BBLR?
9. Untuk mengetahui Bagaiaman pecegahan BBLR?
10. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan BBLR?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR )

Definisi dari bayi berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014), bayi
berat lahir rendah ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi atau usia kehamilan. Berdasarkan Ikatan Dokter
Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

4
maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Menurut Hasan & Alatas (2005), bayi yang
berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram dengan batas maksimal 2499 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Pembagian menurut berat badan ini sangat
mudah tetapi tidak memuaskan. Lama kelamaan ternyata bahwa morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada
maturitas bayi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan
dapat dibagi 3, yaitu

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500
gram sampai dengan 2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan maturitas yaitu:
1. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasinya itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-
sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Untuk merawat
bayi baru lahir digunakanlah Kurva lubchenco. Kurva Lubchenco adalah kurva
pertumbuhan yang disajikan dalam bentuk tabel. Definisi tentang bayi
premature adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir < 2500 g. Definisi ini
direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health

5
Assembly. Dokter ahli pediatrics dihadapkan pada masalah hubungan antara
usia kehamilan dan pertumbuhan janin. Dengan Kurva Lubchenco diharapkan
dapat menunjukkan hubungan pertumbuhan janin dan usia kehamilan. Dari
kurva Lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan
adopsi luas dari istilah kecil untuk usia kehamilan, besar untuk usia kehamilan,
kelambatan pertumbuhan intrauterin dan janin dysmaturity. Hal ini juga
membentuk dasar untuk memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar
dari nilai persentil lebih 90% atau berat badan lahir kurang dari persentil 10%,
sehingga dapat diprediksi masalah medis.
Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, postmatur) mungkin saja mempunyai
berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Istilah lain yang dipergunakan
untuk menunjukkan KMK adalah IUGR (intrauterine growth retardation =
retardasi pertumbuhan intrauterin).
Untuk menentukan apakah bayi itu lahir prematur SMK (Sesuai Masa
Kehamilan), matur normal, KMK atau BMK (Besar untuk Masa Kehamilan)
dapat dengan membandingkan berat badan bayi dalam gram dengan usia
kehamilan dalam minggu yang kemudian diplot di kurva pertumbuhan dan
perkembangan intrauterin dari Battaglia dan Lubchenco (1967). Dari kurva ini
didapat :
1. Pertumbuhan janin normal / berat bayi matur normal dan bayi prematur
(SMK) terletak di antara persentil ke-10 dan persentil ke-90.
2. Bayi KMK beratnya di bawah persentil ke-10
3. Bayi BMK beratnya di atas persentil ke-90

6
B. Etiologi Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR )

1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan
karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran
di daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari
placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang.
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan
malnutrisi, anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks).
d. Tumor (misal : mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
1) Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria).
2) Kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut).
f. Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh.

7
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
i. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda
antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk
kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan
ganda salah satu faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada
kehamilan ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat
makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia
dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian
perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak dengan kehamilan tunggal
dan prematuritas merupakan penyebab utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan
keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan
persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan
kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR.
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput
ketuban biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap,
apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri

8
yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu
.
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat
Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira
20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan
oksigen kepada janin.
g. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B,
dan O)
3. Faktor Plasenta
a.Plasenta privea.
b.Solusi plasenta.
4. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b.   Radiasi
c.   Zat-zat racun.
5. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian
pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah
ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah.
6. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok

9
7. Tingkat Pendidikan

C. Fatopisiologi Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR )


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya
lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah


normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling
sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan

10
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

D. Tanda dan Gejala Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR )

1. Secara umum
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m. Nadi 100 – 140 kali / menit

2. Secara khusus

a. Tanda dan gejala bayi Prematur

1) Kulit tipis dan mengkilap

11
2) Tulang rawan elinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan
sempurna
3) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung
4) Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
5) Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
sedangkan pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis
kadang belum turun
6) Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian belum terbentuk
7) Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
8) Aktifitas dan tangisnya lemah
9) Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

b. Tanda dan gejala bayi dismaturitas


1) Gerakan cukup aktif, tangis cukup kuat
2) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
3) Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan
payudara dan puting sesuai masa kehamilan
4) Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
sedangkan bayi laki-laki testis mungkin telah turun
5) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
6) Menghisap cukup kuat

E. Komplikasi Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR )

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:
1. Hipotermi

12
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru
lahir berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla).
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
a. Radiai : dari objek ke panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat
dikeringkan.
c. Konduksi : anas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat
ditubuh.
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara.
Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir
2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat
badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan
berat badan 2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari
30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan
pada berat badan lahir rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun
asam amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin
sekitar dua pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin, maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemi.
Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi terjadi pada
neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak lagi

13
mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang
dipantau glukosa darahnya dengan baik.
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus
jika tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis
5. Sindroma gawat napas
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi akibat
pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan terjadi
pada bayi kurang bulan.
6. Paten duktus arteriosus
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
7. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri, virus
atau jamur mudah menginfeksi bayi tersebut

8. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan
perdarahan intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel
9. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung selama
lebih dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.

14
10. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai
hematokrit, retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
a. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak ayng
mengakibatkan kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan.
b. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat distimulasi,
antara lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan
perhatian yang lebih besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu,
dapat diberikan makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam,
kangkung, juga multivitamin dan mineral, terutama yang mengandung zat
besi, mengingat cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg
hanya sedikit. Zat besi penting bagi perkembangan anak.
c. Gangguan penglihatan(Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of prematurity
( RoP ), yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan
perkembangan selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau
retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki usia
4 minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan ( fullterm)
perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa
dan terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada gejalanya
kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada stadium yang
awal. Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang berkembang ke
stadium yang lanjut diperlukan penanganan secepatnya. Kelainan itu
umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan stadiumnya tidak

15
sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Faktor resiko RoP
terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram dengan umur kelahiran
kurang dari 32 minggu ( 8 bulan ) atau dikenal dengan nama bayi lahir
prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi menjadi buta,
karena itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan medis harus dilakukan
secara tepat.
d. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
e. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur rentan
terkena penyakit.
g. Kenaikan frekuensi kelamin bawaan
Kelainan kelamin misalnya pada bayi laki-laki testis belum turun pada
skrotum sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia
minora atau bahkan pada bayi belum terbentuk organ genital.

F. Penatalaksanaan Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR )


1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu).
2. Diatetik

16
Pemberian nutrisi yang adekuat :
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit.
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang
siang penduga/ sonde fooding.
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan
pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada putting. ASI merupakan pilihan utama:
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :

a. Berat lahir 1750-2500 gram


1) Bayi sehat
a) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan
bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

17
b) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternative cara pemberian minum.
2)      Bayi sakit
a) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
b) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu
ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk
menyusu.
c)      Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui
(contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui
pipa lambung:
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam
sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi
menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram


1) Bayi sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakancangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi

18
ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan
pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan
cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada
kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu).
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2)      Bayi sakit
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan
tanpa batuk atau tersedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram


1) Bayi sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung.
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari

19
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
c) Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok.
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2)      Bayi sakit
a) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
b) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.
c) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama.
2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan.
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok.
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

3. Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

20
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi dengan kain hangat
f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
g. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
h. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
i. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau
botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan
dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah
dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau
botol inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan
handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya
dengan air panas kembali.
j. Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1) Kamar dapat masuk sinar matahari
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi
k. Badan bayi harus dalam keadaan kering
l. Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
m. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
n. Ukur suhu tubuh dengan berkala
o. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

21
p.      Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
q.      Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
r.        Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
1. Pemantauan (Monitoring)
a.       Pemantauan saat dirawat
1)      Terapi
a) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu
2)      Tumbuh kembang
a) Pantau berat badan bayi secara periodic
b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
 Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
 Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat
badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
 Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan
jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
 Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu.
b.      Pemantauan setelah pulang

22
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1)      Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2)      Hitung umur koreksi
3)      Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4)      Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5)      Awasi adanya kelainan bawaan
6)      Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a)      Membersihkan jalan napas
b)      Mempertahankan suhu tubuh
c)      Mencegah terjadinya infeksi
d)     Perawatan bayi sehari-hari:
(1)   Memandikan
(2)   Perawatan tali pusat
(3)   Pemberian ASI
(4)   Dll
7)      Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a)      Pemberian ASI
b)      Makanan bergizi bagi ibu
c)      Mengikuti program KB segera mungkin
8)    Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk
ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke rumah sakit.
G. Diagnosis Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR)

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi


dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

23
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
a.       Umur ibu
b.      Riwayat hari pertama haid terakhir
c.       Riwayat persalinan sebelumnya
d.      Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e.       Kenaikan berat badan selama hamil
f.       Aktivitas
g.      Penyakit yang diderita selama hamil
h.      Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a.       Berat badan
b.      Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c.       Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a.       Pemeriksaan skor ballard
b.      Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c.       Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
e.       USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
H. Penanganan Berat Badan Bayi Lahir Rendah ( BBLR)

24
1. BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir tanpa asfiksia.
Bayi tersebut dalam keadaan bernapas baik dan warna air ketuban jernih.
Untuk BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan
Asuhan BBLR tanpa asfiksia sebagai berikut:
a. Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
b. Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
c. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
d. Segera memberi ASI dini dengan membelai
e. Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam
jika bayi hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan dingin, ada penyulit
yang lain.
f. Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha
kiri anterolateral
g. Salep mata antibiotik
h. Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan
terbuka
i. Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit,
dapat diberikan Vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan

2. BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukkan ke dalam kategori Lahir


dengan asfiksia dan harus segera dilakukan Langkah Awal Resusitasi
dantahapan resusitasi berikutnya bila diperlukan.

Resusitasi:
a. Diputuskan berdasarkan penilaian keadaan Bayi Baru Lahir, yaitubila:
1) Air Ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/gawat janin)
2) Bayi tidak menangis, atau tidak bernapas spontan, ataubernapas
megap-megap
Catatan: Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu
menunggu hasil penilaian skor APGAR

25
b. Menggunakan acuan berikut:
1) Buku Modul atau Kaset Video Manajemen Asfiksia Bayi BaruLahir
untuk bidan
2) Asuhan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia pada Buku APN
c. Langkah awal resusitasi
1) Jaga bayi dalam keadaan hangat
2) Atur posisi kepala bayi sedikit tengadah (posisi menghidu)
3) Isap lendir di mulut, kemudian hidung
4) Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
5) Reposisi kepala
6) Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter : usaha napas Bila
setelah dilakuan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas
spontan dan teratur
a) Lakukan Ventilasi sesuai dengan tatalaksana manajemen
Asfiksia Bayi Baru Lahir
b) Bila setelah ventilasi selama 2 menit, tidak berhasil, siapkan
rujukan
c) Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan
ventilasi setelah 10 menit denyut jantung tidak ada/tidak
terdengar, kemudian siapkan konseling dukungan emosional
dan pencatatan bayi meninggal

26
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20
jam.
b. Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan
sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu
pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung
c. Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi
dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena
refleks menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir
120-150ml/kg BB/ hari.
d. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
e. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
f. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

27
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Pola Nafas
b. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
c. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Ketidakefektifan pola minum bayi
f. Hipotermi
g. Resiko infeksi
3. Intervensi
N Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Hasil

1 Pola nafas tidak efektif NOC : NIC :


b/d imaturitas organ   Respiratory status :
pernafasan Ventilation Airway Management
  Respiratory status :
Definisi : Pertukaran Airway patency          Buka jalan nafas,
udara inspirasi dan/atau   Vital sign Status guanakan teknik chin lift atau
ekspirasi tidak adekuat Kriteria Hasil : jaw thrust bila perlu
  Mendemonstrasikan          Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : batuk efektif dan suara memaksimalkan ventilasi
-    Penurunan tekanan nafas yang bersih, tidak         Identifikasi pasien
inspirasi/ekspirasi ada sianosis dan perlunya pemasangan alat
-    Penurunan pertukaran dyspneu (mampu jalan nafas buatan
udara per menit mengeluarkan sputum,          Pasang mayo bila perlu
-    Menggunakan otot mampu          Lakukan fisioterapi dada
bernafas
pernafasan tambahan dengan mudah, tidak jika perlu
-    Nasal flaring ada pursed lips)          Keluarkan sekret dengan
-    Dyspnea   Menunjukkan jalan batuk atau suction
-    Orthopnea nafas yang paten (klien          Auskultasi suara nafas,
-    Perubahan tidak merasa tercekik, catat adanya suara tambahan
penyimpangan dada irama nafas, frekuensi          Lakukan suction pada
-    Nafas pendek pernafasan dalam mayo
-    Assumption of 3-point rentang normal, tidak          Berikan bronkodilator bila
position ada suara nafas perlu
-    Pernafasan pursed-lip abnormal)          Berikan pelembab udara
-    Tahap ekspirasi   Tanda Tanda vital Kassa basah NaCl Lembab
berlangsung sangat lama dalam rentang normal          Atur intake untuk cairan
-    Peningkatan diameter (tekanan darah, nadi, mengoptimalkan
anterior-posterior pernafasan) keseimbangan.

28
-    Pernafasan rata-          Monitor respirasi dan
rata/minimal status O2
  Bayi : < 25 atau > 60
  Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Oxygen Therapy
  Usia 5-14 : < 14 atau >   Bersihkan mulut, hidung dan
25 secret trakea
  Usia > 14 : < 11 atau >   Pertahankan jalan nafas yang
24 paten
-    Kedalaman pernafasan   Atur peralatan oksigenasi
  Dewasa volume tidalnya   Monitor aliran oksigen
500 ml saat istirahat   Pertahankan posisi pasien
  Bayi volume tidalnya 6-8   Onservasi adanya tanda tanda
ml/Kg hipoventilasi
-    Timing rasio   Monitor adanya kecemasan
-    Penurunan kapasitas pasien terhadap oksigenasi
vital
Vital sign Monitoring
Faktor yang berhubungan  Monitor TD, nadi,
: suhu, dan RR
          Hiperventilasi  Catat adanya fluktuasi
          Deformitas tulang tekanan darah
          Kelainan bentuk  Monitor VS saat
dinding dada pasien berbaring,
          Penurunan duduk, atau berdiri
energi/kelelahan  Auskultasi TD pada
          Perusakan/pelemahan kedua lengan dan
muskulo-skeletal bandingkan
          Obesitas  Monitor TD, nadi,
          Posisi tubuh RR, sebelum, selama,
          Kelelahan otot dan setelah aktivitas
pernafasan  Monitor kualitas dari
          Hipoventilasi sindrom nadi
          Nyeri  Monitor frekuensi dan
          Kecemasan irama pernapasan
          Disfungsi  Monitor suara paru
Neuromuskuler  Monitor pola
          Kerusakan pernapasan abnormal
persepsi/kognitif  Monitor suhu, warna,
          Perlukaan pada dan kelembaban kulit
jaringan syaraf tulang  Monitor sianosis
belakang perifer
          Imaturitas Neurologis  Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,

29
bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

2 Bersihan jalan nafas tidak NOC : NIC :


efektif b/d obstruksi jalan Respiratory status : Airway suction
nafas oleh penumpukan Ventilation    Auskultasi suara nafas
lendir, reflek batuk.  Respiratory status : sebelum dan sesudah
Airway patency suctioning.
Definisi :  Aspiration Control   Informasikan pada klien dan
Ketidakmampuan untuk keluarga tentang suctioning
membersihkan sekresi Kriteria Hasil :   Minta klien nafas dalam
atau obstruksi dari   Mendemonstrasikan sebelum suction dilakukan.
saluran pernafasan untuk batuk efektif dan suara   Berikan O2 dengan
mempertahankan nafas yang bersih, tidak menggunakan nasal untuk
kebersihan jalan nafas. ada sianosis dan memfasilitasi suksion
dyspneu (mampu nasotrakeal
Batasan Karakteristik : mengeluarkan sputum,   Gunakan alat yang steril
         Dispneu, Penurunan mampu bernafas sitiap melakukan tindakan
suara nafas dengan mudah, tidak   Anjurkan pasien untuk
         Orthopneu ada pursed lips) istirahat dan napas dalam
         Cyanosis   Menunjukkan jalan setelah kateter dikeluarkan
         Kelainan suara nafas nafas yang paten (klien dari nasotrakeal
(rales, wheezing) tidak merasa tercekik,   Monitor status oksigen pasien
         Kesulitan berbicara irama nafas, frekuensi   Ajarkan keluarga bagaimana
         Batuk, tidak efekotif pernafasan dalam cara melakukan suksion
atau tidak ada rentang normal, tidak   Hentikan suksion dan berikan
         Mata melebar ada suara nafas oksigen apabila pasien
         Produksi sputum abnormal) menunjukkan bradikardi,
         Gelisah   Mampu peningkatan saturasi O2, dll.
         Perubahan frekuensi mengidentifikasikan
dan irama nafas dan mencegah factor
yang dapat Airway Management
Faktor-faktor yang menghambat          Buka jalan nafas,
jalan
berhubungan: nafas guanakan teknik chin lift atau
         Lingkungan : jaw thrust bila perlu
merokok, menghirup          Posisikan pasien untuk
asap rokok, perokok memaksimalkan ventilasi
pasif-POK, infeksi          Identifikasi pasien
         Fisiologis : disfungsi perlunya pemasangan alat
neuromuskular, jalan nafas buatan

30
hiperplasia dinding          Pasang mayo bila perlu
bronkus, alergi jalan          Lakukan fisioterapi dada
nafas, asma. jika perlu
         Obstruksi jalan nafas :          Keluarkan sekret dengan
spasme jalan nafas, batuk atau suction
sekresi tertahan,          Auskultasi suara nafas,
banyaknya mukus, catat adanya suara tambahan
adanya jalan nafas          Lakukan suction pada
buatan, sekresi bronkus, mayo
adanya eksudat di          Kolaborasikan pemberian
alveolus, adanya benda bronkodilator bila perlu
asing di jalan nafas.          Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
         Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
         Monitor respirasi dan
status O2

3 Risiko NOC : NIC :


ketidakseimbangan   Hydration Temperature Regulation
temperatur tubuh b/d   Adherence Behavior (pengaturan suhu)
BBLR, usia kehamilan   Immune Status   Monitor suhu minimal tiap 2
kurang, paparan   Infection status jam
lingkungan dingin/panas  Risk control   Rencanakan monitoring suhu
  Risk detection secara kontinyu
Definisi : Risiko   Monitor TD, nadi, dan RR
kegagalan   Monitor warna dan suhu
mempertahankan suhu kulit
tubuh dalam batas   Monitor tanda-tanda
normal. hipertermi dan hipotermi
Faktor factor resiko:   Tingkatkan intake cairan dan
 Perubahan nutrisi
metabolisme   Selimuti pasien untuk
dasar mencegah hilangnya
 Penyakit atau kehangatan tubuh
trauma yang   Ajarkan pada pasien cara
mempengaruhi mencegah keletihan akibat
pengaturan suhu panas
 Pengobatan   Diskusikan tentang
pengobatan yang pentingnya pengaturan suhu
menyebabkan dan kemungkinan efek
vasokonstriksi negatif dari kedinginan
dan vasodilatasi   Beritahukan tentang indikasi

31
 Pakaian yang terjadinya keletihan dan
tidak sesuai penanganan emergency yang
dengan suhu diperlukan
lingkungan   Ajarkan indikasi dari
 Ketidakaktifan hipotermi dan penanganan
atau aktivitas yang diperlukan
berat   Berikan anti piretik jika
 Dehidrasi perlu
 Pemberian obat
penenang
 Paparan dingin
atau
hangat/lingkunga
n yang panas

4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari   Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d   Nutritional Status :   Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan food and Fluid Intake   Kolaborasi dengan ahli gizi
ingest/digest/absorb   Nutritional Status : untuk menentukan jumlah
nutrient Intake kalori dan nutrisi yang
Definisi : Intake nutrisi   Weight control dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk Kriteria Hasil :   Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme   Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
tubuh. berat badan sesuai   Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik :   Beratbadan ideal sesuai vitamin C
-    Berat badan 20 % atau dengan tinggi badan   Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal     Yakinkan diet yang dimakan
-    Dilaporkan adanya Mampumengidentifika mengandung tinggi serat
intake makanan yang si kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
kurang dari RDA   Tidk ada tanda tanda   Berikan makanan yang
(Recomended Daily malnutrisi terpilih ( sudah
Allowance)   Menunjukkan dikonsultasikan dengan ahli
-    Membran mukosa dan peningkatan fungsi gizi)
konjungtiva pucat pengecapan dari   Ajarkan pasien bagaimana
-    Kelemahan otot yang menelan membuat catatan makanan
digunakan untuk   Tidak terjadi harian.
menelan/mengunyah penurunan berat badan  Monitor jumlah nutrisi dan
-    Luka, inflamasi pada yang berarti kandungan kalori
rongga mulut   Berikan informasi tentang
-    Mudah merasa kenyang, kebutuhan nutrisi
sesaat setelah mengunyah   Kaji kemampuan pasien

32
makanan untuk mendapatkan nutrisi
-    Dilaporkan atau fakta yang dibutuhkan
adanya kekurangan
makanan Nutrition Monitoring
-    Dilaporkan adanya   BB pasien dalam batas
perubahan sensasi rasa normal
-    Perasaan   Monitor adanya penurunan
ketidakmampuan untuk berat badan
mengunyah makanan   Monitor tipe dan jumlah
-    Miskonsepsi aktivitas yang biasa dilakukan
-    Kehilangan BB dengan   Monitor interaksi anak atau
makanan cukup orangtua selama makan
-    Keengganan untuk   Monitor lingkungan selama
makan makan
-    Kram pada abdomen   Jadwalkan pengobatan  dan
-    Tonus otot jelek tindakan tidak selama jam
-    Nyeri abdominal makan
dengan atau tanpa   Monitor kulit kering dan
patologi perubahan pigmentasi
-    Kurang berminat   Monitor turgor kulit
terhadap makanan   Monitor kekeringan, rambut
-    Pembuluh darah kapiler kusam, dan mudah patah
mulai rapuh   Monitor mual dan muntah
-    Diare dan atau   Monitor kadar albumin, total
steatorrhea protein, Hb, dan kadar Ht
-    Kehilangan rambut   Monitor makanan kesukaan
yang cukup banyak   Monitor pertumbuhan dan
(rontok) perkembangan
-    Suara usus hiperaktif   Monitor pucat, kemerahan,
-    Kurangnya informasi, dan kekeringan jaringan
misinformasi konjungtiva
  Monitor kalori dan intake
Faktor-faktor yang nuntrisi
berhubungan :   Catat adanya edema,
Ketidakmampuan hiperemik, hipertonik papila
pemasukan atau lidah dan cavitas oral.
mencerna makanan atau   Catat jika lidah berwarna
mengabsorpsi zat-zat gizi magenta, scarlet
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.

5 Ketidakefektifan pola NOC : NIC :


minum bayi b/d          Breastfeeding Breastfeeding assistance

33
prematuritas Estabilshment : infant   Fasilitasi kontak ibu dengan
         Knowledge : bayi sawal mungkin
breastfeeding (maksimal 2 jam setelah
         Breastfeeding lahir )
Maintenance   Monitor kemampuan bayi
Kriteria Hasil : untuk menghisap
  Klien dapat menyusui   Dorong orang tua untuk
dengan efektif meminta perawat untuk
  Memverbalisasikan menemani saat menyusui
tehnik untk mengatasi sebanyak 8-10 kali/hari
masalah menyusui   Sediakan  kenyamanan dan
  Bayi menandakan privasi selama menyusui
kepuasan menyusu   Monitor kemampuan bayi
  Ibu menunjukkan harga untukmenggapai putting
  Dorong ibu untuk tidak
diri yang positif dengan
menyusui membatasi bayi menyusu
  Monitor integritas kulit
sekitar putting
  Instruksikan perawatan
putting untukmencegah lecet
  Diskusikan penggunaan
pompa ASI kalau bayi
tidakmampu menyusu
  Monitor peningkatan
pengisian ASI
  Jelaskan penggunaan susu
formula hanya jika diperlukan
  Instruksikan ibu untuk makan
makanan bergizi selama
menyusui
  Dorong ibu untuk minum jika
sudah merasa haus
  Dorong ibu untuk
menghindari penggunaan
rokok danPil KB selama
menyusui
  Anjurkan ibu untuk memakai
Bra yang nyaman, terbuat
dari cootn dan menyokong
payudara
  Dorong ibu untukmelanjutkan
laktasi setelah pulang
bekerja/sekolah

34
6 Hipotermi b/d paparan NOC : NIC :
lingkungan dingin   Thermoregulation Temperature regulation
  Thermoregulation :   Monitor suhu minimal tiap 2
neonate jam
Kriteria Hasil :   Rencanakan monitoring suhu
  Suhu tubuh dalam secara kontinyu
rentang normal   Monitor TD, nadi, dan RR
  Nadi dan RR dalam   Monitor warna dan suhu
rentang normal kulit
  Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
  Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
  Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
  Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
  Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
  Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
  Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
  Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

35
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

7 Resiko infeksi b/d NOC : NIC :


ketidakadekuatan system  Immune Status Infection Control (Kontrol
kekebalan tubuh.   Knowledge : Infection infeksi)
control          Bersihkan lingkungan
Definisi : Peningkatan   Risk control setelah dipakai pasien lain
resiko masuknya Kriteria Hasil :          Pertahankan teknik isolasi
organisme patogen   Klien bebas dari tanda          Batasi pengunjung bila
dan gejala infeksi perlu
Faktor-faktor resiko :   Menunjukkan          Instruksikan pada
          Prosedur Infasif kemampuan untuk pengunjung untuk mencuci
          Ketidakcukupan mencegah timbulnya tangan saat berkunjung dan
pengetahuan untuk infeksi setelah berkunjung
menghindari paparan   Jumlah leukosit dalam meninggalkan pasien
patogen batas normal          Gunakan sabun
          Trauma   Menunjukkan perilaku antimikrobia untuk cuci
          Kerusakan jaringan hidup sehat tangan
dan peningkatan paparan          Cuci tangan setiap
lingkungan sebelum dan sesudah
          Ruptur membran tindakan kperawtan
amnion          Gunakan baju, sarung

36
          Agen farmasi tangan sebagai alat pelindung
(imunosupresan)          Pertahankan lingkungan
          Malnutrisi aseptik selama pemasangan
          Peningkatan paparan alat
lingkungan patogen          Ganti letak IV perifer dan
          Imonusupresi line central dan dressing
          Ketidakadekuatan sesuai dengan petunjuk
imum buatan umum
          Tidak adekuat          Gunakan kateter
pertahanan sekunder intermiten untuk menurunkan
(penurunan Hb, infeksi kandung kencing
Leukopenia, penekanan          Tingktkan intake nutrisi
respon inflamasi)          Berikan terapi antibiotik
          Tidak adekuat bila perlu
pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma Infection Protection
jaringan, penurunan kerja (proteksi terhadap infeksi)
silia, cairan tubuh statis,          Monitor tanda dan gejala
perubahan sekresi pH, infeksi sistemik dan lokal
perubahan peristaltik)          Monitor hitung
          Penyakit kronik granulosit, WBC
         Monitor kerentanan
terhadap infeksi
         Batasi pengunjung
         Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
         Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
         Pertahankan teknik
isolasi k/p
         Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
         Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
         Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
         Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
         Dorong masukan cairan
         Dorong istirahat
         Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep

37
         Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
         Ajarkan cara
menghindari infeksi
         Laporkan kecurigaan
infeksi
         Laporkan kultur positif

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.

38
B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.  

DAFTAR PUSTAKA
Pantiawati, ika,S.sit.2010.Bayi dengan BBLR.yogyakarta:nuha medika.
Proverati atikah,SKM, MPH dan cahyo ismawati sulistyorini,S.Kep.,Ns.2010.BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah).yogyakarta:nuha medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti,am.keb.MKM.2010.asuhan neonates,bayi dan anak
balita.jakarta:trans info media.

39
40

Anda mungkin juga menyukai