Anda di halaman 1dari 3

PENJUALAN TETAP STABIL DI ERA PANDEMI BAGI UMKM

Sejak awal tahun 2020, dunia telah dilanda pandemi COVID-19 termasuk Indonesia juga
yang sangat terpengaruh di sektor ekonominya, terutama di kalangan pelaku usaha di sektor
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), sebuah laporan oleh Badan Pusat Statistik Produk,
Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami kontraksi pergerakan ekonomi yang melemah
sebesar 2,41% dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 4,97%.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perekonomian daerah
adalah melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). UMKM memiliki kontribusi yang besar sebagai tulang punggung perekonomian
nasional. Sektor ini telah mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dan memiliki fleksibilitas
yang tinggi untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan lain yang sejak awal
memanfaatkan modal besar (padat modal). Oleh karena itu diperlukan penanganan yang cepat
dan penyesuaian yang lebih efisien. Sektor ekonomi dan bisnis di Indonesia mengalami
perubahan signifikan akibat wabah Covid-19. Banyak pelaku usaha kecil dan menengah
(UMKM) mengalami kesulitan dalam mengelola usaha yang terhambat bahkan terancam ditutup.
Sampai saat ini, belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 akan
berakhir. Oleh karena itu, perlu dilakukan investigasi yang lebih dalam mengenai situasi
keuangan bisnis, terutama dalam situasi likuiditas bisnis. Aset likuid atau pendanaan yang dapat
digunakan dengan cepat untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan digolongkan sebagai
kebutuhan dalam kondisi krisis adalah pengertian likuiditas. Menentukan ukuran likuiditas bisnis
dan berapa lama likuiditas tersebut mampu berjalan akan membantu bisnis bertahan selama
pandemi. Arus kas harus terjamin agar dapat dipertahankan dengan baik. Hal penting lainnya
untuk memahami UMKM adalah mengetahui perubahan perilaku pelanggan.
Penurunan penjualan disebabkan oleh penurunan permintaan konsumen sebagai dampak
tidak langsung dari COVID-19, bahan baku sulit didapat, keuntungan menurun, bahkan rugi.
Dampak pandemi ini membuat pelaku UMKM mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban
cicilan kreditnya (gagal bayar, lama usahanya tidak beroperasi, sehingga utangnya bertambah).
Dalam masalah keuangan, keuangan UMKM perlu menjaga ketersediaan dana agar dapat
melunasi kewajiban dan modal awal ketika memasuki kondisi pemulihan. UMKM dapat
memanfaatkan subsidi modal yang telah banyak disediakan oleh pemerintah maupun pihak
swasta seperti Bantuan Langsung Tunai Rp 2.400.000 yang disalurakan oleh Dinas Koperasi dan
UMKM di tiap daerah
Penting bagi UMKM untuk menghindari menaruh stok barang berlebih (terbatas pada
barang yang dipersyaratkan) hal ini bertujuan untuk memastikan perputaran uang tetap terjadi di
dalam bisnis bukan mengendap di stok barang yang ada di gudang, salah satu solusi untuk
menghindari stok barang berlebih adalah dengan menerapkan sistem Pre-Order yaitu UMKM
hanya akan membuat atau melakukan stock barang sesuai pesanan dari konsumen. UMKM juga
wajib memiliki target konsumen yang jelas dan focus, dengan memiliki target yang jelas UMKM
dapat memfokuskan penjualan dengan lebih cermat. Produk yang ditawarkan juga harus
memiliki keunikan tersendiri seperti manfaat dari produk tersebut, harga yang diminati atau
adanya layanan konsumen tambahan jika tidak bisa menurunkan harga, hal ini untuk menstimulis
daya beli konsumen pada produk UMKM.
Selama pandemi ini, kualitas atau kemampuan karyawan ini merupakan faktor internal
yang sangat penting untuk mempertahankan penjualan yang stabil agar dapat bertahan.
Peningkatan kualitas manajemen bisnis menjadi krusial karena para pemain ini dipaksa untuk
mengikuti perkembangan jaman dan mengarah pada penggunaan teknologi berbasis media
online. Masyarakat mulai membuka pikiran dari penggunaan transportasi umum hingga memilih
aplikasi transportasi online karena menurut mereka platform ini lebih efektif dan memudahkan
masyarakat. Contoh lainnya adalah penjual yang semula hanya menunggu pembeli datang ke
toko atau pasar, dengan pemanfaatan teknologi, kini mereka dapat mendatangi konsumen
dimanapun dan kapanpun tanpa perlu mengkhawatirkan jarak antara pembeli dan penjual karena
adanya keuntungan online- teknologi berbasis. Oleh karena itu, pelaku usaha harus mampu
membuka cara berpikirnya secara efektif agar lebih maju dan luas dalam memanfaatkan
perkembangan zaman sesuai dengan selera atau kebutuhan konsumen.
Pemilihan lokasi di pasar atau di tempat keramaian bukanlah hal yang utama karena
regulasi social distancing oleh pemerintah untuk menjaga jarak antara penjual dan pembeli. Oleh
karena itu, distribusi melalui media online merupakan solusi yang sangat efektif untuk lebih
mengembangkan bisnis. Cara promosi online yang banyak dilakukan saat pandemic adalah
dengan membuat video promosi berisi informasi produk serta cara menjamin dan mengamankan
produk yang diimplementasikan. Hal ini dapat mendukung para pelaku bisnis untuk
meminimalkan seluruh risiko yang ditimbulkan oleh penyebaran Virus Covid-19
Ruang sempit antara penjual dan pembeli saat ini menjadikan sistem Elektronik Digital
sebagai solusi utama untuk mengatasi jarak yang tercipta antara pembeli dan penjual. Pelaku
bisnis perlu memperluas wawasannya dalam memilih saluran promosi berbasis online, situs
berbasis online dan sistem layanan berbasis online sebagai media transaksional sejalan dengan
regulasi kesehatan di tengah wabah COVID-19.
Pemanfaatan elektronik digital harus ditentukan oleh para pelaku bisnis agar dapat terus
berjualan dengan baik di pasar. Pelaku usaha berusaha memahami kondisi keuangan usahanya
dengan menerapkan strategi yang relevan dengan situasi keuangan. Bisnis dapat memanfaatkan
perangkat lunak dan akuntansi keuangan berbasis cloud, misalnya Jurnal. Dengan penggunaan
software ini, semua akan berjalan dalam sistem yang cepat dan otomatis, pelaku bisnis dapat
dengan mudah menyelaraskan pemasaran dengan semua perubahan di masa depan. Pebisnis juga
dapat menggunakan situasi ini untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas untuk
pengembangan bisnis selanjutnya. Salah satu contohnya adalah mengembangkan e-commerce
sebagai bagian dari kemampuan pemasaran melalui platform digital. Oleh karena itu, ketika
bisnis tumbuh normal, operasional bisnis dapat berkembang lebih cepat dari sebelumnya. Pelaku
bisnis juga dapat melakukan proses otomasi dalam bisnisnya. Pada dasarnya ada tiga hal penting
dalam berbisnis, yaitu waktu, uang dan tenaga. Kebanyakan pelaku usaha punya uang, tetapi
mereka tidak punya waktu dan tenaga karena cara tradisionalnya. Faktor-faktor tersebut dapat
menghambat pertumbuhan bisnis. Untuk itu, pelaku bisnis harus merevisi proses bisnisnya
dengan mengubah pencatatan manual menjadi software akuntansi online, mengubah proses
pembayaran gaji karyawan yang semula manual menjadi sistem penggajian otomatis, atau
mengubah sistem pembayaran pajak tradisional menjadi sistem perangkat lunak. Misalnya di lini
pemasaran, para pelaku bisnis dapat memanfaatkan teknologi seoptimal mungkin dengan digital
marketing dan sosial media.
Dari sisi penjualan, UMKM juga dapat memanfaatkan jasa pengiriman online yang saat
ini sedang sangat populer di kalangan masyarakat. Selama pandemi ini, banyak pelaku bisnis
yang beralih menggunakan platform sosial seperti Twitter, WhatsApp, Facebook dan Instagram
untuk mempromosikan produknya dan berinteraksi dengan konsumen bersamaan dengan
penerapan #dirumahsaja, konsumsi konten spontan konten media sosial semakin meningkat.
Karenanya, para pelaku bisnis memanfaatkan momen ini dengan lebih aktif di media sosial.
Meski terpaksa harus berhenti bekerja untuk sementara waktu, para pelaku bisnis tidak berhenti
untuk memposting / mempromosikan produknya. Mereka menggunakan profil bisnis untuk
menunjukkan solidaritas dan tetap berhubungan dengan pelanggan. Bisnis akan memiliki ikatan
yang lebih erat dengan konsumen ketika situasi kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai