Di susun oleh:
SITI WIDYA SAFRIANI
(200140027)
KEMALIKUSSALEH
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TA.2020/2021
Kata Pengantar
1
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha kuasa telah
memberikan kesempatan dan kemampuan kepada penulis untuk
membuat makalah ini , dengan rahmat dan hidayah nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerajaan Samudera Pasai”
dengan baik.Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas.selain
itu,saya juga berharap dengan makalah ini ,maka dapat menambah
wawasan tentang sejarah kerajaan Islam di bumo Aceh yaitu
kerajaan Samudera Pasai.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................3
A.BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang............................................................................4
2. Rumusan Masalah......................................................................5
B. BAB II PEMBAHASAN
1. Asal Mula Masuk Kerajaan Di Aceh...........................................5
C. BAB II
1. kerajaan Samudera pasai...........................................................9
2. Periode Pemerintahan...............................................................11
3. Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai......................................13
C. PENUTUP
1. Simpulan....................................................................................16
D. DAFTAR PUSTAKA............................................................................1
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Pada akhir abad XIV Malaka telah berkembang sebagai
pusat perdagangan yang paling ramai tidak hanya
diwilayah itu, tetapi menurut sumber Portugis salah
satu pusat perdagangan yang terbesar di Asia. Di situ
bertemu pedagang dari Arab, Parsi, Gujarat, Benggala,
Pegu, Siam, Negeri Cina pada satu pihak dan pedagang
dari Sumatera, Jawa, Maluku, dan kepulauan kecil
lainnya.(Sartono Kartodirdjo,1999:4-5).Malaka menjadi
bandar transit perdagangan dan pelayaraan terpenting
saat itu karena kerajaan Sriwijaya yang dikenal sebagai
kerajaan Maritim pada akhir abad XII mengalami
kemunduran. Kemunduran kerajaan di Palembang ini,
serta merta diikuti oleh dua kerajaan besar di Jawa
yaitu Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Singasari
meskipun Kerajaan Majapahit sempat menguasai arus
perdagangan dan pelayaran di Malaka.
Persebaran Islam di Nusantara di pegang oleh para
pedagang yang berasal dari tanah Arab, Persia dan
Gujarat.Menurut Badri Yatim (2008:194) Sebenarnya cikal
bakal kekuasaan islam telah dirintis pada abad VII-VIII, Tetapi
4
tenggelam dalam Hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat
di Palembang dan Kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan
Majapahit di Jawa timur.Islam merupakan agama yang damai
yang tidak mengenal adanya stratifikasi masyarakat karena
mengajarkan toleransi dan persamaan harkat terhadap
sesama. Karena itu, dalam waktu singkat telah tersebar di
kepulauan Nusantara. Hal ini juga didukung oleh peranan
Malaka sebagai bandar transito bagi para pedagang Arab.
Pada tahun 1511 M, Malaka sebagai pelabuhan terbesar di
Asia jatuh ke tangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque. Hal ini berdampak pada jalur lalu lintas
perdagangan dan pelayaran.Karena itu pusat perdagangan
dipindah ke Aceh.Mulai saat itu, Aceh menjadi sangat ramai
dan berkembang bahkan dapat mengambil alih dominasi
pelayaran dan perdagangan dari Samudera Pasai yang kalah
bersaing. Aceh dan Samudera Pasai menjadi Kerajaan
pertama dan tertua yang bercorak islam. Kerajaan Aceh
menjadi semakin maju dan mencapai kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sedangkan Kerajaan
Samudera Pasai yang ditaklukan oleh kerajaan Aceh
mencapai kejayaan pada periode pemerintahan Sultan Ali
Munghayatsyah. Kehidupan politik kedua kerajaan ini
diwarnai oleh kedatangan para penjelajah samudera (bangsa
Eropa) yang semula mencari rempah-rempah kemudian
memonopoli dan menguasai arus perdagangan rempah-
rempah sehingga menimbulkan konflik dan perlawanan
untuk mengusir bangsa barat tersebut sampai pada masa
kemundurannya. Berkenaan dengan hal tersebut, kami
tertarik untuk membuat makalah yang berjudul ”Proses
5
Pertumbuhan dan Perkembangan kerajaan Samudera Pasai
dan Kerajaan Aceh”
BAB II
PEMBAHASAN
Asal mula kerajaan di Aceh
Bangsa Aceh termasuk dalam kawasan bangsa Melayu yang berasal
dari negeri perak dan Pahang ,ditanah semenanjung Melayu .Semua
bangsa tersebut erat hubungannya dengan bangsa Phonesia dari
Babylonia dan bangsa dravida di lembah sungai Indus dan
Gangga,India.
Dalam catatan penjelajah asing maupun lokal, Aceh kala itu menjadi
jalur pelayaran tersibuk di dunia lantaran di kelilingi Selat Malaka
dan Samudra Indonesia. Masuk-keluarnya pedagang dan penjelajah
mengiringi masuknya Islam ke Aceh.
Seperti catatan pedagang dan penjelajah Italia Marco Polo pada abad
ke-13. Marco Polo yang dikenal kerap mengililingi dunia pernah
singgah ke sejumlah pelabuhan Nusantara, seperti pelabuhan Ferlec,
Basman, Sumatera, Dagroian, Lambri, dan Fansur. Dalam catatan
7
Marco Polo di pelabuhan tersebut terdapat penganut agama Islam
(Lombard,1991:41).
8
BAB III
KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Membicarakan sejarah awal masuknya Islam ke Nusantara tidak terlepas dari provinsi paling
barat di Indonesia, Aceh. Aceh lampau dinilai lokasi paling strategis di Asia Tenggara
sehingga menjadi hilir mudik pengembara dan penjelajah dunia.
Dalam catatan penjelajah asing maupun lokal, Aceh kala itu menjadi jalur pelayaran tersibuk
di dunia lantaran di kelilingi Selat Malaka dan Samudra Indonesia. Masuk-keluarnya
pedagang dan penjelajah mengiringi masuknya Islam ke Aceh.
Seperti catatan pedagang dan penjelajah Italia Marco Polo pada abad ke-13. Marco Polo yang
dikenal kerap mengililingi dunia pernah singgah ke sejumlah pelabuhan Nusantara, seperti
pelabuhan Ferlec, Basman, Sumatera, Dagroian, Lambri, dan Fansur. Dalam catatan Marco
Polo di pelabuhan tersebut terdapat penganut agama Islam (Lombard,1991:41).
Goresan Marco Polo ke sejumlah pelabuhan itu diperkuat oleh buku Kronika Pasai yang
ditulis Teuku Ibrahim Alfian (1973). Buku itu menyadur The Travels of Marco karya
William Marsden yang terbit pada 1946. Isinya, dari lokasi yang pernah dijelajahinya di
Nusantara pada 1292, hanya penduduk Samara (Samudra) yang belum memeluk agam Islam.
Dalam The Travels of Marco, Marco Polo kemungkinan melihat penduduk Samara tidak
hanya di pusat kota saja, melainkan hingga penduduk tepi pantai yang belum mempunyai
peradaban.
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti
arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung
Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan
Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur
Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh,
Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam,
dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-
1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak,
dengan raja pertama Malik As-Shaleh.
9
Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun
1346 M. Ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai
di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara
rutin datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa,
Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini
membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar
Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu,
dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan
Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera
Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi
di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan
pusat perkembangan agama Islam.
SILSILAH
Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga
16 M.
WILAYAH KEKUASAAN
STRUKTUR PEMERINTAHAN
Pimpinan tertinggi kerajaan berada di tangan sultan yang biasanya memerintah secara turun
temurun. Disamping terdapat seorang sultan sebagai pimpinan kerajaan, terdapat pula
beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana Menteri atau Orang Kaya Besar),
seorang Bendahara, seorang Komandan Militer atau Panglima Angkatan laut yang lebih
dikenal dengan gelar Laksamana, seorang Sekretaris Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah
Agama yang dinamakan Qadi, dan beberapa orang Syahbandar yang mengepalai dan
mengawasi pedagang-pedagang asing di kota-kota pelabuhan yang berada di bawah pengaruh
kerajaan itu. Biasanya para Syahbandar ini juga menjabat sebagai penghubung antara sultan
dan pedagang-pedagang asing.
Selain itu menurut catatan M.Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam Samudera
Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan jabatan-jabatan
mereka adalah sebagai berikut:
KEHIDUPAN POLITIK
Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh,
sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Pada masa pemerintahannya,
datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang bernama Marcopolo, melalui
catatan perjalanan Marcopololah maka dapat diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar
Sultan. Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh
keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 – 1326).
Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-
Tahir II (1326 – 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai berkembang pesat dan
terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab. Bahkan
11
melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat
diketahui Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan
diatur secara India dan patihnya bergelar Amir. Pada masa selanjutnya pemerintahan
Samudra Pasai tidak banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga
bergelar Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan
Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya data
sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui secara jelas. Dari
penjelasan di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi
berikutnya.
KEHIDUPAN EKONOMI
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan Maritim,
dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di
Selat Malaka.
Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan emas. Dan
untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang
dinamakan Deureuham (dirham).
Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan
perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu
kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil
memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka
dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian
juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak.
Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas
permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah
dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia
Tenggara pada masa itu.
12
Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai
Ada banyak sekali peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang masih bisa kita temui di
sekitar kota Lhokseumawe dan Aceh Utara. Kerajaan yang didirikan oleh Marah Silu
dengan gelar Sultan Malik as-Saleh, kesultanan ini dibangun pada tahun 1267. Namun
sayangnya kerajaan Pasai pada tahun 1521 akhirnya runtuh setelah serangan dari
Portugal.
Namun demikian masih ada beberapa peninggalan sejarah yang masih terawat hingga
saat ini. Bagi yang tinggal di sekitar Sumatra Utara pasti sudah tahu apa saja
peninggalan dari kerajaan ini. Tapi bagi yang belum tahu berikut ini adalah beberapa
peninggalan yang bisa kita lihat langsung apabila datang ke Aceh diantaranya:
Cakra Donya
Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada tahun 1409 M.
Ukurannya tinggi 125cm sedangkan lebarnya 75cm. Pada bagian luar Cakra Donya
terdapat beberapa hiasan serta simbol-simbol kombinasi aksara Cina dan Arab.
Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo, sedangkan aksara
Arab sudah tidak terbaca lagi.
13
Makam ini terletak di Desa Beuringin, Kec Samudera letaknya kurang lebih 17km
sebelah timur kota Lhokseumawe.
Malik Al-Zahir adalah putera dari Malik Al- Saleh yang memimpin Kesultanan
Samudera Pasai pada tahun 1287 sampai 1326M. Letak makamnya bersebelahan
dengan makam ayahnya Malik Al-Saleh.
Makam ini merupakan peninggalan dari Dinasti Abbasiyah dan beliau merupakan cicit
dari khalifah Al-Muntasir. Teungku Sidi mamangku jabatan Menteri Keuangan di
samudra pasai. Makam terletak di Gampong Kuta Krueng, batu nisannya terbuat dari
marmer dihiasi kaligrafi.
Di komplek terdapat makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samudera Pasai yang
dibunuh karena mengharamkan pernikahan raja dengan putri kandungnya. Makam
ini terletak di Gampong Beuringen Kec Samudera. Pada nisan tersebut juga
bertuliskan kaligrafi surat Ali Imran ayat 18.
Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir oleh Tim peneliti Sejarah
Kerajaan Islam. Di temukan Desa Kuta Krueng, Kec Samudera, Kabupaten Aceh
Utara. Saat ditemukan stempel dalam keadaan patah pada bagian gagangnya.
Adalah surat tulisan Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518M, naskah atau
surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran.
15
Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : http://acehdalamsejarah.blogspot.com
Sejarah.
http://rivalbramantio31.blogspot.com/2017/01/contoh-makalah-
tentang-samudra-pasai.html?m=1
17