RENDAH KRONIS
Disusun oleh:
Kelompok 5
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien dengan kasus Harga Diri
Rendah Kronis ini dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah PKKT pada stase
Keperawatan Jiwa. Pada makalah ini kami akan membahas materi mengenai bagaimana
Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan kasus Harga Diri Rendah Kronis yang kami
susun dari berbagai sumber dan kami rangkum pada laporan ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik
berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua untuk dijadikan penunjang dalam mata
kuliah PKKT pada stase Keperawatan Jiwa.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan
kami mohon maaf. Kritik dan saran sangat terbuka supaya laporan ini dapat diperbaiki dan
menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................6
4.1 Kesimpulan................................................................................................................6
4.2 Saran...........................................................................................................................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana individu mampu berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan social sehingga individu tersebut dapat menyadari kemampuannya,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif serta mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya (UU Nomor 18 Tahun 2014).
Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya
kemampuan menilai realitas atau insight yang buruk. Gejala yang timbul adalah
halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku
aneh. Salah satu contoh psikosis adalah skizofernia. Orang dengan gangguan jiwa adalah
orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi ke dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang
bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi
orang sebagai manusia (Infodatin, 2019). Seseorang yang mengalami gangguan pada
kepribadian atau perilakunya cenderung sensitive terhadap penolakan dan akan menjadi
seorang individu yang penakut serta pemalu dan hal ini merupakan tanda dari individu
tersebut memiliki rasa harga diri rendah (O’Brien, Kennedy, & Ballard, 2013).
Harga diri rendah merupakan suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau
kemampuan dirinya negative, atau perasaan menganggap dirinya sebagai seseorang yang
tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Menurut
Herdman (2012) harga diri rendah kronis merupakan evaluasi diri negative yang
berkepanjangan atau merupakan perasaan tentang diri atau kemampuan harga diri rendah
yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat menyebabkan
berbagai masalah Kesehatan lain terutama Kesehatan jiwa.
Menurut WHO tahun 2017, jumlah penderita gangguan jiwa dunia adalah sekitar 450
juta jiwa. Perhitungan beban penyakit pada tahun 2017 menyatakan beberapa jenis
gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk Indonesia diantaranya adalah
gangguan depresi, cemas, skizofernia, bipolar, gangguan perilaku, autis, gangguan
perilaku makan, cacat intelektual, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
(Infodatin, 2019).
1
Kasus gangguan jiwa di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2018 meningkat. Peningkatan ini dapat terlihat dari kenaikan
prevalensi rumah tangga yang memiliki orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di
Indonesia ada peningkatan jumlah menjadi 7 permil rumah tangga yang artinya per 1000
rumah tangga terdapat 7 rumah tangga dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ),
sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450 ribu orang dengan gangguan jiwa berat
(Infodatin, 2019).
Menghindari timbulnya dampak lebih lanjut dari harga diri rendah maka dibutuhkan
adanya peran perawat serta keluarga yang merawat pasien dengan harga diri rendah.
Peran perawat pada pasien dengan harga diri rendah yaitu dengan bina hubungan saling
percaya, mengidentifikasi kemampuan pasien serta aspek positif yang dimiliki pasien,
memilih kegiatan yang dapat dilakukan oleh pasien, melatih kegiatan serta merencanakan
kegiatan yang telah dilatih, serta perawat dapat bekerja sama dengan keluarga pasien
dalam mengatasi harga diri rendah pada pasien dengan melatih keluarga pasien dan
menyampaikan hasil tindakan yang dilakukan oleh keluarga pasien kepada perawat yang
bersangkutan (Irman et al, 2016).
Menurut penelitian Widianti 2017, Pemberian tindakan keperawatan untuk pasien
dengan harga diri rendah dapat menggunakan terapi gabungan dapat memberikan efek
khususnya dalam mengurangi penilaian terhadap stressor pada pasien dengan harga diri
rendah, peningkatan kemampuan pasien serta peningkatan kemampuan keluarga. Terapi
gabungan ini meliputi terapi individu, terapi kelompok serta terapi keluarga.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari Harga Diri Rendah Kronis
2. Bagaimana faktor penyebab dari Harga Diri Rendah Kronis
3. Bagaimana tanda dan gejala dari Harga Diri Rendah Kronis
4. Bagaimana rentan respon dari Harga Diri Rendah Kronis
5. Bagaimana pohon masalah dari Harga Diri Rendah Kronis
6. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Harga Diri Rendah Kronis
1.2 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mempelajari Asuhan Keperawatan dengan masalah Harga Diri Rendah
pada klien.
1.3.2 Tujuan Khusus
2
1. Untuk mengetahui definisi dari Harga Diri Rendah Kronis
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dari Harga Diri Rendah Kronis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Harga Diri Rendah Kronis
4. Untuk mengetahui rentan respon dari Harga Diri Rendah Kronis
5. Untuk mengetahui pohon masalah dari Harga Diri Rendah Kronis
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Harga Diri
Rendah Kronis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Harga Diri Rendah Kronis
Harga diri rendah merupakan suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau
kemampuan dirinya negative, atau perasaan menganggap dirinya sebagai seseorang yang
tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Menurut Herdman (2012) harga diri rendah kronis merupakan evaluasi diri negative
yang berkepanjangan atau merupakan perasaan tentang diri atau kemampuan harga diri
rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat
menyebabkan berbagai masalah Kesehatan lain terutama Kesehatan jiwa.
a. Faktor Presdisposisi
1) Biologis
Factor biologis atau factor herediter (keturunan) seperti adanya Riwayat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu, adanya Riwayat penyakit
kronis atau trauma kepala merupakan salahs atu factor penyebab gangguan jiwa.
2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan
orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Selain itu, pasien dengan harga
diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya,
mengalami krisis identitas, peran yang terganggu dan ideal diri yang tidak
realistis.
3) Factor Sosial Budaya
Penilaian negated dari lingkungan terhadap klien, social ekonomi rendah,
Pendidikan yag rendah serta adanya Riwayat penolakan di lingkungan pada tahao
tumbuh kembang anak.
4
b. Faktor Presipitasi
1) Riwayat trauma seperti penganiayaan sekssual dan pengalaman psikologis yang
tidak menyenangan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan,
menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan
2) Ketegangan peran dapat disebabkan oleh:
a) Transisi peran perkembangan
Perubahan yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti transisi dari anak-anak
ke remaja
b) Transisi peran situasi
Bertambah atau berkurangnya anggota keluarga yang terjadi akibat kematian
atau kelahiran
c) Transisi peran sehat-sakit
Akibat dari pergeseran kondisi sehat ke sakit. Transisi ini dapat dicetuskan
akrena kehilangan Sebagian anggota tubuh atau perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosesur medis dan
keperawatan.
a. Data Subjektif
Pasien mengungkapkan tentang:
1. Hal negative tentang diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penolakan terhadap kemampuan diri
5. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi
5
b. Data Objektif
1. Penurunan prokditivitas
2. Tidak berani menatap lawan bicara
3. Lebih banyak menundukan kepala saat berinteraksi
4. Bicara lambat dengan suara lemah
5. Bimbang, perilaku yang non asertif
6. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna
2.5 Pohon
Masalah
Harga Diri
Rendah Kronis
Isolasi Sosial
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
Ruangan Rawat : Marwah Tanggal Dirawat : 12 September 2020
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.A (P) Tanggal Pengkajian : 12 September 2020
Umur : 22 tahun RM no :
Informan : Keluarga dan pasien
2. Alasan Masuk
Diantar ke poli jiwa karena sering bicara sendiri, tidak mau berinteraksi dengan
lingkungan dan mengrung diri sudah kurang lebih 1 bulan.
3. Faktor Predisposisi
1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Tidak Ya
2) Pengobatan sebelumnya? Berhasil kurang berhasil tidak berhasil
3) Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik :
Aniaya Seksual :
Penolakan :
Kekerasan dalam keluarga :
Tindakan criminal :
7
Masalah Keperawatan : Berduka
4. Fisik
1) Tanda Vital : TD : 120/80 N : 86 S:36,6 P:
2) Ukur : TB : 160cm BB : 55kg
3) Keluhan Fisik : Ya Tidak
Jelaskan : TTV pasien normal dan pasien tidak mengalami keluhan fisik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Psikososial
1) Genogram
22
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien perempuan berumur 22 tahun
2) Konsep diri
a. Gambaran diri :
8
b. Identitas : pasien selalu mengatakan dirinya ibu tidak berguna
dan tidak mampu menjadi istri yang baik
c. Peran : pasien merasa dirinya bukan ibu dan istri yang baik
d. Ideal diri : pasien sadar dirinya sakit dan perlu dirawat tetapi
tidak tahu dengan penyakitnya, tidak tahu manfaat minum obat
e. Harga diri : pasien tidak mau mengikuti kegiatan bermasayarakat
dikarenakan malu dan selalu dikucilkan
Masalah Keperawatan : harga diri rendah kronis
3) Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan saat ada masalah klien selalu
menceritakan masalahnya pada ibu dan sahabatnya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien mengatakan tidak
mau mengikuti kegiatan masyarakat karena malu dikucilkan
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain : Klien mengatakan
memiliki masalah dengan lingkungannya, tidak mau mengikuti kegiatan
dilingkungan masayarakat karena merasa malu selalu dikucilkan
Masalah keperawatan : Gangguan interaksi sosial
4) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : tidak terkaji
b. Kegiatan ibadah : tidak terkaji
6. STATUS MENTAL
1) Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai Cara berpakaian tidak seperti
biasanya
Jelaskan : Pasien tampak rapi mengenakan baju RS, penggunaan baju sesuai,
rambut disisir
2) Pembicaraan
9
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
3) Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Jelaskan : pasien tampak tidak fokus, lebih banyak menunduk dan kontak mata
kurang
4) Alam perasaaan
Berlebihan
5) Afek
Jelaskan : pasien tampak kurang fokus, lebih banyak menunduk dan kontak mata
kurang
10
Masalah Keperawatan : harga diri rendah kronis
7) Persepsi
Pengecapan Penghidu
8) Proses Pikir
9) Isi Pikir
11
Jelaskan : klien sadar berada dimana, orang dan tidak bingung
11) Memori
12
2) BAB/BAK
Jelaskan : klien sering tidak mau makan, BAB, BAK dikamar mandi kemudian
disiram dengan air
3) Mandi
4) Berpakaian/berhias
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan Kesehatan
Belanja Ya tidak
13
Transportasi Ya tidak
Lain-lain Ya tidak
8. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
14
Masalah lainnya, spesifik : Kien merasa bersalah atas kematian anaknya dan
menganggap dirinya ibu yang tidak berguna dan bukan menjadi istri yang baik
Koping obat-obatan
Lainnya :
15
yang ke 2 meninggal
dalam kecelakaan saat
diantar olehnya.
- Klien sering
mengatakan dirinya ibu
tidak berguna, merasa
menyesal, malu dan
sering mengurung
dirinya di dalam kamar
- klien mengatakan
dirinya tidak berguna,
tidak mampu menjadi
istri yang baik, Klien
juga mengatakan
memiliki masalah
dengan lingkungannya,
tidak mau mengikuti
kegiatan
dilingkungannya karena
merasa malu selalu
dikucilkan.
Do :
- klien menjawab pelan, ,
klien nampak tidak
focus, lebih banyak
menunduk, kontak mata
kurang, melamun.
- Klien tampak rapi,
mengenakan baju RS,
rambut disisir,
penggunaan baju sesuai.
- Tanda vital :
TD : 120/80 S: 36,6 N :
86
16
- TB : 160cm BB : 55kg
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
18