Anda di halaman 1dari 4

Pengetahuan Seksual dan Perilaku Seks Aman di Kalangan Remaja

Galuh Ayuning Uni Prasetya, Muhammad Ali Sodik

IIK STRADA INDONESIA

Galuhap0008@gmail.com , alisodik2012@gmail.com

Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan 90% berpengangan tangan, 82% berpelukkan, 77% berciuman,
65% meraba bagian tubuh yang sensitif, 33% petting, 30% oral seks, 27% pernah hubungan seksual dan
40% pernah mengalami kekerasan seksual. Untuk beberapa faktor yang mempengaruhi mahasiswa
dalam melakukan perilaku seksual yaitu faktor internal diantaranya 38% mahasiswa menyatakan
terdorong untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan dan 40% mahasiswa menyatakan
berimajinasi melakukan hubungan seksual. Adapun faktor eksternal diantaranya 79% mengakses situs
internet yang berbau seksual dari internet, 61% adanya dorongan lingkungan dan 60% melakukan
perilaku seksual karena salah pergaulan. Sedangkan dampak yang diperoleh mahasiswa yaitu dampak
fisik ketika kesenangan seksual tidak terpenuhi akan melakukukan onani (laki-laki) masturbasi
(perempuan) sebanyak 41% dan 43% menyatakan mengalami luka setelah melakukan hubungan
seksual. Sebanyak 71% mahasiswa mengalami dampak psikologis merasa cemas melakukan hubungan
seksual, 53% dibayangi perasan berdosa dan 84% merasa bersalah kepada orang tua karena sudah
melakukan perilakuseksual.

PENDAHULUAN
Perilaku seksual remaja dewasa ini banyak mengarah pada perilaku yang menyimpang. Padahal
remaja adalah generasi penerus di masa depan yang akan mempengaruhi cerah tidaknya masa depan
bangsa dan negara di kemudian hari. Disamping secara langsung maupun tidak langsung juga akan
mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia di masa mendatang. Banyak diantara remaja yang
tidak menyadari bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan, justru menjerumuskan.
Bila para remaja sudah terlanjur terjerumus dalam pergaulan yang menyesatkan, maka akan teramat
sulit untuk kembali pada kondisi semula yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan yang sangat tinggi.
Dalam ilmu psikologis kata “ Remaja”juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit,
adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia kata “Remaja” sering pula dikaitkan dengan masa
pubertas.Menurut Hurlock, (dalam psikologi perkembangan; edisi lima) Remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21
tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-
18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun.

Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ,
yang di awali dengan pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisik,sosial , maupun emosional.Individu
yang dikategorikan sebagai remaja adalah mereka yang berusia antara 12-25 tahun. Menurut Hurlock
(tanpa tahun),mereka yang berada pada usia ini mengalami perkembangan fungsi-fungsi tubuh
terutama seks, dan hal itu sangat mengganggu. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa, pada tahap ini alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai tumbuh, dan emosi
cenderung labil.Mahasiswa sebagai subjek penelitian merupakan individu yang berada pada masa
remaja akhir, karena peralihan dari masa remaja ke masa dewasa yang masih belajar di perguruan
tinggi.

Pada masa ini dimana individu mulai tertarik dengan masalah-masalah seksualitas. Pada
awalnya, ketertarikan remaja terhadap seksualitas bersifat self-centered, yaitu fokus pada perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya. Kemudian, secara bertahap remaja mulai tertarik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis. Bentuk dari perilaku seksual ini bermacam-macam, dari berkencan,
bercumbu,berpegangan tangan dengan lawan jenis, berpelukan, rangkulan, berciuman sampai
melakukan hubungan seksual. Penelitian-penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya
menyimpulkan bahwa nilainilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan.

Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual. Misal,
penelitian yang dilakukan oleh berbagai ahli dewasa ini diantara, dalam Kongres Nasional I Asosiasi
Seksologi Indonesia (Konas I ASI) di Denpasar 24 Juli 2002, Hudi Winarso dari Laboratorium Biomedik
Fakultas Kedokteran UniversitasAirlangga Surabaya juga mengemukakan penelitian serupa. Dari angket
yang disebarkan pada bulan April 2002 terhadap 180 mahasiswa perguruan tinggi negeri di Surabaya,
berusia 19 hingga 23 tahun, ternyata 40 persen mahasiswa pria telah melakukan hubungan seks pra
nikah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Padjajaran di Jatinangor, Sumedang
dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 orang yang memenuhi syarat sebagai berikut,
berusia antara 18-24 tahun, sedang atau pernah menjalin relasi heteroseksual (pacaran), belum
menikah, tinggal di tempat kos wilayah kecamatan Jatinangor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang yang menjadi subjek penelitian seluruhnya
pernah melakukan perilaku seksual dalam bentuk tertentu. Dan dari 100 orang yang melakukan perilaku
seksual terdapat 100% telah melakukan perilaku berpegangan tangan, 90% berpelukan, 82% necking,
56% meraba bagian tubuh yang sensitive, 52% petting, 33% oral seks, dan 34% sexsual intercourse.Atas
dasar hal ini peneliti melakukan observasi pada 9 - 12 Oktober 2013 untuk mengetahui perilaku seksual
pada mahasiswa FBS. Observasi dilaksanakan di salah satu lingkungan kos Lidah Wetan Surabaya.
Dimana tempat observasi banyak yang berpenghuni mahasiswa FBS. Pergaulan yang ditunjukkan sangat
bebas tidak pernah mengenal jam malam ketika memadu kasih.

Semakin longgarnya tingkatpengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua sehingga
makin banyak remajayang terjebak ke dalam pola seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka
terimabaik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secaraumum.Ada juga mahasiswa yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual layaknya orang bersuami istri dengan orang yang berbeda-beda.
Oleh karena itu untuk mencegah dampak yang tidak diinginkan maka permasalahan tentang perilaku
seksual pada mahasiswa harus diketahui sejak dini.

Pembahasan
Pada dasarnya perilaku seksual dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu berciuman,
berpelukan, bercumbu (petting), dan berhubungan badan. Sebagian besar perilaku seksual tersebut
dilakukan di rumah, rumah kos, lingkungan kampus, dan tempat-tempat lainnya seperti hotel, losmen
dan tempat penginapan lainnya. Bahkan ada juga yang melakukannya di dalam mobil pada waktu jalan-
jalan. Sekarang banyak remaja yang telah melakukan hubungan seks sebelum dia menikah. Ada yang
sudah melakukannya ketika masih SMP dan ada pula yang melakukannya pada waktu SMA. Pada setiap
kebudayaan masyarakat, perilaku seksual anggotanya diatur dan dimanifestasikan dalam berbagai
bentuk peraturan yang di kenal dengan norma, moral, etika dan lain-lain.

Peraturan-peraturan tersebut dapat berbentuk larangan-larangan atau petunjuk-petunjuk,


moral etika dan nilai.Ada budaya yang melihat perilaku seksual sebagai sesuatu yang sakral, penuh tabu,
dosa dan aib jika dilanggar, sedangkan dalam budaya lain memahami perilaku seksual sebagai suatu
kenikmatan, bahkan sebagai sesuatu yang dapat menambah kekuatan. Penelitian ini didasari keinginan
untuk mengetahui tentang perilaku seks pranikah di kalangan remaja Kota Surakarta dan
mendeskripsikan secara mendalam tentang perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Kota
Surakarta.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
Sumber data diperoleh melalui dokumentasi dan wawancara dengan informan atau narasumber remaja
dan mahasiswa-mahasiswa yang masuk dalam kategori remaja dan para praktisi bidang agama dan
akademik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan Indepthinterview, observasi dan
dokumen. Validitas data menggunakan Triangulasi metode dimana peneliti membandingkan temuan
data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu.

Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif, tiga komponen yakni reduksi data, sajian
data dan penarikan kesimpulan dilakukan berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai
proses siklus.Perilaku seks pranikah sudah menjadi fenomena di kalangan remaja, tak terkecuali di Kota
Surakarta. Faktor-faktor penyebab munculnya perilaku seks pranikah beradasarkan hasil penelitian
diantaranya adalah 1) Kegagalan fungsi keluarga, hal ini memicu mereka untuk berperilaku bebas
bahkan melanggar norma sekalipun, karena merasa tidak ada yang peduli atau mencegah hal tersebut.
2) Pengaruh media, hal tersebut menunjukkan bahwa media sangat berpengaruh terhadap perilaku
seks pranikah. 3) Rendahnya pendidikan nilai-nilai agama, hal tersebut nampak dari pendapat para
responden yang mengakui bahwa mereka masih belum memahami pendidikan agama yang mereka
peroleh selama ini. Ini menunjukkan bahwa pendidikan agama yang mereka peroleh selama duduk di
bangku sekolah sangat minim.

Upaya pencegahan perilaku seks bebas dapat dilakukan dengan 1) Secara intern (dari dalam),
yaitu harus menanamkan pada diri sendiri, dan keyakinan yang tulus untuk melaksanakan ajaran Islam
secara utuh dan murni. Kesadaran tersebut tentunya didukung dengan memperbanyak membaca buku-
buku keagamaan, sering menghadiri acara pengajian dan seminar keagamaan, berkumpul/mencari
temanteman yang tepat misalnya yang rajin menjalankan ibadah dan yang rajin dan menjalankan ibdah
dan yang pengetahuan agamanya lebih tinggi sehingga dapat mengingatkan kita jika berbuat salah. 2)
Secara extern (dari luar) yaitu perubahan itu juga harus didukung dari luar. Dukungan itu bisa dari
keluarga (orang tua) yaitu dengan menerapkan kedisiplinan beragama sejak dini, menciptakan
lingkungan tempat tinggal yang agamis.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas menjelaskan bahwa perilaku seksual
yang ditunjukkan oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya sangat
bervariasi mulai dari berpengangan tangan, berpelukkan, berciuman, meraba bagian tubuh yang sensitif,
petting, oral seks, hubungan seksual dan mengalami kekerasan seksual. Oleh karena itu penelitian
mengenai perilaku seksual merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk melakukan
tindakan preventif dan kuratif. Pendidikan seks juga perlu diberikan kepada mahasiswa, sebagai
pengetahuan dasar mengenai masalah seksual sehingga mahasiswa mengetahui baikburuknya tindakan
yang berhubungan dengan seks. Dengan harapan mereka mengurangi tindakan-tindakan terkait dengan
seks. Sehingga mampu mengendalikan dorongan-dorongan seksual yang muncul pada dirinya sehingga
kejadian-kejadian yang tidak di inginkan tidak akan terjadi.

Daftar Pustaka
Setyani, A. T., & Sodik, M. A. (2018, July 3). Pengaruh Merokok Bagi Remaja Terhadap Perilaku
dan Pergaulan Sehari-hari. https://doi.org/10.31219/osf.io/6hcem

Sodik, M. A. (2015). The “Kimcil” Phenomenon: Sexual Knowledge and Safe Sex Behaviour among
Adolescents in Kediri. In The 1st Joint International Conference.

Sodik, M. A. (2014). Sikap Pencegahan Aborsi Ditinjau Dari Pengetahuan Tentang Bahaya Dan Resiko
Kesehatan. Strada Jurnal Kesehatan http://publikasi. stikesstrada. ac. id/wpcontent/uploads/2015/02/9-
SIKAP-SIKAPPENCEGAHAN-ABORSI. pdf.

Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The Role Of Health Promotion And Family Support With Attitude
Of Couples Childbearing Age In Following Family Planning Program In

Siyoto, S., Dwianggimawati, M. S., Sari, D. K., Mufida, R. T., & Sodik, M. A. (2018). The Effect of
Pornography Accessity to Influence Sexual Behavior. Indian Journal of Public Health Research &
Development, 9(12).

https://id.wikipedia.org/wiki/Seksualitas_remaja

https://media.neliti.com/media/publications/156747-ID-perilaku-seks-di-
kalangan-remaja-dan-per.pdf

http://repository.litbang.kemkes.go.id/1005/

Anda mungkin juga menyukai