Anda di halaman 1dari 10

PERUMUSAN MASALAH DAN KEMAMPUAN GENERIK

DALAM MENULIS KARYA ILMIAH


(Tomo Djudin, SCOPUS ID: 57201307343)

A. PENDAHULUAN
Isu tentang rendahnya kompetensi guru/mahasiswa dalam menulis karya
tulis ilmiah sering mengemuka dalam suatu forum temu-muka dan media cetak.
Pelatihan, seminar, dan workshop tentang penulisan karya ilmiah, yang
sasarannya guru/mahasiswa senior, dianggap menjadi alternatif solusi dan telah
diselenggarakan di berbagai daerah. Apakah pelatihan atau kegiatan semacam ini
dapat meningkatkan kompetensi guru menulis karya tulis ilmiah? Belum ada
informasi dan indikasi jelas dan akurat tentang keberhasilannya.
Hasil (output) dan dampak (outcome) suatu pelatihan/kegiatan terkait
dengan “menulis” terhadap peningkatan kemampuan guru/mahasiswa menulis
karya ilmiah dipengaruhi beberapa faktor yang saling terkait, yaitu; faktor dalam-
diri (internal) dan luar-diri (eksternal). Faktor internal, diantaranya; kompetensi
professional, motivasi, pengetahuan generik terkait penulisan ilmiah dan
kemampuan memperbaiki diri secara berkelanjutan. Pengetahuan/kemampuan
generik, yang terkait juga dengan bagaimana membaca teks dan menulis yang
baik, belum dikembangkan secara optimal ketika mahasiswa masih di bangku
sekolah. Bahkan, terkesan terabaikan. Padahal, ” reading dan writing are process
of thinking “(Tierney et.al., 1980; Costa, 1985). Faktor eksternal, diantaranya; ada
tidaknya tuntutan formal, penghargaan, dan media publikasi. Pencarian
bahan/sumber rujukan (buku, jurnal, hasil penelitian) yang dulu dirasakan sulit
oleh sebagian guru, saat ini dapat teratasi dengan mudah dan cepat melalui
penelusuran melalui “google” internet.
Salah satu kesulitan guru/mahasiswa ketika akan memulai menulis ilmiah
adalah menemukan masalah. Hal ini wajar dan rasional, karena “menemukan
masalah merupakan salah satu langkah yang dianggap sulit oleh penulis atau
peneliti pemula (Gay,1987). Perumusan masalah akan berhubungan dengan
penelusuran teori/kajian literatur, penggunaan metode, pemilihan bentuk tulisan
dan jenis penelitian, alat pengumpul data, dan analisis data. Dinyatakan bahwa

1
mengetahui permasalahan dan merumuskannya secara tepat dapat dipandang telah
memiliki 50 % penyelesaiannya. Dengan kata lain, masalah adalah “jantung”
sebuah karya/tulisan ilmiah. Uraian singkat tentang teknik-teknik menemukan
masalah, karakteristik masalah, dan teknik mengembangkan masalah dalam
bentuk kerangka (outline), serta kemampuan generik untuk mampu (powerful)
menulis yang dipaparkan dalam tulisan ini dianggap relevan dan rasional sebagai
suatu ikhtiar membantu guru/mahasiswa meningkatkan kemampuan dalam
menulis karya tulis ilmiah.

B. CARA-CARA MENEMUKAN MASALAH


Masalah dapat muncul ketika terdapat kesenjangan atau ketidaksesuaian
(gap) antara apa yang diharapkan (apa yang seharusnya: das sollen) dan apa yang
sebenarnya terjadi (kenyataan: das sein). Apa yang diharapkan (apa yang
seharusnya) dapat ditemukan di dalam teori, peraturan/hukum/undang-undang,
atau ketentuan-ketentuan/tujuan tertentu. Ambil contoh, setelah melakukan proses
belajar mengajar di kelas, secara teoretis, guru dituntut mampu memberikan
tugas-tugas yang dapat mendukung kelangsungan proses belajar siswa di luar
kelas (di rumah). Tugas-tugas pekerjaan rumah (PR) merupakan bagian yang
integral dalam proses belajar mengajar di sekolah. Tugas PR yang diberikan
tersebut harus diperiksa, karena dapat dijadikan alat diagnostikk dan barometer
bagi kesulitan/kemajuan belajar siswa. Banyak lagi tujuan dan fungsi PR dalam
pembelajaran.Ini adalah contoh apa yang diharapkan (apa yang seharusnya)
terkait dengan tujan dan fungsi pemberian tugas.
Kenyataan di lapangan, sebagian guru tidak memberikan tugas PR.
Kalaupun ada, tidak diperiksa. Alasannya beragam. Padatnya jam mengajar di
sekolah acapkali dijadikan alasan. Alasan lain adalah jumlah siswa yang cukup
padat di tiap kelas sehingga akan menyita banyak waktu guru. Adanya pekerjaan
atau kegiatan tambahan lain (ekstra), untuk menopang atau tambahan ekonomi
keluarga, kadang dijadikan alasan. Apa solusi alternatif yang dapat ditawarkan
untuk mengatasi masalah ini?. Tentu banyak kasus atau contoh lain yang dapat
diidentifikasi atau dianalisis guru untuk menemukan masalah dalam dunia

2
pendidikan, misalnya; yang terkait kurikulum, kualitas dan kompetensi guru,
media pembelajaran, karakteristik siswa, proses pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, karakteristik orangtua, dan lain-lain.
Masalah yang diangkat dan pembahasan serta alternatif solusi yang
ditawarkan penulis akan turut menentukan manfaat dan kualitas sebuah tulisan
atau penelitian. Manfaat suatu karya/tulisan ilmiah dapat dikaitkan dengan; (1)
pengembangan atau pengujian teori (ilmu) dan teknologi; (2) pembangunan atau
perbaikan/peningkatan kualitas masyarakat atau kelompok tertentu (siswa, guru);
dan (3) kemajuan atau inovasi suatu lembaga (sekolah). Masalah dan
jawaban/solusinya hendaknya memiliki dampak, sumbangan pemikiran, dan/atau
manfaat pada salah satu yang disebutkan di atas, baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menemukan masalah.
Pertama, melakukan pengamatan, menggunakan pengalaman, dan melakukan
analisis konstektual. Pengamatan secara seksama terhadap berbagai peristiwa atau
kejadian selama proses belajar mengajar di kelas dan di sekolah yang diperkuat
dengan pengalaman sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan analisis
kontekstual (sesuai dengan karakteristik siswa, guru, sarana pendukung
pembelajaran, dan masyarakat sekitar) dapat menggiring guru kepada temuan
adanya ”sesuatu” yang tidak sejalan (adanya gap) antara apa yang
seharusnya/diharapkan dengan apa yang terjadi sesungguhnya (fakta). Itulah
masalah. Analisis kontekstual yang dilakukan dapat mempersempit suatu masalah,
dari yang bersifat umum menjadi yang lebih khusus (narrow down the general
problem area to a specific one).
Kedua, melakukan diskusi. Berdiskusi dengan orang lain ( teman sejawat,
penulis, pemerhati/pakarpendidikan, orangtua siswa, orang terkait lainnya) dapat
dilakukan untuk menemukan dan memastikan apakah “sesuatu” itu benar-benar
merupakan masalah yang layak dan bermanfaat, bahkan baru (novelty). Berdiskusi
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pengulangan permasalahan (replikasi).
Melalui diskusi, perbedaan pandangan/pendapat antarorang akan muncul ke
permukaan sehingga dapat memunculkan ide-ide (masalah) yang lebih baru, lebih

3
kontekstual, dan “asli” (bukan plagiat). Respon positif terhadap hasil dan
informasi yang diperoleh melalui diskusi, ditambah dengan membaca bahan
rujukan (referensi) yang relevan, dapat membangkitkan “daya khayal dan
intuisi”. Daya khayal memungkinkan kita menjelajah ke ranah (domain) atau
sesuatu yang sebelumnya belum ditulis atau diteliti. Intuisi, yang dapat diartikan
sebagai pengertian atau penjelasan yang muncul secara tiba-tiba, dapat muncul
ketika kita merasa jenuh memikirkan atau mendalami suatu persoalan. Atau,
ketika kita telah melepaskan diri dari persoalan yang selama ini kita pikirkan, atau
seusai proses relaksasi.
Ketiga, memperbanyak membaca. Membaca buku, artikel ilmiah,
hasil/temuan penilitian pendidikan, mass media cetak, dan buku-buku ilmiah
dapat membantu (calon) penulis/peneliti mempertajam analisis dan sintesis
terhadap suatu persoalan. Dengan membaca, wawasan keilmuan terkait suatu
masalah akan semakin luas. Pemahaman akan semakin komperehensif dan
komplementer (saling melengkapi). Kesulitan memperoleh buku dan sumber
rujukan tertentu, saat ini dengan mudah dan cepat dapat teratasi dengan
mengakses internet. Tulisan ilmiah yang baik, terutama yang berbentuk makalah
posisi (position paper), menuntut adanya perbedaan teori/pandangan/pendapat
dari beberapa ahli.
Ketiga cara yang dijelaskan di atas bila dilakukan secara simultan
(bersamaan) dalam menemukan suatu masalah akan memiliki peluang
menghasilkan suatu tulisan atau penelitian yang bermanfaat, up to date,
kontekstual, serta mempunyai tingkat keaslian (originalitas) dan “daya tarik/jual”
yang lebih tinggi. Membuat catatan atau segera menuliskan “apa” yang diperoleh
ketika usai melakukan pengamatan dan analisis, berdiskusi, dan membaca
merupakan langkah yang sangat baik untuk menghindari lupa. Membaca,
mendengarkan, dan menuliskan sesuatu, kemudian menganalisisnya merupakan
serangkaian cara untuk menemukan masalah.
Keempat, mempertimbangkan bidang keahlian diri dan yang diminati. Ini
penting. Menulis karya ilmiah yang tidak sesuai dengan minat dan bidang
keahlian diri berpeluang besar akan mengalami banyak kendala/kesulitan dalam

4
penyelesaiannya. Akibat lebih jauh, tulisan yang dihasilkan akan dinilai sebagian
orang kurang berkualitas.

C. KARAKTERISTIK MASALAH
Tulisan (artikel) ilmiah merupakan tulisan yang menyajikan permasalahan
dan pemecahannya secara ilmiah atau berkaitan dengan suatu bidang/disiplin
ilmu, dan ditulis menurut tata cara (kaidah) penulisan tertentu yang baik dan
benar. Secara substantif (ditinjau dari pokok persoalannya), masalah yang akan
diangkat menjadi karya ilmiah (tulisan ilmiah, penelitian) hendaknya memenuhi
karakteristik, antara lain:
1. Tepat waktu (up to date), artinya masalah yang diangkat sedang hangat
diperbincangkan saat ini.
2. Mampu menyediakan jawaban/penjelasan logis,rasional, dan lebih tajam; atau
menyediakan solusi alternatif atas masalah praktis yang dianggap mendesak
atau dihadapi/dirasakan banyak orang.
3. Memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan (manfaat teoretis), dan
lembaga/institusi/ orang lain (manfaat praktis).
4. Asli (original) dan kontekstual. Asli artinya masalah yang diangkat bukan
jiplakan hasil karya orang lain. Kontekstual artinya masalah itu muncul hasil
analisis (modifikasi) penulis/peneliti dari kejadian atau apa yang dialami
masyarakat (sekelompok orang) di tempat (lokasi, lingkungan) tertentu. Bagi
guru dikenal dengan A(Asli), Perlu (P), Ilmiah (I), dan Konsisten (K).
Selain karakteristik di atas, suatu masalah dalam karya ilmiah harus logis,
empiris, tidak emosional (subyektif), dan dapat ditelusuri/diteliti. Pada umumnya,
suatu masalah (penelitian) mengandung dua atau lebih variabel (konsep) yang
berhubungan. Hubungan antarkonsep (variable) tersebut dapat berupa hubungan
sebab akibat, fungsional, dan korelasional (asosiasi).

D. MENYUSUN KERANGKA TULISAN (OUTLINE)


Satu langkah penting dalam menulis ilmiah adalah menyusun kerangka
tulisan. Suatu masalah akan lebih mudah dikembangkan menjadi tulisan ilmiah

5
apabila didahului dengan membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan (outline)
adalah suatu deskripsi umum yang logis, memuat rangkuman/garis besar secara
skematis dalam suatu pola terorganisasi, dan merupakan rancangan visual dan
konseptual suatu tulisan. Kerangka tulisan (outline) penting disusun sebelum
menulis ilmiah, karena mempunyai manfaat atau nilai tambah, diantaranya; (1)
proses menulis menjadi lebih mudah; (2) ide/gagasan akan tersusun dan
terkonstruksi secara sistematis (runtun, terurut, dan teratur); (3) alur pikir dalam
setiap bagian tulisan dan antarparagraf tampak lebih jelas; dan (4) hubungan
antarkonsep (ide/gagasan) lebih jelas; (6) ruang lingkup (batasan) tulisan akan
terdefinisi dengan jelas.
Sebelum mengembangkan kerangka tulisan, penulis perlu
mempertimbangkan beberapa hal. Diantaranya; tujuan yang diharapkan, khalayak
(audience) yang akan membacanya, dan pernyataan (tesis) yang akan disampaikan
atau dikembangkan. Setelah itu baru melakukan langkah-langkah pengembangan
kerangka tulisan. Langkah-langkah untuk mengembangkan kerangka tulisan dapat
dijumpai dalam beberapa buku atau tulisan yang membahas teknik menulis
(ilmiah).

E. PENGETAHUAN/KEMAMPUAN GENERIK DALAM MENULIS


Ada sejumlah pengetahuan atau kemampuan generik yang harus
diketahui/dimiliki untuk menjadi seorang penulis (yang baik).
Pengetahuan/kemampuan generik, yang dimaksud dalam tulisan ini, adalah
pengetahuan/kemampuan dasar ; (1) yang menjadi prasyarat; (2) yang dapat
memberikan kontribusi berarti dalam proses menulis (ilmiah); dan (3) yang
memerlukan proses latihan, aktivitas (belajar) pribadi lainnya, dan
adaptasi/modifikasi untuk mencapai hasil atau perkembangan optimal. Secara
sederhana, orang yang diberi pancing dan diberi tahu teknik-teknik memancing
akan berpeluang lebih mampu membawa hasil yang lebih banyak dibandingkan
orang yang belum punya pancing dan tak tahu tekniknya. Orang yang diberi tahu
teknik berenang akan lebih mampu berenang lebih baik daripada yang tak
mengetahui tekniknya. Pengetahuan tentang teknik memancing dan berenang di

6
atas adalah contoh pengetahuan generik. Teknik vokal merupakan salah satu
pengetahuan generik yang diperlukan untuk menjadi penyanyi yang baik.
Lantas, apa saja pengetahuan/kemampuan generik yang diperlukan
seseorang agar dapat berkembang menjadi penulis yang baik ? Sedikitnya ada 5
(lima) pengetahuan/kemampuan generik. Pertama, pengetahuan tentang teknik-
teknik menulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis yang baik akan
menentukan kualitas suatu tulisan. Tulisan yang baik akan terhindar dari
kerancuan makna (kontaminasi) dan makna ganda, memenuhi kaidah-kaidah
kebahasaan yang benar, mudah dipahami, dan karenanya, enak dibaca.
Pengetahuan tentang bentuk struktur teks yang akan ditulis juga merupakan hal
yang penting dipahami. Struktur teks berbentuk narasi, argumentasi, sekuens,dan
enumerasi memiliki perbedaan dan cirri-ciri tertentu dalam penyajiannya dalam
bentuk kalimat/paragraf. Dalam konteks ini, penulis anjurkan para guru (penulis
pemula) untuk membaca buku-buku, misalnya, yang terkait dengan penulisan
kalimat efektif, pengembangan paragraf, dan kontaminasi (kerancuan) kalimat
(lihat Badudu, Keraf, Budiono).
Kedua, pengetahuan/kemampuan membaca. Membaca adalah proses
berpikir. Membaca untuk sekadar mencari kesenangan (reading for fun),
membaca novel dan cerita komik, misalnya, tentu sangat berbeda dengan
membaca untuk belajar/memahami (reading to learn/understand). Tidak semua
orang mampu membaca dengan baik. Masih selalu dapat ditemukan sejumlah
siswa/mahasiswa, mungkin juga guru/dosen, yang mengalami kesulitan
memahami teks yang dibacanya. Kesulitan ini akan semakin dirasakan ketika ia
membaca teks bahasa asing (baca: inggris) Membaca untuk memahami teks
bahasa asing menuntut kemampuan menerjemah. Untuk mampu menerjemah
perlu pengetahuan generik, teknik menerjemah. Pembaca yang baik akan lebih
mampu mengenali, memahami, dan menyatakan kembali informasi (dalam
bentuk yang berbeda dengan teks aslinya) setelah ia melakukan aktivitas
membaca. Kedua kemampuan di atas dapat digolognkan menjadi kemampuan
bahasa (membaca dan menulis).

7
Ketiga, pengetahuan/pemahaman tentang bidang dan disiplin ilmu terkait
masalah. Sebuah tulisan, sesungguhnya, adalah komunikasi tak langsung dan
merupakan media penyampaian sebuah pemikiran, informasi, pendapat/opini,
atau sarana curah pikir antara penulis dengan pembacanya (orang lain). Seorang
penulis yang benar-benar memahami persoalan dan bidang/disiplin ilmu yang
berkaitan dengan masalah yang ditulisnya tentu akan mampu menghasilkan
sebuah tulisan yang lebih berbobot (baca: berkualitas). Untuk memahami masalah
dan kaitannya dengan bidang/disiplin ilmu, memperbanyak bahan bacaan dan
mengkaji berbagai literatur/sumber informasi lainnya perlu dilakukan.
Keempat, pengetahuan/pemahaman tentang penelitian dan statistika.
Kemampuan merumuskan masalah turut dipengaruhi oleh pemahamannya tentang
jenis-jenis penelitian yang akan dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian
tindakan kelas (PTK), penelitian deskriptif (kuantitatif, kualitatif), dan penelitian
eksperimen, misalnya, memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu sehingga dapat
dibedakan bentuk atau jenis penelitian yang dilakukan. Rumusan masalah akan
berimplikasi pada jenis-jenis data yang terjaring dalam suatu penelitian dan
analisis datanya (Tuckman, 1979), kualitatif atau kuantitatif menggunakan uji
statistika tertentu.
Terakhir, pengetahuan terkait teknik menulis ilmiah. Pengetahuan tentang
teknik-teknik menulis artikel ilmiah (memilih dan menemukan masalah, teknik
mengembangkan kerangka tulisan, bentuk-bentuk tulisan ilmiah (makalah, artikel,
laporan penelitian) perlu dipahami dan sangat diperlukan oleh (calon) penulis.
Biasanya, ada suatu model, format standar tertentu, yang harus dipenuhi atau
diikuti agar suatu tulisan yang dikirim dapat atau layak dimuat dalam sebuah
jurnal/publikasi. Unsur-unsur apa saja yang harus termuat dalam sebuah
karya/tulisan ilmiah perlu diperhatikan. Mengembangkan rasionalitas suatu
masalah sehingga dianggap layak, relevan, bermanfaat, dan penting/urgen oleh
orang lain (penyandang dana) dan dianggap perlu dicari jawabannya atau diteliti
merupakan proses yang sulit dilakukan. Sekali lagi, ini tugas penulis yang tidak
mudah. Rasionalitas suatu masalah, yang biasanya diletakkan di bagian
pendahuluan (latar belakang), menuntut kemampuan analisis kontekstual dan

8
sintesis yang cermat, logis, dan tajam. Kemampuan menunjukkan rasionalitas
suatu tulisan/penelitian adalah salah satu indikator layak tidaknya tulisan dimuat
atau sebuah penelitian didanai suatu lembaga/sponsor. Pengetahuan/kemampuan
generik ini dapat dikembangkan melalui studi mandiri dari buku-buku terkait
dan/atau mempelajari tulisan atau penelitian orang lain (terdahulu). Jika proses
ini dilakukan secara cermat, “benang merah” rasionalitas suatu masalah dapat
ditemukan, sehingga berpeluang besar dapat dikembangkan sendiri, kelak ketika
menulis ilmiah.

F. PENUTUP
Diperlukan latihan dan waktu untuk mampu (kuasa) menulis. Kemauan
dan kemampuan, mungkin, itulah kata kunci yang mendorong seseorang untuk
menulis karya ilmiah. Perasaan takut salah (malu) dan tidak berani memulai
menulis sangat wajar muncul dalam hati penulis pemula. Untuk mampu menulis,
kita harus (belajar) menulis. Tidak ada cara lain. Teman sejawat atau orang lain
yang kita anggap kompeten atau berpengalaman dapat dimintai bantuannya untuk
memberikan saran/pendapat/masukan/koreksi terhadap apa yang telah kita tulis.
Dengarkan, pikirkan, dan lakukan perbaikan atas tulisan sebelumnya. Kaji-ulang
(review) dan revisi suatu tulisan yang dilakukan berulang kali tentu akan
melahirkan tulisan yang lebih berkualitas.
Pengetahuan generik terkait teknik menulis ilmiah yang disampaikan
dalam berbagai forum ilmiah (seminar, pelatihan) tidak akan mampu
meningkatkan kemampuan guru menulis ilmiah, bila guru sendiri tidak mau
berlatih menulis. Orang bijak sering mengingatkan bahwa melakukan suatu
kesalahan ketika berniat/bermaksud untuk belajar/memahami sesuatu jauh lebih
baik daripada tindak pernah berbuat/mencoba sama sekali.“ No Action, Talk
Only”, begitu kata sebuah iklan rokok. Mari menulis!
================

9
DAFTAR PUSTAKA
Costa, A.L, (1985), Developing Minds. A Resource Book for Teaching Thinking.
Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum
Development
Gay, (1987), Educational Research. Competencies for Analysis and Application
(3rd edition). Columbus: Merril Publishing Company.
Tierney, et.al, (1980), Reading Strategies and Practices. A Guide for Improving
Instruction, Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Tischler, M.E, (tanpa tahun), A Scientific Writing Booklet, University of Arizona:
Department of Biochemistry & Molecular Biophysics .
Tuckman, (1979). Conducting Educational Research, Columbus: Merril
Publishing Company

10

Anda mungkin juga menyukai